Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN SYNDROM DOWN


I. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Syndrom Down merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling
banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan syndrom down
dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Synrom down merupakan
cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebiha kromosom x. Syndrom
ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang
normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom.
2. Etiologi
Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya
peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan
syndrom down.
Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan
ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum
terjadi konsepsi.
Infeksi
Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
Umur ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan non dijunction pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan

FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
Umur ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus,
bahan kimia dan frekuensi koitus.
C. Gejala klinis
Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang
dari normal.
Beberapa bentuk kelainan pada anak dengan syndrom down :
Sutura sagitalis yang terpisah
Fisura palpebralis yang miring
Jarak yang lebar antara kaki
Fontarela palsu
plantar crease jari kaki I dan II
hyperfleksibilitas
peningkatan jaringan sekitar leher
bentuk palatum yang abnormal
Hidung hipoplastik
Kelemahan otot dan hipotonia
Bercak Brushfield pada mata
Mulut terbuka dan lidah terjulur
Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata
sebelah dalam
Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
Jarak pupil yang lebar
Oksiput yang datar
Tangan dan kaki yang pendek serta lebar
Bentuk / struktur telinga yang abnormal
Kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili

Mata sipit
Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus
(penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko
tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak
dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan,
kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.
D. Patofisiologi
Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang
berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena
diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan nondisjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
E. Prognosis
44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68
tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini
yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia
pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer
yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
Gangguan tiroid
Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan
danperubahan kepribadian)
F. Pencegahan
Konseling genetik maupun amniosentesis pada kehamilan, genetargeting /
homologous recombination sebuah gene dapat dinonaktifkan.

7. Diagnosis
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan brachyaphalic sutura dan frontale
yang terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut
asetabular yang lebar. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya
translokasi kromosom. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan
amnion atau vili karionik, dapat dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan
atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom
down. Bila didapatkan janin yang dikandung menderita sydrom down dapat
ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua.
H. Penatalaksanan
Penanganan secara medis
Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat
gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
Penyakit jantung bawaan
Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi /
prasekolah.
Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha /
ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai
menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya
dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
Pendidikan
Intervensi dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk
memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down,
bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar
anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti
berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi
anak kesempatan.
Taman bermain

Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui


bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi
sosial dengan temannya.
Pendidikan khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan
kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan
dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan
baik.
Penyuluhan pada orang tua
2. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal
Kebutuhan nutrisi / makan
Keadaan indera pendengaran dan penglihatan
Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak
Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
Kemampuan motorik
Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndro down terutama
tentang kemajuan perkembangan mental anak
B. Diagnosa
Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan b/d kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Resiko terhadap cidera b/d kemampuan pendengaran yang berkurang.
Tidak efektifnya koping keluarga b/d faktor finansial yang dibutuhkan
dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal.
Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang
mereka miliki.
Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.

C. Implementasi
1.) Berikan nutrisi yang memadai
Lihat kemampuan anak untuk menelan
Beri informasi pada orang tua cara yang tepat / benar dalam memberi
makanan yang baik
Berikan nutrisi yang baik pada anak dengan gizi yang baik
2.) Anjurkan orang tua untuk memeriksakan pendengaran dan penglihatan
secara rutin
3.) Gali pengertian orang tua mengenai syndrom down
Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan anaknya
Beri informasi pada orang tua tentang perawatan anak dengan syndrom
down
4.) Motivasi orang tua agar :
Memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar
anak mudah bersosialisasi
Memberi keleluasaan / kebebasan pada anak unutk berekspresi
5.) berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkunga yang memadai
pada anak
-

dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan
halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa

beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam
aktivitas sehari-hari.
4. Evaluasi

Anak mendapat nutrisi yang cukup / adekuat


Pendengaran dan penglihatan anak dapat terdeteksi sejak dini dan dapat
dievaluasi secara rutin
Keluarga turut serta aktif dalam perawatan anak syndrom down dengan
baik
Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak
dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN AUTISME
1.KONSEP DASAR
A. Pengertian
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.
Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943
adalah suatu gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan
kelainan pada seseorang sehingga secara tidak langsung individu tersebut
dapat dikatakan hidup dalam dalam dunianya sendiri (Dr. Melly
Budhiman, 2002)
Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang
dipakai untuk menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat diprediksi
berlanjut) yang berarti penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain yang terjadi pada masa usia anak-anak
(M.Sacharin, 1993).
Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa yang
mereka lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup berat
dalam hubungan sosialnya.
Autisme merupakan istilah untuk sekumpulan gejal / masalah gangguan
perkembangan pervasif pada 3 tahun pertama kehidupan karena adanya
abnormalitas pada pusat otak, sehingga terjadi gangguan dalam interaksi
sosialgangguan komunikasi dan gangguan perilaku.
Autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan
pervasif yang ditandai dengan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial,
komunikasi dan adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang
dalam perilaku minatdan kegiatan yang terjadi pada anak sebelum umur 3
tahun.
Autisme

bukanlah

penyakit

menular

namun

suatu

gangguan

perkembangan yang luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli

yang mengatakan bahwa autisme merupakan dasar dari manusia yang


berkepribadian ganda (scizhophren).
Jenis kelainan autisme :
Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai
usia 3 tahun.
Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3
tahun.
Reffs syndrom yang umumnya pada anak perempuan.
Overach disorder associated with Mental Retardation and Stereotyped
Movement.
Childhood Disintegrative Disorders.
Asperges Syndrom.
Other persasive development Disorder.
B. Etiologi
Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam
tahap penelitian, tetapi dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab
dan faktor pencetus autisme dapat berasal dari (Dr. Melly Budhiman, 2002) :
Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti
virus, jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR
(Mums, Measles, Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury
(Thimerosal) dalam pengawetmakanan, serta beberapa logam berat
seperti Arsen (As), Cadmium (Cd), Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi berat,
obat-obatan, jamu peluntur, muntah hebat, perdarahan berat.
Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi
sehingga terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.
Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP
yaitu jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak
menurunnya jumlah serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar
otak menurun. Pada struktur sistem limbik otak yang mengatur emosi
juga mengalami kelainan.

Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebab


utama) dan kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses
sekresi logam berat dari tubuh yang dapat berdampak pada keracunan
otak. Hal ini dapat menjadi pencetus autisme jika ada faktor pemicu lain
yang ikut berperan.
C. Gejala
Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :
Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum, menjerit, mengepak,
menggigit, mencakar, memukul, sering terjadi self abuse.
Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang
sesuai, defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis
tanpa sebab dan melamun).
Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang
wajar dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan,
merangkak, berdiri), kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Anak dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang
didengarkannya atau dapat mengunakan panca indranya dengan normal dan
luas ketika mengeksploraesi lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan
pada proses pertumbuhannya, pada anak penderita autis didapati keterbatasan
dalam memfungsikan organnya. Misalnya :
Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati
kelancaran bicara pada usia 12-14 bulan.
Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
Sulit menggerakkan otot (Athaxia)
Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
Mengalami kesulitan membaca(Dyslexia).
Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan
rumit (Dyphasia).
Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot
kaki dan tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan (hipotonic)

sehingga tak mampu untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri


dan berjalan secara mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati
kemampuan untuk berdiri sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan.
Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri
sehingga anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang
nantinya juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan
intelektual.
Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia
2 tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastis.
Kriteria DSM-IV (Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme :
Harus ada sedikitnya 6 gejal dari 1,2 dan 3
1.) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal
2 gejala :
Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak
mata kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang
tertuju.

Tak bisa main dengan teman sebaya.

Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.


Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
2.) Gangguan kualitatif dalam komunikasi
Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad
usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa
bicara).
Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.
Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.
Menggunakan bahasa aneh dan diulang.
3.) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan
kegiatan

Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan


berlebih.
Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak
suatu perubahan.
Gerakan aneh yang khas dan diulang.
Sering terpukau pada bagian benda.
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan dalam
bidang :
Interaksi sosial
Bicara dan berbahasa
Cara bermain yang kurang variatif
Bukan disebabkan oleh Reffs Syndrom.
Indikator Perilaku :
Bahasa
a. Ekspresi wajah yang datar
b. Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh
c. Jarang memulai komunikasi
d. Tidak meniru aksi dan suara
e. Bicara sedikit / tidak ada mungkin cukup verbal
f. Membeo kata / ekolia (bicara yang mengulang kata)
g. Intonasi atau ritme vokal yang aneh
h. Tampak tidak mengerti arti kata
i. Mengerti dan menggunakan kata secar terbatas (Literally, letterlik)
Hubungan dengan orang
a. Tidak responsif
b. Tidak ada senyum sosial
c. Tidak komunikasi dengan mata
d. Kontak mata terbatas
e. Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
f. Tidak melakukan permainan giliran
g. Menggunakan tangan dewasa sebagai alat

h. Menarik diri
Hubungan dengan lingkungan
a. Bermain repetitif / diulang
b. Marah atau tidak menghendaki perubahan
c. Berkembangnya rutinitas yang kaku
d. Memperlihatkan ketertarikan sangat dan tidak fleksibel
Respon terhadap rangsangan indra
a. Kadang seperti tuli
b. Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak
mangalami gangguan mental psikotik paranoid, schizonypal (menyendiri),
histionik (selalu ingin diperhatikan).
c. Sensitif terhadap suara
d. Main dengan cahaya dan pantulan
e. Memainkan jari didepan mata
f. Tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu
g. Tertarik pola/ tekstur/ bentuk tertentu
h. Hiper/ inaktif
i. Memutar-mutar, membentur-benurkan kepala, menggigit pergelangan
j. Lompat-lompat/ mengepakkan tangan
k. Tahan / respon aneh terhadap nyeri
l. Sering mengedipkan mata
m. Wajah sering menyeringai
D. Patofisiologi
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi
selain itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang
akan merusak struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat
menyebabkan autisme.karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk
dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi.
Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi
bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan
mengakibatkan perubahan perilaku.

E. Terapi dan Penatalaksanan


# Terapi perilaku misal dengan Tx. Okupasi, Tx. Wicara, sosialisasi dengan
menghilangkan perilaku yang tidak benar.
# Terapi Biomedik
# Sosialisasi school reguler
# Sekolah
Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis yang
dianggap efektif dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum terapi pada
autis ini menurut Sacharin (1995) ialah untuk membantu mengatasi cacatnya dan
mengembangkan ketrampilan sosialnya. Farmakoterapi pada penderita auits hany
a bermanfaat untuk menangani masalah penyimpangan perilaku ( gelisah, selalu
ribut, dan berusaha untuk melukai diri sendiri)yaitu dengan Tionidazin dan
Klorpromazin.

Keadaan

tidak

bisa

tidur

dapat

diatasi

dengan

Sedatif(Kloralhidrat), konvulsi dapat diatasi dengan Antikonvulsant, dan


hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas pengawet. Metode terapi non
farmakologis dapat berupa dukungan Reward-punishment yaitu pemberian haida
sebagai dorongan positif dan dorongan negatif berupa hukuman.
Sedangkan pada terapi yang diterapkan oleh Dr. Amdreas Rett
(Peduliautisme.org) didapatkan 3 buah langkah terapi yang disebut dengan istilah
Rehabilitasi :

Tahapan yang pertam adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan tangan dan kaki,
berbicara dan mengenali suara senormal mungkin.

Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahap fungsiologis yang
nantinya diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak dapat diatasi pada
tahap sebelumnya, berisikan kegiatan pelatihan fisik lanjutan, pelatihan emosi

kejiwaan, dan peningkatan intelektualitasdasar anak secara padu dalam


kelompok bermain.

Tahap ketiga adalah tahap Rehabilitasi antisipasi Plateu or Pseudo-Stationery


Stage, yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak untuk terus mengawasi
anak dari tahapan makin sulit bergerrak ( Late Motor Deterioration) walaupun
pada tahap 1 dan 2 telah mengalami kemajuan. Bentuk lain dari terapi autis
yang ada pada masa sekarang ini pelatihan oleh sekolah autis yang bekerja
sama dengan organisasi internasional penanggulangan autis yang salah satu
bentuk pengajarannya adalah dengan melatih anak dengan berbicara sambil
menatap wajah lawan bicara dan car duduk yang tenang. Informasi dalam
bidang terapi autis yang sedang trend saat ini adalah Kasein (susu, keju,
yogurth, krim), danGlutein (terigu, tepung vanir, bulgur, gandum dan oath).
Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh
metabolisme

tubuh

penderita

autis,

kerusakan

mukosa

kecil

akan

menyebabkan bahan masuk melalui pembuluh darah. Bahan beracun dalam


sawar darah terbawa ke otak dan kemudian beraksi dengan endhorphin
sehingga muncul gangguan perilaku. Terapi seperti ini disebut terapi biomedis
yang tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem pencernaan dan menurunkan
jumlah alergen yang masuk. Prinsip dari kelainan autis adalah kemunculannya
disebabkan karena adanya daya tahan tubuh anak yang menurun, sehingga
prinsip pengobatan ialah untuk meningkatkan kekebalan tubuh klien.
5 faktor yang mempengaruhi kesembuhan :
Berat ringannya derajat
Usia anak pertama tidak ditangani secara benar dan teratur
Intensitas penanganan, metode
IQ anak
Keutuhan pusat bahasa di otak
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam mengkaji anak autis adalah :

menetapkan 40 jam perminggu

Pola tingkah laku anak


Cara mereka berinteraksi / berhubungan dengan orang lain
Cara berkomunikasi secara verbal
Perkembangan mental
B. Diagnosa
1.) Resiko terjadi trauma b/d keinginan untuk bunuh diri
2.) Gangguan komunikasi verbal b/d keterlambatan dan gangguan Intelektual
3.) Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri
C. Implementasi
1.) Tujuan :
Agar anak dapat menghindari benda-benda tajam atau benda-benda yang
membahayakan dirinya.
Bina hubungan saling percaya
Hindari benda yang berbahaya di sekitar klien
Observasi perilaku yang membahayakan klien
Berikan aktivitas yang positif untuk mengembangkan kemampuan
Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat
untuk distraksi agar tidak menyendiri
Beri reinforcement bila anak dapat mengurangi perilaku yang
berbahaya
2.) Tujuan :
Anak dapat berkomunikasi dengan verbal sehingga ia dapat melakukan
hubungan sosial engan orang lain.
Bina hubungan saling percaya
Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal
dengan alat permainan
Gunakan kata-kata / kalimat yang mudah dimengerti
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan
Beri reinforcement bila anak berhasil

3.) Tujuan :
Anak mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan
Bina hibungan saling percaya
Seringlah berinteraksi dengan anak
Ajak anak untuk berinetraksi dengan teman sebayanya
Beri sentuhan lembut pada anak
D. Evaluasi
Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang
sekiranya membahayakan dirinya.
Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada
hambatan.
Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah
anak sudah merasa senang dan nyaman.

REFERENSI :
Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Infomedika.
http://www.microsoft.com/isapi/redir.dll?prd=ie&pver=6&ar=msnhome
http://www.manajemenqolbu.com/new/isi_kolom.php?isi_id=303&produk_id=4
http://www.puterakembara.org/milis/journal5.shtml

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak I (KJR 212)

Disusun Oleh :
DEWI KESWULAN NOMARITA HAGIA
(0201100005 / II.A)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG
2004

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak I (KJR 212)

Disusun Oleh :
DEWI KESWULAN NOMARITA HAGIA
(0201100005 / II.A)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG
2004

Anda mungkin juga menyukai