Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir semua negara di dunia sudah pernah mengalami kebakaran
hutan kecuali Antartika. Perancis pernah mengalami kebakaran hutan yang
menghanguskan 21.100 hektar (ha), di Portugal pada tahun 2005 sekitar
286.400 ha atau 3.1% wilayah negara terbakar, kebakaran hutan di Amerika
menghanguskan 1,74 juta ha atau 0,18% wilayah negara. Negara bagian
California terpajan 7.000 kebakaran hutan atau sekitar 125.000 hektar setiap
tahun dengan rata-rata biaya pertahun 75 juta dolar Amerika. Pada tahun 1992
dilaporkan lebih dari 900 bangunan hancur karena kebakaran hutan.
Penyebab paling umum kebakaran hutan adalah pembakaran, akibat saluran
listrik dan petir (Dawud Y, 1999).
Indonesia mempunyai hutan ke-3 terluas dunia setelah Brazil dan
Zaire. Luas hutan Indonesia kini diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar
atau 63 persen luas daratan (Rumajomi, 2006).
Kebakaran hutan dan lahan gambut tahunan di Indonesia sebagian
besar adalah krisis buatan manusia, yang berdampak terhadap kesehatan yang
utamanya terhadap Indonesia serta Asia Tenggara. Dimana perusahaan
perkebunan yang masih terus beroperasi dengan kondisi hukum yang lemah
penegakkannya dimana cara mereka menjalankan praktik yang tidak
bertanggung jawab seperti: membuka hutan, mengeringkan lahan basah,
padahal lahan gambut kaya akan karbon, dan menjadi penyebab utama
terjadinya kebakaran hutan, yang dikenal sebagai kabut asap. Yang tersisa di
kondisi alam, kebakaran lahan gambut sebenarnya sangat jarang terjadi, tapi
dalam beberapa dasawarsa kehancuran telah membuat Indonesia menjadi
wilayah sangat besar yang mudah terbakar - serta ancaman bagi
kesehatan jutaan orang di Sumatera, dan di seluruh wilayah tersebut. Di
Asia Tenggara, asap dari lahan gambut dan kebakaran hutan dapat
dihubungkan dengan terjadinya 300.000 kematian selama bertahun-tahun
El Nio berlangsung. (Internasional Greenpeace, 2015).
Dari luasan total lahan gambut di dunia sebesar 423.825.000 ha,
sebanyak 38.317.000 ha terdapat di wilayah tropika. Sekitar 50% dari luasan
lahan gambut tropika tersebut terdapat di Indonesia yang tersebar di pulaupulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua, sehingga Indonesia menempati urutan
ke-4 dalam hal luas total lahan gambut sedunia, setelah Kanada, Uni Soviet,
dan Amerika Serikat. Diperkirakan sedikitnya 20% dari luasan lahan gambut
di Indonesia telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan

meliputi pertanian, kehutanan, dan penambangan (Rieley dkk, 1996). Karena


wataknya yang sangat rapuh, luasan lahan gambut di Indonesia cenderung
mengalami penurunan, diperkirakan yang masih tersisa tidak lebih dari 17
juta hektar (Kurnain, 2005).
Daerah rawan kebakaran hutan di Indonesia berdasarkan hasil
rekapitulasi tahun 2010- 2015 yaitu Jambi, Jawa Timur, Riau, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Utara. Selama periode 2010- 2015
daerah tersebut mengalami kebakaran hutan setiap tahun. Pada tahun 2015,
kebakaran hutan terluas berada di Riau yaitu 2.643,00 ha.
Luas kebakaran hutan di Riau tiap tahun mengalami peningkatan,
tercatat pada tahun 2010 luas kebakaran hutan mencapai 26,00 ha. Pada tahun
2011 seluas 74,50 ha. Tahun 2012 mengalami peningkatan yang sangat
signifikan yaitu 1.060,00 ha. Pada tahun 2013 mencapai 1077,50 ha. Tahun
2014 mengalami signifikan juga yaitu 6.301,10 ha, di tahun ini merupakan
kebakaran hutan terluas selama periode 6 tahun. Pada tahun 2015, tercatat
kebakaran hutan seluas 2.643,00 ha.

1.1.

Anda mungkin juga menyukai