BAB II Lean Manufacturing
BAB II Lean Manufacturing
TINJAUAN PUSTAKA
II-2
internal
maupun
eksternal
untuk
mengejar
keunggulan
dan
II-3
Menurut (Gaspersz, 2011) terdapat lima dasar lean dan diantaraya adalah :
1. Mengidetifikasi nilai produk (barang dan jasa) berdasarkan perspektif
pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk (barang dan jasa)
berkualitas superior dengan harga yang kompetitif da penyerahan tepat
waktu.
2. Mengidetifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada
valuestream) untuk setiap produk (barang dan jasa). (catatan: kebanyakan
manajemen perusahaan industry di Indonesia hanya melakukan pemetaan
proses bisnis atau proses kerja, bukan melakukan pemetaan proses
produk). Hal ini berbeda dengan pendekatan lean.
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua
aktivitas sepanjang proses value stream itu.
4. Mengorganisasikan agar material, informasi, dan produk itu mengalir
secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan
sistem tarik (pull system).
5. Terus
menerus
alat
peningkatan
II-4
II-5
5) Personalia produksi
(1 responden)
3. Pembobotan waste dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
waste yang terjadi pada sistem dengan mengetahui tingkat
keseringan dari munculnya waste yang terjadi dengan menggunakan
kuisioner yang ditujukan kepada pihak-pihak operasi sistem
produksi. Jumlah dari pembobotan dari 7 waste harus 35 point.
Berikut adalah contoh dari pembobotan waste :
Tabel 2.1 Pembobotan Waste
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JENIS PEMBOROSAN
Over Production
Waiting
Transportasi
Process
Inventory
Motion
Defect
TOTAL SKOR
SKOR
0
3
8
6
7
6
5
35
(Nurudin,2013)
sehingga
menimbulkan
pemborosan.Contoh
material datang.
3. Pemborosan berupa transportasi (transportasi waste)
menunggu
II-6
menambahkan
peralatan
pencegah
cacat
pada
prose
mengencangkan
putus,menggunakan
menggunakan
baut
peralatan
peralatan
yang
secara
dengan
tingkat
mengakibatkan
tidak
tepat
keakuratan
baut
guna,seperti
rendah
dan
II-7
II-8
Type
Waste
Overproduction : memproduksi
lebih dari pada kebutuhan
pelanggan internal dan eksternal,
atau memproduksi lebih cepat atau
lebih awal dari pada waktu
kebutuhan pelanggan internal dan
eksternal
Delay : keterlambatan yang tampak
melalui orang-orang yang sedang
menunggu mesin, peralatan, bahan
baku, supplies,
perawatan/pemeliharaan
(maintenance), dll. Atau mesin yang
sedang menunggu perawatan,
orang-orang, bahan baku, peralatan,
dll.
II-9
7+1
II-10
b. Produk cacat.
c. Produk usang.
d. Produk usang/ketinggalan mode.
4. Pemborosan dalam lini produksi
a. Pekerjaan ulang.
b. Scrap.
c. Pekerjaan jelek.
d. Hasil-hasil yang rendah.
e. Inventori untuk pengaman (buffer inventories).
f. Lini produksi terhenti karena kegagalan mesin dan/atau
peralatan.
g. Lini produksi terhenti karena kekurangan material.
h. Kerusakan mesin dalam waktu lama.
i. Perubahan-perubahan rekayasa (engineering changes).
j. Tambahan penggunaan input (tenaga kerja, material,dll) karena
desain produk yang jelek.
k. Kekurangan peralatan yang sesuai.
l. Prosedur dan instruktur kerja yang tidak jelas.
m. Tingkat absensi tinggi karyawan bagian produksi.
n. Ketiadaan pelatihan bagi karyawan bagian produksi.
o. Tata letak pabrik yang jelek.
p. Waktu set up mesin lama.
q. Kualitas material rendah.
r. Kelebihan kertas kerja (paperwork).
s. Waktu terbuang dari pekerja (worker idle time).
5. Pemborosan dalam departemen material
a. Invetori pengaman (buffer inventories).
b. Kelebihan material.
c. Material yang usang.
d. Waktu inspeksi kedatangan material yang lama.
II-11
e. Kehilangan inventori.
f. Terlalu banyak pemasok.
g. Terlalu banyak pesanan pembelian (purchase orders).
h. Keterlambatan pengiriman.
i. Fasilitas yang besar atau luas untuk menyimpan inventori.
j. Selisih perhitungan material yang datang dengan pesanan
pesanan pembelian.
k. Perencaaan material dan peramalan yang jelek.
l. Kelebihan penggunaan kertas kerja (paperwork).
6. Pemborosan yang terkait dengan pemasok
a. Kualitas part yang jelek.
b. Keterlambatan pengiriman.
c. Pengiriman dalam jumlah besar.
d. Selisih perhitungan material yang dikirim dengan pesanan
pembelian.
e. Pekerjaan ulang.
f. Ongkos-ongkos yang tinggi.
g. Kesalahan-kesalahan dalam pengiriman.
7. Pemborosan dalam rekayasa desain (design engineering)
a. Dokumentasi yang jelek.
b. Desain yang jelek
c. Terlalu banyak parts dalam desain.
d. Terlalu banyak pemasok yang berbeda untuk parts yang
digunakan dalam desain.
e. Desain terlalu kompleks sehingga membutuhkan proses
manufacturing yang kompleks.
f. Keterlambatan penyerahan desain produk.
g. Desain menggunakan komponen yang tidak andal.
h. Desain menggunakan material dengan ongkos tinggi.
i. Terlalu banyak konfigurasi dalam produk.
II-12
II-13
Simbol yang biasa digunakan dalam penggambaran aliran proses value stream
mapping pada tahap ini dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Simbol untuk Proses Value Stream Mapping
No
1.
Nama
Customer/Supplier
Lambang
Fungsi
Merepresentasikan supplier bila diletakkan
di kiri atas, yakni sebagai titik awal yang
umum digunakan dalam penggambaran
aliran material. Sementara gambar akan
mereprentasikan customer bila ditempatkan
di kanan atas, biasanya sebagai titik akhir
aliran material.
II-14
Nama
Lambang
Fungsi
Secara
menghindari
2.
Dedicated Proses
langkah
untuk
pemetaan
proses
diinginkan,
biasanya
khusus,
setiap
yang
maka
tidak
lambing
ini
merepresentasikan
satu
Data Box
di
dalamnya
yang
keberadaan
diantara
dua
suatu
proses.
Inventory
satu
gunakan
akumulasi
satu
inventory,
lambang
untuk
II-15
Nama
Lambang
Fungsi
Lambang
5.
Operator
ini
merepresentasikan
6.
Shipments
gudang
penyimpanan
akhir
di
pergerakan
Push Arrows
arti
bahwa
memproduksi
proses
dapat
sesuatu
tanpa
pengiriman
yang
External Shipments
pengangkutan
Production Control
penjadwalan
II-16
Nama
Lambang
Fungsi
Manual Info
11.
Electronic Info
12.
Other
Timeline
10.
13.
II-17
proses
dapat
diatur
kembali
menjadi
lebih
efisien,
II-18
packing
maupun
labeling,
kesalahan
jumlah
(quantity),
mengarahkan
perhatian
pada
area
yang
mungkin
belum
Process
Supply
Prod.
Quality
Demand
Decisio
Physical
Activity
Chain
Variet
Filter
Amplificatio
n Point
Structur
Mappin
Respones
Mappin
n Mapping
Analysis
e Matrix
Funne
l
OverProductrio
n
Waiting
L
L
II-19
Transport
Inappropriate
Processing
Unncessary
Inventory
Unnecessary
Motion
Defect
Overall
L
L
Structure
L
H
H
L
Catatan :
H (high correlation and usefulness) faktor pengali = 9
M (Medium correlation and usefulness) faktor pengali = 3
L (Low correlation and usefulness) faktor pengali = 1
2.6 Process Cycle Efficiency (PCE)
Process Cycle Efficiency atau biasa disingkat dengan PCE, adalah suatu
metode yang digunakan untuk menganalisa suatu masalah yang akan dieliminasi.
Metode ini sangat membantu mempermudah untuk menentukan apakah proses
yang ada pada suatu sistem tersebut bernilai tambah atau value-added. Untuk
mengaplikasikan metode PCE membutuhkan beberapa hal, yaitu :
1. Memetakan proses
2. Mengidentifikasi langkah-langkah value added activity (VA) , necessary
but nonvalue added (NNVA) atau tidak bernilai tambah tetapi diperlukan
untuk mendukung value added activity dan non value added (NVA) atau
tidak bernilai tambah.
3. Menstratakan maping sesuai point nomer 2
4. Tambahkan dimensi waktu pada langkah-langkah proses.
Setelah langkah-langkah tersebut selesai, kemudian dapat menghitung
seberapa banyak persentasi dari value-add. Waktu dari keseluruhan proses disebut
cycle time. Untuk mengidentifikasi PCE. Adapun rumus untuk mendapatkan nilai
PCE dalam suatu sistem produksi yaitu membagi waktu value-add time dengan
cycle time.
II-20
Cycle
Efficiency
(PCE)
.(2.1)
2.7 Pengertian Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Manufacturing cycle effectiveness (MCE) adalah persentase value added
activities yang ada dalam aktivitas proses produksi yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer (Saftiana,2007). MCE
merupakan ukuran yang menunjukkan persentase value added activities yang
terdapat dalam suatu aktivitas yang digunakan oleh seberapa besar non value
added activities dikurangi dan dieliminasi dari proses pembuatan produk
(Mulyadi , 2003).
Manufacturing cycle effectiveness merupakan alat analisis terhadap aktivitas
aktivitas produksi, misalnya berapa lama waktu yang dikonsumsi oleh suatu
aktivitas mulai dari penanganan bahan baku, produk dalam proses hingga produk
jadi (cycle time). MCE dihitung dengan memanfaatkan data cycle time atau
throughput time yang telah dikumpulkan. Pemilihan cycle time dapat dilakukan
dengan melakukan activity analysis (Saftiana, 2007). Cycle time terdiri dari value
added
activity
dan
non
value
added
activities.
Value added activity yaitu processing time dan non value added activities yang
terdiri dari waktu penjadwalan (schedule time), waktu inspeksi (inspection time),
waktu pemindahan (moving time), waktu tungggu (waiting time), dan waktu
penyimpanan (storage time). Cycle time yang digunakan untuk menghitung MCE
dapat diformulasikan sebagai berikut (Mulyadi,2003) :
II-21
MCE=
Processing Time
...............................................................................
cycle time
(2.2)
Analisis MCE dapat meningkatkan kinerja dan efisiensi perusahaan melalui
perbaikan yang bertujuan untuk mencapai cost effectiveness (Saftiana, dkk 2007).
Analisis dilakukan langsung terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan yang
dirumuskan dalam bentuk data waktu yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas.
Waktu aktivitas tersebut mencerminkan berapa banyak sumber daya dan biaya
yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menilai kinerja dan efektivitas pada perusahaan. Analisis MCE yaitu keputusan
dilakukan untuk menurunkan biaya produksi. Suatu proses pembuatan produk
menghasilkan cycle effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah
nilai telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan produk, sehingga customer
produk tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitasaktivitas yang bukan
penambah nilai (Mulyadi, 2003). Apabila proses pembuatan produk menghasilkan
cycle effectiveness kurang dari 100%, maka proses pengolahan produk masih
mengandung aktivitas-aktivitas yang bukan penambah nilai bagi customer. proses
produksi yang ideal adalah menghasilkan cycle time sama dengan processing time
(Saftiana, dkk 2007).
2.8 Root Cause Analys (RCA)
Keandalan didefenisikan sebagai probabilitas dari suatu item untuk dapat
melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, pada kondisi pengoperasian dan
lingkungan tertentu untuk periode waktu yang telah ditentukan. Analisa keandalan
berhubungan dengan distribusi probabilitas dengan waktu sebagai variabel
random. Parameter yang akan diukur misalnya laju kegagalan komponen, lama
waktu mereparasi, adalah variabel yang bervariasi secara random terhadap waktu.
Data perawatan tentang jam operasi suatu peralatan untuk mengalami perawatan
(diasumsikan mengalami kegagalan), kemudian dianalisa untuk mencari bentuk
kurva distribusi probabilitasnya.
II-22