Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Profil PT Leighton Contractors Indonesia


PT Leighton Contractor melaksanakan proyek teknik sipil pertama di
Hong Kong pada pertengahan 1970-an. Sampai sat ini, PT Leighton Contractor
telh melaksanakan berbagai proyek teknik sipil di Asia yang meliputi persiapan
lokasi dan reklamasi lahan, sistem kereta api, jembatan, terowongan, pembangkit
listrik, bandara, jaringan pipa, jalan dan infrastruktur energi terbarukan.
PT Leighton Contractor juga melakukan kegiatan ekstraksi sumber daya
meliputi batubara, emas, tembaga, nikel dan bijih besi. Dengan studi kelayakan
dan perencanaan konsep operasi tambang dan manajemen lingkungan yang
komprehensif, PT Leighton Contractor mampu mengatasi kondisi tambang yang
menantang, lokasi terpencil dan iklim ekstrim.
Pada saat ini PT Leighton Contractor memiliki operasi pertambangan di
Indonesia, Filipina dan Mongolia. Pada 2013, LAIO (Leighton Asia, India, and
Offshore) menggabungkan enam unit usahanya menjadi lima yang mewakili
daerah dan sektor berikut:
1. Hong Kong dan Macau
2. Indonesia danPertambangan Asia: Indonesia dan Mongolia
3. Konstruksi di area Asia Tenggara : Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand
dan Indo-China
4. Leighton Offshore: LFM (Leighton Fabrication and Modularisation)
5. Leighton India
Kegiatan proyek penambangan dengan PT Wahana Baratama Mining
dilaksanakan di daerah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B) KW/04/PB/02/10 seluas 7.811 hektar. Sebaran endapan batubara di
wilayah PKP2B PT Wahana Baratama Mining dikelompokkan menjadi 3 Blok,

II-1

yaitu Blok I di bagian Timur sebaran, Blok II di bagian tengah dan Blok III di
bagian barat .
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah PKP2B tersebut secara administratif untuk Site Wahan Coal
Mine Project yaitu terletak di Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan
Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah

Laut, Kalimantan Selatan. Kedua

kecamatan tersebut terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan yang berbatasan


dengan laut Jawa di sebelah Selatan, Gunung Aurbunak di sebelah Utara,
Kecamatan Jorong di sebelah Barat dan Kecamatan Sebamban di sebelah Timur.
Site Wahana Coal Mine Project ini terletak di Desa Bukita Baru,
Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan Indonesia yang
mana dari Banjarbaru untuk mencapai ke PT Leighton Contractor Indonesia
sejauh 147 km dan dapat ditempuh selama 2,5 jam melalui perjalanan darat
dengan kondisi jalan beraspal mulus dan baik. Dari jalan propinsi Desa Surian
menuju lokasi PT Leighton Contractor Indonesia berjarak sepanjang 45 km
dapat ditempuh selama 35 menit dengan kondisi lintasan berupa jalan tanah
laterit.
Kecamatan Kintap terletak 120 Km dan Kecamatan Satui terletak
170 km dari Banjarmasin ke arah Tenggara menuju Kotabaru. Dengan koordinat
pada posisi 115o1157.6 BT 115o210,0 BT dan 3o4122,2 LS 3o 4733,9
LS. Untuk Lokasi PT Leighton Conractor Indonesia dapat dilihat pada Gambar
2.1.

II-2

Sumber: Pengolahan Data Pribadi 2014

Gambar 2.1.
II-3

Lokasi dan Kesampaian Daerah

II-4

2.3. Iklim Dan Curah Hujan


Secara umum, iklim di Site Wahana Coal Mine Project adalah beriklim
tropis dengan curah hujan yang relatif cukup tinggi setiap harinya dimana akan
terdapat hujan yang relatif cukup tinggi di musim hujan maupun musim kemarau.
Namun, keadaaan curah hujan di lokasi penambangan Site Wahana Coal Mining
Project tidak teratur, ini terbukti dengan hujan yang dapat terjadi kapan saja (lihat
pada Gambar 2.2.). Dengan curah hujan yang tinggi mengakibatkan kehilangan
jam kerja harian
Indonesia

karena

yang cukup banyak diderita oleh PT Leighton Contractor


curah hujan

yang tinggi

akan membasahi lokasi

penambangan, sehingga lokasi menjadi licin dan keadaan ini menjadi berbahaya
jika proses penambangan tetap dijalankan. Sebagai contoh jalan angkut akan
menjadi licin sehingga mengakibatkan Dump Truck tidak mampu melaluinya
dengan baik dan aman. Material pengisi untuk jalan angkut yang dijumpai
biasanya terdiri atas material lempungan di mana kalau dalam kondisi kering,
jalan angkut akan sangat keras, namun apabila hujan turun, maka material
lempungan tadi dapat menjadi sangat lembek dan lunak. Operasi kegiatan
penambangan akan dihentikan selama kondisi hujan berlangsung (Rain dan Wet
Condition).

Sumber.Departemen Enginering PT.LCI (Diolah, 2008-2014)

Gambar 2.2.
II-5

Grafik Curah Hujan Rata-Rata Site Wahana


Ketika pada saat proses penambangan memasuki

musim kemarau,

masalah yang dihadapi adalah lokasi penambangan menjadi kering dan sangat
berdebu. Hal ini

tidak menguntungkan bagi kesehatan para karyawan dan

operator karena suhu yang sangat panas dan debu yang banyak dapat
menyebabkan penyakit terhadap pekerja. Kebutuhan akan water tank juga sangat
besar untuk meminimalisir lingkungan yang berdebu dan itu dapat meningkatkan
biaya produksi.
2.4. Keadaan Geologi
2.4.1. Formasi Tanjung
Formasi Tanjung merupakan suatu formasi terbentuk sebagai hasil
deposit yang mengandung Foraminifera Nummulites Javanus (Verbeek) dan
Heterostegina Sp. selama tahap awal Laut Dalam Tertiary (Tertiary Marine) dan
terindikasi pada lingkungan Neritic pada zaman Paralas-Eocene. Litologi dari
Formasi Tanjung adalah sebagai berikut ini :
1. batupasir berkuarsa (quartz sandstone) yang berbutir halus (fine grained).
2. kondisi

struktur sedimentasi yang dapat dijumpai adalah lapisan parallel

dengan ragam ketebalan lapisan 0.5 m sampai 1.5 m.


3. pada bagian sisipan lokal yang terpisah dari batupasir, terdapat batu lempung
dengan ragam ketebalan 0.2 m sampai 1.5 m,
4. terdapat juga sisipan batubara pada bagian atas formasi Tanjung ini.
Satui sebagai lokasi penambangan batubara, terletak di sub-formasi
Tanjung, memiliki unsur pokok litologi berupa cebakan batubara, dengan
karakteristik sebagai berikut ini :
1. ragam ketebalan lapisan batubara 0.2 m sampai 5 m.
2. sebagai sisipan diantara batu lempung, batupasir, dan batu lanau, serta dengan
ragam ketebalan tanah penutup (topsoil) 2 m sampai 8 m.

II-6

3. keterdapatan struktur geologi daerah ini berupa lipatan dan patahan, dimana
sumbu perlipatan dan arah patahan, cenderung mengarah ke baratdaya
timurlaut (SW-NE).
Batubara yang berasal dari Formasi Tanjung pada area Satui
menunjukkan suatu karakteristik jenis Bituminous Coal dengan data kualitas
sebagai berikut ini :
1.
2.
3.
4.

calorific value : 6000 7000 cal/g


ash content : 7 26 %
total sulphure : 0.2 2 %
total moisture : 3 14 %

2.4.2. Litologi dan Lapisan Batubara


Secara keseluruhan pit penambangan Wahana ini, memiliki litologi yang
terdiri dari batu lempung pasiran, batu lempung, batu lanau, batu lempung
berkarbon, batupasir, dan batubara dengan lempung pasiran, dengan jumlah
dominan sebesar 65%. Lokasi penambangan ini memiliki

14 lapisan (seam)

batubara utama berdasarkan pemodelan geologi, berikut ini akan dijabarkan


pembagian keterdapatan lapisan batubara (seam) yang dimaksud, yaitu:
a. Seam 1

Seam 1 merupakan lapisan batubara paling atas di lokasi penambangan


Wahana dan memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, shaly coal, dan tidak kontinyu.

Tebal : 7 cm sampai 10 cm.

Distribusi : tersebar hanya pada pit bagian timur dan barat saja

b. Seam 2

Seam 2 memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, memiliki parting berupa shaly coal (1
2 cm), lapisan kontinyu, brittle, pecahan berupa conchoidal dan cubical.

Tebal : 18 cm sampai 23 cm.

Distribusi

: dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang

beragam.
II-7

c. Seam 3
Seam 3 terletak dibawah seam 2 dengan ketebalan

interburden

(lapisan

pemisah kedua seam batubara) sebesar 7 m yang mengandung alternasi berupa


sandy claystone dengan kandungan sebesar 85 % dan sandstone, memiliki
karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, tidak terdapat material parting, lapisan
kontinyu, brittle, pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 45 cm sampai 60 cm.

Distribusi

: dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang

beragam.
Seam 3 dapat juga dilihat dari karakter lantai (floor) yang terdiri batu lempung
yang lunak dan beserpih dan memiliki sebuah kohesi yang kuat terhadap
batubara.
d. Seam 4
Seam 4 terletak dibawah seam 3 dengan ketebalan interburden sebesar 9 m
yang mengandung

mudstone,

sandstone, dan

sandy

clay, memiliki

karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap metal, claystone dengan parting sebesar 5 cm,
lapisan kontinyu, brittle, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 35 cm sampai 60 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

Material parting berupa claystone dengan ketebalan 5 cm, terdapat pada


Seam 4 dan terletak di bagian tengah seam, sebagai suatu ciri tanda untuk
Seam 4 ini.
e. Seam 5
Seam 5 terbagi atas dua bagian seam, Seam 5 Upper dan Seam 5 Lower,
dimana kondisi kedua bagian ini dipisahkan sebuah material parting
carbonaceous shale dengan ketebalan 30 cm, dan keterdapatan Seam 5 Lower
pada pit penambangan secara kontinyu tidak selalu konstan sebesar 10 cm
II-8

sampai 25 cm. Keterdapatan roof Seam 5 Upper terletak dibawah Seam 4


dengan ketebalan interburden sebesar 8 m yang terdiri dari sandstone,
mudstone and clay, dan dominan mudstone.
Seam 5 Upper memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap metal, carbonaceous sebagai parting sebesar 5


cm sampai 10 cm pada bagian atas dan bawah seam, lapisan kontinyu, dan
pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 20 cm sampai 35 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

f. Seam 6
Seam 6 terletak dibawah seam 5 dengan ketebalan interburden sebesar 8,5 m
yang mengandung alterasi dominan berupa mudstone, dan sandstone berbutir
halus, memiliki ketebalan carbonaceous shale sebesar 30 cm sampai 40 cm
yang terletak pada bagian atas lapisan, dan ketebalan batubara itu sendiri
sebenarnya

sebesar 30 cm dari parting material, memiliki karakteristik

sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap metal, carbonaceous sebagai parting


sebesar 20 cm sampai 30 cm pada bagian atas seam, brittle, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 20 cm sampai 35 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam. Kehadiran material parting berupa carbonaceous shale pada
bagian atas Seam 6 sebagai suatu ciri tanda untuk Seam 6 ini.

g. Seam 7
Seam 7 terletak dibawah seam 6 dengan ketebalan interburden sebesar 6,3 m
yang mengandung dominant

sandstone, memiliki karakteristik sebagai

berikut ini :

II-9

Fisik : warna hitam, kilap metal, shaly coal dan coaly clay sebagai
parting sebesar 6 cm sampai 10 cm pada bagian atas seam,brittle, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 60 cm sampai 100 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

h. Seam 8
Seam 8 terletak dibagian bawah seam 7 dengan ketebalan interburden sebesar
11 m, yang terdiri atas dominant sandstone, terbagi atas dua bagian seam,
Seam 8 Upper dan Seam 8 Lower, dimana dipisahkan oleh sandstone yang
berwarna abu-abu cerah dan mencolok, serta memiliki resistansi yang tinggi.
Seam 8 Upper memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, teralternasi diantara coaly clay with coal, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 25 cm sampai 35 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

i. Seam SM 1
Seam SM 1 terletak dibawah seam 8 dengan ketebalan interburden
sebesar 15 m yang mengandung sandstone, memiliki karakteristik sebagai
berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 25 cm sampai 42 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

j. Seam SM 2

II-10

Seam SM 1 terletak dibawah seam SM 1 dengan ketebalan interburden sebesar


2.5 m yang mengandung sandstone dan clay, memiliki karakteristik sebagai
berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 36 cm sampai 45 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

k. Seam SL 1
Seam SL 1 terletak dibawah seam SM 2 dengan ketebalan interburden sebesar
5 m yang mengandung dominan sandy clay dan clay, memiliki karakteristik
sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 70 cm sampai 101 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

l. Seam SL 2
Seam SL 2 terletak dibawah seam SL 1 dengan ketebalan interburden sebesar
3 m yang mengandung sandstone, clay, dan sandyclay.
Seam SL 2 memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, tidak memiliki parting, lapisan
kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 160 cm sampai 230 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

m. Seam SL 3

II-11

Seam SL 3 terbagi atas Seam SL 3 Upper dan Seam SL 3 Lower dipisahkan


oleh ketebalan

interburden

sebesar 1 m yang mengandung sandy clay

berwarna cokelat keabu-abuan dan memiliki resistansi medium. Seam SL 3


Upper terletak dibawah lantai Seam SL 2 dengan ketebalan interburden
sebesar 1 m dan terdiri atas material sandyclay berwarna abu-abu cerah dan
dengan resistansi medium.
Seam SL 3 Upper memiliki karakteristik sebagai berikut ini:

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, memiliki parting berupa shaly
coal, lapisan kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 70 cm sampai 100 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam. Seam SL 3 Lower memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, memiliki parting berupa shaly
coal, lapisan kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 100 cm sampai 120 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.

n. Seam SL 4
Seam SL 4 terletak dibawah lantai seam SL 3 Lower dengan ketebalan
interburden sebesar 20 m yang mengandung carbonaceous shale.
Seam SL 4 memiliki karakteristik sebagai berikut ini :

Fisik : warna hitam, kilap logam, brittle, memiliki material parting berupa
carbonaceous shale, lapisan kontinyu, dan pecahan cubical dan conchoidal.

Tebal : 300 cm sampai 320 cm.

Distribusi : dapat dijumpai pada beberapa area dengan ketebalan yang


beragam.
Untuk gambaran keseluruhan saem perlapisan batubara dapat dilihat

pada Gambar 2.3.

II-12

Sumber Dukumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.3.
Seam Batubara Pit Wahana
2.4.3. Struktur Geologi dan Jenis Batuan Kontak
Secara umum, kondisi geologi struktur yang dapat dijumpai pada lokasi
penambangan Site Wahana ini adalah lipatan dan patahan, dimana arah sumbu
perlipatan dan arah relatif patahan saling parallel cenderung ke arah baratdaya
timurlaut (SW-NE), sehingga mengakibatkan suatu proses kontrol terhadap arah
perlapisan batuan ke cenderung arah relatif N 700 E / 180 .
Berdasarkan kekompleksan kondisi struktur geologi itu sendiri, lokasi
penambangan Wahana dibagi ke dalam dua area, yaitu : Disturbed (keterdapatan
struktur geologi) dan Undisturbed (tidak terdapat struktur geologi) Area.
Disturbed Area terletak disepanjang bagian barat-timur (W-E) dan terdapat pada
bagian utara pit. Pada bagian daerah Disturbed ini, terdapat dua patahan utama
dengan orientasi N 600E / 480 .
2.4.4. Data Kualitas Batubara Di Site Wahana Coal Mine Project

II-13

Untuk data kualitas batubara batubara secara terperinci dapat


dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.1.
Kualitas Batubara
INTERVAL

INTRUETHK

RD

ASH

CV

TM

TS

S2

0.23

1.3

11.87

6629.07

6.92

0.91

S3

0.51

1.3

8.35

6826.04

7.87

S4

0.42

1.32

10.08

6740.35

6.54

S5U

0.32

1.3

9.39

6820.47

6.56

S5L

0.24

1.32

13.65

6402.99

7.11

S6

0.62

1.34

14.65

6433.43

6.49

S7

0.8

1.33

14.07

6498.75

5.46

S8U

0.31

1.36

17.39

6234.39

4.66

S8L

0.34

1.38

22.86

5792.68

4.23

0.3

SM1

0.38

1.31

10.86

6719.66

5.02

0.5

SM2

0.49

1.32

8.26

6803.06

6.72

0.49

SL1

1.72

1.33

8.54

6844.51

5.58

0.52

SL2

1.79

1.32

6.73

7043.71

5.33

0.49

SL3U

1.76

1.33

7.42

6947.92

5.8

1.82

SL3L

3.0

1.3

6.59

7186.05

5.23

0.54

SL4

3.02

1.31

6.58

7138.03

5.88

0.5

Sumber.Departemen Engginering PT.LCI

Keterangan :
a) Interval

: nama setiap lapisan batubara

b) In True Thickness (INTRUETHK) : ketebalan sebenarnya dari setiap lapisan


batubara
c) Relative Density (RD) : massa jenis dari batubara
d) Kadar Abu (ASH)

: kandungan abu yang dimiliki

e) Calorific Value ( CV)

: jumlah nilai kalor

f) Total Moisture (TM)

: kadar zat-zat volatile

g) Total Sulphure (TS)

: kandungan sulfur

2.5. Operasi Penambangan


2.5.1. Mine Surveying
Secara garis besar, mine surveying mempunyai tugas mengumpulkan
data-data koordinat yang berfungsi untuk mengetahui kemajuan tambang. Hal ini
II-14

akan sangat berpengaruh dalam perencanaan desain tambang berikutnya (short


term dan long term). Mine surveying mempunyai tugas yang lebih detail, antara
lain:
a. Pemetaan Rona Awal
Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan awal sebelum dilakukan kegiatan
penambangan di lokasi penambangan Wahana.
b. Pemetaan Top Soil
Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan terhadap lapisan top soil agar dapat
diketahui berapa besar volume yang dikandung oleh lapisan tersebut sehingga
dapat di sesuaikan terhadap target produksi dan alat digger tipe apa yang sesuai
untuk menggali lapisan topsoil tersebut.
c. Pemetaan Overburden dan Interburden
Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan terhadap lapisan overburden dan
interburden agar dapat diketahui berapa besar volume yang dikandung oleh
lapisan tersebut sehingga dapat di sesuaikan terhadap target produksi dan alat
digger tipe apa yang sesuai untuk menggali lapisan overburden dan
interburden tersebut.
d. Pemetaan Bukaan (Exposed) Batubara
Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan terhadap lapisan batubara yang
telah dikupas lapisan overburden atau interburden yang menutupinya,
kemudian proses clean-up, agar dapat diketahui berapa besar volume yang di
kandung oleh lapisan exposed batubara tersebut sehingga dapat di sesuaikan
terhadap besar target produksi.
e. Pemetaan Setiap Lapisan Batubara
Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan terhadap lapisan batubara yang
belum mengalami pengupasan lapisan overburden atau interburden yang
menutupinya, kemudian data-data tersebut digunakan sebagai masukan bagi
tim drill dan blast untuk melakukan pembongkaran lapisan penutup dengan
metode peledakan, agar dapat diketahui berapa besar koordinat untuk lubanglubang pemboran lubang tembak.
f. Bench Monitoring
II-15

Suatu kegiatan untuk melakukan pemetaan terhadap kedudukan dari bench dan
geometri bench tersebut, agar dapat diketahui berapa penurunan yang dialami
bench ketika digger bekerja diatasnya, sehingga untuk proses selanjutnya dapat
diketahui dimensi digger yang sesuai terhadap bench yang dibentuk
selanjutnya.
2.5.2. Drilling dan Blasting
Pada pemberaian material digunakan metode pemboran dan peledakan
karena kondisi batuan di pit penambangan Wahana PT Leighton Contractor
Indonesia, sebagian besar terdiri atas batuan sedimen dimana komposisi batu pasir
(sandstone) dan mudstone yang sangat besar. Batu pasir dan batu lumpur ini
memiliki tahanan gali yang cukup besar dan dapat menghambat produktivitas alat
gali-muat.
Pengeboran dilakukan dengan 2 tipe alat bor yaitu Tamrock Pantera
1500 (sebanyak 1 unit yang masi aktif), Drilltech D55SP (1 unit yang masih
aktif). Untuk spesifikasi alat bor Drilltech D55SP kegunaan alat ini ditujukan
untuk pembuatan lubang bor berdiameter besar, kira-kira 210 mm. Sementara alat
bor Tamrock Pantera 1500 digunakan untuk membuat lubang tembak yang
memiliki diameter yang kecil yaitu sekitar 140 mm. Untuk Site Wahana ini hanya
menggunakan 2 diameter lubang tembak yaitu 140 mm dan 210 mm. Lubang
dengan diameter 140 mm sering digunakan untuk trimshoot (peledakan untuk
membuat jenjang) sedangkan lubang dengan diameter 210 mm digunakan untuk
lubang tembak peledakan konvensional dan peledakan Through seam blast (TSB).
Untuk alat bor Tamrock Pantera 1500 menggunakan jenis mata bor bottom bit
sedangkan Drilltech D55SP/D45KS menggunakan Tricone Bit. (Lihat Gambar
2.4.)
Pemilihan jenis mata bor ini berdasarkan kesesuaian dengan spesifikasi
alat dan kondisi batuan di lapangan. Untuk alat bor tamrock dalam sekali
mengebor biasanya mampu menembus kedalaman rata-rata 3.5 m dengan panjang
lengan/batang bor 4 m. Alat ini dapat melakukan penyambungan batang bor
II-16

hingga 3 kali sehingga dapat digunakan untuk mengebor batuan hingga


kedalaman rata-rata 9 m. Untuk alat bor Drilltech dalam sekali mengebor mampu
mencapai kedalaman 16,5 m, untuk Site Wahana ini Alat bor Drilltech biasanya
mengebor hingga kedalaman rata-rata 15,5 m. Untuk pola pengeboran dilakukan
secara staggered pattern, disesuaikan dengan desain peledakannya.
Kegiatan pemboran :
a. Sebelum pemboran dilakukan, terlebih dahulu dibuat desain rancangan
pengeboran yang meliputi lokasi yang hendak dibor dan luas area yang hendak
dibor.
b. Lokasi yang telah ditentukan diambil titik-titik kordinatnya sehingga akan
diperoleh kordinat aktual di lapangan. Pengambilan data ini dilakukan melalui
alat Trimble.
c. Data lokasi diberikan ke engineer drill and blast untuk membuat desain
drilling dan mengeplot titik-titik kordinatnya pada peta topografi.
d. Desain drilling diberikan kepada helper, helper akan memasang patok id
lubang bor. Patok id lubang bor berisi kode lubang dan kedalaman lubang yang
hendak dibor.
e. Lokasi yang hendak dibor diberi penanda berupa barikade dan safety cone
Lokasi masuknya alat disiapkan oleh dozer (bila perlu) Pemilihan mata bor dan
jenis alat bor dilakukan tergantung oleh jenis material yang hendak dibor dan
besarnya diameter lubang.
f. Alat bor siap untuk digunakan dalam pengeboran lubang tembak ada 2 yaitu
Drilltech D55 SP dan Tamrock Pantera 1500

II-17

Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.4.
Kegiatan Pengeboran
Di PT Leighton Contractor Indonesia ini, dilakukan dua jenis metode
konvensional dan Through Seam Blast (TSB). Metode konvensional ini diterapkan
untuk membongkar material berupa overburden dalam jumlah yang besar,
misalnya material yang terdapat di daerah High Wall, dan untuk membongkar
overburden yang menutupi satu lapisan batubara. Sedangkan penggunaan metode
Through Seam Blast (TSB) diterapkan untuk membongkar overburden dan
interburden yang di dalamnya terdapat lapisan batubara, sehingga proses
penggalian untuk material overburden dan interburden, serta batubara dapat
dilakukan tanpa melalui dua kali proses peledakan (metode konvensional). Metode
Through Seam Blast (TSB) digunakan untuk OB dari Expose seam 3 Expose
seam 1. Sedangkan untuk pembongkaran di seam 2 seam 4 menggunakan
tamrock
Sebelum melakukan peledakan dilakukan terlebih dahulu pemboran
lubang tembak untuk masing-masing penerapan metode peledakan. Adapun alat
bor yang digunakan untuk proses pemboran lubang tembak tersebut adalah
Tamrock Panthera 1500 dengan diameter lubang bor 140 mm dan Drilltech 55 SP
dengan diameter lubang bor 210 mm. Bahan peledak disuplai dari Orica dan jenis
bahan peledak adalah Fortis.
2.5.3. Loading & Hauling
Material hasil peledakan dimuat dengan menggunakan beberapa macam
alat muat, diantaranya yaitu :
a. Back-Hoe Liebherr R9350, dengan kapasitas bucket 18.0 m3. (Lihat Gambar
2.5.)
b. Back-Hoe Liebherr R9250, dengan kapasitas bucket 13.0 17.0 m3.

II-18

Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.5.
Alat Gali-Muat
Liebher R9350 untuk mengangkut material hasil peledakan, digunakan
alat angkut berupa Truck. Alat angkut yang digunakan di Site Wahana Coal Mine
Project ada beberapa jenis dengan kapasitas yang berbeda, yaitu :
a. Truck CAT Tipe 777 D, dengan kapasitas angkut 40 BCM atau 100 ton per
load. ( Lihat Gambar 2.6.)

Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.6.
Alat Angkut Catterpilar
Material hasil peledakan dimuat oleh alat angkut dengan kondisi normal
(bench loading), back-hoe dan alat angkut berada dalam posisi level yang
II-19

berbeda. Namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pola pemuatan


dengan posisi back-hoe dan alat angkut dalam posisi level yang sama karena
untuk mendapatkan loading point yang baru. ( Lihat Gambar 2.7.). Alat gali
tersebut harus membuka bench baru dari material hasil blasting tersebut. Kondisi
loading point, kondisi material, kondisi dumping point, dan kondisi hauling road,
serta kemampuan operator alat gali-muat dan truck sangat mempengaruhi tingkat
produktivitas kedua alat mekanis.

Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.7.
Proses Pemuatan Material
Penempatan posisi digger juga sangat penting untuk di posisikan di atas
material hasil peledakan. Alat gali-muat terbesar, misalnya Liebherr R9350,
membutuhkan fondasi yang mampu menahan ground pressure yang ditimbulkan
oleh alat tersebut, yaitu lebih besar dari 2.51 kg/cm2 atau setara dengan 35.27
PSI. Alat ini biasanya ditempatkan di daerah High Wall karena material yang akan
diangkut sangat banyak dan terkadang di tempatkan di daerah Low Wall apabila
material yang akan digali adalah overburden yang menutupi lapisan batubara
Seam 2 atau Seam 3 karena tebal lapisan overburdennya sangat tebal lagipula
lapisan batubara Seam 1 tidak akan ditambang.
Material hasil peledakan diangkut menuju lokasi dumping point yang
berbeda-beda, tergantung dari jenis material yang dibawa oleh

haul truck

diantaranya material overburden, interburden, dan topsoil, dan berdasarkan titik


II-20

loading point dimana digger bekerja (pertimbangan jarak). Setelah proses


dumping selesai dilakukan, maka material tersebut akan diselimuti atau ditutupi
oleh topsoil untuk menciptakan perlapisan baru yang sesuai dengan daerah
sebelum dilakukan proses penambangan dan menjaga kesuburan dari tanah agar
dapat ditumbuhi oleh tumbuhan.
2.5.4. Environment
Kegiatan yang berhubungan dengan keadaan lingkungan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dari PT Wahana Baratama Mining selaku perusahaan
Owner. Proses pelestarian lingkungan terhadap dampak yang dapat ditimbulkan
oleh

kegiatan penambangan telah dilakukan.

Beberapa contoh yang sering

dijumpai adalah sebagai berikut ini :


a. Proses Blasting
Dibunyikan sirene sebagai tanda akan dilakukan peledakan sebagai tanda
peringatan dan getaran yang akan ditimbulkan akibat peledakan diusahakan
tidak merusak gedung dan perumahan penduduk yang berdomisili di dekat
daerah lokasi pit penambangan Wahana.

b. Proses Hauling
Dilakukan penyemprotan jalan oleh water tank untuk mengurangi polusi debu
yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan.
c. Proses Drainage
Dilakukan pembuatan saluran penyaliran yang baik serta mengkonstruksi
kolam pengendapan (settling pond) agar pengotor air yang dialirkan dari
tambang dapat di endapkan terlebih dahulu, sehingga air tersebut dapat di
alirkan ke alam tanpa merusak ekosistem alam sekitar. ( Lihat Gambar 2.8.)

II-21

Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.8.
Saluran (Drainage)
d. Proses Revegetasi
Dilakukan penimbunan stock top soil di bagian yang terpisah dengan material
overburden agar tingkat kesuburan daripada top soil tidak berkurang. Beberapa
lahan sudah dilakukan revegetasi sebagai usaha untuk mengembalikan kondisi
alam ke sebelum dilakukan penambangan. ( Lihat Gambar 2.9.)
Sumber.Dokumentasi Pribadi 2014

Gambar 2.9.
Lahan Revegetasi

II-22

Anda mungkin juga menyukai