Hadis
Presented By,
KELOMPOK
3Nur Alfi Hidayati Surur
K h a e r u n n i s a
Ika Pratiwi
Suci Reskiani
Ulfa Anugrah Utami
Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Pokok Pembahasan
1. Kehujjahan Hadis, Menurut :
Al-Quran
As-sunnah
Ijma
Ijtihad
2. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
Kehujjahan ?
Kehujjahan berasal dari kata Hujjah
yang bermakna tanda, bukti, alasan
atau argumentasi yang valid,
sehingga dihasilkan kesimpulan yang
dapat diyakini dan dipertanggung
jawabkan akan
kebenarannya.
Kehujjahan Hadis ?
Kehujjahan hadis (hujjiyah hadits) adalah
keadaan Hadits yang wajib dijadikan hujah atau
dasar hukum, sama dengan Al-Quran
dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang
menunjukkannya. Sunnah adalah sumber hukum
Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang
kedua setelah Al-Quran. Bagi mereka yang telah
beriman terhadap Al-Quran sebagai sumber
hukum Islam, maka secara otomatis harus
percaya bahwa Sunnah juga merupakan sumber
hukum Islam. Bagi mereka yang menolak
kebenaran Sunnah sebagai sumber hukum Islam,
bukan saja memperoleh dosa, tetpai juga murtad
hukumnya.
1. Dalil Al-Quran
Banyak ayat Al-Quran yang menerangkan
tentang kewajiban mempercayai dan menerima
segala yang datang dari Rasulullah Saw untuk
dijadikan pedoman hidup. diantaranya adalah,
Artinya:
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang
Artinya:
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang kafir". (QS:Ali Imran : 32)
2. Dalil Hadis
Dalam salah satu pesan yang disampaikan baginda
Rasul berkenaan dengan kewajiban menjadikan hadits
sebagai pedoman hidup disamping Al-Quran sebagai
pedoman utamanya, adalah sabdanya:
( )
Artinya:
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak
akan tersesat selam-lamanya, selama kalian berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
(HR. Malik)
4. Ijtihad
Fungsi Hadis
terhadap
Al-Quran
Artinya :
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan. (QS. An-Nahl : 44)
Bayan At-Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan At -Tafsir adalah menerangkan ayat- ayat yang
sangat umum, mujmal, dan musytarak. Fungsi hadist dalam hal ini adalah
menerangkan perincian ( tafshil ) dan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran yang
masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat yang masih muthlaq, dan memberikan
takhshish ayat-ayat yang masih umum.
Diantara contoh bayan At -Tafsir mujmal adalah seperti hadist yang
menerangkan kemujmalan ayat-ayat tentang perintah Allah SWT untuk mengerjakan
shalat, puasa, zakat, dan haji. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang
beribadah tersebut masih bersifat global atau secara garis besarnya saja. Contohnya
kita diperintahkan shalat, namun Al-Quran tidak menjelaskan bagaimana tata cara
shalat, tidak menerangkan rukun-rukunnya dan kapan waktu pelaksanaannya.
Semua ayat tentang kewajiban shalat tersebut dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan sabdanya :
( )
Artinya:
Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR. Bukhari)
Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam Al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahkan shalat adalah :
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'. (QS. Al-Baqoroh[2]: 43)
Bayan At-Taqrir
Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut bayan at-takid dan
bayan al- itsbat adalah hadist yang berfungsi untuk
memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Quran. Dalam
hal ini, hadis hanya berfungsi untuk memperkokoh isi
kandungan Al-Quran. Suatu hadis yang diriwayatkan muslim
dari Ibnu Umar, yang berbunyi sebagai berikut :
( )
Artinya:
Apabila kalian melihat (ruyah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ruyah) itu maka berbukalah. (HR. Muslim)
Hadis ini datang men-taqrir ayat al-Quran di bawah ini yang
artinya :
Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu
bulan, hendaklah ia berpuasa... (QS. Al-Baqoroh [2]: 185)
Bayan At-Tasyri
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri adalah mewujudkan sesuatu
hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Quran. Bayan ini
juga disebut dengan bayan zaid ala Al-Kitab Al-Karim. Hadits merupakan
sebagai ketentuan hukum dalam berbagai persoalan yang tidak ada dalam
Al-Quran.
Hadits bayan at-tasyri ini merupakan hadits yang diamalkan sebagaimana
dengan hadits-hadits lainnya. Ibnu Al-Qayyim pernah berkata bahwa
hadits-hadits Rasulullah Saw itu yang berupa tambahan setelah Al-Quran
merupakan ketentuan hukum yang patut ditaati dan tidak boleh kitaa tolak
sebagai umat Islam.
Suatu contoh dari hadits dalam kelompok ini adalah tentang hadits zakat
fitrah yang berbunyi :
Artinya:
Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada
bulan Ramadhan satu sukat (sha) kurma atau gandum untuk setiap orang,
baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan.
Hadits yang termasuk bayan Tasyri ini wajib diamalkan sebagaimana
dengan hadits-hadits yang lainnya.
Bayan An-Nasakh
Secara bahasa an-naskh bisa berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan) atau at-tagyar (mengubah).Para
Ulama baik mutaqaddimin maupun mutaakhirin berbeda pendapat dalam
mendefinisikan bayan an-nasakh. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan di antara
mereka dalam mendefinisikan kata naskh dari segi kebahasaan.
Menurut Ulama mutaqaddimin, yang dimaksud dengan bayan an-nasakh adalah
adanya dalil syara yang datang kemudian. Dan pengertian tersebut menurut
ulama yang setuju adanya fungsi bayan an nasakh, dapat dipahami bahwa hadis
sebagai ketentuan yang datang berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan
atau isi Al-Quran yang datang kemudian.
Menurut ulama mutaqoddimin mengartikan bayan an-nasakh ini adalah dalil syara
yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada, karena datangnya
kemudian. Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini hanya terhadap hadits-hadits
muawatir dan masyhur saja. Sedangkan terhadap hadits ahad ia menolaknya.
Salah satu contoh hadits yang biasa diajukan oleh para ulama adalah hadits :
Artinya :
Tidak ada wasiat bagi ahli waris.
Hadits ini menurut mereka me-nasakh isi Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 180
yang artinya :
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.(QS:Al-Baqarah:180)
A.Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, dapat kami simpulkan bahwa :
1. Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum sama
dengan Al-Quran dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang
menunjukkannya. Al-Quran dan hadist sebagai pedoman hidup,
sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara yang satu dengan
yang lainya tidak dapat dipisahkan. Al-Quran itu adalah pokok
hukum syariat, pegangan umat Islam yang secara rinci menerima
penjelasan dari sunnah.
2. Fungsi hadis terhadap Al-Quran adalah sebagai :
a. Bayan al-Taqrir (penjelasan memperkuat apa yang telah
ditetapkan dalam Al-Quran.
b. Bayan al-Tafsir (menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat yang
terdapat dalam Al-Quran).
c. Bayan al-Tasyri (mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran
yang tidak didapati dalam Al-Quran hanya terdapat pokokpokoknya (ashl) saja).
d. Bayan al-Nasakh (menghapus, menghilangkan, dan mengganti
ketentuan yang
teradapat dalam Al-Quran).