S2 2013 292811 Chapter1
S2 2013 292811 Chapter1
PENDAHULUAN
ini
juga
memiliki
operasional
yang
paling banyak diproduksi. Pada tahun 2006 produksinya mencapai 1.427,781 ton
dan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2007 mencapai 2.237, 858 ton
(BPS, 2007).
dan asam sitrat. Baru-baru ini ekspor nenas segar ke pasar di negara-negara
beriklim sedang meningkat pesat (Samsons, 1989).
Menurut Benni (2007), produk nenas kaleng mempunyai peluang besar
untuk dikembangkan karena memberikan kontribusi pada peningkatan nilai
ekspor non migas nasional dan menduduki peringkat pertama pada nilai ekspor
Indonesia untuk buah dalam kaleng yaitu sebesar 90 persen. Nenas kaleng
merupakan pengolahan lebih lanjut dari buah nanas segar adalah produk utama
buah kalengan dan hampir seluruh produksinya ditujukan untuk ekspor.
PT Great Giant Pineapple merupakan perkebunan pertama di Indonesia
yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan tanaman
nenas jenis smooth cayenne yang cocok untuk dikalengkan. Dengan luas 32.200
ha, kebun nenas PT Great Giant Pineapple merupakan perkebunan nenas
terintegrasi yang terbesar di dunia dan menjadi pemimin produsen nenas olahan di
Indonesia. PT Great Giant Pineapple telah mengekspor nenas ke lebih dari 50
negara dan mensuplai 15-20% total kebutuhan nenas dunia, 40% diantaranya ke
Eropa, 35% ke Amerika Utara, dan 25% lainnya ke Asia Pasifik (Didin dan Sobir,
2009).
Perusahaan ini berskala internasional dalam industri pengalengan nanas
dan terintegrasi vertikal penuh (full integration). Menurut Hasibuan (1993)
perusahaan yang terintegrasi vertikal penuh mengusahakan komoditas pertanian
dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari pengelolaan perkebunan, pabrik pengolahan,
sampai dengan pemasaran.
bervariasi, dan pengangkutan tidak efisien karena kebun petani luasannya sempit,
terpencar-pencar, dan jauh dari lokasi pabrik pengalengan nenas.
Bahan baku buah nenas segar yang digunakan untuk pengolahan buah
kaleng diperoleh dari hasil perkebunan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kualitas, kontinuitas, dan efisiensi suplai bahan baku. Buah nenas segar hasil dari
perkebunan diproses kurang dari 24 jam menjadi produk nenas olahan. Output
yang dihasilkan selanjutnya disalurkan kepada konsumen melalui perusahaan lain
baik yang terintegrasi dengannya atau tidak. Melihat luasnya pasar hasil produk
nenas olahan maka berbagai penelitian tentang peluang peningkatan produksi
buah nenas akan berguna dan sangat dibutuhkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Tanaman nenas dibudidayakan oleh PT Great Giant Pineapple pada lahan
perkebunan seluas 20.000 ha. Perkebunan ini dikelola secara semi mekanisasi
menggunakan alat mesin pertanian dan sebagian aktivitasnya menggunakan
tenaga kerja manual. Pengolahan tanah, penanaman tanaman, perawatan, sampai
panen telah direncanakan dengan baik dalam organisasi yang telah terstruktur
berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pengelolaan perkebunan
di PT Great Giant Pineapple merupakan gambaran pertanian modern yang dapat
menjadi contoh bagi praktek pertanian secara umum di Indonesia.
Produksi buah nenas dapat ditingkatkan dengan mengombinasikan faktor
produksi yang digunakan sebagai input. Terdapat banyak faktor yang terlibat
dalam proses produksi di perkebunan PT Great Giant Pineapple. Permasalahan
1.4. TUJUAN
1. Memahami proses produksi nenas di perkebunan yang dikelola secara
intensif dan modern beserta faktor-faktor produksi yang berpengaruh.
2. Mengidentifikasi faktor produksi perkebunan yang dominan di PT GGP
dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
3. Menentukan pola hubungan antar faktor produksi terhadap produksi nenas
yang digambarkan dalam fungsi produksi.
4. Menentukan peningkatan produksi nenas dan penghematan biaya yang dapat
tercapai dari alternatif solusi yang diperoleh dengan analisa six sigma.
1.3 MANFAAT PENELITIAN
1. Digunakan sebagai informasi mengenai agroindustri nenas secara umum dan
khususnya perkebunan PT Great Giant Pineapple.
2. Memberikan gagasan kepada pelaku agroindustri untuk memahami
permasalahannya dalam meningkatkan produksi dan menghemat biaya
produksi.
3. Penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam pelaksanaan penelitian-penelitian
berikutnya yang sejenis.