BK 3wuONfpco2R PDF
BK 3wuONfpco2R PDF
tersusunnya laporan studi Pra FS Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah dengan judul:
Prospek Menguntungkan ; Investasi Budidaya Komoditi Kelapa, sebagai wujud realisasi dari
kerjasama tersebut.
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha dan
pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan pengembangan Jeruk di Kalimantan
Timur.
Akhirnya, kepada Direktur Center for Community Empowerment and Economic (FORCE)
dan Tim Studinya kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan
sumbangan
pemikiran
yang
diberikan.
Ucapan
yang
sama
juga
ditujukan
kepada
walikota/bupati beserta jajarannya di daerah studi dan semua pihak yang telah memberikan
kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan.
Terima Kasih.
Samarinda,
Juni 2009
H. Nusyirwan Ismail
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.........................................
1.2
1.3
Kegunaan..........................................
SITUASI PEMASARAN
2.1
2.2
Struktur Industri..................................................................................................................
3.2
Potensi Produksi...
3.3
Teknis Produksi.....
22
4.2
23
4.3
Legalitas..............................................................................................................................
25
ANALISIS FINANSIAL
5.1
Asumsi..
29
5.2
30
5.3
31
5.4
Analisis Sensitivitas ..
32
BAB VI
PENUTUP..
34
DAFTAR PUSTAKA....
35
LAMPIRAN.....
36
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 7
10
Tabel 8
13
Tabel 9
Jadwal dan dosis pemupukan tanaman kelapa di lapang sesuai dengan umur
tanaman....................................................................................
15
Tabel 10
Produksi, ongkos produksi cost, penjualan, dan perhitungan rugi laba dari
perkebunan kelapa dalam berdasarkan tahun proyek................................
29
Tabel 11
31
Tabel 12
31
Tabel 13
33
Tabel 6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Beberapa produk jadi dan setengah jadi yang dihasilkan dari tanaman
kelapa.....................................................................................
Gambar 3
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
37
Lampiran 2
38
Lampiran 3
41
Lampiran 4
42
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditi kelapa yang dimaksud dalam study ini merupakan kelapa rakyat yang sering
disebut dengan kelapa dalam. Pertanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia
dengan pangsa 31,2% dari total luas areal kelapa dunia. Peringkat kedua diduduki Filipina
(pangsa 25,8%), disusul India (pangsa 16,0%), Sri Langka (pangsa 3,7%), dan Thailand (pangsa
3,1%). Namun demikian, dari segi produksi ternyata Indonesia hanya menduduki posisi ke dua
setelah Philipina. Ragam produk dan devisa yang dihasilkan Indonesia juga di bawah India dan
Sri Lanka. Perolehan devisa dari produk kelapa mencapai 229 juta US$ atau 11% dari ekspor
produk kelapa dunia pada tahun 2003.
Bagi masyarakat Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupannya karena semua
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Di
samping itu, arti penting kelapa bagi masyarakat juga tercermin dari luasnya areal perkebunan
rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga
petani. Pengusahaan kelapa juga membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan
pengolahan produk turunan dan hasil samping yang sangat beragam.
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat
besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO),
oleochemical (OC), dessicated coconut (DC), coconut milk / cream (CM/CC), coconut charcoal (CCL),
activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut wood (CW), yang
diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu
meningkatkan pendapatan 5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra.
Berangkat dari kenyataan luasnya potensi pengembangan produk, kemajuan ekonomi
perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro (pendapatan petani,
nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya akan semakin menuntut dukungan
pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat.
Penyusunan informasi prospek dan arah pengembangan agribisnis kelapa ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai peluang investasi bagi swasta, masyarakat,
dan pemerintah di bidang perkelapaan. Informasi tersebut berkaitan dengan investasi kelapa
dalam yang produknya diperhitungkan sebagai kopra.
Dibeberapa daerah pertanaman kelapa dikombinasikan dengan tanaman lain seperti
padi, jagung, kacang tanah, atau tanaman lain seperti nanas. Kombinasi pertanaman kelapa
dengan tanaman lainnya juga telah direkombinasikan oleh Balai Penelitian Kelapa dan Palma
Lainnya (BALITKA) untuk digiatkan. Sesuai kondisi lahan dI Kalimantan Timur yang potensial untuk
pertanaman kelapa, jagung merupakan tanaman yang cocok untuk dikombinasikan dengan
pertanaman kelapa.
Di Kalimantan Timur, tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional yang
tumbuh dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman
perkarangan maupun yang diusahakan dalam hamparan yang cukup luas. Usaha perkebunan
kelapa dalam rakyat dalam hamparan yang luas terdapat di Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan
Sangkulirang, Sandaran dan Kaliorang), Kabupaten Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong
Tongkok), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Samboja, Muara Jawa dan Kota Bangun),
Kabupaten Pasir (Kecamatan Tanah Grogot, Pasir Belengkong, dan Long Kali), Kabupaten
Penajam Paser Utara (Kecamatan Penajam, Waru, Babulu dan Sepaku), Kabupaten Berau
(Kecamatan Talisayan), Kabupaten Nunukan (Kecamatan Nunukan, dan Sebatik), Kota Samarinda
(Kecamatan Samarinda Utara, dan Palaran), Kota Balikpapan (Kecamatan Balikpapan Timur, dan
Balikpapan Utara).
Disamping itu, di beberapa daerah lainnya tanaman kelapa juga banyak diusahakan
namun dalam ukuran yang masih terbatas. Luas areal kelapa rakyat di Kalimantan Timur tahun
2007 tercatat sebanyak 38.544,50 ha dengan jumlah produksi sebanyak 38.670 ton. Produksi
dari tanaman kelapa rakyat tersebut diatas seluruhnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi kelapa segar masyarakat di dalam daerah.
1.3. Kegunaan
Dengan terbitnya buku Profil Investasi Budidaya Komoditi Kelapa, diharapkan dapat
berguna sebagai:
a. Informasi peluang usaha dan investasi tanaman perkebunan kelapa kepada investor baik
asing maupun dalam negeri serta kalangan dunia usaha, sehingga dapat memacu
pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur.
b. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor tanaman
perkebunan khususnya kelapa dalam di Kalimantan Timur.
SITUASI PEMASARAN
Tanaman kelapa dalam mempunyai prospek pangsa pasar yang baik di tingkat dunia
maupun di tingkat domestik, seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak makan dan produk
turunannya yang lain. Kelapa genjah biasa disebut kelapa kopyor biasanya dikonsumsi segar
untuk diambil daging kelapa muda dan airnya, sedangkan kelapa dalam diusahakan untuk
diambil minyaknya sebagai minyak sayur. Kelapa dalam sebagai sumber minyak nabati potensial
dengan kandungan minyak mencapai 69%, biasanya diperdagangkan dalam bentuk bahan
setengah jadi, yaitu daging kelapa kering dengan kadar air sekitar 12% yang disebut kopra.
2.1.
Ekspor
Volume (ton)
Impor
Volume (ton)
2002
435.844,00
94.292,00
566,00
403,00
2003
180.402,00
52.669,00
2.368,00
415,00
2004
234.831,00
87.800,00
572,00
513,00
2005
188.168,00
69.825,00
105,00
91,00
2006
977.979,00
363.033,00
5.777,00
3.276,00
8,11
20,71
4,21
9,25
Selama rentang waktu 2002-2006, volume ekspor kelapa Indonesia mengalami tingkat
pertumbuhan rata-rata sebesar 8,11% per tahun, sedangkan nilainya mencapai rata-rata
20,71% per tahun. Sementara itu volume impor kelapa Indonesia mencatat laju pertumbuhan
4,21% per tahun dengan pertumbuhan penilaian sebesar 9,25% pertahun.
Perkembangan ekspor impor seperti pada Tabel 1. mengisyaratkan bahwa peluang
pasar ekspor kelapa Indonesia di masa-masa mendatang masih terbuka lebar. Harga kelapa di
pasar domestik mengalami kenaikan harga yang cukup baik, apabila di tahun 2001 harganya
hanya Rp 1.575,0 per kg kemudian meningkat menjadi Rp 2.289,0 per kg ditahun 2005 akan
tetapi mengalami penurunan menjadi Rp 1.963,3 per kg di tahun 2006, untuk pasar dunia harga
kopra mengalami peningkatan dari 201 US$ per mt di tahun 2001 menjadi 450 US$ per mt akan
tetapi mengalami penurunan ditahun berikutnya secara perlahan menjadi 389 US$ per mt.
Perkembangan harga komoditi kelapa di pasar domestik dan dunia yang disajikan pada Tabel
2.
Tabel 2.
Tahun
2002
1.663,3
266
2003
1.810,3
300
2004
1.959,4
450
2005
2.289,0
414
2006
1.963,3
389
2.2.
Struktur Industri
Tanaman kelapa merupakan bahan baku produk pangan dan non pangan (industri kimia,
furniture, dan obat-obatan). Dari bagian buahnya diperoleh sabut, tempurung, air kelapa, dan
daging buah. Sabut kelapa dimanfaatkan untuk jok dan alat rumah tangga lain; Tempurungnya
dimanfaatkan sebagai arang, arang aktif, alat rumah tangga, maupun aneka produk kerajinan
tangan; Airnya dapat dijadikan bahan cocktail (nata de coco) yang memiliki kandungan serat
tinggi dan kalori rendah sehingga cocok untuk bahan makanan diet (rendah kalori), selain itu juga
dapat dijadikan bahan baku minuman isotonik; Dari daging buah kelapa dapat diambil santan
dan minyak kelapa. Bagian lain seperti batang pohon kelapa banyak digunakan sebagai kayu
untuk bangunan atau furniture, sedangkan lidi (tulang daun kelapa) dimanfaatkan untuk alat
rumah tangga. Struktur industri yang memanfaatkan produk tanaman kelapa disajikan pada
Gambar 1., sedangkan produk jadi atau setengah jadi yang dihasilkan dari tanaman kelapa dan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1.
Gambar 2. Beberapa produk jadi dan setengah jadi yang dihasilkan dari tanaman kelapa
Produksi
(ton)
Rata Rata
Produksi
(kg/ha)
TBM
TT/TR
2007
4.926,50
27.766,50
5.851,00
38.544,00
38.670,00
1.392,69
2006
4.323,00
37.437,00
6.047,50
47.807,50
44.111,50
1.178,29
2005
3.657,50
36.388,00
5.597,50
45.643,00
45.030,00
1.237,50
2004
3.359,00
37.385,00
5.563,50
46.307,50
44.700,50
1.195,68
2003
5.462,50
34.870,00
9.133,50
49.466,00
40.830,50
1.170,93
2002
6.219,00
35.474,50
11.895,00
53.588,50
40.649,00
1.145,87
Produksi dari tanaman kelapa rakyat tersebut di atas seluruhnya dipasarkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi kelapa segar masyarakat di dalam daerah. Rata-rata pendapatan
petani yang mengusahakan kelapa yang sudah berproduksi per hektarnya berkisar Rp
23.809.500,- hingga Rp 28.571.400,- per hektar per tahun (dengan asumsi: populasi tanaman
143 pohon per hektar dengan jumlah buah 75 - 90 butir per pohon per tahun dan harga jual
kelapa Rp 2.220,- per butir).
3.2.
Potensi Produksi
Produksi kelapa berupa kopra didominasi oleh 5 negara, yaitu Philipina, Indonesia, India,
Sri Langka, dan Papua New Guinea. Diantara kelima negara tersebut, Indonesia merupakan
produsen terbesar pengekspor kelapa dalam bentuk kopra. Perkembangan kelapa di dunia
mengalami fluktuasi, jika di tahun 2002 produksi kelapa di dunia mencapai 10,35 juta metrik ton
kemudian meningkat menjadi 11,91 juta metrik ton pada tahun 2005, akan tetapi terjadi
penurunan hingga menjadi 10,32 juta metrik ton di tahun 2007. Penurunan tersebut disebabkan
oleh perubahan iklim yang sangat drastis yaitu kemarau berkepanjangan. Untuk melihat lebih
jelas perkembangan produksi kelapa di dunia pada tahun 2001-2007 dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3.
Tabel 4.
Tahun
Jumlah
Rakyat
Negara
Swasta
2003
3.785.343
5.838
121.949
3.913.130
2004
3.723.879
4.883
68.242
3.797.004
2005
3.735.838
6.127
61.649
3.803.614
2006
3.749.844
6.148
61.804
3.817.796
2007
3.763.472
6.170
62.029
3.831.671
Produksi tanaman kelapa dari tahun ke tahun juga berfluktuasi seiring dengan
berfluktuasinya luas areal pengembangan komoditi ini. Jika di tahun 2003 produksi mencapai
3.254.854 ton kemudian turun pada tahun 2004 menjadi 3.054.511 ton, akan tetapi secara
perlahan terus mengalami kenaikan produksi hingga mencapai 3.208.220 ton pada tahun 2007.
Perkembangan produksi kelapa nasional disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5.
Tahun
Jumlah
Rakyat
Negara
Swasta
2003
3.136.360
2.629
115.865
3.254.854
2004
3.000.839
4.489
49.183
3.054.511
2005
3.052.461
3.659
40.724
3.096.845
2006
3.112.040
3.672
41.164
3.156.876
2007
3.162.655
3.731
41.834
3.208.220
Produksi tanaman kelapa dalam di Kalimantan Timur dari tahun 2003 mengalami
kenaikan sampai tahun 2005. Pada tahun 2005 produksi tanaman kelapa dalam mencapai
45.030,00 ton dengan rata-rata produksi 1.237,50 Kg/Ha kemudian pada tahun 2006
mengalami penurunan menjadi 44.111,50 ton dengan rata-rata produksi 1.178,29 Kg/Ha.
Sedangkan pada tahun 2007 produksinya terus mengalami penurunan menjadi 33.976,50 ton
dengan rata-rata produksi 1.341,09 Kg/Ha. Untuk rata-rata produksi tanaman kelapa dalam di
Kalimantan Timur pada tahun 2007 terjadi peningkatan, meskipun pada tahun 2006 sempat
terjadi penurunan dari 1.237,50 Kg/Ha menjadi 1.178,29 Kg/Ha pada tahun 2005. Tenaga
kerja perkebunan tiap tahun (2003-2007) mengalami penurunan dan pada tahun 2007 tenaga
kerja perkebunan mencapai 39,905.00 TKP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 6.
Luas areal, produksi dan produktivitas tanaman kelapa dalam di Kalimantan Timur
tahun 2007
Luas Areal (ha)
Kabupaten/
Jumlah
(ha)
No
Kota
TBM
TM
TT/TR
Produksi
(ton)
Ratarata
Produksi
(kg/ha)
Tenaga
Kerja
Pekebun
(TKP)
Samarinda
232,00
700,00
33,50
965,50
504,50
720,71
5.834,00
Balikpapan
153,00
883,50
549,50
1.586,00
4.829,00
5.465,76
1.324,00
Kukar
1.274,00
7.745,00
2.816,50
11.835,50
4.759,50
614,53
10.749,00
Kutai Barat
165,00
548,50
618,50
1.332,00
235,00
428,44
1.435,00
Kutai Timur
424,50
1.621,50
38,50
2.084,50
2.752,50
1.697,50
4.304,00
Bontang
30,00
70,00
100,00
377,00
5.385,71
71,00
Pasir
8,50
3.795,00
357,50
4.161,00
3.855,00
1.015,81
5.791,00
Penajam (PPU)
1.545,00
3.251,50
15,00
4.811,50
3.037,50
934,18
1.488,00
Berau
349,00
1.918,00
61,00
2.328,00
2.570,00
1.339,94
2.651,00
10
Bulungan
64,00
1.539,50
9,50
1.613,00
1.907,00
1.238,71
1.792,00
11
Malianau
52,00
336,50
15,50
404,00
216,50
643,39
696,00
12
Nunukan
170,00
2.476,00
65,00
2.711,00
7.675,00
3.099,76
3.470,00
13
Tarakan
47,00
450,00
108,00
605,00
1.258,00
2.795,56
300,00
4.514,00
25.335,00
4.688,00
34.537,00
33.976,50
1.341,09
39.905,00
2006
4.323,00
37.437,00
6.047,50
47.807,50
44.111,50
1.178,29
49.691,00
2005
3.657,50
36.388,00
5.597,50
45.643,00
45.030,00
1.237,50
55.557,00
2004
3.359,00
37.385,00
5.563,50
46.307,50
44.700,50
1.195,68
55.590,00
2003
5.462,50
34.870,00
9.133,50
49.466,00
40.830,50
1.170,93
57.461,00
Jumlah 2007
3.3.
Teknis Produksi
Tanaman kelapa adalah tanaman tahunan yang tumbuh di daerah tropis. Klasifikasi
botani tanaman kelapa adalah sebagai berikut:
10
Divisi
Spermatophyta
Subdivisi
Angiospermae
Kelas
Monocotyledoneae
Ordo
Palmales
Famili
Palmae
Genus
Cocos
Spesies
Cocos nucifera L.
Dikenal ada dua jenis kelapa, yaitu kelapa dalam dan kelapa genjah. Kelapa genjah
menghasilkan buah yang jumlahnya mencapai 100-140 butir/pohon/tahun, tetapi volume
buahnya kecil dan kandungan minyaknya rendah (sekitar 12%), sedangkan kelapa dalam
menghasilkan buah lebih sedikit, yaitu sekitar 75-90 butir/pohon/tahun. Volume buah kelapa
dalam relatif lebih besar dan kandungan minyaknya mencapai
62-69% (Novarianto, 2005;
Barlina, 2007). Sampai tahun 2005 telah diidentifikasi 16 jenis kelapa genjah dan 71 jenis
kelapa dalam pada tiga kebun koleksi plasma nutfah di Mapanget (Sulawesi Utara), Pakuwon
(Jawa Barat), dan Sikijang (Riau). Sampai saat ini ada 4 jenis kelapa dalam yang telah rilis oleh
Departemen Pertanian melalui SK Mentan No.132/Kpts/SR.120/3/2004 tanggal 1 Maret 2004,
yaitu kelapa dalam Mapanget (DMT), kelapa dalam Tenga (DTA), kelapa dalam Bali (DBI), dan
kelapa dalam Palu (DPU) (Novarianto, 2005).
3.3.1. Pesemaian
3.3.1.1. Persyaratan benih
Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna
coklat, bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak terinfeksi hama dan penyakit,
panjang buah 22-25 cm dan lebar 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila
digoncang terdengar suara nyaring.
3.3.1.2. Penyiapan benih
Seleksi benih sesuai persyaratan, istirahatkan benih selama 1 bulan dalam gudang
dengan kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak langsung terkena sinar matahari dan
suhu udara dalam gudang 25-27oC dan dilakukan dengan menumpuk buah secara piramidal
tunggal setinggi 1 meter dan diamati secara rutin. Kebutuhan benih kelapa berdasarkan jarak
dan sistem tanam dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
Kebutuhan
bibit
Kebutuhan
benih
Siap salur
9 m x 9 m Segitiga
143
220
160
6 m x 15 m Sistem Pagar
140
220
157
11
6 m x 16 m Sistem Pagar
119
185
134
(5 m x 3 m) x 16 Sistem Gergaji
175
275
217
(6 m x 3 m) x 16 Sistem Gergaji
155
240
180
1. Syarat lokasi pesemaian: topografi datar, drainase baik, dekat sumber air, dekat lokasi
penanaman, dan diusahakan dekat jalan untuk mempermudah transportasi dan
pengawasan.
2. Persiapan lokasi pesemaian: olah tanah sampai gembur sedalam 30-40 cm dengan cara
dicangkul/dibajak dan disisir, lalu buat bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan
panjang tergantung lahan dengan jarak antar bedengan 30-40 cm yang berfungsi
sebagai parit pembuangan air.
3. Penyayatan benih: tujuannya adalah untuk mempermudah penyerapan air ke dalam sabut,
sehingga memungkinkan kecambah lebih mudah keluar dan pertumbuhan bibit normal.
Cara penyayatan: dipilih sisi buah kelapa yang terlebar, kemudian penyayatan
dilakukan pada bagian yang berlawanan arah dengan bagian tersebut dengan panjang
sayatan 10 cm, lebar 7 cm dan tebal 1 cm.
4. Pendederan benih: benih kelapa yang telah disayat dideder pada bedeng pesemaian
dengan cara berderet, hingga 2/3 bagian benih terbenam dalam tanah. Posisi benih
agak miring dengan bagian yang disayat di bagian atas dan mikrofil mengarah ke
Timur.
3.3.1.4. Pemeliharaan pesemaian
3.3.2. Pembibitan
Tempat pembibitan dapat dilakukan pada polibag atau bedeng pembibitan. Apabila
menggunakan bedeng pembibitan, kecambah yang terseleksi pada bulan 1, 2, 3 dan 4 ditanam
pada bedeng pembibitan berdasarkan waktu seleksi tersebut.
12
13
5. Seleksi bibit, meliputi kegiatan memisahkan tanaman yang kerdil, terkena hama dan
penyakit dilakukan terus menerus dengan interval 1 bulan yang dimulai setelah bibit
berumur 1 bulan.
Tabel 8.
Jenis pupuk
1
Urea (g/bibit)
10
10
10
10
10
SP-36 (g/bibit)
15
KCl (g/bibit)
10
10
10
15
15
15
20
20
Kiserit (g/bibit)
10
10
3.3.3.1.
1. Lahan berupa hutan. Kegiatan yang dilakukan meliputi penebasan semak atau perdu
serendah mungkin, dan penebangan pohon, dengan tinggi penebangan tergantung
besarnya pohon.
2. Lahan tanaman kelapa tua. Pohon kelapa tua ditebang pada leher akar. Apabila
memungkinkan batang kelapa dapat dijual sebagai bahan bangunan.
3. Lahan bekas pertanian. Tidak perlu pembukaan lahan lagi, dan dapat langsung
dilakukan tindakan-tindakan pengajiran, pembuatan lubang tanam, penanaman legume
dan tindakan lain yang diperlukan.
3.3.3.3. Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila tanah mempunyai kemasaman yang tinggi. Pengapuran
dilakukan pada tanah sampai pH 6-8.
14
1. Top soil dicampur dengan pupuk SP-36 300 gram per lubang dan dimasukkan ke
lubang tanam.
2. Polibag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam,
dan dibuat irisan sampai ke ujung, bekas polibag selanjutnya digantungkan pada
ajir untuk meyakinkan bahwa polibag sudah dikeluarkan dari lubang tanam.
3. Bibit ditimbun tanah yang berada di sebelah Selatan dan Utara lubang,
dipadatkan dengan ketebalan 3-5 cm di atas sabut bibit kelapa.
4. Setelah ditanam, tanah sekitar tanaman ditutup dengan mulsa (daun-daunan hijau
dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan lainnya dan juga jerami).
5. Penanaman tanaman penutup tanah, dapat dilakukan sebelum musim hujan
dengan Legume Cover Crop (LCC). Keuntungannya menekan pertumbuhan gulma
dan perkembangan hama Oryctes rhinoceros, memperbaiki kandungan N dan
struktur tanah, mengurangi penguapan, mencegah erosi dan menahan aliran
permukaan, memperkecil amplitudo temperatur siang dan malam.
3.3.5.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1-2 m dari pangkal batang. Caranya
menggunakan koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas
15
permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6-8 minggu
sekali (musim kemarau).
Penyiangan gulma juga dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan herbisida
Basmilang atau Round-Up dengan dosis sesuai aturan pemakaian yang dianjurkan.
3.3.5.2. Pembumbunan
Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara menimbunkan tanah dibagian atas
permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.
3.3.5.3. Perempalan
Perempalan dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna
coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun dibiarkan sampai jatuh sendiri.
3.3.5.4. Pemupukan
Jumlah pupuk yang harus diberikan pada tanaman kelapa dalam tergantung umur
tanaman, ketersediaan hara dalam tanah dan tanaman melalui analisis. Untuk tanaman yang
baru ditanam, pemupukan dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam dengan dosis 100 gram
urea/pohon yang ditaburkan di daerah piringan dengan jarak 15 cm dari pangkal batang.
Selanjutnya pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu bulan April/Mei (akhir musim hujan) dan
bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).
Cara pemberian pupuk pada tanaman kelapa dalam sebagai berikut:
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
g/pohon/tahun
Urea1)
400
700
1000
1000
SP-362)
312,5
750
1000
1000
KCl1)
600
900
1200
1200
Kiserit1)
200
300
400
400
16
Borax2)
10
25
Jumlah
1522,5
2675
3600
3600
Keterangan:
1) Diaplikasikan dua kali dalam setahun, dengan dosis setiap aplikasi setengah dari
dosis per tahun.
2) Diaplikasikan satu kali dalam setahun.
pemangkasan semua daun, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun termuda; (2)
menggunakan tawon kemit (Apanteles artonae) yang merusak ulat atau Ptircnomya
dan Cardusia leefmansi; (3) menggunakan insektisida Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air
melalui suntikan batang ataupun penyemprotan pada stadium larva.
4. Tikus pohon, Rattus rattus Roque
Ciri: hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam rumah. Gejala: (1) buah
kelapa berlubang dekat tampuknya.; (2) lubang pada sabut dan tempurung sama
besarnya. Bentuk tidak rata, kadang bulat dan kadang melebar. Pengendalian:
(1) memburu tikus, memasang perangkap atau umpan-umpan beracun; (2) sanitasi
mahkota daun kelapa agar tidak menjadi sarang tikus.
3.3.6.2. Penyakit
Adapun jenis-jenis penyakit penting yang umumnya menyerang tanaman kelapa dalam di
Indonesia adalah:
tanam yang tepat; (3) menanam bibit yang sehat, subur dan kuat, serta
membongkar dan membinasakan tanaman yang terserang penyakit.
4. Penyakit rontok buah
Penyebab: cendawan Phythophthora palmivora. Gejala: (1) buah rontok; (2) pada
bagian pangkal buah terdapat bagian yang busuk. Atau sebagi akibat
cendawan Thielaviopsis paradoxa. Pengendalian: (1) pemupukan yang teratur dan
pemberian air pada musim kemarau; (2) menyemprot tanaman yang terserang
dengan fungisida yang mengandung Cu, misalnya bubur Bordo atau Copper
Oxyclorida.
3.3.6.3. Gulma
Jenis-jenis gulma yang umumnya dijumpai pada pertanaman kelapa dalam
antara lain: Alang-alang (Imperata cylindrica), Teki (Cyperus rotrendus), Lampuyangan
(Panium repens), Pahitan (Paspalum konjugatum), Sembung rambat (Mikania cordata), Tahi
ayam (Lantana camara) dan Kipahit (Euphathorium odorotum).
Cara pemberantasan gulma yang dapat dilakukan pada pertanaman kelapa meliputi:
3.3.7. Panen
3.3.7.1. Ciri dan Umur Panen
Buah telah berumur 12 bulan, 4/5 bagian kulit kering, berwarna coklat, kandungan air
berkurang dan bila digoyang berbunyi nyaring.
19
2. Dipanjat. Keuntungan cara dipanjat, yaitu (1) dapat membersihkan mahkota daun;
(2) dapat memilih buah kelapa siap panen dengan kemampuan rata-rata 25
pohon per orang. Sedangkan kerugiannya adalah merusak pohon, karena harus
membuat tataran untuk berpijak. Di beberapa daerah di Pulau Sumatera, sering
kali pemetikan dilakukan oleh kera (beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400
butir sehari dengan masa istirahat 1 jam, tetapi beruk tidak dapat membersihkan
mahkota daun dan selektivitasnya kurang.
3. Dipanen dengan galah, yaitu dengan menggunakan bambu yang disambung dan
ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan ratarata 100 pohon per orang per hari.
3.3.7. Pascapanen
3.3.8.1. Pengumpulan
Buah dikumpulkan menggunakan keranjang atau alat angkut yang tersedia. Kemudian
semua buah hasil panen dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
3.3.8.3. Penyimpanan
Buah kelapa disimpan dengan cara ditumpuk dengan tinggi tumpukan maksimal 1 m.
Tumpukan berbentuk piramidal dan longgar. Tumpukan dalam gudang diamati secara rutin.
Syarat-syarat gudang penyimpanan yang baik adalah udara segar dan kering, tidak
bocor dan kehujanan, tidak langsung kena sinar matahari, dan suhu udara dalam gudang 2527oC.
20
1) pengawetan, cara ini akan mencegah tumbuhnya jamur, serangga, dan bakteri
yang dapat memakan daging dan merusak minyak kelapa.
2) mengurangi berat, sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penanganan.
3) mengkonsentrasikan minyak, kadar minyak dalam kopra sekitar 65-68%. Cara
pembuatan kopra yaitu dengan pengeringan daging buah dengan sinar matahari
(penjemuran langsung atau efek rumah kaca) atau dengan alat pengering.
Santan
Diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap kelapa parutan. Santan tidak
dapat disimpan lama, oleh karena itu diperlukan pengemasan santan untuk
mencegah rusaknya santan yaitu dengan pengalengan.
22
23
Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri di
Kalimantan Timur. Sumber listrik hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Umum
Listrik Negara. Produksi Listrik Untuk wilayah Kalimantan Timur pada tahun 2007
1.799.906,17 kWh terpasang 414,44 kWh, terjual 1.603.250,84 kWh dan digunakan
sendiri sebesar 37.713,47 kWh (BPS 2008).
Kota Bontang telah dilayani jaringan listrik yang telah menjangkau seluruh
wilayah kota. Pada tahun 2007, tenaga listrik yang diproduksi Kota Bontang sebesar
84.436,19 MWh dengan kapasitas terpasang 21,48 MWh. Kabupaten Kutai
Kertanegara, produksi tenaga listrik mencapai 621.425,00 MWh dengan kapasitas
terpasang 99,96 MWh. Sementara Panajam Paser Utara, Produksi listrik tahun 2007
berjumlah 46.923,01 MWh dengan kapasitas terpasang 16,19 MW (BPS Kaltim, 2008).
4.1.4. Air Bersih dan Kapasitasnya
Perusahaan air minum di Kalimanatan Timur pada tahun 2007 berjumlah 13 buah
di mana kesemuanya adalah kesemuanya adalah milik pemerintah. Untuk wilayah
Kalimantan Timur kapasitas potensial 5.167 liter/detik, kapasitas efektif 4.173 liter/detik
dan efektifitas produksi sebesar 80,76 liter/detik. Sumber air bersih di Kalimantan Timur
diperoleh terbesar melalui sungai selain itu waduk, mata air dan artesis. Banyaknya air
bersih yang disalurkan 111.776.000 m3
4.1.5. Hotel dan Restoran
Kalimantan Timur sebagai daerah sentra perdagangan dan jasa, serta tujuan
wisata terdapat sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang
maupun non bintang pada tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel berbintang 17 buah
yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777 tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah
dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur. Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat
pula restoran sebanyak 912 buah. Keberadaan hotel dan restoran ini mendukung fasilitas
bagi investor.
4.1.6. Sekolah/ PT/Lembaga Pendidikan
4.1.7.
Jalan/ transportasi
Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun hasil Produksi kopra dan
budidaya kelapa telah dibangun jalan lintas kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros
selatan, tengah dan utara. Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai
untuk angkutan antar kota dalam provinsi maupun antar kota antar provinsi.
Panjang jalan negara di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun
2007 mencapai 1.539,70 km, jalan di bawah wewenang Provinsi 1.762,07 km, sedang
jalan di bawah wewenang Kabupaten/Kota mencapai 5.283,04 km.
Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang
memperpendek jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari
pembangunan highway Bontang-Samarinda-Balikpapan.
Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan
Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.
4.1.8. Perbankan/Asuransi
Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2007 berjumlah 304 unit
yang tersebar di kabupaten/kota di Kalimantan Timur.Posisi kredit yang telah tersalurkan
kepada sektor usaha berjumlah Rp 24,612 trilyun, dan khusus untuk sektor peranian
mencapai Rp 13,95 milyar.
Posisi kredit untuk wilayah Bontang berjumlah
Rp4.725.918.000.000, Berau sebesar Rp1.229.257.000, Kutai Timur sebesar
Rp359.313.000.000 dan Kutai Kertanegara Rp1.830.608.000.000. Jumlah bank yang
terdapat di beberapa kota/kabupaten diantaranya Bontang 23 bank, Berau 11 bank,
Kutai timur 2, Kutai kertanegara 17 bank dan PPU sebanyak 1 bank.
4.1.9. Pos dan Telekomunikasi
Kalimantan Timur melalui PT. Telkom pada tahun 2007 telah membangun 4.767
SST (Suara Satuan Langsung). Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat
pesat, dengan diindikasikan tercatatnya 9 operator sembilan telepon selular. Kota
Bontang memiliki 8.086 SST dan 9 CCT (komunikasi data circuit).
4.2.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kopra, pemerintah terus menggalakkan usahausaha untuk meningkatkan produksi kelapa dalam nasional, baik melalui peremajaan kelapa
dalam yang telah tua atau perluasan perkebunan kelapa dalam seperti tertuang dalam Prospek
dan Pengembangan Kelapa Dalam yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian, dimana
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang direkomendasikan untuk
pengembangan kelapa dalam tersebut.
Aspek sosial ekonomi yang diharapkan dari kebijakan ini adalah adanya peningkatan
pendapatan petani melalui terjaminnya pasar kelapa, berlangsungnya rehabilitasi tanaman yang
sudah tidak produktif lagi atau adanya perluasan lahan baru untuk tanaman kelapa,
menumbuhkan industri hilir (olahan), penciptaan lapangan kerja, peningkatan PAD, pemanfaatan
sumberdaya dengan optimal, serta rangsangan untuk memperkuat teknologi di bidang tanaman
25
kelapa dengan terus melakukan inovasi teknologi pemanfaatan bagian-bagian tanaman kelapa
untuk menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis.
Pembukaan lahan untuk tanaman kelapa dalam secara intensif akan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan antara lain lingkungan fisik kimia, biota, dan kesehatan masyarakat.
Terbukanya lahan akan mengakibatkan peningkatan efek pencucian hara tanah,
perubahan pH tanah, dan peningkatan kadar kejenuhan basa. Untuk mengatasi efek negatif
perlu dilakukan pengapuran, pemupukan sehingga dapat mengembalikan lingkungan fisik kimia
seperti keadaan semula sehingga berubah menjadi dampak positif.
Terbukanya lahan menyebabkan berubahnya ekosistem yang tadinya tertutup menjadi
ekosistem terbuka, dimana kebanyakan organisme pengganggu tanaman menyukai kondisi ini.
Dampak negatif ini perlu diantisipasi dengan melakukan pengendalian hama terpadu yang tepat,
baik secara mekanis, kimia, maupun biologi.
Adanya kegiatan pembukaan lahan baru secara luas yang disertai oleh adanya
kegiatan industri akan banyak mengundang masyarakat pendatang, sehingga kegiatan awal
dari pembukaan lahan akan memberikan dampak negatif berupa gangguan kesehatan pada
masyarakat. Dampak negatif ini dapat diatasi bila perusahaan (perkebunan inti) menyiapkan
fasilitas umum seperti sarana dan prasarana pengobata termasuk tenaga medisnya. Disamping
itu harus dilakukan juga upaya-upaya penciptaan lingkungan masyarakat yang sehat dan
harmonis, sehingga dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan produktifitas kerja
yang secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kebun dan kesejahteraan
masyarakat.
4.3.
Legalitas
Ijin usaha pembukaan kebun di Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur mengacu
kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang Nomor 24 tahun 1994
tentang Sistem Budidaya Tanaman; Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Tata Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702; Undang-undang
Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk Hukum Daerah; Keputusan Menteri Pertanian Nomor
357/pts/HK.350/5/2002 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.
2.
26
3.
4.
IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu yang sama;
5.
6.
harus
menyampaikan
permohonan
kepada
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
7.
Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perkebunan wajib memperoleh izin tertulis dari
Bupati;
2.
3.
4.
permohonan
kepada
27
Surat Permohonan (Blangko Model 1/PMDN) dan ditanda tangani diatas materai Rp. 6,000.oleh pemohon dibuat rangkap dua dengan dilampiri persyaratan sbb:
1.
2.
3.
Proposal Proyek atau Bidang Usaha yang dimohon dan atau rencana kegiatan dari
awal penanaman modal hingga pemasaran hasil produksi.
4.
5.
7.
8.
Surat Kuasa dari yang berhak apabila permohonan bukan dilakukan oleh pemohon
sendiri.
9.
28
1.
2.
3.
4.
11.
Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang
bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1995.
II. Setelah Permohonan diterima di Bagian Perekonomian & Penanaman Modal Setda Kota/Kab,
yang selanjutnya Permohonan diperiksa kelengkapannya/ lampirannya oleh Sub Bagian
Penanaman Modal dan BUMD.
III. Setelah lampiran sudah lengkap, maka proposal dipresentasikan oleh Investor dengan biaya
sendiri untuk dipresentasikan dihadapan pejabat Pemerintah Kota/Kab dan bila dianggap
perlu juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM
dll.
IV. Hasil Presentasi dinilai oleh Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan
Pemerintah Kota/Kab.
29
ANALISIS FINANSIAL
Analisis finansial perkebunan kelapa dalam monokultur produknya diarahkan pada produk
setengah jadi, yaitu kopra.
5.1. Asumsi
Perhitungan analisis kelayakan usahatani budidaya kelapa dalam berdasarkan beberapa
asumsi sebagai berikut;
Luas perkebunan
Jarak tanam
9x9m
Rp7.000,-
Umur proyek
30 tahun
Berdasarkan tinjauan lapangan dan penelitian para ahli lainnya, tingkat produksi kelapa
dalam berfluktuasi. Kelapa dalam baru mulai berproduksi pada umur 5 tahun. Pada umumnya,
produksi mulai stabil pada tahun ke-12 sampai tahun ke-40. Pada tahun berikutnya, produksi
mengalami penurunan. Harga jual kopra adalah Rp7.000 per kg. Setiap kg kopra diperoleh dari
4 buah kelapa segar.
Tabel 10. Produksi, ongkos produksi cost, penjualan, dan perhitungan rugi-laba dari
perkebunan kelapa dalam berdasarkan tahun proyek
Tahun
Produksi Kelapa
(butir)
Produksi
Kopra (kg)
Penjualan Kopra
(Rp)
Biaya (Rp)
Laba Kotor
124.430.525
(124.430.525)
2.113.700
(2.113.700)
2.239.875
(2.239.875)
1.879.450
(1.879.450)
1.879.450
(1.879.450)
11.440
2.860
20.020.000
2.663.950
17.386.050
30
Tahun
Produksi Kelapa
(butir)
Produksi
Kopra (kg)
Penjualan Kopra
(Rp)
Biaya (Rp)
Laba Kotor
11.440
2.860
20.020.000
1.841.950
18.178.050
17.160
4.290
30.030.000
1.841.950
28.188.050
17.160
4.290
30.030.000
1.841.950
28.188.050
17.160
4.290
30.030.000
1.841.950
28.188.050
10
17.160
4.290
30.030.000
2.663.950
27.366.050
11
17.160
4.290
30.030.000
1.766.950
28.263.050
12
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
13
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
14
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
15
24.024
6.006
42.042.000
2.588.950
39.454.050
31
Produksi Kelapa
(butir)
Produksi
Kopra (kg)
Penjualan Kopra
(Rp)
Biaya (Rp)
Laba Kotor
16
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
17
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
18
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
19
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
20
24.024
6.006
42.042.000
2.588.950
39.454.050
21
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
22
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
23
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
24
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
25
24.024
6.006
42.042.000
2.588.950
39.454.050
26
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
27
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
28
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
29
24.024
6.006
42.042.000
1.766.950
40.275.050
30
24.024
6.006
42.042.000
2.588.950
39.454.050
32
Selama 30 tahun umur proyek, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman kelapa
dalam baik biaya investasi maupun biaya operasional adalah Rp.360.865.700-, sedangkan
penerimaan dari hasil penjualan diperoleh sebesar Rp 1.088.988.000,-, sehingga diperoleh laba
usaha sebesar Rp 728.122.300,- Perincian biaya investasi untuk per ha tanaman kelapa dapat
dilihat pada Tabel 11.
Table 11. Biaya investasi untuk perkebunan kelapa dalam
Investasi
tanaman
Tahun investasi
4.390.525
2.113.700
2.239.875
1.879.450
1.879.450
Investasi
non-tanaman
120.040.000
0
0
0
0
Total
Investment
124.430.525
2.113.700
2.239.875
1.879.450
1.879.450
Total
12.503.000
120.040.000
Kriteria investasi
NPV
132.543.000
Nilai
Gross B/C
1,17
Net B/C
1,94
BEP harga
Rp688,07
Produksi
3.233 kg
Rp33.783.676,-
Analisis
B/C
ratio
adalah
IRR
30,79 %
perbandingan antara total cash inflow
Payback period
9 tahun 1 bulan
terhadap total cash outflow. Gross B/C ratio
ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat
benefit (penerimaan) akan diperoleh dari cost (biaya) yang dikeluarkan sebelum dikalikan
dengan discount factor (DF). Hasil analisis menunjukkan nilai gross B/C ratio sebesar 1,17 Nilai ini
menunjukkan bahwa benefit yang yang diperoleh 1,17 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh
dari biaya yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan Discount Factor sebesar 14 %.
Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C rasio adalah 1,94 yang artinya benefit
yang diperoleh adalah 1,94 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.
33
Rp4.816.514
5.3.3.
Payback period
= --------------------Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah
Rp7.000
dikeluarkan melalui
keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan analisis
kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke- 9 lebih 1 bulan.
= 688,1 kg kopra pertahun
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada
discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya.
Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk
diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV
sebesar Rp33.783.676,- yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek usaha budidaya
tanaman kelapa dalam layak untuk diusahakan.
34
Kriteria investasi
Sensitivitas
Biaya produksi naik 10 %
1,16
1,10
1,90
1,54
32..977.337
20.618.706
30,41
27.76
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya produksi naik 10 % dan harga jual
kopra turun sebesar 10 %, usaha kelapa dalam masih menguntungkan dan tetap layak untuk
dilaksanakan. Hal ini tercermin dari nilai-nilai criteria investasi yang menunjukkan kelayakan
usaha ini. Hasil analisis sensitivitas sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 11, menunjukan bahwa
apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10% dan harga kopra turun 10 %, nilai Net
B/C ratio masing-masing 1,90 dan 1,50 lebih besar dari 1, berarti net benefit yang diperoleh
dari usaha budidaya tanaman kelapa adalah 1,17 dan 1,13 kali lipat dari biaya yang
dikeluarkan. Jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang
diperoleh dari suatu proyek juga tergolong tidak berubah jauh. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
payback period terjadi tahun ke- 9 tahun 1 bulan jika biaya produksi mengalami kenaikan 10 %
dan 9 tahun 6 bulan apabila harga jual mengalami penurunan sebesar 10 %.
Hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV masing-masing
sebesar Rp32.977.337,- dan Rp20.618.706,- yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek
pengembangan kelapa dalam layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR
juga diperoleh nilai 30,41 % dan 27,67 %. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku
adalah 14 %, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR
jauh lebih besar dibandingkan dengan suku bunga tersebut.
35
PENUTUP
Berdasarkan pemaparan mengenai peluang investasi budidaya kelapa dalam di
Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur antara lain Paser, Penajam
Paser Utara, Berau, Kutai kertanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, dan Nunukan memiliki potensi
yang sangat besar untuk dikembangkan.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa investasi pada usaha budidaya kelapa dalam di
Provinsi Kalimantan Timur dinilai layak (feasible), menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Para investor tidak perlu ragu menanamkan modalnya untuk investasi di bidang ini. Ditinjau dari
aspek teknis maupun ekonomis serta dukungan pemerintah daerah setempat yang kuat akan
memudahkan bagi para investor melakukan investasi dibidang agribisnis perkebunan kelapa ini.
Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang investasi budidaya kelapa
dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu:
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186
Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866
E-mail : sysadm@ bkpm.go.id
Website : http://www.bkpm.go.id
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda Kalimantan Timur 75117 Telp. 62-0541-743235 743446
Fax : 0541-736446 E-mail : Humas@bpid.kaltim.go.id
Website : http://www.bpid.kaltim.go.id
Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur
Jl. Basuki Rahmat Samarinda Kalimantan Timur
Telp. 0541-741676
36
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2007. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan
Kalimantan Timur 2007, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda
Novarianto H (2005) Plasma Nutfah dan Pemuliaan Kelapa. Balai Penelitian Tanaman Kelapa
dan Palma Lain, Manado.
37
38
Model 1 / PMDN
Investment (PMA)
Kelengkapan
bagi perorangan
-Akta perusahaan
R
M
O
Copy NPWP
H2. PERSETUJUAN
O
PENANAMAN-
usaha
Peserta Indonesia
Surat Persetujuan
untuk
PMDN bukan
Surat kuasa,
apabila
ditandatangani Direksi
PMA
RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
3.
PERIZINAN
PELAKSANAAN
- Perpanjangan WPP
-APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan
- Perubahan status
-RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA
- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN oleh asing
-Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA bagi TKA
atau sebaliknya
-IKTA, untuk memperkerjakan TKA
-SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan baku/penolong
Copy akta pendirian dan pengesahan
===========================================
Sebagai dasar untuk
Kelengkapan
Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat Atas Tanah
-Melakukan produksi komersil
- Copy akte perusahaan
4. REALISASI IZIN
USAHA
- Copy IMB
investasi
-Pengajuan restrukturisasi
- LKPM
39
perubahannya