Health
1990
PPOK
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, Tn.PA, umur 69 tahun, suku Minahasa, alamat Bahu
Lingkungan 1, pekerjaan pensiunan, datang ke Instalasi Gawat Darurat Medik
RSUP Prof. R. D. Kandou, kemudian dirawat di Anggrek 1 tanggal 29 Mei 2015
dengan keluhan sesak napas. Pada anamnesis didapatkan sesak napas sejak 3
tahun yang lalu, pada awalnya sesak hanya dialami setelah beraktifitas fisik, hari
ke hari sesak terjadi saat melakukan pekerjaan harian rutin, sesak dirasakan
semakin memberat pada pagi hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk berlendir
warna kuning sejak tiga hari yang lalu. Pusing juga dialami penderita sejak kurang
lebih dua minggu, dirasakan hilang-timbul. Mual (-), muntah (-), demam (-). BAB
biasa & BAK biasa. Riwayat merokok (+), merokok lebih dari 30 tahun sebanyak
dua bungkus/hari, riwayat penyakit hati, ginjal, diabetes melitus, serta hipertensi
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
kompos mentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 100 x/menit, respirasi 28
x/menit, suhu 37,0oc. Tinggi badan 165 cm, berat badan 55kg, Indeks Massa
Tubuh (IMT) 20,2 kg/m2. Kepala konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik
tidak ada, terdapat purse lips, JVP 5+0 mmH2O. Bentuk dada barel chest, bunyi
jantung reguler, bising tidak ada. Suara pernapasan vesikuler, ronkhi
/+,
wheezing +/+. Abdomen cembung lemas, bising usus normal, hati dan limpa tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium tidak ada. Kulit turgor baik, tidak ikterik, tidak
tampak petechie dan spider nevi. Ekstermitas hangat, edema (-).
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Mei 2015 leukosit 5728/uL,
eritrosit 4,48 10^6/uL, hemoglobin 13,1 g/dL, hematokrit 39,3%, trombosit 242
10^3/uL, MCH 29, MCHC 33 g/dL, MCV 88 fL, ureum darah 24 mg/dL,
creatinin darah 1,1 mg/dL, GDS 161 mg/dL, chlorida darah 107,0 mEq/L, kalium
darah 3,70 mEq/L, Natrium darah 138 mEq/L. Hasil x-foto thorax PA terdapat
gambaran corakan vaskular kasar, perpotongan sela iga dengan diafragma
mendatar, gambaran costae mendatar, sela iga melebar.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
penderita didiagnosis dengan PPOK Eksaserbasi Akut + Infeksi sekunder.
Penderita ini diterapi dengan O2 2-4 L/menit, IVFD NaCl 0,9% 20gtt/menit,
nebulizer combivent pulmicort/8 jam, injeksi ceftriaxone 2x1gr (skin test),
Ambroxol 3x1 tablet, Paracetamol 3x500mg.
Pada tanggal 30 Mei 2015, keadaan penderita masih sesak. Tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 26x/menit, suhu 37,5 0C. Kepala
konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, JVP 5+0 mmH 2O. Bunyi
jantung reguler, bising tidak ada. Suara pernapasan vesikuler, ronkhi
/+,
wheezing +/+. Abdomen cembung lemas, bising usus normal, hati dan limpa tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium tidak ada. Kulit turgor baik, tidak ikterik, tidak
tampak petechie dan spider nevi. Ekstermitas hangat, edema (-). Penderita
didiagnosis dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik Eksaserbasi Akut + Infeksi
sekunder. Terapi pada penderita yaitu O2 2-4 L/menit, IVFD NaCl 0,9%
20gtt/menit, nebulizer combiven pulmicort/8jam, injeksi ceftriaxone 2x1gr,
Ambroxol 3x1 tablet, Paracetamol 3x500mg.
Pada tanggal 31 Mei 2015, keluhan pasien masih sesak tetapi hilangtimbul, batuk (+). Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 24
x/menit, suhu 37,20C. Kepala konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak
ada. Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP 5+0 mmH 2O. Bunyi jantung
reguler, bising tidak ada. Suara pernapasan veikuler ronkhi +/+, wheezing +/+.
Abdomen cembung, lemas, bising usus normal, hati dan limpa tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium tidak ada. Kulit turgor baik, tidak ikterik, tidak tampak petechie
dan spider nevi. Ekstermitas hangat, edema (-). Penderita didiagnosis dengan
PPOK Eksaserbasi Akut + Susp.Pneumonia. Terapi pada penderita yaitu O 2 2-4
L/menit, IVFD NaCl 0,9% 20gtt/menit, nebulizer combivent pulmicort/8 jam,
injeksi ceftriaxone 2x1gr, ambroxol 3x1 tablet, paracetamol 3x500mg.
Pada tanggal 1 Juni 2015, keluhan pasien masih sesak tetapi hilang-timbul,
batuk (+). Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit,
suhu 37,20C. Kepala konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.
Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP 5+0 mmH 2O. Bunyi jantung reguler,
bising tidak ada. Suara pernapasan veikuler ronkhi +/+, wheezing +/+. Abdomen
cembung, lemas, bising usus normal, hati dan limpa tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium tidak ada. Kulit turgor baik, tidak ikterik, tidak tampak petechie dan
spider nevi. Ekstermitas hangat, edema (-). Penderita didiagnosis dengan PPOK
Eksaserbasi Akut + Susp.Pneumonia. Terapi pada penderita yaitu O 2 2-4 L/menit,
IVFD NaCl 0,9% 20gtt/menit, nebulizer combivent pulmicort/8 jam, injeksi
ceftriaxone 2x1gr, ambroxol 3x1 tablet, paracetamol 3x500mg.
Pada tanggal 2 Juni 2015 keluhan sesak ketika pasien batuk (+). Tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 22x/menit 37,2 0 C. Kepala
konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada. Pembesaran kelenjar getah
bening (-), JVP 5+0 mmH2O. Suara pernapasan vesikuler, ronkhi -/-, wheezing +/
+, Abdomen cembung lemas, bising usus normal, hati dan limpa tidak teraba,
nyeri tekan epigastrium tidak ada. Kulit turgor baik, tidak ikterik, tidak tampak
petechie dan spider nevi. Ekstermitas hangat, edema (-). Penderita didiagnosis
dengan PPOK Eksaserbasi Akut + Infeksi sekunder. Terapi pada penderita yaitu
O2 2-4 L/menit, IVFD NaCl 0,9% 20gtt/menit, nebulizer combivent:Pulmicort/8
jam, injeksi ceftriaxone, ambroxol 3x1 tablet, paracetamol 3x500mg.
Pada tanggal 3 Juni 2015 pasien rencana pulang. Keluhan pasien batuk
minimal, sesak (-). Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,80C. Kepala konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak
ada. Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP 5+0 mmH 2O. Suara pernapasan
vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, Abdomen cembung lemas, bising usus normal,
hati dan limpa tidak teraba, nyeri tekan epigastrium tidak ada. Kulit turgor baik,
tidak ikterik, tidak tampak petechie dan spider nevi. Ekstermitas hangat, edema
(-). Terapi pada penderita yaitu Cefixim 2x100mg tablet, Ambroxol 3x1 tablet,
Symbicort 1x1 puff.
PEMBAHASAN
Penyakit paru obstruksi kronik adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udarah di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel
atau reversibel parsial. Penyakit paru obstruksi kronik terdiri dari bronkitis kronik
dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik ialah kelainan saluran
napas yang ditandai oleh batuk kronik, sekurang-kurangnya dua tahun berturutturut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema ialah suatu kelainan anatomis
paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli.7
Etiologi
dan
faktor
resiko
terjadinya
PPOK
adalah
merokok,
hiperresponsif saluran napas, infeksi saluran napas pada masa kanak-kanak, polusi
udara di dalam dan di luar rumah, perokok pasif dan faktor genetik yaitu
defisiensi enzim a1AT.5 Pada kasus ini pasien tergolong dalam perokok aktif sejak
lebih dari 30 tahun, banyaknya 2 bungkus/hari.
Faktor risiko yang utama adalah rokok. Perokok mempunyai risiko 4 kali
lebih besar daripada bukan perokok, dimana faal paru cepat menurun. Penderita
pria : wanita = 3-10 : 1. Pekerjaan penderita sering berhubungan erat dengan
faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. Di daerah perkotaan, insiden PPOK 1
kali lebih banyak daripada pedesaan. Bila seseorang pada saat anak-anak sering
batuk, berdahak,sering sesak, kelak pada masa tua timbul emfisema.8
Faktor resiko merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan
atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
asap
rokok
tersebut
juga
merangsang
terjadinya
terjadihipoksia kronik)
Analisa gas darah
Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihhan antibiotik bila
terjadieksaserbasi).
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12