Anda di halaman 1dari 22

Andry Dimas Dwi Putra

030.11.027
Kepaniteraan Interna RSUD Kota Bekasi
2016

TYPHOID FEVER

Definisi

Infeksi sistemik akut ec Salmonella


enterik serotype typhi atau paratyphi
= Enteric Fever, Typhoid Abdominalis

Epidemiologi

Indonesia endemic & sporadic


358-810 per 100,000 populations of typhoid
fever caused by Salmonella typhi (CDC, 2007)
64% typhoid fever in Indonesia occurs in 3-19
years old
Mortality rate in Jakarta: 3,1-10,4% in
hospitalized patients
North Jakarta study: the characteristic of
typhoid patients varies mostly occurs in
urban area with poor sanitation

Etiologi
Famili: Enterobacteriacea
Genus: Salmonella
Spesies:
Salmonella enterica typhi
Salmonella enterica paratyphi
typhoidal salmonella

Manifestasi Klinis
Pasien belum berobat ke
dokter

Masa
Inkubasi
3-60 hari
Gejala
(-)
Infeksi dari
Salmonella
typhi
Food-bornedisease
Water bornedisease

Pasien berobat ke dokter

Minggu I

Minggu II,
dst

Gejala (+)
Gejala
Prodromal
Demam
(step-ladder
pattern)

Anoreksia
Mual, Muntah
Obstipasi/Diare
Cephalgia
Myalgia
Batuk

Minggu 2, dst
Demam
Bradikardia
relatif
Coated tongue
Hepatomegali
Splenomegali
Meteorismus
Gg Kesadaran
Roseolae

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah perifer (leukopenia,


anemia ringan, trombositopenia, LED,
SGOT/SGPT )
Uji Widal (tentukan titer antibodi terhadap
antigen O dan antigen H dari salmonella typhi &
paratyphi)
Uji TUBEX (deteksi antibodi anti S.Typhi O9)
Uji Typhidot (deteksi IgM dan IgG pada protein
membran luar S. Typhi)
Uji IgM Dipstick (deteksi khusus IgM spesifik S.
Typhi)
Gall Culture

Diagnosis
Case

Confirmed
case

Gejala
klinis

Laboratorium
mengarah ke
typhoid

Positive
serodiagnosis/
antigen
detection test

Kultur S.
Typhi

+ ***

Probable
+
+ **
*Gejala
caseklinis: demam, gg GI tr, gg pola BAB, hepato/splenomegali. Sindrom demam Tifoid belum lengkap

**Titer Tes Widal: O1/160 atau H1/160 satu kali pemeriksaan


***Titer Tes Widal: Kenaikan 4 kali lipat pada Px ulang ATAU titer O1/320 atau H1/640 menetap pd px ulang

Possible
case

+*

Chronic Carrier
Ekskresi dari S. Typhi di feces/urin (atau kultur darah berulang dengan hasil
+) selama >1 tahun setelah onset demam tifoid akut yang telah diderita.

Komplikasi

Intestinal: perdarahan usus, perforasi usus, ileus


paralitik
Kardiovaskular: syok, miocarditis, trombosit,
tromboflebitis
Hematologi: anemia hemolitik, trombositopenia,
koagulasi intravaskular disseminata, sindrom uremia
hemolitik
Pulmo: Pneumonia, empiema, pleuritis
Hepar & VU: hepatitis, kolelitiasis
Ginjal: piolenefritis, perinefritis, glomerulonefritis
Tulang: osteomyelitis, artritis
Neuropsikiatrik: meningitis, delirium, GBS

Tatalaksana

Optimalisasi pengobatan dan percepat


penyembuhan
Observasi terhadap perjalanan penyakit
Minimalisasi komplikasi
Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap
pencemaran dan atau kontaminasi

Tatalaksana

Tirah baring
Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan
supportif)
Pemberian antimikroba/antiobiotik
Segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid
dapat ditegakkan (confirmed/probable/suspect)
Sebelumnya: gall culture

Vaksinasi

Ty21a, ViCPS, dan VirEPA


masing- masing tiap 6 tahun, 2 tahun, dan 6
bulan.
Vaksin oral Ty21a memerlukan 3 dosis selama 5
hari, dianjurkan pengulangan setiap 6 tahun
Vaksin antigen Vi murni, diberikan dalam dosis
tunggal sevara intramuskular, pengulangan
diperlukan setiap 2 tahun
Suatu modifikasi vaksin yang baru yaitu vaksin
konjugat Vi sekarang sedang dikembangkan di
Vietnam dan 92% efektif

Anda mungkin juga menyukai