TINJAUAN UMUM
II-1
yaitu Blok I di bagian Timur sebaran, Blok II di bagian tengah dan Blok III di
bagian barat .
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah PKP2B tersebut secara administratif untuk Site Wahan Coal
Mine Project yaitu terletak di Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan
Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah
II-2
Gambar 2.1.
II-3
II-4
karena
yang tinggi
penambangan, sehingga lokasi menjadi licin dan keadaan ini menjadi berbahaya
jika proses penambangan tetap dijalankan. Sebagai contoh jalan angkut akan
menjadi licin sehingga mengakibatkan Dump Truck tidak mampu melaluinya
dengan baik dan aman. Material pengisi untuk jalan angkut yang dijumpai
biasanya terdiri atas material lempungan di mana kalau dalam kondisi kering,
jalan angkut akan sangat keras, namun apabila hujan turun, maka material
lempungan tadi dapat menjadi sangat lembek dan lunak. Operasi kegiatan
penambangan akan dihentikan selama kondisi hujan berlangsung (Rain dan Wet
Condition).
Gambar 2.2.
II-5
musim kemarau,
masalah yang dihadapi adalah lokasi penambangan menjadi kering dan sangat
berdebu. Hal ini
operator karena suhu yang sangat panas dan debu yang banyak dapat
menyebabkan penyakit terhadap pekerja. Kebutuhan akan water tank juga sangat
besar untuk meminimalisir lingkungan yang berdebu dan itu dapat meningkatkan
biaya produksi.
2.4. Keadaan Geologi
2.4.1. Formasi Tanjung
Formasi Tanjung merupakan suatu formasi terbentuk sebagai hasil
deposit yang mengandung Foraminifera Nummulites Javanus (Verbeek) dan
Heterostegina Sp. selama tahap awal Laut Dalam Tertiary (Tertiary Marine) dan
terindikasi pada lingkungan Neritic pada zaman Paralas-Eocene. Litologi dari
Formasi Tanjung adalah sebagai berikut ini :
1. batupasir berkuarsa (quartz sandstone) yang berbutir halus (fine grained).
2. kondisi
II-6
3. keterdapatan struktur geologi daerah ini berupa lipatan dan patahan, dimana
sumbu perlipatan dan arah patahan, cenderung mengarah ke baratdaya
timurlaut (SW-NE).
Batubara yang berasal dari Formasi Tanjung pada area Satui
menunjukkan suatu karakteristik jenis Bituminous Coal dengan data kualitas
sebagai berikut ini :
1.
2.
3.
4.
14 lapisan (seam)
Distribusi : tersebar hanya pada pit bagian timur dan barat saja
b. Seam 2
Fisik : warna hitam, kilap logam, memiliki parting berupa shaly coal (1
2 cm), lapisan kontinyu, brittle, pecahan berupa conchoidal dan cubical.
Distribusi
beragam.
II-7
c. Seam 3
Seam 3 terletak dibawah seam 2 dengan ketebalan
interburden
(lapisan
Fisik : warna hitam, kilap logam, tidak terdapat material parting, lapisan
kontinyu, brittle, pecahan cubical dan conchoidal.
Distribusi
beragam.
Seam 3 dapat juga dilihat dari karakter lantai (floor) yang terdiri batu lempung
yang lunak dan beserpih dan memiliki sebuah kohesi yang kuat terhadap
batubara.
d. Seam 4
Seam 4 terletak dibawah seam 3 dengan ketebalan interburden sebesar 9 m
yang mengandung
mudstone,
sandstone, dan
sandy
clay, memiliki
Fisik : warna hitam, kilap metal, claystone dengan parting sebesar 5 cm,
lapisan kontinyu, brittle, dan pecahan cubical dan conchoidal.
f. Seam 6
Seam 6 terletak dibawah seam 5 dengan ketebalan interburden sebesar 8,5 m
yang mengandung alterasi dominan berupa mudstone, dan sandstone berbutir
halus, memiliki ketebalan carbonaceous shale sebesar 30 cm sampai 40 cm
yang terletak pada bagian atas lapisan, dan ketebalan batubara itu sendiri
sebenarnya
g. Seam 7
Seam 7 terletak dibawah seam 6 dengan ketebalan interburden sebesar 6,3 m
yang mengandung dominant
berikut ini :
II-9
Fisik : warna hitam, kilap metal, shaly coal dan coaly clay sebagai
parting sebesar 6 cm sampai 10 cm pada bagian atas seam,brittle, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
h. Seam 8
Seam 8 terletak dibagian bawah seam 7 dengan ketebalan interburden sebesar
11 m, yang terdiri atas dominant sandstone, terbagi atas dua bagian seam,
Seam 8 Upper dan Seam 8 Lower, dimana dipisahkan oleh sandstone yang
berwarna abu-abu cerah dan mencolok, serta memiliki resistansi yang tinggi.
Seam 8 Upper memiliki karakteristik sebagai berikut ini :
Fisik : warna hitam, teralternasi diantara coaly clay with coal, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
i. Seam SM 1
Seam SM 1 terletak dibawah seam 8 dengan ketebalan interburden
sebesar 15 m yang mengandung sandstone, memiliki karakteristik sebagai
berikut ini :
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
j. Seam SM 2
II-10
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
k. Seam SL 1
Seam SL 1 terletak dibawah seam SM 2 dengan ketebalan interburden sebesar
5 m yang mengandung dominan sandy clay dan clay, memiliki karakteristik
sebagai berikut ini :
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
l. Seam SL 2
Seam SL 2 terletak dibawah seam SL 1 dengan ketebalan interburden sebesar
3 m yang mengandung sandstone, clay, dan sandyclay.
Seam SL 2 memiliki karakteristik sebagai berikut ini :
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
m. Seam SL 3
II-11
interburden
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, memiliki parting berupa shaly
coal, lapisan kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, memiliki parting berupa shaly
coal, lapisan kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
n. Seam SL 4
Seam SL 4 terletak dibawah lantai seam SL 3 Lower dengan ketebalan
interburden sebesar 20 m yang mengandung carbonaceous shale.
Seam SL 4 memiliki karakteristik sebagai berikut ini :
Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, memiliki material parting berupa
carbonaceous shale, lapisan kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.
II-12
Gambar 2.3.
Seam Batubara Pit Wahana
2.4.3. Struktur Geologi dan Jenis Batuan Kontak
Secara umum, kondisi geologi struktur yang dapat dijumpai pada lokasi
penambangan Site Wahana ini adalah lipatan dan patahan, dimana arah sumbu
perlipatan dan arah relatif patahan saling parallel cenderung ke arah baratdaya
timurlaut (SW-NE), sehingga mengakibatkan suatu proses kontrol terhadap arah
perlapisan batuan ke cenderung arah relatif N 700 E / 180 .
Berdasarkan kekompleksan kondisi struktur geologi itu sendiri, lokasi
penambangan Wahana dibagi ke dalam dua area, yaitu : Disturbed (keterdapatan
struktur geologi) dan Undisturbed (tidak terdapat struktur geologi) Area.
Disturbed Area terletak disepanjang bagian barat-timur (W-E) dan terdapat pada
bagian utara pit. Pada bagian daerah Disturbed ini, terdapat dua patahan utama
dengan orientasi N 600E / 480 .
2.4.4. Data Kualitas Batubara Di Site Wahana Coal Mine Project
II-13
INTRUETHK
RD
ASH
CV
TM
TS
S2
0.23
1.3
11.87
6629.07
6.92
0.91
S3
0.51
1.3
8.35
6826.04
7.87
S4
0.42
1.32
10.08
6740.35
6.54
S5U
0.32
1.3
9.39
6820.47
6.56
S5L
0.24
1.32
13.65
6402.99
7.11
S6
0.62
1.34
14.65
6433.43
6.49
S7
0.8
1.33
14.07
6498.75
5.46
S8U
0.31
1.36
17.39
6234.39
4.66
S8L
0.34
1.38
22.86
5792.68
4.23
0.3
SM1
0.38
1.31
10.86
6719.66
5.02
0.5
SM2
0.49
1.32
8.26
6803.06
6.72
0.49
SL1
1.72
1.33
8.54
6844.51
5.58
0.52
SL2
1.79
1.32
6.73
7043.71
5.33
0.49
SL3U
1.76
1.33
7.42
6947.92
5.8
1.82
SL3L
3.0
1.3
6.59
7186.05
5.23
0.54
SL4
3.02
1.31
6.58
7138.03
5.88
0.5
Keterangan :
a) Interval
: kandungan sulfur
Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan terhadap kedudukan dari bench dan
geometri bench tersebut, agar dapat diketahui berapa penurunan yang dialami
bench ketika digger bekerja diatasnya, sehingga untuk proses selanjutnya dapat
diketahui dimensi digger yang sesuai terhadap bench yang dibentuk
selanjutnya.
2.5.2. Drilling dan Blasting
Pada pemberaian material digunakan metode pemboran dan peledakan
karena kondisi batuan di pit penambangan Wahana PT Leighton Contractor
Indonesia, sebagian besar terdiri atas batuan sedimen dimana komposisi batu pasir
(sandstone) dan mudstone yang sangat besar. Batu pasir dan batu lumpur ini
memiliki tahanan gali yang cukup besar dan dapat menghambat produktivitas alat
gali-muat.
Pengeboran dilakukan dengan 2 tipe alat bor yaitu Tamrock Pantera
1500 (sebanyak 1 unit yang masi aktif), Drilltech D55SP (1 unit yang masih
aktif). Untuk spesifikasi alat bor Drilltech D55SP kegunaan alat ini ditujukan
untuk pembuatan lubang bor berdiameter besar, kira-kira 210 mm. Sementara alat
bor Tamrock Pantera 1500 digunakan untuk membuat lubang tembak yang
memiliki diameter yang kecil yaitu sekitar 140 mm. Untuk Site Wahana ini hanya
menggunakan 2 diameter lubang tembak yaitu 140 mm dan 210 mm. Lubang
dengan diameter 140 mm sering digunakan untuk trimshoot (peledakan untuk
membuat jenjang) sedangkan lubang dengan diameter 210 mm digunakan untuk
lubang tembak peledakan konvensional dan peledakan Through seam blast (TSB).
Untuk alat bor Tamrock Pantera 1500 menggunakan jenis mata bor bottom bit
sedangkan Drilltech D55SP/D45KS menggunakan Tricone Bit. (Lihat Gambar
2.4.)
Pemilihan jenis mata bor ini berdasarkan kesesuaian dengan spesifikasi
alat dan kondisi batuan di lapangan. Untuk alat bor tamrock dalam sekali
mengebor biasanya mampu menembus kedalaman rata-rata 3.5 m dengan panjang
lengan/batang bor 4 m. Alat ini dapat melakukan penyambungan batang bor
II-16
II-17
Gambar 2.4.
Kegiatan Pengeboran
Di PT Leighton Contractor Indonesia ini, dilakukan dua jenis metode
konvensional dan Through Seam Blast (TSB). Metode konvensional ini diterapkan
untuk membongkar material berupa overburden dalam jumlah yang besar,
misalnya material yang terdapat di daerah High Wall, dan untuk membongkar
overburden yang menutupi satu lapisan batubara. Sedangkan penggunaan metode
Through Seam Blast (TSB) diterapkan untuk membongkar overburden dan
interburden yang di dalamnya terdapat lapisan batubara, sehingga proses
penggalian untuk material overburden dan interburden, serta batubara dapat
dilakukan tanpa melalui dua kali proses peledakan (metode konvensional). Metode
Through Seam Blast (TSB) digunakan untuk OB dari Expose seam 3 Expose
seam 1. Sedangkan untuk pembongkaran di seam 2 seam 4 menggunakan
tamrock
Sebelum melakukan peledakan dilakukan terlebih dahulu pemboran
lubang tembak untuk masing-masing penerapan metode peledakan. Adapun alat
bor yang digunakan untuk proses pemboran lubang tembak tersebut adalah
Tamrock Panthera 1500 dengan diameter lubang bor 140 mm dan Drilltech 55 SP
dengan diameter lubang bor 210 mm. Bahan peledak disuplai dari Orica dan jenis
bahan peledak adalah Fortis.
2.5.3. Loading & Hauling
Material hasil peledakan dimuat dengan menggunakan beberapa macam
alat muat, diantaranya yaitu :
a. Back-Hoe Liebherr R9350, dengan kapasitas bucket 18.0 m3. (Lihat Gambar
2.5.)
b. Back-Hoe Liebherr R9250, dengan kapasitas bucket 13.0 17.0 m3.
II-18
Gambar 2.5.
Alat Gali-Muat
Liebher R9350 untuk mengangkut material hasil peledakan, digunakan
alat angkut berupa Truck. Alat angkut yang digunakan di Site Wahana Coal Mine
Project ada beberapa jenis dengan kapasitas yang berbeda, yaitu :
a. Truck CAT Tipe 777 D, dengan kapasitas angkut 40 BCM atau 100 ton per
load. ( Lihat Gambar 2.6.)
Gambar 2.6.
Alat Angkut Catterpilar
Material hasil peledakan dimuat oleh alat angkut dengan kondisi normal
(bench loading), back-hoe dan alat angkut berada dalam posisi level yang
II-19
Gambar 2.7.
Proses Pemuatan Material
Penempatan posisi digger juga sangat penting untuk di posisikan di atas
material hasil peledakan. Alat gali-muat terbesar, misalnya Liebherr R9350,
membutuhkan fondasi yang mampu menahan ground pressure yang ditimbulkan
oleh alat tersebut, yaitu lebih besar dari 2.51 kg/cm2 atau setara dengan 35.27
PSI. Alat ini biasanya ditempatkan di daerah High Wall karena material yang akan
diangkut sangat banyak dan terkadang di tempatkan di daerah Low Wall apabila
material yang akan digali adalah overburden yang menutupi lapisan batubara
Seam 2 atau Seam 3 karena tebal lapisan overburdennya sangat tebal lagipula
lapisan batubara Seam 1 tidak akan ditambang.
Material hasil peledakan diangkut menuju lokasi dumping point yang
berbeda-beda, tergantung dari jenis material yang dibawa oleh
haul truck
b. Proses Hauling
Dilakukan penyemprotan jalan oleh water tank untuk mengurangi polusi debu
yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan.
c. Proses Drainage
Dilakukan pembuatan saluran penyaliran yang baik serta mengkonstruksi
kolam pengendapan (settling pond) agar pengotor air yang dialirkan dari
tambang dapat di endapkan terlebih dahulu, sehingga air tersebut dapat di
alirkan ke alam tanpa merusak ekosistem alam sekitar. ( Lihat Gambar 2.8.)
II-21
Gambar 2.8.
Saluran (Drainage)
d. Proses Revegetasi
Dilakukan penimbunan stock top soil di bagian yang terpisah dengan material
overburden agar tingkat kesuburan daripada top soil tidak berkurang. Beberapa
lahan sudah dilakukan revegetasi sebagai usaha untuk mengembalikan kondisi
alam ke sebelum dilakukan penambangan. ( Lihat Gambar 2.9.)
Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014
Gambar 2.9.
Lahan Revegetasi
II-22