Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Diare

2.1.1 Definisi Diare


Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi.

Gangguan diare

dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis),


kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).

2.1.2 Etiologi Diare


Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada
anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6
bulan2 tahun (Suharyono, 2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian
besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan
merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen.
Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang
paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium
merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius
akut.(Wong, 2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu
Norwalk virus. Virus ini lebih banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan
anak-anak. (Suharyono, 2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare

Universitas Sumatera Utara

disebarluaskankan

lewat

jalur

fekal-oral

melalui

makanan,air

yang

terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat (Wong,
2009).

2.1.3

Klasifikasi Diare
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkann :
1. Lama waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri,
lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Mekanisme patofisiologik
a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c. Malabsorbsi asam empedu.
d. Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit.
e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f.

Gangguan permeabilitas usus.

g. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.


h. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
3. Penyakit infektif atau non-infektif.
4. Penyakit organik atau fungsional.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4

Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan osmotik,
gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus (Suraatmaja, 2007).
Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna,
kemudian mikroorganisme tersebut berkembangbiak setelah berhasil melewati
asam lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi
rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare (Suraatmaja,
2007).

2.1.5

Patofisiologi
Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air
melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh
aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa
(Ulshen, 2000).

2.1.6

Faktor Resiko
Faktor yang dapat menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor perilaku
masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta malnutrisi.
Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana air bersih
yang kurang. Faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan sesudah
buang air besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi ASI
secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan pada bayi mempunyai resiko untuk
menderita diare lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat
khususnya ibu tentang diare (Adisasmito, 2007).
Diare merupakan penyebab utama dari malnutrisi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoco,2006). Semakin buruk

Universitas Sumatera Utara

keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang
dideritanya.(Suharyono, 2007). Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare, yaitu
kematian dan malnutrisi. Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan membuat
lebih buruk lagi karena pada diare tubuh akan kehilangan nutrien, anak-anak
dengan diare mungkin merasa tidak lapar serta ibu tidak memberi makan pada
anak ketika mengalami diare (WHO, 2005).

2.1.7 Dehidrasi
Kehilangan cairan akibat diare akut menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat
ringan, sedang atau berat. Pada diare akut, dehidrasi merupakan gejala yang
segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang. Dehidrasi terjadi
akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya.(Suharyono,
2007).

2.1.8 Gejala Yang Timbul Akibat Efek Dehidrasi


Turgor kulit berkurang, nadi lemah atau tidak teraba, takikardi, mata cekung,
ubun-ubun cekung, suara parau, kulit dingin, jari sianosis, membran mukosa
kering (Suraatmaja, 2007).

2.1.9

Jenis Jenis Dehidrasi


Bila defisit air kurang dari 5% berat badan, maka dehidrasi bersifat ringan dan
gejala yang jelas ialah haus. Bila defisit melebihi 5% berat badan penderita
mungkin akan sangat haus.

Hilangnya cairan dalam rongga ekstrasel

mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung dan mukosa
kering. Deplesi volume intravaskular mengakibatkan takikardi,hipotensi, oliguri,
dan anuri. Defisit cairan 5-10% berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang,
sedangkan defisit cairan 10% atau lebih disebut dehidrasi berat. (Suharyono,
2007).

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Diagnosis dan Pemeriksaaan


Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat pejalanan penyakit kepada
keluarga atau penderita, seperti lamanya sakit diare, frekuensinya, volumenya,
warnanya, berat badan sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan
demam sebelum, selama atau sesudah diare (Suraatmaja, 2007).
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan
perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan
tanda toksisitas. Pada pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan
ada tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda bagi
penentuan etiologi (Simadibrata, 2006).
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti pemeriksaan
tinja, pemeriksaan darah berupa darah lengkap, pemeriksaan elektrolit dan pH
dan

intubasi

duodenal

pada

diare

kronik

untuk

mencari

kuman

penyebab(Suraatmaja, 2007).

2.2.1

Penatalaksanaan Diare
Saat ini WHO menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam menangani anakanak yang menderita diare akut, yaitu penggantian cairan (rehidrasi), cairan
diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi yang sudah terjadi, pemberian
makanan terutama ASI selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan,
tidak menggunakan obat antidiare, serta petunjuk yang efektif bagi ibu serta
pengasuh tentang perawatan anak yang sakit di rumah, terutama cara membuat
dan memberi oralit, tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
membawa anak kembali berobat serta metoda yang efektif untuk mencegah
diare (Suraatmaja, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang


pelayanan kesehatan di dunia selama dasawarsa yang lalu. Cara ini dipandang
lebih efektif, aman, tidak memberikan rasa nyeri, dan biayanya lebih murah
dibandingkan dengan terapi rehidrasi intravena (pemberian infus cairan).
American Academy of Pediatrics, World Health Organization (WHO) dan Centers
for Disease Control and Prevention merekomendasikan penggunaan oralit
sebagai terapi pilihan bagi sebagian besar kasus dehidrasi karena diare.

1. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umumnya baik dan tidak dehidrasi, asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah dan sup. Tetapi
bila pasien kehilangan cairan banyakdengan dehidrasi, maka beri cairan
intavena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik yang mengandung
elektrolit dan gula. Cairan diberikan 50-200 ml/kg BB/24 jam tergantung
kebutuhan dan statu hidrasi.

Macam-macam pemberian cairan :


1. BJ plasma dengan rumus :
Kebutuhan cairan = BJ plasma 1,025

x BB x 4 ml

0,001

2. Metode Pierce, berdasarkan klinis :


a. Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
b. Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
c. Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)

Universitas Sumatera Utara

3. Metode Daliyono, berdasarkan skor klinis :


Tabel 2.1. Skor Penilaian Klinis Dehidrasi

Klinis

Skor

Rasa haus/ muntah

TD sistolik 60-90 mmHg

TD sistolik < 60 mmHg

Frekuensi nadi >120 x/menit

Kesadaran apatis

Kesadaran somnolen, sopor/koma

Frekuensi nafas >30 x/menit

Facies cholerica

Vov cholerica

Turgor kulit menurun

Washer woman hand

Ekstremitas dingin

Sianosis tahun

Umur 50-60

Umur >60 tahun

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan cairan = skor

x 10% kg BB x 1 liter

15

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, beri cairan per oral sebanyak mungkin tetapi
sedikit demi sedikit dan bila skor lebih dari 3 disertai syok maka beri cairan per iv.

Bila dehidrasi sedang/berat pasien diberi cairan melalui infus pembuluh darah,
sedangkan bila dehidrasi ringan maka pasien dapat diberi cairan peroral/selang
nasogastrik kecuali bila ada kontraindikasi.

Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas :


1. 2 jam pertama (rehidrasi inisial) diberikan jumlah total kebutuhan cairan
menurut rumus diberikan langsung.
2. 1 jam berikutnya pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2
jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya.
3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan
melalui tinja dan Insensible Water Loss (IWL)

Pada keadaan dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan oleh ibu dengan menggunakan
prinsip penanganan diare di rumah, yaitu:
1. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau, dengan memberi penjelasan kepada
ibu:
a.

ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

b. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan.
c. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan
oralit, larutan gula garam, kuah sayur, air tajin dan air matang.

Universitas Sumatera Utara

Anak harus diberi oralit di rumah jika:


a. Anak telah diobati dengan rencana terapi C dalam kunjungannya
b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diare bertambah parah.
Ajari ibu mencampur dan memberi oralit dengan memberi 6 bungkus oralit
(200 ml) untuk digunakan di rumah.
Tunjukkan kepada ibuberapa banyak cairan termasuk oralit yang harus
diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :
a. Sampai umur 1 tahun = 50-100 ml setiap kali berak.
b. Umur 1-5 tahun = 100-200 ml setiap kali berak
Katakan pada ibu:
a. Agar meminumkan sedikit demi sedikit tetapi sering dari cangkir.
b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi.
c. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Lanjutkan pemberian makanan.
3. Kapan harus kembali ke Puskesmas (Depkes, 2006)

2. Diet
Pasien tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah berat. Pasien dianjurkan
minum sari buah, minuman tidak bergas dan makanan yang mudah dicerna
seperti pisang, nasi dan kuah sup.

3. Antibiotik
Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami
infeksi bakteri invasif. Obat pilihan yaitu Kuinolon (misalnya Ciprofloksasin
500 mg selama 5-7 hari). Metronidazol 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari
diberikan bagi yang dicurigai giardiasis (Depkes, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Suplemen zink merupakan strategi penatalaksanaan yang baru untuk


diare dan menjanjikan untuk penatalaksanaan diare. Suplemen zink ini telah
direkomendasikan oleh WHO, UNICEF, dan beberapa negara di dunia untuk
pengobatan diare pada anak. Zink mikronutrien yang penting untuk kesehatan
dan perkembangan anak. Mengganti zink yang hilang penting untuk membantu
anak-anak memulihkan dan menjaga kesehatan anak di bulan-bulan mendatang
(WHO, 2005)

2.2.2 Komplikasi
Hiponatremia, hipernatremia, demam, edema, asidosis, hipokalemia, kejang, ileus
paralitikus, intoleransi laktosa, dan gagal ginjal (Suraatmaja, 2007)

2.2.3

Pencegahan
Tujuh intervensi

pencegahan diare yang efektif adalah pemberian ASI,

memperbaiki makanan sapihan, menggunakan air bersih yang cukup banyak,


mencuci tangan, menggunakan jamban keluarga, cara membuang tinja yang
baik dan benar serta pemberian imunisasi campak (Suraatmaja, 2007).

2.2

Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga, dan alt indera lainnya. Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(Notoatmodjo, 2005). Sedangkan menurut Tarigan (1992), pengetahuan adalah
suatu terminologi generik yang mencakup semua bentuk ketahuan manusia yang
diperolehnya melalui pengalaman, perasaan, dengan akal pikiran dan intuisinya

Universitas Sumatera Utara

tentang segala sesuatu yang dihadapinya termasuk dirinya sendiri. Jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh
manusia melalui proses penginderaan, pengalaman, perasaan, akal pikiran dan
intuisinya tentang segala sesuatu yang dihadapi.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,


yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suetu materi

yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek/materi yang diketahui.
Orang yang telah paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dsb.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)

Universitas Sumatera Utara

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan


bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi/objek.

Penilaian-penilaiam itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan criteria yang telah
ada.
Menurut

Notoatmodjo

(2003),

pengetahuan

seseorang

dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :


a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh

dapat memperluas pengetahuan

seseorang.
b. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari
uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

Universitas Sumatera Utara

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang


yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
d. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian

terlebih

dahulu.

Keyakinan

ini

bisa

mempengaruhi

pengetahuan seseorang , baik keyakinan itu bersifat positif atau negatif.


e. Sumber informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan
meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

f.

Penghasilan
Penghasilan

tidak

berpengaruh

langsung

terhadap

pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia


akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber
informasi.

g. Sosial budaya
Kebudayaan

setempat

dan

kebiasaan

dalam

keluarga

dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap


sesuatu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :

Umur
Pendidikan
Penghasilan

Pengetahuan Ibu

Tatalaksana
Diare Pada

Media cetak
Media elektronik
Penyuluhan kesehatan

Variabel yang diteliti

3.2. Definisi Operasional

Universitas Sumatera Utara

a.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang


tatalaksana diare pada balita.

b.

Balita adalah anak yang berusia 12 bulan 59 bulan yang lahir dengan
berat badan > 2500 gr.

c.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi


defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja menjadi cair, dengan/tanpa darah dan/atau lendir.

3.3. Aspek Pengukuran


Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika pertanyaan
dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden
menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi
adalah 10.

Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti


(1986), yaitu:
1. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai angket
pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar 40%-75% dari total nilai
angket pengetahuan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket
pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:


1. Skor 8-10 = baik.
2. Skor 4-7 = sedang.
3. Skor <3 = kurang.

Alat ukur : kuesioner.


Skala pengukuran : ordinal

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai