Anda di halaman 1dari 37

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN


PRODUKTIVITAS
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. VII.B Telp/Fax. (021) 52961311, 5255733 (Ext.734)
Jakarta Selatan Indonesia 12950

KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN
PRODUKTIVITAS
NOMOR : KEP. 297 /LATTAS/ XII /2007
TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PENYUSUNAN
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN
PRODUKTIVITAS,

Menimbang :

a. bahwa sebagai pelaksanaan amanat Pasal 23


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER. 21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia, perlu menetapkan Pedoman Tata Cara
Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI);

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006
tentang
Sistem
Pelatihan
Kerja
Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4637);
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

KESATU

KEDUA

KETIGA

Menetapkan Pedoman Tata Cara Penyusunan


Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Direktur Jenderal ini.
:
Pedoman sebagaimana dimaksud pada
Diktum KESATU digunakan sebagai acuan bagi
Pemangku Kepentingan dan Instansi Teknis
Pembina Sektor dalam penyusunan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2007
DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN DAN
PRODUKTIVITAS

MASRI HASYAR
NIP.160017234

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
NOMOR : KEP.297/LATTAS/XII/2007
TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI
KERJA NASIONAL INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsekuensi logis dampak globalisasi akan terbentuk persaingan yang ketat
antar negara. Setiap negara akan melakukan berbagai upaya agar dapat
memenangkan

persaingan

global

dan

eksistensinya

akan

tetap

dipertahankan. Oleh karena itu negara-negara berkembang termasuk


Indonesia memulai berbenah diri dengan tahapan-tahapan yang positif
untuk mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia dari berbagai
aspek terkait dengan kompetensi menyongsong era globalisasi.
Mempersiapkan kompetensi SDM sejak dini merupakan hal yang sangat
diperlukan

untuk mampu bersaing memenangkan dan memperebutkan

kesempatan kerja yang terbuka di berbagai bidang pekerjaan dan profesi .


Perkembangan yang sangat cepat dewasa ini, menuntut kesiapan SDM
yang berkualitas yang memerlukan pula persiapan diiringi dengan
infrastruktur yang lebih baik dan biaya yang memadai .
Salah satu aspek yang sangat penting dan strategis antara lain menyiapkan
Standar Kompetensi Kerja yang akan digunakan sebagai acuan dalam
pembinaan dan penyiapan SDM yang berkualitas dan kompeten dan diakui
oleh seluruh pemangku kepentingan (stake holder) dan berlaku secara
nasional di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia .
Berdasarkan

Undang

Undang

Nomor

13

Tahun

2003

tentang

Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa program pelatihan kerja harus mengacu


kepada standar kompetensi kerja. Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor
1
Pedoman Penyusunan SKKNI

31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional ditegaskan kembali


bahwa program pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja harus mengacu
kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar Kompetensi
Kerja Internasional maupun Standar Kompetensi Khusus .
Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan perlu Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia untuk semua sektor industri dan lapangan usaha
sebagai acuan dalam peningkatan mutu SDM, merupakan tantangan yang
tidak ringan dan perlu segera diwujudkan agar dapat memenuhi kebutuhan
industri/dunia usaha.
Penyusunan Standar Keterampilan pada masa lalu telah dimulai oleh
masing masing departemen/sektor dan lapangan usaha, tetapi pada waktu
tersebut belum terkoordinasi dengan baik, sehingga masing masing sektor
memberlakukan standar ketrampilan bagi sektornya. Hal ini menyulitkan kita
untuk mengetahui standar mana yang sebenarnya merupakan konsensus
nasional dan diakui secara nasional.
Berlakunya peraturan perundangan yang baru dan merupakan manifestasi
dari keinginan semua pihak, maka

untuk meningkatkan kualitas dan

produktivitas SDM Indonesia, sudah saatnya Indonesia memiliki Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang berlaku dan diakui secara
nasional dan secara internasional .
Sehubungan dengan hal tersebut maka pedoman tata cara Penyusunan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah kelengkapan dan
tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 dan selanjutnya agar digunakan
oleh berbagai pihak dalam merancang dan menyusun standar kompetensi
kerja sesuai dengan kebutuhan pengembangan SDM di masing masing
sektor.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan disusunnya Pedoman Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia adalah untuk memberikan panduan kepada para
pihak yang berkepentingan dalam merencanakan dan menyusun Standar
2
Pedoman Penyusunan SKKNI

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di masing-masing sektor,industri dan


lapangan usaha .
Sasaran disusunnya Pedoman Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia adalah tercapainya penyusunan

Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di berbagai sektor, industri dan


lapangan usaha yang

terarah dan sistematis, melibatkan seluruh unsur

yang terkait sesuai kebutuhan yang diakui secara nasional .

C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistim Pelatihan
Kerja Nasional
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.
21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia

D.Pengertian-pengertian
Pengertian yang digunakan dalam buku pedoman ini antara lain
sebagai berikut :
1. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Standardisasi kompetensi kerja adalah proses merumuskan,
menetapkan dan menerapkan standar kompetensi kerja.
3. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian
kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu
yang berlaku secara nasional.
4. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan
3
Pedoman Penyusunan SKKNI

bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian


pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor.
5. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah
kegiatan menetapkan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia oleh
Menteri.
6. Pengarah adalah instansi/lembaga/asosiasi terkait yang memfasilitasi
pembentukan Panitia Teknis Penyusun SKKNI di sektor/sub sektor
kompetensi di bidang keahlian yang berkaitan dengan para pihak
pemangku kepentingan (stakeholder).
7. Panitia Teknis adalah sekelompok profesi tertentu yang unsur-unsurnya
terdiri atas asosiasi profesi, asosiasi perusahaan/industri, asosiasi
lembaga pendidikan dan pelatihan, BNSP, lembaga sertifikasi profesi,
pakar/ahli/ praktisi di bidang standar dan di bidang substansi serta
instansi teknis terkait.
8. Tim Teknis adalah Tim teknis Penyusun Draft Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang dibentuk oleh panitia teknis.
9. Instansi teknis adalah departemen, kementerian negara dan/atau
lembaga pemerintah lainnya yang merupakan pembina teknis sektor/sub
sektor yang bersangkutan.
10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.

4
Pedoman Penyusunan SKKNI

BAB II
UMUM
A. Pengertian Standar .
Menurut Kamus bahasa Indonesia arti dari pada standar adalah sebagai
ukuran yang disepakati, sedangkan kompetensi kerja mempunyai arti
sebagai kemampuan kerja seseorang yang dapat terobservasi dan
mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja seseorang
dalam menyelesaikan suatu fungsi tugas atau pekerjaan sesuai dengan
persyaratan pekerjaan yang ditetapkan.
Nasional mempunyai arti berlaku di seluruh wilayah negara Republik
Indonesia dan Indonesia adalah nama untuk negara kesatuan Republik
Indonesia.
Oleh karena itu maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
selanjutnya disebut SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan atau keahlian serta
sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan
tugas/pekerjaan tertentu yang berlaku secara nasional.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini disusun berdasarkan
acuan pola RMCS (Regional Model Competency Standard) sebagaimana
yang telah disepakati oleh negara dikawasan Asia Pasifik .

B. Kebutuhan SKKNI.
Kebutuhan standar kompetensi kerja nasional selama tahun terakhir ini
semakin dirasakan oleh berbagai pihak diantaranya oleh sektor, industri
dan dunia usaha, lembaga diklat, assosiasi profesi dan sebagainya.
Hal tersebut semakin dirasakan karena lalu lintas kerjasama ekonomi
antara lain terjadinya arus barang dan jasa antar kawasan dan antar
Negara akan semakin tidak dapat dibatasi oleh suatu negara manapun .
Dalam kaitan dengan arus jasa yang didalamnya termasuk jasa tenaga
kerja diasumsikan akan terjadi mobilisasi tenaga kerja yang menuntut
kesiapan kompetensi setiap tenaga kerja.

5
Pedoman Penyusunan SKKNI

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang disepakati sebagai


dasar dan acuan untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM adalah
sangat diperlukan oleh :
1.

Lembaga

Diklat

Profesi

(LDP)

sebagai

institusi

yang

menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Profesi untuk dasar


penyusunan program/kurikulum, silabus dan materi diklat agar
kualitas lulusannya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh dunia kerja
dan pasar kerja.
2.

Dunia Usaha/Industri sebagai pengguna tenaga kerja sebagai bagian


dalam

menyusun

kebutuhan

tenaga

kerja,

uraian

tugas

pegawai/karyawan, informasi rekruitmen, penilaian kinerja karyawan


pembuatan uraian jabatan pekerjaan/keahlian dan sebagainya.
3.

Lembaga Sertifikasi Profesi memerlukan standar kompetensi kerja


untuk merumuskan dan menyusun materi uji kompetensi (MUK),
bank

soal

untuk

uji

kompetensi,

dasar

penerbitan

sertifikat

kompetensi, penetapan assesor uji kompetensi, menyusun urutan


proses uji kompetensi dan sebagainya.
4.

Oleh Pemerintah sebagai alat kendali mutu tenaga kerja dan bahan
pembinaan bagi Lembaga Diklat Profesi (LDP) maupun Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) dalam melaksanakan tugasnya .

C. Kelompok Kerja
Untuk kepentingan penyusunan RSKKNI perlu dibentuk Kelompok
Kerja

/Panitia

Kerja

Departemen/Instansi

yang

diinisiasi

dan

diprakarsai

oleh

teknis pembina sektor dengan hirarki sebagai

berikut :
a.

Komite SKKNI, adalah suatu komite/panitia yang


mempunyai tugas memberikan arahan dalam rangka merencanakan
penyusunan SKKNI di sektornya, memetakan berdasarkan sektor,
sub sektor, bidang dan sub bidang pekerjaan, memilah dan
menentukan prioritas serta jumlah SKKNI yang akan disusunnya .

b.

Komite
Pejabat

eselon

II

SKKNI

dibentuk

setingkat

berdasarkan

Sekretaris

Keputusan

Jenderal

pada

Departemen/lembaga dan bertanggung jawab kepada pada pejabat


6
Pedoman Penyusunan SKKNI

Eselon I pada instansi teknis pembina sektor. Keanggotaan komite


teknis terdiri dari unsur-unsur sebagaimana tertuang pada Permen
Nakertrans Nomor. 21/MEN/X/2007 pasal 7 ayat (2) tentang tata cara
penetapan SKKNI. Dalam hal Komite Teknis RSKKNI pada instansi
teknis pembina sektor belum terbentuk, maka untuk penyusunan
RSKKNI dapat dibentuk Panitia Teknis RSKKNI yang dibentuk
pejabat Eselon I setingkat Direktur Jenderal pada instansi teknis
pembina sektor sebagaimana tercantum pada Pasal 13 ayat (1)
Permen Nakertrans Nomor 21 tahun 2007 .
c. Untuk keperluan pembentukan kelompok kerja penyusunan RSKKNI
yang terdiri dari komite SKKNI, panitia teknis, tim penyusun SKKNI,
panitia konvensi SKKNI dan sebagainya, dalam pedoman ini lebih
lanjut diberikan Contoh Format seperti tertera dibawah ini : :
1. Format untuk pembentukan Komite SKKNI
Format untuk susunan keanggotaan komite SKKNI terdiri dari
kolom Nomor, Nama, Jabatan di instansi, Jabatan dalam tim dan
keterangan, sebagai lampiran dari SK Pembentukan Komite
SKKNI . SK Pembentukan Komite SKKNI sesuai dengan format
SK yang berlaku pada Instansi Teknis Pembina Sektor.
Contoh format susunan keanggotaan Komite SKKNI :
NO

NAMA

JABATAN DI
INSTANSI
3

JABATAN
DALAM TIM
4

KETERANGAN
5

Keterangan :
Kolom keterangan diisi hal-hal lain yang dianggap penting
2. Format Panitia Teknis
Format untuk susunan keanggotaan Panitia Teknis terdiri dari
kolom Nomor, Nama, Jabatan di instansi, Jabatan dalam tim dan
keterangan. Sebagai lampiran dari SK Pembentukan Panitia
Teknis. SK Pembentukan Panitia Teknis sesuai dengan fiormat SK
yang berlaku pada Instansi Teknis Pembina Sektor .
Contoh format susunan keanggotaan Panitia Teknis :
NO

NAMA

JABATAN DI
INSTANSI
3

JABATAN
DALAM TIM
4

KETERANGAN
5
7

Pedoman Penyusunan SKKNI

Keterangan :
Kolom keterangan diisi hal-hal lain yang dianggap penting
3. Format Tim Penyusun SKKNI
Format untuk susunan keanggotaan Tim Penyusun RSKKNI
terdiri dari kolom Nomor, Nama, Jabatan di Instansi, Jabatan
dalam tim dan keterangan. Sebagai lampiran dari SK
Pembentukan Tim Penyusun RSKKNI. SK Pembentukan Tim
Penyusun RSKKNI sesuai dengan format SK yang berlaku pada
Instansi Teknis Pembina Sektor .
Contoh format susunan keanggotaan Tim Penyusun RSKKNI :
NO

NAMA

JABATAN DI
INSTANSI
3

JABATAN
DALAM TIM
4

KETERANGAN
5

Keterangan :
Kolom keterangan diisi hal-hal lain yang dianggap penting
4. Format Pembentukan Panitia Konvensi RSKKNI
Format untuk susunan keanggotaan Panitia Konvensi RSKKNI
terdiri dari kolom Nomor, Nama, Jabatan di instansi, Jabatan
dalam tim dan keterangan. Sebagai lampiran dari SK
Pembentukan Panitia Konvensi RSKKNI. SK Pembentukan
Panitia Konvensi RSKKNI sesuai dengan format SK yang berlaku
pada Instansi Teknis Pembina Sektor.
Contoh format : susunan keanggotaan Panitia Konvensi
NO

NAMA

INSTANSI

JABATAN
DALAM TIM
4

KETERANGAN
5

Keterangan :
Kolom keterangan diisi hal-hal lain yang dianggap penting.
Pembentukan Kelompok Kerja sebagaimana tersebut di atas, sangat penting
untuk keperluan dokumentasi yang menyangkut keabsahan pembentukan
kepanitiaan, unsur keanggotaan yang mencerminkan stakeholder, waktu dan
jumlah, dan sebagainya yang terkait dengan penyusunan RSKKNI. Setiap
unsur kepanitiaan setelah menyelesaikan tugasnya membuat laporan dan
paling sedikit dilengkapi dengan Berita Acara pelaksanaan/hasil panitia yang
dibentuk.

8
Pedoman Penyusunan SKKNI

D.Struktur Standar Kompetensi


Dalam menyusun SKKNI, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
antara lain adalah :
1.

Komite SKKNI sangat perlu melakukan pemetaan terlebih dahulu


untuk mengidentifikasi lingkup sektor, sub sektor, bidang dan sub
bidang pekerjaan yang akan disusun RSKKNI nya, sehingga
diperoleh kejelasan bidang pekerjaan apa saja yang menjadi target
penyusunan RSKKNI nya, untuk menghindari dibelakang hari
terjadi duplikasi dan tumpang tindih. Disamping itu bagi instansi
Pembina akan lebih mudah untuk mengadakan pemantauan,
pembinaan

dan

pengendalian

aspek

kelanjutan

setelah

disahkannya RSKKNI menjadi SKKNI.


2.

Acuan untuk melakukan pemetaan terhadap sektor, sub sektor,


bidang dan sub bidang menggunakan pedoman Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang diterbitkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS).

3.

Penentuan Sektor, sub sektor, bidang dan sub bidang pekerjaan


akan sangat membantu mengindentifikasi jumlah dan jenis unit
kompetensi serta ruang lingkup cakupan kompetensi untuk suatu
bidang pekerjaan yang akan disusun dan dituangkan dalam
RSKKNI nya.

4.

Departemen Teknis Pembina sektor sebagai instansi pembina


melalui Komite Teknis di sektornya dianggap pihak yang paling
mengetahui dan wajib melakukan pembinaan dan pengendalian
terhadap Tim Penyusun/konsultan yang ditunjuk untuik melakukan
penyususn RSKKNI yang menjadi domain pembinaannya .

5.

Struktur SKKNI dalam penyusunannya mempunyai urutan sebagai


berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Sektor ;
Sub Sektor ;
Bidang ;
Sub Bidang ;
Pekerjaan /Bidang keahlian/profesi ;
9

Pedoman Penyusunan SKKNI

f.
g.
h.
i.
j.
k.

Unit Kompetensi;
Elemen kompetensi ;
Kriteria untjuk kerja ;
Batasan variabel ;
Panduan penilaian dan
Kompetensi Kunci ;

Struktur SKKNI lebih jelas digambarkan sebagaimana bagan di


bawah ini :

1. Sektor

BAGAN
SKKNI

STRUKTUR

2. Sub Sektor
3. Bidang
4. Sub Bidang
5.Pekerjaan/Jabatan/
Profesi

8. Kriteria Unjuk Kerja


9. Batasan Variabel
10. Panduan Penilaian
11. Kompetensi Kunci

13. Kualifkasi Kompetensi

7. Elemen Kompetensi

12. Level Kompetensi Kunci

6.Unit Kompetensi

10
Pedoman Penyusunan SKKNI

E. Unit Kompetensi
Penyusunan Unit Kompetensi dengan menggunakan pola RMCS,
memuat unsur-unsur :
1. Kode unit
2. Judul unit
3. Deskripsi unit
4. Elemen kompetensi
5. Kriteria unjuk kerja
6. Batasan variabel
7. Panduan penilaian
8. Kompetensi kunci
Unsur-unsur tersebut dalam unit kompetensi harus tercermin pada
SKKNI, karena unit kompetensi tersebut akan ditindaklanjuti dalam
langkah selanjutnya, untuk keperluan penyusunan program pelatihan,
materi uji kompetensi dalam rangka jaminan kualitas tenaga kerja.

F. Pengelompokkan Unit Kompetensi


Pengelompokan unit kompetensi pada SKKNI untuk satu bidang
keahlian/pekerjaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Kelompok Kompetensi Umum (General)
Pada

Kelompok Kompetensi

Umum ini mencakup

unit-unit

kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan pada hampir semua sub


bidang keahlian/pekerjaan. Sebagai contoh kompetensi yang terkait
dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
lingkungan kerja, perencanaan tugas yang bersifat rutin, penerapan
prosedur-prosedur baku/mutu, komunikasi kerja sesama karyawan
di tempat kerja dan/atau sesuai kondisi bidang pekerjaan tertentu.

11
Pedoman Penyusunan SKKNI

2. Kelompok Kompetensi Inti (Fungsional)


Kelompok Kompetensi Inti ini mencakup unit-unit kompetensi yang
diperlukan untuk mengerjakan tugas pokok fungsi pada bidang
keahlian/pekerjaan tertentu dan merupakan unit-unit yang harus
/wajib tercantum

pada

Sebagai

menerapkan

contoh:

bidang keahlian/pekerjaan dimaksud.


sistem

mutu,

mengatur

dan

menganalisis informasi, membuat laporan, membuat rencana


kegiatan

yang

lengkap

pekerjaan/keahlian/profesi

dan

dipersyaratkan

tersebut.

Unit

pada

bidang

kompetensi

inti

keberadaannya tidak bisa ditawar dan harus tercantum serta harus


dilaksanakan oleh setiap orang /individu yang akan menyandang
profesi tersebut.
3. Kelompok Kompetensi Khusus (Spesifik)
Kelompok Kompetensi Khusus ini mencakup unit-unit kompetensi
yang dapat ditambahkan ke dalam sub bidang keahlian/pekerjaan
tertentu

yang

memerlukan

kekhususan/spesialisasi

dan

memerlukan kemampuan analisis yang mendalam dan terstruktur.


Unit-unit ini sebagai tambahaan khusus yang diperlukan oleh setiap
pengguna yang berbeda pada sektor tersebut (muatan lokal).
Sebagai contoh pada keahlian las sektor tertentu memerlukan
tambahan persyaratan, misal untuk sektor Migas pekerja las harus
menguasai kompetensi mengelas untuk bahan tertentu (baja
titanium, alluminium steel dan sebagainya).
4. Kelompok Kompetensi Pilihan (Optional)
Kompetensi Pilihan ini mencakup unit kompetensi yang dipilih oleh
pekerja, pengguna, sektor tertentu yang bersifat sangat penting dan
pada

keahlian

tertentu/kualifikasi

tinggi.

Kompetensi

pilihan

biasanya dipakai untuk mencapai kualifikasi yang dipersyaratkan


pada jenis keahlian. Sebagai contoh seorang yang dipersyaratkan
untuk

menduduki

jenjang

kualifikasi/jabatan

tertentu

harus

menguasai kompetensi dari salah satu disiplin ilmu, keahlian dan


pengalaman di bidangnya selama kurun waktu tertentu.
12
Pedoman Penyusunan SKKNI

Catatan:
1. Penggunaan kosa kata umum, inti, khusus dan optional
merupakan hasil
kesepakatan secara terbatas, bila suatu bidang pekerjaan/keahlian ingin
menggunakan kosa kata atau istilah yang lain, dapat dilakukan sepanjang disepakati
oleh kelompok dimaksud.
2. Pengelompokan unit kompetensi tersebut di atas tidak berpengaruh pada kodifikasi
unit kompetensi.

G. Kerangka Kualifikasi
Kerangka Kualifikasi pada dasarnya adalah penetapan terhadap
tingkat/jenjang kualifikasi pada suatu bidang pekerjaan yang akan
disusun Rancangan SKKNI nya.
Berdasarkan amanat PP No. 31 Tahun 2006 tentang Sislatkernas pasal 5
ayat (2), bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
ditetapkan sebanyak 9 (sembilan) jenjang yaitu dari jenjang terendah
sertifikat I sampai dengan jenjang tertinggi sertifikat IX.
Sebagai acuan penuangan kerangka kualifikasi, berikut ini kisi-kisi
parameter nya ( lihat tabel ) .
Tabel
Kualifi
kasi
I

II

Rumusan parameter KKNI berdasarkan PP 31 Tahun 2006.

Parameter-parameter
Kegiatan

Pengetahuan

Tanggung Jawab

Melaksanakan
kegiatan:
- Lingkup terbatas
- Berulang dan sudah
biasa
- Dalam konteks yang
terbatas
Melaksanakan kegiatan
:
- Lingkup agak luas
- Mapan dan sudah
biasa
- Dengan pilihanpilihan yang terbatas
terhadap sejumlah
tanggapan rutin

- Mengungkap kembali
- Menggunakan
pengetahuan terbatas
- Tidak memerlukan
gagasan baru

- Terhadap kegiatan
sesuai arahan
- Dibawah pengawasan
langsung
- Tidak ada tanggung
jawab terhadap
pekerjaan orang lain
- Terhadap kegiatan
sesuai arahan
- Dibawah
pengawasan
tidak
langsung
dan
pengendalian mutu
- Punya tanggung jawab
terbatas terhadap
kuantitas dan mutu
- Dapat diberi tanggung
jawab membimbing
orang lain

- Menggunakan
pengetahuan
- Dasar operasional
- Memanfaatkan
informasi yang
tersedia
- Menerapkan
pemecahan masalah
yang sudah baku
- Memerlukan sedikit
gagasan baru

13
Pedoman Penyusunan SKKNI

III

IV

VI

Melaksanakan
kegiatan:
- Dalam lingkup yang
luas dan
memerlukan
keterampilan yang
sudah baku
- Dengan pilihanpilihan terhadap
sejumlah prosedur
- Dalam sejumlah
konteks yang sudah
biasa
Melakukan kegiatan :
- Dalam lingkup yang
luas dan
memerlukan keterampilan dan
penalaran khusus
- Dengan pilihanpilihan yang banyak
terhadap sejumlah
prosedur
- Dalam berbagai
konteks yang sudah
biasa maupun yang
tidak biasa
Melakukan kegiatan :
- Dalam lingkup yang
luas dan
memerlukan keterampilan penalaran
teknis khusus
(spesialisasi)
- Dengan pilihanpilihan yang sangat
luas terhadap
sejumlah prosedur
yang baku dan tidak
baku
- Yang memerlukan
banyak pilihan
prosedur standar
maupun non standar
- Dalam konteks yang
rutin maupun non
rutin
Melakukan kegiatan :
- Dalam ruang lingkup
yang sangat luas
dan memerlukan
keterampilan
penalaran teknis
khusus
- Dengan pilihanpilihan yang sangat
luas terhadap
sejumlah prosedur
yang baku dan tidak

- Menggunakan
pengetahuanpengetahuan teoritis
yang relevan
- Menginterpretasikan
informasi yang
tersedia
- Menggunakan
perhitungan dan
pertimbangan
- Menerapkan sejumlah
pemecahan masalah
yang sudah baku
- Menggunakan basis
pengetahuan yang
luas dengan
mengaitkan sejumlah
konsep teoritis
- Membuat interpretasi
analisis terhadap data
yang tersedia
- Pengambilan sejumlah
pe-mecahan masalah
yang bersifat inovatif
terhadap masalahmasalah yang konkrit
dan kadang-kadang
tidak biasa
- Menerapkan basis
pengetahuan yang
luas dengan
pendalaman yang
cukup di beberapa
area
- Membuat interpretasi
analitik terhadap
sejumlah data yang
tersedia yang memiliki
cakupan yang luas
- Menentukan metodemetode dan prosedur
yang tepat guna dalam
pemecahan sejumlah
masalah yang konkrit
yang mengandung
unsur-unsur teoritis
- Menggunakan
pengetahuan khusus
yang mendalam pada
beberapa bidang
- Melakukan analisis,
mem-buat ulang dan
mengevaluasi
informasi-informasi
yang cakupannya luas
- Merumuskan langkahlangkah pemecahan
yang tepat, baik untuk

- Terhadap kegiatan
sesuai arahan dengan
otonomi terbatas
- Di bawah pengawasan
tidak langsung dan
pemeriksaan mutu
- Bertanggung jawab
secara memadai
terhadap kuantitas dan
mutu hasil kerja
- Dapat diberi tanggung
jawab terhadap hasil
kerja orang lain
- Terhadap kegiatan yang
direncanakan sendiri
- Dibawah bimbingan dan
evaluasi yang luas
- Bertanggung jawab
penuh terhadap kualitas
dan mutu hasil kerja
- Dapat diberi tanggung
jawab terhadap kualitas
dan mutu hasil kerja
orang lain

Melakukan :
- Kegiatan yang diarahkan
sendiri dan kadangkadang memberikan
arahan kepada orang
lain
- Dengan pedoman atau
fung-si umum yang luas
- Kegiatan memerlukan
tanggung jawab penuh
baik sifat, jumlah
maupun mutu dari hasil
kerja
- Dapat diberi tanggung
jawab terhadap
pencapaian hasil kerja
kelompok

Melaksanakan :
- Pengelolaan kegiatan/
proses kegiatan
- Dengan parameter yang
luas untuk kegiatankegiatan yang sudah
tertentu
- Kegiatan dengan penuh
akuntabilitas untuk
menentukan tercapainya
hasil kerja pribadi dan
atau kelompok
14

Pedoman Penyusunan SKKNI

VII

VIII

IX

baku serta
masalah yang konkrit
- Dapat diberi tanggung
kombinasi prosedur
maupun abstrak
jawab terhadap
yang tidak baku
pencapaian hasil kerja
- Dalam konteks rutin
organisasi
dan tidak rutin yang
berubah-ubah
sangat tajam
Mencakup keterampilan pengetahuan dan tanggung jawab yang memungkinkan
seseorang untuk:
- Menjelaskan secara sistemik dan koheren atas prinsip-prinsip sesama dari
suatu bidang dan,
- Melaksanakan kajian, penelitian dan kegiatan intelektual secara mandiri di
suatu bidang, menunjukkan kemandirian intelektual secara analisis yang tajam
dan komunikasi yang baik
Mencakup keterampilan, pengetahuan dan tanggung jawab yang memungkinkan
seseorang untuk:
- Menunjukkan penguasaan suatu bidang dan,
- Merencanakan dan melaksanakan proyek penelitian dan kegiatan intelektual
secara original berdasarkan standar-standar yang diakui secara internasional
Mencakup keterampilan, pengetahuan dan tanggung jawab yang memungkinkan
seseorang untuk:
- Mengembangkan pengetahuan original melalui penelitian dan kegiatan
intelektual yang dinilai oleh ahli independen berdasarkan standar internasional

H.Penetapan Kerangka Kualifikasi


Penetapan kerangka kualifikasi pada RSKKNI pada sektor, sub sektor,
bidang/sub bidang pekerjaan berdasarkan jenjang kualifikasi atau
jabatan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi pada area
pekerjaan/profesi tertentu, tidak harus sepenuhnya mengikuti 9 jenjang
KKNI, sebagaimana dimaksud pada PP.31 tahun 2006 pasal 5 ayat (2)
tentang Sislatkernas. Untuk masing-masing sektor dalam menyusun
RSKKNI yang diperlukan dapat menetapkan jenjang yang dianggap
paling sesuai dengan kebutuhan bidang pekerjaan/jabatan/profesi
berdasarkan kesepakatan masing masing sektor/sub sektor.

PENUANGAN KKNI DALAM SKKNI


15
Pedoman Penyusunan SKKNI

Sektor
Sub Sektor
Bidang
Sub Bidang

: ........................................................................
: ........................................................................
: ........................................................................
: ........................................................................
Area Pekerjaan/Profesi *)
Kualifikasi Berjenjang

Jenjang/
Level
KKNI

1. ............

2. ............

3. ............

4. ............

Kualifikasi
Tertentu Pada
Profesi Tertentu
6

Sertifikat
IX
Sertifikat
VIII
Sertifikat
VII
Sertifikat
VI
Sertifikat
V
Sertifikat
IV
Sertifikat
III
Sertifikat
II
Sertifikat
I
Keterangan :
*) kolom 2, 3 atau 4 diisi nama Pekerjaan/Profesi sesuai jenjang kualifikasi dan/atau jenjang jabatan,
sesuai dangan penggolongan jenjang/jabatan yang disepekati.
**) Kotak 1*, 2*, 3* dan seterusnya diisi penggolongan level/jabatan pada jenjang kualifikasi tertentu.
***)Diisi nama pekerjaan/profesi tertentu sesuai dengan jumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan pekerjaan/profesi tertentu, yang tidak memiliki atau tidak memerlukan jenjang
pada KKNI, tetapi dibutuhkan oleh dunia kerja/masyarakat pada kelompok kerja/kluster tertentu.

I. Pemaketan SKKNI
16
Pedoman Penyusunan SKKNI

1. Pemaketan SKKNI
Pemaketan standar kompetensi sebaiknya disusun dengan mengacu
pada peta KKNI, yang telah disepakati antara asosiasi profesi, pakar
dan praktisi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Agar pemaketan standar kompetensi dapat memenuhi kebutuhan
lapangan usaha dan dunia industri secara harmonis dengan KKNI,
perlu dipertimbangkan :
a. Kebutuhan kualifikasi pekerjaan yang diharapkan oleh lapangan
usaha skala kecil, menengah dan besar.
b. Relevansi dengan jenjang jabatan/pekerjaan atau keahlian yang
sesuai dengan lapangan usaha dan dunia industri serta serasi
dengan deskripsi KKNI.
Pemaketan tersebut dapat dilakukan melalui:
a. Pemaketan

standar

kompetensi

yang

telah

terstandar

berdasarkan pekerjaan-pekerjaan yang ada di tempat kerja.


b. Pemaketan standar kompetensi dengan pertimbangan KKNI pada
sektor,

sub

sektor,

bidang,

sub

bidang

dan

area

pekerjaan/jabatan/profesi tertentu.
c. Sektor dan/atau profesi tertentu yang tidak memiliki jenjang atau
tidak memerlukan penjenjangan dapat memilih kualifikasi tertentu
dengan menggunakan KKNI.
2. Kodefikasi Pekerjaan/Profesi
Pemberian kode pada suatu kualifikasi pekerjaan/berdasarkan hasil
kesepakatan dalam pemaketan sejumlah unit kompetensi, diisi dan
ditetapkan

dengan

mengacu

dengan

Format

Kodifikasi

Pekerjaan/Jabatan sebagai berikut :


X
(1)

00
(2)

00
(3)

KBLUI
(1)

00
(4)

00
(5)

00
(6)

0
(7)

(8)

00

(9)

Aspro, Pakar, Praktisi dan LDP/STAKEHOLDER

Kategori, merupakan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi, diisi deng


: huruf kapital dari kategori lapangan usaha
17

Pedoman Penyusunan SKKNI

(2)

00

Golongan Pokok, merupakan uraian lebih lanjut dari kategori, diisi


: dengan 2 digit angka sesuai nama golongan pokok lapangan usaha

(3)

00

Golongan, merupakan uraian lebih lanjut dari golongan pokok, diisi


: dengan 2 digit angka sesuai nama golongan lapangan usaha

00

Sub Golongan, merupakan uraian lebih lanjut dari kegiatan ekonomi


: yang tercakup dalam suatu golongan, diisi dengan 1-2 digit angka
sesuai nama sub golongan lapangan usaha

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

00

00

00

Kelompok, memilah lebih lanjut kegiatan yang tercakup dalam suatu


: sub golongan menjadi beberapa kegiatan yang lebih homogen, diisi
dengan 1-2 digit angka sesuai nama kelompok lapangan usaha
Sub Kelompok, memilah lebih lanjut kegiatan yang tercakup dalam
: suatu kelompok, diisi dengan 1-2 digit angka sesuai nama sub
kelompok lapangan usaha
Bagian, memilah lebih lanjut kegiatan yang tercakup dalam suatu sub
kelompok menjadi nama-nama pekerjaan (paket SKKNI), diisi
:
dengan 1 digit angka sesuai nama bagian lapangan usaha
(pekerjaan/profesi/jabatan)
Kualifikasi kompetensi, untuk menetapkan jenjang kualifikasi
kompetensi kerja dan yang terendah s/d yang tertinggi untuk masingmasing nama pekerjaan/jabatan/profesi, diisi dengan 1 digit angka
romawi dengan mengacu pada perjenjangan KKNI, yaitu :
- Kualifikasi I
untuk Sertifikat 1
: - Kualifikasi II
untuk Sertifikat 2
- Kualifikasi III
untuk Sertifikat 3
- Kualifikasi IV
untuk Sertifikat 4
- Kualifikasi V s/d IX untuk Sertifikat 5 s/d 9
Versi, untuk Paket SKKNI diisi dengan nomor urut versi dan
: menggunakan 2 digit angka, mulai dari 01, 02 dan seterusnya.

Keterangan :
-

Nomor (1) s/d (4) berpedoman pada UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu
pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS).

Nomor (5) s/d (9) pengisiannya berdasarkan penjabaran lebih lanjut dari nomor 5 dan
ditetapkan/dibakukan melalui Forum Konvensi antar asosiasi profesi, pakar praktisi dan
stakeholder pada sektor, sub sektor dan bidang yang bersangkutan.

18
Pedoman Penyusunan SKKNI

BAB III
FORMAT STANDAR
KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)
A.

Format Unit Kompetensi


Standar Kompetensi Kerja disusun menggunakan format standar
kompetensi kerja. Untuk menuangkan standar kompetensi kerja
menggunakan urutan-urutan sebagaimana struktur SKKNI. Dalam SKKNI
terdapat daftar unit kompetensi yang terdiri atas unit-unit kompetensi yang
sebelumnya telah teridentifikasi dan disepakati masuk dalam cakupan
bidang pekerjaan yang disusun RSKKNI nya. Setiap unit kompetensi
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari susunan daftar unit
kompetensi sebagai berikut :
1. Kode Unit Kompetensi
Kode unit kompetensi mengacu kepada kodifikasi yang memuat sektor,
sub sektor/bidang, kelompok unit kompetensi, nomor urut unit
kompetensi dan versi., yaitu :
x

(1)

(2)

(3)

0
(4)

(5)

a. Sektor/Bidang Lapangan Usaha :


Untuk sektor (1) mengacu sebagaimana dalam Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), diisi dengan 3 huruf kapital dari
nama sektor/bidang lapangan usaha.
b. Sub Sektor/Sub Bidang Lapangan Usaha :
Untuk sub sektor (2) mengacu sebagaimana dalam Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), diisi dengan 2 huruf kapital dari
nama Sub Sektor/Sub Bidang.
c. Kelompok Unit Kompetensi :
Untuk kelompok kompetensi (3), diisi dengan 2 digit angka untuk
masing-masing kelompok, yaitu :
01 :
02 :
03 :
04 :

Untuk kode Kelompok unit kompetensi umum (general)


Untuk kode Kelompok unit kompetensi inti (fungsional).
Untuk kode kelompok unit kompetensi khusus (spesifik)
Untuk kode kelompok unit kompetensi pilihan (optional)
19

Pedoman Penyusunan SKKNI

d. Nomor urut unit kompetensi


Untuk nomor urut unit kompetensi (4), diisi dengan nomor urut unit
kompetensi dengan menggunakan 3 digit angka, mulai dari angka
001, 002, 003 dan seterusnya pada masing-masing kelompok unit
kompetensi. Nomor urut unit kompetensi ini disusun dari angka yang
paling rendah ke angka yang lebih tinggi. Hal tersebut untuk
menggambarkan bahwa tingkat kesulitan jenis pekerjaan pada unit
kompetensi yang paling sederhana tanggung jawabnya ke jenis
pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya, atau dari jenis
pekerjaan yang paling mudah ke jenis pekerjaan yang lebih komplek.
e. Versi unit kompetensi
Versi unit kompetensi (5), diisi dengan 2 digit angka, mulai dari angka
01, 02 dan seterusnya. Versi merupakan urutan penomoran terhadap
urutan penyusunan/penetapan unit kompetensi dalam penyusunan
standar kompetensi yang disepakati, apakah standar kompetensi
tersebut disusun merupakan yang pertama kali, revisi dan atau
seterusnya.
2. Judul Unit Kompetensi
Judul unit kompetensi, merupakan bentuk pernyataan terhadap
tugas/pekerjaan yang akan dilakukan. Judul unit kompetensi harus
menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif yang
terukur.
a. Kata kerja aktif yang digunakan dalam penulisan judul unit
kompetensi diberikan contoh antara lain : memperbaiki,
mengoperasikan,
melakukan,
melaksanakan,
menjelaskan,
mengkomunikasikan,
menggunakan,
melayani,
merawat,
merencanakan, membuat dan lain-lain.
b. Kata kerja aktif yang digunakan dalam penulisan judul unit
kompetensi sedapat mungkin dihindari penggunaan kata kerja
antara lain : memahami, mengetahui, menerangkan, mempelajari,
menguraikan, mengerti dan atau yang sejenis.

20
Pedoman Penyusunan SKKNI

3. Diskripsi Unit Kompetensi


Diskripsi unit kompetensi merupakan bentuk kalimat yang menjelaskan
secara singkat isi dari judul unit kompetensi yang mendiskripsikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan satu tugas pekerjaan yang dipersyaratkan dalam judul
unit kompetensi.
4. Elemen Kompetensi
Elemen kompetensi adalah merupakan bagian kecil dari unit
kompetensi yang mengidentifikasikan aktivitas yang harus dikerjakan
untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Elemen kompetensi ditulis
menggunakan kalimat aktif dan jumlah elemen kompetensi untuk
setiap unit kompetensi terdiri dari 2 sampai 5 elemen kompetensi.
Kandungan dari elemen kompetensi pada setiap unit kompetensi dapat
mencerminkan unsur : merencanakan, menyiapkan, melaksanakan,
mengevaluasi dan melaporkan.
5. Kriteria Unjuk Kerja
Kriteria unjuk kerja merupakan bentuk pernyataan yang
menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan
hasil kerja/karya pada setiap elemen kompetensi. Kriteria unjuk kerja
harus mencerminkan aktivitas yang dapat menggambarkan 3 aspek
yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Untuk setiap elemen
kompetensi dapat terdiri 2 s/d 5 kriteria unjuk kerja dan dirumuskan
dalam kalimat terukur dengan bentuk pasif.
Pemilihan kosakata dalam menulis kalimat KUK harus memperhatikan
keterukuran aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja, yang
ditulis dengan memperhatikan level taksonomi Bloom dan
pengembangannya yang terkait dengan aspek-aspek psikomotorik,
kognitif dan afektif sesuai dengan tingkat kesulitan pelaksanaan tugas
pada tingkatan/urutan unit kompetensi.
6. Batasan Variabel
Batasan variabel untuk unit kompetensi minimal dapat menjelaskan :
a. Kontek variabel yang dapat mendukung atau menambah kejelasan
tentang isi dari sejumlah elemen unit kompetensi pada satu unit

21
Pedoman Penyusunan SKKNI

kompetensi tertentu, dan kondisi lainnya yang diperlukan dalam


melaksanakan tugas.
b. Perlengkapan yang diperlukan seperti peralatan, bahan atau
fasilitas dan materi yang digunakan sesuai dengan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk melaksanakan unit kompetensi.
c. Tugas yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan unit
kompetensi.
d. Peraturan-peraturan yang diperlukan sebagai dasar atau acuan
dalam melaksanakan tugas untuk memenuhi persyaratan
kompetensi.
7. Panduan Penilaian
Panduan penilaian ini digunakan untuk membantu penilai dalam
melakukan penilaian/pengujian pada unit kompetensi antara lain
meliputi :
a. Penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam penilaian antara
lain : prosedur, alat, bahan dan tempat penilaian serta penguasaan
unit kompetensi tertentu, dan unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya sebagai persyaratan awal yang diperlukan dalam
melanjutkan penguasaan unit kompetensi yang sedang dinilai serta
keterkaitannya dengan unit kompetensi lain.
b. Kondisi pengujian merupakan suatu kondisi yang berpengaruh atas
tercapainya kompetensi kerja, dimana, apa dan bagaimana serta
lingkup penilaian mana yang seharusnya dilakukan, sebagai contoh
pengujian dilakukan dengan metode test tertulis, wawancara,
demonstrasi, praktek di tempat kerja dan menggunakan alat
simulator.
c. Pengetahuan yang dibutuhkan, merupakan informasi pengetahuan
yang diperlukan untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja
pada unit kompetensi tertentu.
d. Keterampilan yang dibutuhkan, merupakan informasi keterampilan
yang diperlukan untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja
pada unit kompetensi tertentu.
e. Aspek kritis merupakan aspek atau kondisi yang harus dimiliki
seseorang untuk menemukenali sikap kerja untuk mendukung
tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi tertentu.

22
Pedoman Penyusunan SKKNI

8. Kompetensi Kunci
Kompetensi kunci merupakan persyaratan kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk mencapai unjuk kerja yang dipersyaratkan
dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi tertentu yang
terdistribusi dalam 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci antara lain:
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi.
2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan.
4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis
6. Memecahkan masalah
7. Menggunakan teknologi
Masing-masing dari ketujuh kompetensi kunci tersebut, memiliki
tingkatan dalam tiga katagori. Katagori sebagaimana dimaksud
tertuang dalam tabel gradasi kompetensi kunci berikut (Lihat tabel
gradasi kompetensi kunci).
Tabel gradasi kompetensi kunci merupakan daftar yang
menggambarkan :
Kompetensi kunci (berisi 7
-

kompetensi kunci)
Tingkat/nilai (1, 2 dan 3).

9. Tabel Gradasi Kompetensi Kunci


TABEL GRADASI (TINGKATAN) KOMPETENSI KUNCI
TINGKAT 1
Melakukan
Kegiatan

TINGKAT 2
Mengelola
Kegiatan

TINGKAT 3
Mengevaluasi dan
Memodifikasi
Proses

Mengikuti pedoman
yang
ada
dan
merekam dari satu
sumber informasi

Mengakses
dan
merekam
lebih
dari satu sumber
informasi

Meneliti
dan
menyaring
lebih
dari satu sumber
dan mengevaluasi
kualitas informasi

Menerapkan bentuk
komunikasi untuk
mengantisipasi
kontek komunikasi
sesuai jenis dan
gaya
berkomunikasi.

Menerapkan
gagasan
informasi dengan
memilih gaya
yang paling
sesuai.

KOMPETENSI
KUNCI
1. Mengumpulkan,
menganalisa
dan
mengorganisasi
-kan informasi

2. Mengkomunikasikan
informasi dan
ide-ide

Memilih model dan


bentuk yang sesuai
dan memperbaiki
dan mengevaluasi
jenis komunikasi
dari berbagai
macam jenis dan
gaya cara
23

Pedoman Penyusunan SKKNI

berkomunikasi.
3. Merencanakan
dan mengorganisasikan
kegiatan

Bekerja di bawah
pengawasan atau
supervisi

Mengkoordinir
dan mengatur
proses pekerjaan
dan menetapkan
prioritas kerja

Menggabungkan
strategi, rencana,
pengaturan, tujuan
dan prioritas kerja.

4. Bekerjasama
dengan orang
lain & kelompok

Melaksanakan
kegiatan-kegiatan
yang sudah
dipahami /aktivas
rutin

Melaksanakan
kegiatan dan
membantu
merumuskan
tujuan

Bekerjasama untuk
menyelesaikan
kegiatan-kegiatan
yang bersifat
komplek.

5. Menggunakan
gagasan secara
matematis dan
teknis

Melaksanakan
tugas-tugas yang
sederhana dan telah
ditetapkan

Memilih gagasan
dan teknik bekerja
yang tepat untuk
menyelesaikan
tugas-tugas yang
komplek

Bekerjasama dalam
menyelesaikan
tugas yang lebih
komplek dengan
menggunakan
teknik dan
matematis

6. Memecahkan
masalah

Memecahkan
masalah untuk
tugas rutin di
bawah
pengawasan
/supervisi

Memecahkan
masalah untuk
tugas rutin secara
mandiri
berdasarkan
pedoman/
panduan

Memecahkan
masalah yang
komplek dengan
menggunakan
pendekatan metoda
yang sistimatis

7. Menggunakan
teknologi

Menggunakan
teknologi untuk
membuat barang
dan jasa yang
sifatnya berulangulang pada tingkat
dasar di bawah
pengawasan/
supervisi

Menggunakan
teknologi untuk
mengkonstruksi,
mengorganisasikan
atau membuat
produk barang
atau jasa
berdasarkan
desain

Menggunakan
teknologi untuk
membuat
desain/merancang,
menggabungkan,
memodifikasi dan
mengembangkan
produk barang atau
jasa

24
Pedoman Penyusunan SKKNI

Contoh pengisian unit kompetensi dapat dilihat di bawah :


KODE UNIT

: KJK.SP02.036.01

JUDUL UNIT

: Menyusun Desain Pilot Project

DESKRIPSI UNIT

: Unit ini berhubungan dengan keterampilan,


pengetahuan dan sikap kerja yang dibutuhkan
dalam menyusun desain pilot project pada
Koperasi Jasa Keuangan.

ELEMEN KOMPETENSI

1. Mempersiapkan
penyusunan desain
pilot project

2. Menetapkan rencana
pelaksanaan

3. Menetapkan sistem
monitoring dan
evaluasi

4. Melaporkan hasil
kegiatan penyusunan
desain pilot project

KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Peraturan
perundang-undangan
diinventarisir.
1.2 Rencana
strategis
organisasi
diidentifikasi.
1.3 Ketersediaan sumberdaya diidentifikasi.
1.4 Hasil identifikasi didiskusikan.
2.1 Capaian kinerja pilot project ditetapkan.
2.2 Tahap-tahap pelaksanaan pilot project
disusun.
2.3 Jadwal pelaksanaan pilot project disusun.
2.4 Alokasi
sumberdaya
dan
petunjuk
pelaksanaan pilot project ditetapkan.
2.5 Rencana pelaksanaan pilot project
disosialisasikan.
3.1 Indikator monitoring
dan evaluasi
ditetapkan.
3.2 Instrumen monitoring dan evaluasi
dipersiapkan.
3.3 Sistem
monitoring
dan
evaluasi
ditetapkan.
3.4 Sistem
monitoring
dan
evaluasi
disosialisasikan.
3.5 Penyusunan
desain
pilot
project
dievaluasi.
3.1 Format laporan disiapkan.
3.2 Laporan hasil kegiatan penyusunan
desain pilot project dibuat dan dilaporkan.

BATASAN VARIABEL :
1. Kontek variabel :
Unit ini berlaku untuk (elemen kompetensi), yang
digunakan
untuk
.(judul
unit)
pada
sektor/bidang.............
25
Pedoman Penyusunan SKKNI

2. Perlengkapan untuk ........................ (judul unit), mencakup :


2.1 .
2.2 .
2.3 Dst.
3. Tugas pekerjaan untuk ......................... (judul unit), meliputi :
3.1
3.2 ......................................................
3.3 Dst.
4. Peraturan untuk ............................ (judul unit), adalah :
4.1
....................................................
4.2
....................................................
4.3
Dst.
PANDUAN PENILAIAN :
1. Penjelasan prosedur penilaian :
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan
sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang
terkait :
1.1 KJK.SP01.006.01 : ....................................................... (judul unit).
1.2 KJK.SP02.035.01 : ....................................................... (judul unit).
2. Kondisi penilaian :
2.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi ......................... (judul unit).
2.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis,
demonstrasi/praktek, dan simulasi di workshop dan atau di tempat
kerja.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan :
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini
sebagai berikut :
3.1 ..
3.2 ..
3.3 Dst.
4. Keterampilan yang dibutuhkan :
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini
sebagai berikut :
4.1
................................
4.2
................................
4.3
Dst.
5. Aspek kritis :
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam
mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut :
5.1
......................................
5.2
Dst.
26
Pedoman Penyusunan SKKNI

KOMPETENSI KUNCI
NO

KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI

TINGKAT

1.

Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi

2.

Mengkomunikasikan ide dan informasi

3.

Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan

4.

Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok

5.

Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis

6.

Memecahkan masalah

7.

Menggunakan teknologi

Catatan ;
Untuk menjamin keseragaman SKKNI dituangkan :
1.

Ukuran kertas A4 70 80 gram dengan header footer 2.5 cm, margins kiri 3.5 cm
dan margin kanan 2.5 cm.

B.

2.

Tulisan menggunakan huruf Arial ukuran 12.

3.

Penulisan BAB berlanjut di bawah BAB sebelumnya. (tidak pindah halaman)

Urutan Penyusunan SKKNI


1. Halaman Sampul
Halaman sampul dapat dicantumkan kalimat-kalimat sebagai berikut :
a. Lambang Garuda Indonesia
b. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Nomor : Kep. ........ / Men / ........ / 200 .....
Tentang : Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia sektor/sub sektor/bidang keahlian/pekerjaan.
2. Halaman Surat Keputusan Menteri
Halaman surat keputusan Menteri berisi :
a. Keputusan Menteri
b. Lampiran : Keputusan Menteri
Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
sektor/sub sektor/bidang keahlian/pekerjaan .............................

27
Pedoman Penyusunan SKKNI

3. Halaman Bab I Pendahuluan


a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Pengertian
d. Penggunaan SKKNI
e. Format Standar SKKNI
f. Gradasi Kompetensi Kunci
g. Rumusan KKNI
h. Kelompok Kerja
Catatan :
Pada latar belakang perlu ditambahkan bagan pemetaan sektor, sub sektor, bidang
dan sub bidang dengan menggunakan acuan KBLI yang dikeluarkan oleh BPS
berdasarkan UU. No. 16 tahun 1997 tentang statistik.

4. Halaman Bab II Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.


a.

Kodefikasi Unit Kompetensi

b.

Penuangan KKNI dalam SKKNI

c.

Penuangan paket unit kompetensi pada jenjang kualifikasi


pekerjaan/jabatan pada SKKNI bidang pekerjaan tertentu.

5.

d.

Daftar Unit Kompetensi

e.

Unit-unit Kompetensi
Halaman Bab III Penutup

28
Pedoman Penyusunan SKKNI

BAB IV
TAHAPAN PENYUSUNAN SKKNI
Draft/Rancangan SKKNI yang telah disusun oleh Tim Teknis selanjutnya akan
dibahas dan difinalisasi oleh Panitia Teknis yang melibatkan nara sumber yang
diperlukan sehingga menjadi RSKKNI. Kemudian selanjutnya RSKKNI akan
dibawa

dan

dibahas

melalui

Workshop/Pra

Konvensi

RSKKNI

yang

diselenggarakan oleh Panitia Teknis RSKKNI. Pelaksanaan pra Konvensi


sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dan hasilnya akan diajukan oleh Panitia
Teknis untuk di verifikasi oleh BNSP untuk keperluan kecukupan/kelayakan
proses sertifikasi kompetensi .
Apabila kecukupan/kelayakan verifikasi telah selesai dilakukan oleh BNSP dan
catatan masukan verifikasi oleh BNSP telah diperbaiki oleh Tim Teknis, maka
Tim Teknis segera merancang dan merencanakan Konvensi Nasional dalam
rangka pembakuan RSKKNI menjadi SKKNI.
Konvensi Nasional yang diselenggarakan oleh Panitia Teknis harus melibatkan
wakil-wakil dari unsur pemangku kepentingan (stakeholder), antara lain:
asosiasi profesi, asosiasi perusahaan/industri, asosiasi lembaga pelatihan
kerja, pakar/ahli/praktisi di bidang, instansi yang membidangi ketenagakerjaan,
instansi teknis terkait dan BNSP.
Penyusunan

RSKKNI

diawali

dengan

penyiapan

draft

awal

RSKKNI

berdasarkan analisis urutan pekerjaan pada proses produksi barang/jasa


,analisis tugas/jabatan sesuai kebutuhan industri/dunia usaha/pasar kerja yang
dipilih berdasarkan prioritas penyusunan standar kompetensi kerja .
TAHAPAN PENYUSUNAN SKKNI
PERENCANAAN
PENYUSUNAN RSKKNI
PEMBAKUAN RSKKNI
PENETAPAN SKKNI
29
Pedoman Penyusunan SKKNI

A. Perencanaan
Perencanaan penyusunan RSKKNI diprakarsai oleh Instansi Teknis
Pembina

Sektor

dalam

hal

ini

dapat

merupakan

Departemen

Teknis/LPND/atau lembaga yang berdasarkan peraturan perundangan


ditetapkan sebagai pembina sektor tertentu, guna menyusun Rencana
Induk Penyusunan RSKKNI untuk sektor yang dibinanya
Rencana Induk ini akan memuat paling tidak mencakup berapa banyak
jenis, jumlah dan bidang pekerjaan yang akan disusun SKKNI nya yang
merupakan kebutuhan untuk pembinaan SDM disektor tersebut.
Kebutuhan dimasudkan adalah kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan
SDM yang kompeten untuk mendukung keberhasilan sektor tersebut.
Keberadaan Rencana Induk seperti halnya masterplan yang dapat
menggambarkan pemetaan secara keseluruhan yang akan digarap melalui
tahapan jangka pendek,menengah dan panjang yang disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh sektor tersebut beserta prioritas prioritas
yang ditetapkan .
Dalam menyusun rencana induk penyusunan RSKKNI, instansi teknis
pembina sektor seharusnya melibatkan seluruh stakeholder dan/atau
memperhatikan usul dan saran serta masukkan dari masyarakat profesi,
industri, dunia usaha yang terkait dengan sektor tersebut.

B. Penyusunan RSKKNI
Penyusunan RSKKNI seharusnya dilakukan pada pekerjaan yang belum
memiliki SKKNI yang ditetapkan dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 atau UU
lain yang sebelumnya telah diberlakukan .
Untuk standar ketrampilan lain yang disusun berdasarkan kepada ketentuan
lain yang belum mengacu kepada undang undang yang terkait dengan
standarisasi profesi, maka sebaiknya agar sistem nasional dapat berjalan
dan dapat dikatagorikan sebagai Standar Kompetensi Kerja Nasional, maka
segera dapat menyesuaikan berdasarkan ketentuan yang terbaru atau yang
lebih tinggi .

30
Pedoman Penyusunan SKKNI

Hal ini untuk dapat menjamin keabsahan apabila sewaktu waktu standar
kompetensi dimaksud akan dinotifikasikan ke lembaga internasional dan
sebagai acuan untuk dibandingkan dengan standar kompetensi kerja negara
lain dalam forum mutual recognition agreement (MRA) pada era global yang
secara perlahan telah mulai diberlakukan tanpa kita sadari sebelumnya .
RSKKNI disusun menggunakan pola RMCS, yang dilakukan oleh Tim
penyusun RSKKNI yang dibentuk oleh Komite SKKNI dan/atau Panitia
Teknis dengan keanggotaan terdiri dari unsur asosiasi profesi, pakar,
praktisi, industri, dan instansi teknis pembina sektor.
Pembahasan draft RSKKNI dilaksanakan melalui pra konvensi. Hasil pra
konvensi RSKKNI yang telah diedit diserahkan kepada BNSP untuk
diverifikasi guna kecukupan dan kelayakan proses sertifikasi kompetensi .
Pelaksanaan verifikasi oleh

BNSP dilakukan untuk jangka waktu paling

lama 14 ( empat belas ) hari kerja sejak tanggal diterima oleh BNSP
berdasarkan bukti agenda surat penerimaan dari panitia Teknis

atau

pejabat instansi teknis pembina sektor .

C. Pembakuan RSKKNI
Pembakuan RSKKNI dilakukan melalui penyelenggaraan forum konvensi
yang dikoordinasikan oleh komite/panitia teknis RSKKNI pada instansi
teknis pembina sektor. Penyelenggaraan forum konvensi melibatkan
asosiasi profesi, pakar, praktisi, lembaga diklat, industri, pemerhati profesi,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan BNSP.
Forum konvensi menghasilkan bakuan RSKKNI yang telah disetujui oleh
seluruh pemangku kepentingan untuk ditetapkan menjadi SKKNI.

D. Penetapan SKKNI
RSKKNI yang telah dibakukan melalui forum konvensi, diusulkan oleh
intansi teknis pembina sektor kepada Menteri melalui Direktorat Jenderal
yang membidangi pelatihan kerja untuk ditetapkan menjadi SKKNI dengan
dilampiri berita acara konvensi dengan tembusannya kepada Ketua BNSP .
Penetapan RSKKNI menjadi SKKNI dilakukan oleh Direktorat Jenderal
yang membidangi peenetapan standar kompetensi Kerja paling lama dalam
31
Pedoman Penyusunan SKKNI

kurun waktu 20 ( dua puluh )

hari kerja sejak diterimanya usulan dari

instansi teknis pembina sektor dengan bukti tanggal agenda penerimaan


surat. Dalam hal terdapat penolakan dan atau saran perbaikan dan atau
penyempurnaan redaksional akan diberikan secara secara bertahap baik
lisan maupun tertulis. SKKNI yang telah ditetapkan oleh Menteri kemudian
dalam jangka waktu yang singkat akan disampaikan/diserahkan kepada
Instansi Teknis Pembina Sektor yang mengusulkan untuk kemudian
diberlakukan secara nasional disektornya
SKKNI yang telah ditetapkan berlaku secara nasional dan menjadi acuan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi, uji kompetensi dan
sertifikasi profesi serta keperluan lain yang bersangkutan dengan itu.
SKKNI sebagaimana dimaksud yang telah ditetapkan oleh Menteri dapat
ditinjau setiap jangka waktu lima tahun atau sesuai dengan kebutuhan yang
diusulkan oleh komunitas profesi melalui instansi teknis pembina sektor
nya .

32
Pedoman Penyusunan SKKNI

BAB VII
PENUTUP
Upaya pengembangan SDM pada umumnya dan peningkatan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja khususnya yang tercermin dalam peningkatan
kompetensi kerja secara bertahap akan terus dilakukan dengan maksud agar
daya saing tenaga kerja Indonesia dapat meningkat untuk menghadapi era
pasar bebas yang penuh dengan tantangan .
Upaya

tersebut

dilakukan

dengan

berbagai

pendekatan

antara

lain

penyelarasan regulasi, revitalisasi kelembagaan lembaga diklat yang meliputi


sarana dan prasarana, program, SDM dan manajemen pengelolaan lembaga
diklat merupakan prioritas yang tidak bisa ditunda tunda lagi.
Terkait dengan revitalisasi dibidang program maka tidak terlepas dari berbagai
standar kompetensi kerja harus dipersiapkan oleh semua pihak yang terkait
baik pemerintah, swasta dan masyarakat, oleh karenanya untuk memperlancar
terciptanya standar kompetensi yang dapat diakui oleh semua pihak diperlukan
adanya suatu pedoman penyusunan standar kompetensi kerja
Pedoman Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional ini
diharapkan dapat digunakan oleh para pihak terkait dalam merealisasikan
penyusunan standar kompetensi yang telah lama ditunggu oleh semua pihak
sebagai acuan pembinaan dan pengembangan SDM di Indonesia sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja.
Semoga dengan diterbitkannya pedoman ini, kiat untuk melakukan penyusunan
SKKNI disemua sektor dan bidang pekerjaan akan semakin cepat bergerak,
dinamis dan terarah, sistematis, efektif dan efisien. Kiranya dalam suatu proses
pasti ada saja kekurangan dan ketidaksempurnaan seperti pepatah tiada
gading yang tak retak. Oleh sebab itu ketidaksempurnaan senantiasa akan
terus diperbaiki dan disempurakan atas saran dan masukan dari Bapak/Ibu/Sdr
sekalian sebagai pembaca yang sekaligus pemanfaat adanya pedoman ini ..

33
Pedoman Penyusunan SKKNI

Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam penyusunan


pedoman ini kami sampaikan penghargaan yang setinggi tingginya dan
diucapkan terima kasih.

Jakarta, 27 Desember 2008


Direktur Jenderal
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas

Masri Hasyar
NIP: 160017234

34
Pedoman Penyusunan SKKNI

Anda mungkin juga menyukai