Chapter II 4
Chapter II 4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Diare
Gangguan diare
disebarluaskankan
lewat
jalur
fekal-oral
melalui
makanan,air
yang
terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat (Wong,
2009).
2.1.3
Klasifikasi Diare
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkann :
1. Lama waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri,
lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Mekanisme patofisiologik
a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c. Malabsorbsi asam empedu.
d. Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit.
e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f.
2.1.4
Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan osmotik,
gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus (Suraatmaja, 2007).
Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna,
kemudian mikroorganisme tersebut berkembangbiak setelah berhasil melewati
asam lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi
rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare (Suraatmaja,
2007).
2.1.5
Patofisiologi
Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air
melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh
aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa
(Ulshen, 2000).
2.1.6
Faktor Resiko
Faktor yang dapat menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor perilaku
masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta malnutrisi.
Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana air bersih
yang kurang. Faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan sesudah
buang air besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi ASI
secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan pada bayi mempunyai resiko untuk
menderita diare lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat
khususnya ibu tentang diare (Adisasmito, 2007).
Diare merupakan penyebab utama dari malnutrisi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoco,2006). Semakin buruk
keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang
dideritanya.(Suharyono, 2007). Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare, yaitu
kematian dan malnutrisi. Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan membuat
lebih buruk lagi karena pada diare tubuh akan kehilangan nutrien, anak-anak
dengan diare mungkin merasa tidak lapar serta ibu tidak memberi makan pada
anak ketika mengalami diare (WHO, 2005).
2.1.7 Dehidrasi
Kehilangan cairan akibat diare akut menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat
ringan, sedang atau berat. Pada diare akut, dehidrasi merupakan gejala yang
segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang. Dehidrasi terjadi
akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya.(Suharyono,
2007).
2.1.9
mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung dan mukosa
kering. Deplesi volume intravaskular mengakibatkan takikardi,hipotensi, oliguri,
dan anuri. Defisit cairan 5-10% berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang,
sedangkan defisit cairan 10% atau lebih disebut dehidrasi berat. (Suharyono,
2007).
2.2.
intubasi
duodenal
pada
diare
kronik
untuk
mencari
kuman
penyebab(Suraatmaja, 2007).
2.2.1
Penatalaksanaan Diare
Saat ini WHO menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam menangani anakanak yang menderita diare akut, yaitu penggantian cairan (rehidrasi), cairan
diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi yang sudah terjadi, pemberian
makanan terutama ASI selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan,
tidak menggunakan obat antidiare, serta petunjuk yang efektif bagi ibu serta
pengasuh tentang perawatan anak yang sakit di rumah, terutama cara membuat
dan memberi oralit, tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
membawa anak kembali berobat serta metoda yang efektif untuk mencegah
diare (Suraatmaja, 2007).
1. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umumnya baik dan tidak dehidrasi, asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah dan sup. Tetapi
bila pasien kehilangan cairan banyakdengan dehidrasi, maka beri cairan
intavena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik yang mengandung
elektrolit dan gula. Cairan diberikan 50-200 ml/kg BB/24 jam tergantung
kebutuhan dan statu hidrasi.
x BB x 4 ml
0,001
Klinis
Skor
Kesadaran apatis
Facies cholerica
Vov cholerica
Ekstremitas dingin
Sianosis tahun
Umur 50-60
x 10% kg BB x 1 liter
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, beri cairan per oral sebanyak mungkin tetapi
sedikit demi sedikit dan bila skor lebih dari 3 disertai syok maka beri cairan per iv.
Bila dehidrasi sedang/berat pasien diberi cairan melalui infus pembuluh darah,
sedangkan bila dehidrasi ringan maka pasien dapat diberi cairan peroral/selang
nasogastrik kecuali bila ada kontraindikasi.
Pada keadaan dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan oleh ibu dengan menggunakan
prinsip penanganan diare di rumah, yaitu:
1. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau, dengan memberi penjelasan kepada
ibu:
a.
ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
b. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan.
c. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan
oralit, larutan gula garam, kuah sayur, air tajin dan air matang.
2. Diet
Pasien tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah berat. Pasien dianjurkan
minum sari buah, minuman tidak bergas dan makanan yang mudah dicerna
seperti pisang, nasi dan kuah sup.
3. Antibiotik
Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami
infeksi bakteri invasif. Obat pilihan yaitu Kuinolon (misalnya Ciprofloksasin
500 mg selama 5-7 hari). Metronidazol 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari
diberikan bagi yang dicurigai giardiasis (Depkes, 2006).
2.2.2 Komplikasi
Hiponatremia, hipernatremia, demam, edema, asidosis, hipokalemia, kejang, ileus
paralitikus, intoleransi laktosa, dan gagal ginjal (Suraatmaja, 2007)
2.2.3
Pencegahan
Tujuh intervensi
2.2
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga, dan alt indera lainnya. Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(Notoatmodjo, 2005). Sedangkan menurut Tarigan (1992), pengetahuan adalah
suatu terminologi generik yang mencakup semua bentuk ketahuan manusia yang
diperolehnya melalui pengalaman, perasaan, dengan akal pikiran dan intuisinya
tentang segala sesuatu yang dihadapinya termasuk dirinya sendiri. Jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh
manusia melalui proses penginderaan, pengalaman, perasaan, akal pikiran dan
intuisinya tentang segala sesuatu yang dihadapi.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi/objek.
kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan criteria yang telah
ada.
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan
seseorang
dapat
seseorang.
b. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari
uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
terlebih
dahulu.
Keyakinan
ini
bisa
mempengaruhi
f.
Penghasilan
Penghasilan
tidak
berpengaruh
langsung
terhadap
pengetahuan
g. Sosial budaya
Kebudayaan
setempat
dan
kebiasaan
dalam
keluarga
dapat
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Umur
Pendidikan
Penghasilan
Pengetahuan Ibu
Tatalaksana
Diare Pada
Media cetak
Media elektronik
Penyuluhan kesehatan
a.
b.
Balita adalah anak yang berusia 12 bulan 59 bulan yang lahir dengan
berat badan > 2500 gr.
c.