Anda di halaman 1dari 7

PELAJARAN 5 MENGULAS SECARA KTIRIS FILM DAN DRAMA

A. Pengertian Teks Ulasan/Review Text


Teks ulasan adalah teks yang berisi tinjauan, ulasan, kupasan, tafsiran, evaluasi terhadap
suatu karya baik berupa film, drama, buku dan lain-lain yang dapat berwujud komentar,
kritik, saran untuk mengetahui kualitas, kelebihan, atau kekurangan yang dimiliki karya
tersebut sehingga dapat dipublikasikan kepada pembaca/khalayak. Cara yang paling tepat
dalam menyampaikan ulasan berbentuk kritik adalah dengan menggunakan bahasa yang
santun, diksi yang baik dan pada waktu yang tepat. Kita juga harus menguasai permasalahan
yang dikritik dan dapat memberikan solusi atas permasalahan yang diulas.
Dalam kritik film dan drama yang diulas berhubungan dengan latar, waktu, tempat,
tokoh dan penokohan, bahkan pengambilan gambar film dan drama tersebut. Suatu karya film
atau drama dapat memberikan kesan yang berbeda bagi khalayak. Suatu karya berupa film
atau drama yang menurut orang baik belum tentu baik pula menurut orang lain.
B.

Struktur Teks Ulasan

1.

Orientasi
Pada bagian ini berisi gambaran umum karya yang akan diulas yang berwujud paparan
tentang nama atau judul karya, manfaat karya tersebut, dan lain-lain.
2. Tasfiran Isi
Pada bagian ini memuat tentang pandangan pengulas mengenai karya yang diulas. Pada
bagian ini karya yang diulas dibandingkan dengan karya lain yang mirip atau serupa
kemudian pengulas pun menilai kelebihan dan kekurangan antara dua karya tersebut.
3. Evaluasi
Bagian ini berisi penilaian tentang bentuk karya, penampilan, dan produksi karya
tersebut secara terperinci baik bagian-bagiannya, ciri-ciri karya tersebut, dan kualitasnya.
4. Rangkuman
Bagian ini memuat simpulan tentang karya tersebut. Pengulas menyampaikan opininya
berdasarkan hasil ulasan tentang karya tersebut.
C.

Manfaat Menyusun Teks Ulasan

1. Melatih seseorang memiliki sikap kepedulian dan kepekaan sosial yang tinggi. Hal ini
disebabkan sikap kritis dalam mengulas teks ulasan tidak lepas dari norma, etika atau aturan
hidup yang berlaku di masyarakat.
2. Melatih seseorang untuk memiliki sikap dan sifat mental yang kuat. Hal ini berkaitan
bahwa seseorang akan dilatih untuk menerima dengan jiwa yang besar setiap bentuk kritik
atau kecaman yang pada dasarnya untuk membangun jati diri seseorang sebagai manusia
tangguh.
3. Melatih seseorang dalam menilai bagus-tidaknya suatu karya. Hal itu disebabkan karena
dalam kritik atau kecaman terdapat pertimbangan atau penilaian baik-buruknya suatu karya.
4. Melatih seseorang untuk bersikap jujur, cendekia atau tajam pemikirannya, bernalar, dan
mempunyai rasa estetika yang dijadikan bahan penilaian oleh pembaca atau khalayak.
5. Melatih seseorang untuk berpikir objektif. Artinya, seorang kritikus diharuskan mengkritik
apa adanya suatu karya yang ditampilkan.
6. Melatih kejelian seseorang. Artinya, seorang kritikus menyadari bahwa ada sesuatu yang
berada tidak pada tempatnya.

D. Jenis Corak Kritik


Ada empat macam kritik yang dapat kalian gunakan dalam mengulas teks film atau
drama. Masing-masing corak kritik dipengaruhi oleh kemampuan penginderaan yang baik.
Untuk itu penginderaan yang digunakan harus benar-benar dalam kondisi yang baik. Indera
pertama adalah bidang visual yaitu kemampuan mata dalam melihat dan indera kedua adalah
bidang audio yaitu kemampuan telinga dalam mendengar.
Menurut Alif Danya Munsi, empat corak yang dimaksud adalah :
1. Corak Kritik Apresiasi
a. Kritik Individual
Yaitu kritik yang menunjukkan ekspresi tunggal mewakili kemauan pengulas untuk
menyatakan segi positif dari pertunjukkan yang disaksikan.
b. Kritik Sosial
Yaitu kritik yang yang mewakili pandangan objektif dengan menyertakan atau mencatat
bagaimana respon masyarakat dalam menyaksikan pertunjukkan tersebut.
2. Corak Kritik Eksposisi
Yaitu kritik yang mengulas tentang film dan drama berdasarkan bagian-bagian yang
membangun film dan drama tersebut dengan memberikan solusi atau jalan keluar sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas kritik yang kita buat.
3. Corak Kritik Evaluasi
Yaitu kritik yang dimulai dari memindai kerangka cerita, premis, tema dan bagaimana
sutradara menimplementasikan dan menafsirkannya melalui gambar.
4. Corak Kritik Prevalensi
Yaitu kritik yang berisi ulasan yang merata, umum, luas, dengan ukuran perbandingan
yang ideal atas tontonan-tontonan lain yang serupa yang pernah ada. Dalam kritik ini dimulai
dengan menyebutkan sesuatu sebagai ukuran ideal kemudian diakhiri dengan harapanharapan.
Seorang kritikus harus bersikap jujur mengungkapkan pendapat dan pandangannya
terhadap apa yang telah disaksikannya. Jujur di sini artinya bersikap terbuka dalam
mengemukakan kelebihan dan kekurangan pertunjukkan itu. Apabila memungkinkan, dalam
mengulas sebuah karya dari sisi negatifnya maka seorang kritikus harus memberikan solusi.
Kritikus yang demikian akan disegani, dihormati, dan didengar pendapatnya karena kritiknya
jujur, benar dan bermanfaat.
Yang paling menonjol dalam sebuah pementasan daram atau film adalah bagaimana
kejelian seorang sutradara dalam mengalirkan plot sehingga dramaturgi yang terbentuk akan
menjadi penanda bagaimana emosi penonton ikut dan hanyut ke dalam semangat
pertunjukkan. Ritme yang ditampilkan dalam menampilkan dramaturgi dimunculkan dari
kreativitas yang beragam dengan pengolahan plot yang saling berkesinambungan dan terjaga
dari bagian abstraksi, klimaks hingga antiklimaks.
Teks Ulasan yang Ideal harus disusun sesuai dengan struktur teks yang ada dan
menggunakan kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan. Kekeliruan dalam penggunaan
kaidah kebahasaan dalam bidang ilmu bahasa sangat beragam seperti kelewahan,
kemubaziran atau pleonasme yang berarti penggunaan kata yang sesungguhnya tidak
diperlukan dan jika dihilangkan pun tidak akan menggangu isi informasi yang disampaikan.
Contohnya penggunaan kata bersinonim secara bersama-sama, seperti agar supaya, demi
untuk, servis pelayanan. Hiperkorek atau penggunaan kata atau istilah yang sesungguhnya
salah tetapi dianggap benar atau suatu kata atau istilah yang benar malah disalahkan karena
ketidaktahuan pengguna bahasa.

Teknik penulisan judul suatu karaya dalam kalimat pun harus menjadi perhatian
pengulas. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :
1. Berita itu muncul dalam harian Kompas tertanggal 28 Februari 2015.
2. Seluruh cerita hidupnya tertuang dalam bukunya yang berjudul Lelaki di Persimpangan
Jalan.
Tanda petik (....) dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, bab buku yang
dipakai dalam kalimat. Misalnya :
1. Sajak Pahlawanku tercantum dalam buku ini pada halaman 45.
2. Laporan Akhir yang berjudul Deferensiasi Makna dapat disahkan oleh penguji.
Oleh karena itu, penulisan judul film dan drama yang dipakai dalam kalimat
menggunakan tanda petik (....), sedangkan judul novel dituliskan dengan huruf miring.
E.

Kaidah Kebahasaan Teks Ulasan

1.

Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah khusus adalah
istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakaiannya hanya dipahami oleh orang
yang berkecimpung dalam bidang tersebut.
2. Verba/kata kerja
a. Verba Aktif
Yaitu kata kerja yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan tindakan
atau perbuatan. Contohnya :
1) Ibu-ibu membersihkan tanah dari bawang merah yang baru dicabut dari sawah.
2) Siswa diminta guru untuk mengklasifikasikan berbagai bahan bakar kendaraan bermotor.
3) Adik ternyata dapat mengangkat meja tersebut.
b. Verba Pasif
Yaitu kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran tindakan, atau
hasil. Contohnya :
1) Bawang merah yang baru dicabut dari sawah dibersihkan oleh ibu-ibu.
2) Berbagai bahan bakar kendaraan bermotor diklasifikasikan oleh siswa atas permintaan
gurunya.
3) Ternyata meja itu terangkat oleh adik
3.

Sinonim
Yaitu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki artii atau pengertian
yang sama atau mirip. Sinonim disebut juga dengan persamaan makna ata padanan makna.
Contoh :
a. Binatang = fauna
b. Tumbuhan = flora
4. Antonim
Yaitu suatu kata yang artinya berlawanan satu dengan lainnya. Antonim disebut juga
dengan lawan kata. Contoh :
a. Konstruktif X Destruktif
b. Makro X Mikro

5. Nomina
a. Nomina dasar
Yaitu adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem dan dapat dibagi menjadi
nomina dasar umum dan nomina dasar khusus. Contoh :
1) Adik ingin mimpinya terwujud untuk menjadi dokter.
2) Para prajurit terjun dari ketinggian 1500 meter dengan menggunakan helikopter.
b. Nomina Turunan
Yaitu nomina yang diturunkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, atau pemajemukan.
Contoh :
1) Jangan menjadi pemimpi dalam cita-cita.
2) Heikopter menerjunkan sepasukan penembak jitu ke wilayah pertempuran.
6. Adjektiva
Yaitu kata yang menunjukkan sifat, atau keadaan orang, benda atau binatang. Contoh :
a. Mobilnya tergolong mobil tua.
b. Rumahnya sangat mewah terlihat dari isi perabotan yang dipajang.
7. Konjungsi
a. Koordinatif
Yaitu konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk kalimat) yang
sama pentingnya atau setara. Contoh : penambahan: dan, pendampingan: serta, pemilihan:
atau, pertentangan: tetapi, namun, melainkan, padahal.
Contoh kalimat :
1) Pak Budiono mendesak ketua dan sekretaris IPM agar menyiapkan proposal Hari Kartini.
2) Jujur saja saya suka dengan karyamu, tetapi sayangnya penyelesaian akhirnya kurang
maksimal.
b.

Subordinatif
Yaitu konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status
sintaksis yg sama. Contohnya sejak (konjungsi subordinatif waktu), dengan (konjungsi
subordinatif alat)
Contoh kalimat :
1) Sejak kejadian itu, Rini tak mau bertemu dengan siapapun..
2) Pak tani mengairi sawahnya dengan menggunakan mesin diesel.
c.

Korelatif
Yaitu konjungsi berupa kata berpasangan untuk menghubungkan antara dua unsur
kalimat yang kedudukannya setara. Contoh konjungsi korelatif : Baik...maupun..., tidak
hanya...tetapi juga..., jangankan...-...pun, entah...entah..., bukan hanya...melainkan juga...,
apa(kah)...atau..., sedemikian rupa...sehingga..., bukannya...melainkan...
Contoh kalimat :
1) Baik Andi maupun Puput, keduanya tidak ada yang mau berkata jujur tentang isi hatinya.
2) Entah benar entah tidak, berita itu sudah membuatnya tidak tenang dalam bekerja.
3) Gambar itu dibuatnya sedemikian rupa sehingga mereka berharap juri mau menerimanya.
4) Jangankan rumah dan isinya, dunia pun sanggup aku berikan.
d. Antarkalimat
Yaitu kata yang menghubungkan antara kalimat satu degan kalimat yang lain. Sehingga
konjungsi ini akan selalu dimulai dengan kalimat baru. Contoh Konjungsi Antarkalimat

1) Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang
telah dinyatakan sebelumnya. Contoh : tambahan pula , lagi pula , dan selain itu.
Contoh kalimatnya :
a) Kami tidak juara pada lomba kali ini, lagi pula sekolah kami hanya berlatih seminggu saja.
b) Korban tanah longsor tidak mendapat perhatian pemerintah, ditambah pula pemerintah
sedang fokus menangani kasus KPK dan Polri.
2) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada
kalimat sebelumnya. Contoh: biarpun demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian,
dan meskipun demikian.
Contoh kalimatnya :
a) Kerugian dalam usaha yang dialaminya sungguh membuat pola hidupnya berubah, namun
demikian dia tetap semangat untuk kembali memulai bisnisnya itu.
b) Kemenangan yang diperolehnya membuat orangtuanya bangga, walaupun demikian dia
tidak mau berbesar kepala di depan teman-temannya.
3) Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya. Contoh : sesunguhnya dan
bahwasanya.
Contoh kalimatnya :
a) Peristiwa yang menimpanya itu, sesungguhnya bisa dihindari jika dia mau mendengarkan
nasihat dari orangtuanya.
b) Apa yang dilakukannya bahwasanya berdasarkan pada kebenaran.
4) Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat
sebelumnya. Contoh: sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
Contoh kalimat :
a) Dia pun tersungkur di jalan beraspal itu, sesudah itu warga berdatangan menolong.
b) Andi bertandang ke rumah Brandon, selanjutnya dia bertamu ke rumah Puput.
5) Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Contoh:
sebaliknya.
Contoh kalimat :
a) Janganlah mengganggu teman yang lemah, sebaliknya kalian sebaiknya melindungi
mereka.
b) Jika kakaknya rajin belajar, sebaliknya adiknya menjadi siswa yang malas.
6)
Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Contoh:
namun dan akan tetapi.
Contoh kalimat :
a) Persoalan antara keduanya memang sudah diselesaikan dengan cara musyawarah, akan
tetapi warga masih meragukan keseriusan kedua pihak untuk berdamai.
b) Hasil ujian SMPTNnya sungguh memuaskan, namun dia masih belum yakin akan
diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang diimpikannya.
7) Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan
sebelumnya. Contoh: sebelum itu.
Contoh Kalimat :
a) Polisi tampak tidak kesulitan membekuk anggota gerombolan geng motor itu, sebelum itu
ketua geng motor berhasil diamankan terlebih dahulu.

b) Kita harus mengolah seluruh bahan yang ada, sebelum itu siapkan dahulu loyang yang
akan digunakan untuk mencetak.
8) Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya. Contoh: malahan
dan bahkan.
Contoh kalimat :
a) Rindu sering memenangkan lomba MTQ di propinsi, bahkan dia termasuk tilawah
terbaik se-Jawa Tengah.
b) Seluruh peserta seminar diminta melakukan daftar ulang, malahan diminta iuran gotong
royong.
9)
Konjungsi yang menyatakan kosekuens. Contoh: dengan demikian.
Contoh kalimat :
a) Jika kalian melakukan perbuatan ini lagi, dengan demikian konsekuensinya kamu harus
menerima sanksi tegas dari sekolah.
b) Novi mengakui tindakannya di depan guru BK, dengan demikian dia pun menerima surat
peringatan pertama dari sekolah.
10) Konjungsi yang menyatakan akibat. Contoh: oleh karena itu dan oleh sebab itu .
Contoh kalimat :
a) Satu kelas berminat pergi ke Jakarta bulan depan, oleh sebab itu mereka pun mau iuran Rp
5.00,00 tiap hari.
b) Para siswa senang dengan hasil kerja mereka, oleh karena itu mereka berencana
mengadakan syukuran bersama wali kelasnya.
8.

Pronomina
Yaitu kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina atau kata benda lain. Terdapat tiga
jenis pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu:
a. Pronomina persona
Adalah pronomina yang digunakan untuk acuan berupa manusia. Contoh: saya, aku,
engkau, kau, kamu, ia, dia, -nya, -mu, -ku, dan lain-lain.
b. Pronomina penunjuk
Adalah pronomina yang dipakai untuk penunjuk umum, arah dan tempat. Contoh: ini,
itu, di sana, di sini.
c. Pronomina penanya
Adalah pronomina yang digunakan untuk menanyakan hal berupa manusia, barang, atau
pilihan. Contoh: siapa, apa dan mana.
9.

Prepopsisi
Yaitu kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam
suatu klausa. Preposisi juga dimaknai kata yang digunakan di depan kata benda yang
berfungsi untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain. Contoh: di-, ke-,
dari, pada, oleh, tanpa, demi, dan lain-lain.
Contoh kalimat:
a. Ketika pergi tamasya ke Hongkong Mira membawa seluruh keluarganya.
b. Untuk sampai di pelabuhan, anda harus naik angutan kota dari terminal Bungorasih.
c. Tanpa bantuan orangtuanya, mereka tidak akan mampu menyelesaikan sekolahnya.

10. Artikula
Yaitu kata tugas yang membatasi makna nomina atau kategori yang mendampingi
nomina dasar. Artikula disebut juga kata sandang. Contoh: si, sri, sang, hang (laki-laki), dang
(perempuan), para, kaum, umat, yang.
Contoh kalimat:
a. Adik suka mendengar cerita Si Kancil.
b. Kedatangan Sri Baginda disambut dengan taburan bunga-bunga di sepanjang jalan.
c. Kini dia resmi diangkat sebagai Sang Pangeran.
d. Saat itu Hang Tuah memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.
e. Dang Merdu menjadi terkenal dengan hikayatnya yang cukup menyentuh.
11. Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks
a. Kalimat Simpleks
Yaitu kalimat yang terdiri dari satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa,
atau keadaan. Kalimat simpleks disebut juga kalimat tunggal, karena hanya terdiri dari satu
struktur yaitu subjek-predikat-(objek)-(keterangan)-(pelengkap). Struktur yang berada di
dalam tanda kurung merupakan unsur yang tidak selalu ada dalam kalimat simpleks.
Contoh kalimat Simpleks dengan variasi strukturnya :
1) Kakek mambaca koran di ruang tamu.
S
P
O
Ket. Tempat
2) Kakak menyapu rumah.
S
P
O
3) Sampah itu dibuang Adik.
O
P
S
b.

Kalimat Kompleks
Yaitu kalimat yang terdiri dari lebih dari satu aksi, peristiwa atau keadaan sehingga
memiliki lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Antara struktur yang satu
dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan dengan menggunakan konjungsi. Contoh
kalimat kompleks:
1) Seruni tetap pergi mengaji padahal
cuaca
saat itu
hujan.
S
P
O
Konjungsi
S
Ket.Wkt Predikat
2) Saat
ayah mengerjakan tugas, ibu di rumah membuat
kue.
Ket.Wkt S
P
O
S
Ket.Tmpt
P
O

Anda mungkin juga menyukai