Anda di halaman 1dari 5

DELIRIUM

Merupakan salah satu gangguan mental organik yang penting dan sering
dijumpai dalam masalah klinis.
Gejala utama ditandai dengan kesadaran menurun, disertai dengan gejala
tidak mampu mengenal orang lain (keluarga) dan komunikasi yang baik, bingung,
cemas, gelisah, dan panik
Delirium bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala, sehingga dalam
menentukan adanya delirium harus berdasarkan penyebabnya. untuk itu delirium
terbagi atas:

Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum.


Delirium yang di induksi oleh zat.
Delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab.

EPIDEMIOLOGI

10%-15% Pasien rawat bedah umum mengalami delirium


15%-25% pasien rawat medik umum mengalami delirium selama dirawat dirumah

sakit
30% pasien bedah ICU
40%-50% ICCU mengalami delirium
90% ditemukan pada pasien post cardiotomy

Etiologi
penyebab utamanya adalah pada sistem saraf pusat (misal epilepsi), penyakit sistemik
(misal gagal jantung), dan intoksikasi obat-obatan dan zat toksik.
Hipotesis penyebab delirium dalam keterlibatan neurotransmiter adalah acetylcholine
dan daerah yang terlibat adalah pada formatio reticularis dimana terjadi penurunan
aktifitas acetylcholine dalam otak.

berikut adalah tabel causa delirum:

tabel causa delirium

Gambaran Klinis
Prodromal
kelelahan, cemas, menjadi iritabel, gangguan tidur
Gangguan kesadaran
Penurunan kejernihan tingkat kesadaran ( kesadaran berkabut)
Kewaspadaan
terdiri dari hiperaktifitas dan hipoaktifitas.
Hiperaktifitas berkaitan dengan sindrom putus zat ditandai dengan flushing, berkeringat,
takikardia, nausea, dan hipertermia.
Hipoaktifitas dimana seluruh kegiatan menurun sehingga sering dikatakan depresi
Gangguan Pemusatan Perhatian
kesulitan mempertahankan, memusatkan dan mengalihkan perhatian
Orientasi
gangguan orientasi waktu (delirium ringan)
susah mengenal orang dan tempat (delirium berat
Bahasa dan Kognitif
terjadi abnormalitas berbahasa dan inkoherensi, daya ingat dan fungsi kognitif terganggu
Diagnosis Banding
Delirium dengan dimensia
Paling terlihat pada gejalanya,gejala delirium terjadi tiba-tiba sedangkan dimensia
terjadi perlahan. Keduanya terjadi gangguan kognitif, tetapi pada dimensia lebih stabil
dibandingkan dengan dengan delirium yang fluktuatif.
Delirium dengan skizofrenia
Delirium harus dapat dibedakan dari skizofrenia, pasien dengan skizofrenia pada
suatu keadaan menunjukan perilaku yang sangat kacau dan susah dibedakan dengan
delirium. secara umum, halusinasi dari skizofrenia dan waham lebih konstan dan lebih
terorganisir dari delirium.

Terapi
Dalam pengobatan delirium, hal utama yang perlu diobati adalah penyebabnya,
misal, Toksisitas antikolinergik, gunakan pisostigmin salisilat 1-2 mg I.V atau I.M dan
dapat di ulang setiap 30 menit bila diperlukan
Farmakoterapi
Dua gejala utama delirium yang memerlukan terapi obat yaitu psikosis dan
insomnia, obat yang digunakan adalah haloperidol. Pemberian dosis tergantung umur,
umumnya 2-10 mg I.M dan dapat diulang satu jam kemudian bila pasien menunjukan
gejala agitasi.Dosis efektif haloperidol pada penderita delirium antara 5-50 mg.
Pada insomnia dapat digunakan obat-obatan golongan benzodiazepine yang
memiliki waktu paruh pendek atau bisa menggunakan lorazepam 1-2mg sebelum saat
tidur.
Prognosis
Gejala delirium akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan perasaan takut bisa
muncul. Bila penyebabnya sudah diketahui dan dapat disembuhkan biasanya delirum
akan membaik 3-7 hari dan akan hilang dalam waktu 2 minggu

Referensi
Willy F. Maramis & Albert A. Maramis. Catatan ilmu kedokteran jiwa edisi kedua
Buku ajar Psikiatri Edisi kedua Fakultas kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai