Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN KECEMASAN DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN

YANG MENJALANI HEMODIALISA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

HARI RATNA AROEM


NIM : J 210 131 004

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

GAMBARAN KECEMASAN DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN


YANG MENJALANI HEMODIALISA
1

Hari Ratna Aroem, 2Arina Maliya, 3Rina Ambarwati


ABSTRAK

Hemodialisa merupakan hal yang sangat penting bagi pasien gagal ginjal
kronik karena hemodialisa merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah
kematian. Namun hemodialisa tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan
penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik
penyakit ginjal atau endokrin yang dilakukan oleh ginjal. Ketergantungan pasien
gagal ginjal kronik terhadap hemodialisa seumur hidupnya, akan berdampak luas
dan menimbulkan masalah baik secara fisik dan psikososial seperti timbulnya
kecemasan dan perubahan kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran kecemasan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa. Metode penelitian ini menggunakan
Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan Total Sampling dengan jumlah 30 responden. Teknik
analisa data dengan Statistic Deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar memiliki
kecemasan ringan yaitu 50,0 % dan sisanya memiliki kecemasan sedang yaitu
36,7 % dan kecemasan berat 13,3 %. Untuk kualitas hidup sebagian besar
memiliki kualitas hidup baik yaitu 56,7% dan sisanya memiliki kualitas buruk
yaitu 43,3 %. Kesimpulan dari penelitian yaitu gambaran kecemasan dan kualitas
hidup pada pasien yang menjalani hemodialisa mengalami kecemasan ringan dan
berada pada kualitas hidup baik.
Kata Kunci : Hemodialisa, Kecemasan, Kualitas Hidup.

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

DESCRIPTION OF ANXIETAS AND QUALITY OF LIFE PATIENT


UNDERGOING HEMODIALYSIS
1

Hari Ratna Aroem, 2Arina Maliya, 3Rina Ambarwati


ABSTRACT

Hemodialysis is very important for patients with chronic renal failure


because hemodialysis is one of the actions that can prevent death. However
hemodialysis can not cure or restore kidney disease because it is not able to offset
the loss of kidney disease or metabolic activity of endocrine performed by the
kidneys. Dependence chronic renal failure patients on hemodialysis for the rest of
his life , will have broad impact and cause problems both physical and
psychosocial such as the onset of anxiety and changes in quality of life. The aim
of this study is to describe the anxiety and quality of life in patients with chronic
renal failure undergoing hemodialysis . This research method using quantitative
descriptive with cross sectional approach . The sample in this study using the
Total Sampling by the number of 30 respondents . Data analysis techniques with
Descriptive Statistics . Results of this study showed that patients with chronic
renal failure undergoing hemodialysis most have mild anxiety that is 50.0 % and
the rest have moderate anxiety that is 36.7 % and 13.3 % severe anxiety . For the
quality of life mostly have a good quality of life that is 56.7 % and the remainder
had poor quality which is 43.3 % .The conclusion of the study is an overview of
anxiety and quality of life in patients undergoing hemodialysis experiencing mild
anxiety and are in better quality of life .
Keywords : Hemodialysis, Anxietas, Quality of Life.

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

pada tingkat rendah dan 39 pasien


lainnya (42,9%) pada tingkat tinggi.
Menurut Luana, Panggabean,
Lengkong dan Christine (2012)
sebagian besar penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
diketahui
(47,5%)
mengalami
kecemasan
ringan
sedangkan
(3,75%) tidak mengalami kecemasan
dan sisanya mengalami kecemasan
sedang hingga sangat berat. Begitu
juga penelitian yang dilakukan oleh
Ratnawati (2011) mengenai Tingkat
kecemasan pasien dengan tindakan
hemodialisa di BLUD RSU DR.
M.M Dunda kabupaten gorontalo
didapatkan hasil bahwa dari 15
responden
didapatkan
hasil
kecemasan
tingkat
ringan
6
responden
(40%),
sedang
4
responden
(26,7%),
berat
3
responden (20%), dan panik 2
responden (13,3%).
Dari studi pendahuluan yang
telah dilakukan di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta didapat
data populasi antara tanggal 1
Agustus 2013 - 31 Agustus 2014
didapatkan 47 kunjungan pasien
kasus gagal ginjal kronik yang
melakukan tindakan hemodialisa.
Data tersebut merupakan data pasien
yang
melakukan
tindakan
hemodialisa secara keseluruhan.
Berdasarkan
observasi
dan
wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti dari enam pasien yang
menjalani hemodialisa, lima orang
yang dapat dikaji menggunakan
instrumen HRS-A bahwa didapatkan
kecemasan ringan 3 pasien, dan

PENDAHULUAN
Menurut WHO, masalah
kesehatan utama yang menjadi
penyebab kematian pada manusia
adalah penyakit kronis. Penyakit
kronis merupakan jenis penyakit
degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang
sangat lama, yakni lebih dari enam
bulan (Sarafino, 2006). Salah satu
penyakit kronis yang banyak di
derita adalah gagal ginjal. Bagi
pasien gagal ginjal, hemodialisa
merupakan hal yang sangat penting
karena hemodialisa merupakan salah
satu tindakan yang dapat mencegah
kematian.
Namun
demikian,
hemodialisa
tidak
dapat
menyembuhkan atau memulihkan
penyakit ginjal karena tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktifitas
metabolik penyakit ginjal atau
endokrin yang dilaksanakan oleh
ginjal dan dampak dari gagal ginjal
serta terapi terhadap kualitas hidup
pasien. Oleh karena itu, pada pasien
yang menderita penyakit gagal ginjal
harus
menjalani
hemodialisa
sepanjang hidupnya (Smeltzer dan
Bare, 2009).
Penelitian untuk mengetahui
tingkat kualitas hidup pasien dengan
penyakit kronis akhir - akhir ini
semakin banyak dilakukan . Ibrahim
(2009) melakukan penelitian tentang
kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
di Bandung. Hasil penelitian
menunjukkan dari
91 pasien
hemodialisa, 52 pasien (57,2%)
mempersepsikan kualitas hidupnya

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

kecemasan sedang ada 2 pasien.


Pasien
mengatakan
dirinya
mengalami
kecemasan
saat
menjalani
hemodialisa
dengan
mengalami tanda tanda merasa
tegang, jantung berdebar debar,
serta khawatir terhadap efek samping
setelah tindakan hemodialisa seperti
mual dan kepala terasa pusing.
sedangkan untuk kualitas hidup 4
orang dalam kualitas baik dan 2
orang dalam kualitas buruk. Pasien
mengatakan
setelah
mereka
menjalani hemodialisa pasien sering
merasakan sakit dan tidak bisa
melakukan aktivitasnya seperti biasa,
mereka mengatakan mudah merasa
lelah, pasien juga mengatakan sering
mengalami masalah tidur, pasien
juga sering merasakan putus asa,
cemas dan merasa ketakutan tentang
proses hemodialisa yang sedang di
jalani.
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Gambaran kecemasan
dan kualitas hidup pada pasien yang
menjalani Hemodialisa.

yaitu : pasien hemodialisa yang


berada di ruang hemodialisa, lama
menjalani hemodialisa kurang dari 2
tahun, berusia antara 20 65 tahun
dan bersedia menjadi responden.
Pengumpulan
data
menggunakan Kuesioner melalui
pendekatan Cross Sectional. Setelah
data
terkumpul
dilakukan
pengelolaan data mulai dari Editing,
Coding,
Scoring,
Entri
dan
Tabulating.
Analisa
data
menggunakan SPSS 17 for window
yang terdiri dari analisa univariat..
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Deskripsi
responden
kelamin.

karakteristik
berdasarkan jenis

Jenis
Prosenta
Frekuensi
kelamin
se (%)
Laki laki
19
63,3 %
Perempuan
11
36,7 %
Total
30
100,0
Tabel di atas menunjukkan 19
orang (63,3%) berjenis kelamin lakilaki dan 11 orang (36,7 %) berjenis
kelamin perempuan. Hal ini berarti
sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisa
di
RS
PKU
Muhammadiyah Surakarta berjenis
kelamin laki-laki dengan prosentase
(63,3 %).

METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat
Deskriptif
dengan
pendekatan
Kuantitatif.
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
RS
PKU
Muhammadiyah Surakarta pada
bulan Februari 2015. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 47 pasien
yang menjalani hemodialisa secara
rutin dalam rentang waktu 1 tahun
antara 1 Agustus 2013 31 agustus
2014. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan
Kuota
Sampling
selama satu bulan dengan cara
Accidental dan didapatkan 30
responden yang mengikuti penelitian
yang sesuai dengan kriteria inklusi

2. Deskripsi
karakteristik
responden berdasarkan umur.

Prosenta
se (%)
20-30
3
10,0 %
31-40
8
26,7 %
41-50
12
40.0 %
51-65
7
23,3 %
Total
30
100,0
Tabel di atas menunjukkan 3
orang (10,0 %) berumur 20-30, 8
orang (26,7 %) berumur 31-40, 12
Usia

Frekuensi

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

orang (40,0 %) berumur 41-50 dan 7


orang (23,3 %) berumur 51-65 dari
30 responden. Hal ini berarti
sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisa berumur 41-50 tahun
dengan prosentase (40,0 %).
3. Deskripsi
karakteristik
responden
pendidikan.

5. Deskripsi
karakteristik
responden berdasarkan lama
menjalani Hemodialisa
Frekuensi Prosentase
Lama

Hemodialisa
(%)
<1 bulan
4
13,3 %
1-6 bulan
11
36,7 %
7-12 bulan
8
26,7 %
>12 bulan
7
23,3 %
Total
30
100,0
Tabel di atas menunjukkan 4
orang
(13,3
%)
menjalani
Hemodialisa selama <1 bulan, 11
orang
(36,7
%)
menjalani
Hemodialisa selama 1-6 bulan, 8
orang
(26,7
%)
menjalani
Hemodialisa selama 7-12 bulan dan
7 orang (23,3 %) menjalani
Hemodialisa selama >12 bulan. Hal
ini berarti sebagian besar pasien yang
menjalani
hemodialisa
telah
menjalani Hemodialisa selama 1-6
bulan dengan prosentase (36,7 %).

berdasarkan

Prosentase
(%)
SD
3
10,0 %
SMP
4
13,3 %
SMA
16
53,3 %
PT
7
23,3 %
Total
30
100,0
Tabel di atas menunjukan 3
orang (10,0 %) berpendidikan SD, 4
orang (13,3 %) berpendidikan SMP,
16 orang (53,3 %) berpendidikan
SMA sedangkan 7 orang (23,3 %)
berpendidikan PT. Hal ini berarti
sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisa berpendidikan SMA
dengan prosentase (53,3 %).
Pendidikan Frekuensi

4. Deskripsi
responden
pekerjaan.

Pekerjaan Frekuensi

6. Deskripsi
karakteristik
responden berdasarkan tingkat
kecemasan.

karakteristik
berdasarkan

Prosentase
(%)
Ringan
15
50,0 %
Sedang
11
36,7 %
Berat
4
13,3 %
Total
30
100,0
Tabel di atas menunjukkan
15 orang (50 %) mengalami
kecemasan ringan, 11 orang ( 36,7
%) mengalami kecemasan sedang
dan 4 orang ( 13,3 %) mengalami
kecemasan berat. Hal ini berarti
sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisa mengalami kecemasan
ringan sebanyak 15 orang dengan
prosentase (50,0 %).
kecemasan Frekuensi

Prosentase
(%)
70 %

Bekerja
21
Tidak
9
30 %
bekerja
Total
30
100,0
Tabel di atas menunjukkan 21
orang (70 %) pasien yang menjalani
hemodialisa masih bekerja dan 9
orang (30 %) tidak bekerja. Hal ini
berarti sebagian besar pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa masih bekerja sebanyak
21 orang dengan prosentase (70 %).

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk


kualitas hidup baik jumlah tertinggi
cenderung terjadi pada umur 31 40
orang sebanyak 6 orang dan 41 50
tahun sebanyak 6 orang, kualitas
hidup buruk jumlah tertinggi pada
umur 41 50 tahun sebanyak 6
orang.

B. Distribusi
Frekuensi
Kecemasan dan Kualitas
Hidup Pasien Yang Menjalani
Hemodialisa
1. Distribusi Frekuensi Kecemasan
dan
Kualitas
Hidup
Berdasarkan Karakteristik Jenis
Kelamin.
Variabel
karakteristi
k
Laki-laki
perempuan

kecemasan
Ri
seda
Be
ng
ng
rat
an
13
6
0
2
5
4

3. Distribusi Frekuensi Kecemasan


dan Kualitas Hidup Berdasarkan
Karakteristik Pendidikan

KH
Ba
ik

bur
uk

11
7

Variabel
karakteri
stik

8
5

Tabel di atas menunjukkan


jumlah pasien yang mengalami
kecemasan ringan dan sedang
berdasarkan jenis kelamin jumlah
tertinggi terjadi pada laki laki.
Kecemasan ringan 13 orang,
kecemasan
sedang
5
orang,
kecemasan berat jumlah tertinggi
pada perempuan sebanyak 4 orang.
Sedangkan untuk kualitas hidup baik
dan buruk jumlah tertinggi pada laki
laki sebanyak 11 orang dan 8
orang.

SD
SMP
SMA
PT

20-30
31-40
41-50
51-65

Ri
ng
an
2
3
5
5

kecemasan
sed
Be
an
rat
g
1
0
3
2
6
1
1
1

KH
Ba
ik

bur
uk

2
6
6
3

1
2
6
4

kecemasan
sed
Be
an
rat
g
1
1
2
0
7
3
0
0

B
ai
k
1
3
9
3

KH
bur
uk
2
1
7
2

Tabel di atas menunjukkan


jumlah pasien yang mengalami
kecemasan berdasarkan tingkat
pendidikan
untuk
kecemasan
ringan, sedang dan berat jumlah
tertinggi pada tingkat pendidikan
SMA. Kecemasan ringan 6 orang
dan sedang sebanyak 7 orang,
kecemasan berat sebanyak 3 orang.
Sedangkan untuk kualitas hidup
baik dan buruk tertinggi pada
tingkat pendidikan SMA. Kualitas
hidup baik sebanyak 9 orang,
kualitas hidup buruk sebanyak 7
orang

2. Distribusi Frekuensi Kecemasan


dan Kualitas Hidup Berdasarkan
Karakteristik Umur
Variabel
karakteri
stik

Ri
ng
an
1
2
6
5

4. Distribusi Frekuensi Kecemasan


dan
Kualitas
Hidup
Berdasarkan
Karakteristik
Pekerjaan

Tabel di atas menunjukkan


jumlah pasien yang mengalami
kecemasan ringan dengan jumlah
tertinggi cenderung terjadi pada
umur 41 50 tahun 5 orang dan 51
65 tahun sebanyak 5 orang,
kecemasan sedang jumlah tertinggi
pada umur 41 50 tahun sebanyak 6
orang, kecemasan berat jumlah
tertinggi pada umur 31 40 tahun

Variabe
l
karakte
ristik
Bekerja
Tidak
bekrja

Ri
ng
an
12
3

kecemasan
sed
Be
an
rat
g
7
2
4
2

KH
Bai
k

bur
uk

13
4

8
5

Tabel di atas menunjukkan jumlah


pasien yang mengalami kecemasan
jumlah tertinggi
yaitu pada
responden yang masih bekerja

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

dengan kecemasan ringan sebanyak


12 orang, kecemasan sedang 7
orang, kecemasan berat terjadi pada
responden yang bekerja 2 orang dan
tidak bekerja 2 orang. Sedangkan
untuk kualitas hidup baik nilai
tertinggi yaitu pada responden yang
masih bekerja sebanyak 13 orang
dan buruk 8 orang.

ini selaras dengan hasil penelitian


Siallagan (2011) menunjukkan
bahwa proporsi jenis kelamin lakilaki
53,7%
lebih
tinggi
dibandingkan perempuan 46,3%.
Besarnya proporsi jenis kelamin laki
laki pada pada pasien gagal ginjal
kronik dapat dikarenakan pola hidup
pasien laki-laki yang cenderung
kurang baik, sehingga ketika terkena
gagal ginjal menjadi cenderung
lebih serius dan harus menjalani
hemodialisa.
2. Umur
Berdasarakan
umur
responden dengan umur 41-50 lebih
banyak yaitu 12 orang. Hal tersebut
sesuai dengan teori Smeltzer &
Bare (2009) bahwa fungsi renal
akan berubah bersamaan dengan
bertambahnya usia. Sesudah usia 40
70 tahun akan terjadi penurun laju
filtrasi glomerulus secara progresif,
perubahan ini bisa mencapai 50 %
dari fungsi ginjal secara normal.
Seiring dengan pertambahan usia
seseorang menjadi rentan terhadap
penyakit
sistemik
seperti
aterosklerosis, hipertensi, gagal
jantung, diabetes, dan malignansi
meningkat. Hasil penelitian ini
hampir sama dengan penelitian
Anees (2011), dari 125 responden
terdapat 75 orang (60%) yang
berusia diatas 45 tahun.
3. Pekerjaan
Berdasarkan jenis pekerjaan
responden lebih banyak responden
yang bekerja 21 orang dan tidak
bekerja sebanyak 9 orang. Dalam
penelitian yang dilakukan Budiarto,
Anggraeni (2002) dalam Butar,
Siregar (2013) menyatakan bahwa
berbagai jenis pekerjaan akan
berpengaruh pada frekuensi dan
distribusi penyakit. Kejadian gagal

5. Distribusi Frekuensi Kecemasan


dan
Kualitas
Hidup
Berdasarkan
Karakteristik
Lama Hemodialisa
Variabel
karakteris
tik
<1 bulan
1-6 bulan
7-12
bulan
>12 bulan

Ri
ng
an
2
4

kecemasan
se
Be
da
rat
ng
2
0
3
4

KH
Ba
ik
3
3

bu
ru
k
1
8

Tabel di atas menunjukkan


jumlah pasien yang mengalami
kecemasan
berdasarkan
lama
menjalani
hemodialisa
untuk
kecemasan ringan jumlah tertinggi
dengan rentang waktu >12 bulan
sebanyak 5 orang, untuk kecemasan
sedang dengan rentang waktu 7 12
bulan sebanyak 4 orang, kecemasan
berat dengan rentang waktu 1 6
bulan seabnyak 4 orang, Sedangkan
untuk kualitas hidup baik jumlah
terbanyak pada rentang waktu 7 12
bulan yaitu 6 orang dan kualitas
buruk sebanyak 8 orang rentang
waktu lama hemodialisa 1 6 bulan .
PEMBAHASAN
A. Karakteristik responden
1. Jenis kelamin
Berdasarakan jenis kelamin
responden laki laki lebih banyak
dari responden perempuan yaitu
sebanyak 11 orang dan laki laki
sebanyak 19 orang. Hasil penelitian

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

ginjal bisa terjadi karena faktor


pekerjaan yang tanpa disadari
menuntun ke arah gaya hidup tidak
sehat. Stres, kelelahan, konsumsi
minuman
suplemen,
makanan
mengandung
pengawet
serta
kurangnya minum air putih bisa
menjadi
faktor
pemicu
(Notoatmodjo, 2010).
4. Pendidikan
Berdasarkan
pendidikan
responden lebih banyak SMA yaitu
16 orang dan terendah SD yaitu 3
orang. Hasil penelitian lamusa,
Kundre, Babakal (2015) bahwa dari
189 responden 92 orang (48,7 %)
berpendidikan
SMA.
Menurut
Yuliaw (2009) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa, pada penderita
yang memiliki pendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas juga memungkinkan
pasien itu dapat mengontrol dirinya
dalam mengatasi masalah yang di
hadapi, mempunyai rasa percaya diri
yang tinggi, berpengalaman, dan
mempunyai perkiraan yang tepat
bagaimana
mengatasi
kejadian,
mudah mengerti tentang apa yang
dianjurkan oleh petugas kesehatan.
5. Lama menjalani hemodialisa.
Berdasarkan lama menjalani
hemodialisa responden paling lama
menjalani hemodialisa adalah 1-6
bulan. Menurut penelitian Ananta,
Mardiyanto (2014) Rentang waktu
lama menjalani hemodialisis pada
pasien penyakit ginjal kronik sangat
berpengaruh terhadap keadaan dan
kondisi pasien baik fisik maupun
psikisnya, perasaan takut adalah
ungkapan emosi dari pasien yang
paling
sering
diungkapkan.
Ketakutan dan keputusasaan juga
kerap datang karena harus tergantung
dengan alat hemodialisis. Semakin

lama pasien menjalani hemodialisa


maka pasien akan semakin patuh
dalam menjalani terapi karena pasien
telah mencapai tahap menerima dan
pasien juga telah mendapatkan
informasi
tambahan
tentang
penyakitnya dan pentingnya terapi
hemodialisa.
B. Gambaran kecemasan pada
pasien
yang
menjalani
hemodialisa.
Berdasarkan
hasil
penelitian, menunjukkan bahwa
dari 30 responden sebagian besar
pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa berada pada
kecemasan ringan 15 orang. Hasil
penelitian ini selaras dengan
penelitian Luana, Panggabean,
Lengkong dan Christine (2012) dari
54 responden 42 orang (77,8 %)
mengalami gangguan kecemasan
dalam berbagai derajat. Sebanyak
29,6 % mengalami kecemasan
ringan dan 27,8 % mengalami
kecemasan berat. Dengan adanya
kompleksitas masalah yang timbul
selama
hemodialisa
akan
berdampak terjadinya kecemasan
pada pasien.
Berdasarkan karakteristik
responden,
hasil
penelitian
menunjukkan
pasien
yang
mengalami
kecemasan
ringan
banyak di alami responden berjenis
kelamin laki laki 13 orang dan
kecemasan berat di alami oleh
perempuan 4. Hasil penelitian yang
sama juga di dukung oleh Nabhani
(2013) terdapat 21 orang berjenis
kelamin laki laki lebih banyak
mengalami
kecemasan
ringan
sedangkan kecemasan berat banyak
didapatkan pada jenis kelamin

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

perempuan sebanyak 9 orang (30


%) dari total pasien hemodialisa
kecemasan berat banyak di alami
oleh
responden
perempuan.
Menurut Sundari (2005) dalam
Nabhani
(2013)
tingkatan
kecemasan berat banyak terjadi
pada responden berjenis kelamin
perempuan.
Gangguan
ini
merupakan
suatu
gangguan
kecemasan yang spontan dan
berkelanjutan.
Berdasarkan
umur
didapatkan
kecemasan
ringan
cenderung terjadi pada umur 41
50 dan 51 65 tahun berjumlah 10
orang dan kecemasan berat terjadi
pada umur 31 40 tahun sebanyak
2 orang. Penelitian ini selaras
dengan
penelitian
Romani,
Hendarsih,
Asmarani
(2012)
sebagian
besar
mengalami
kecemasan ringan pada umur 41
50 tahun sebanyak 17 orang (30,4
%) dari 20 responden. Pada usia
dewasa seseorang sudah memiliki
kematangan baik fisik maupun
mental dan pengalaman yang lebih
dalam
memecahkan
masalah
sehingga
mampu
menekan
kecemasan yang dirasakan. Hasil
tersebut hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Jangkup, Elim, Kandou (2015)
bahwa pasien
yang banyak
mengalami kecemasan berusia 40
60 tahun dengan jumlah responden
15 orang, kecemasan ringan
sebanyak 3 orang, kecemasan
sedang 9 orang, kecemasan berat 3
orang. Hal ini dapat terjadi karena
penderita cenderung sudah tidak
bekerja dan perasaan tidak berguna
bagi keluarga menjadi salah satu
sumber kecemasan. Selain itu pada
umur tersebut sebagian besar

penderita yang mempunyai anakanak


usia
sekolah
yang
membutuhkan kebutuhan finansial
yang lebih cukup besar.
Berdasarkan
pekerjaan
didapatkan kecemasan ringan nilai
tinggi pada responden yang masih
bekerja yaitu 12 orang. Sedangkan
kecemasan berat
terjadi pada
semua responden yang masih
bekerja 2 orang dan tidak bekerja
sebanyak 2 orang. Menurut
penelitian Jangkup, Elim, Kandou
(2015)
pekerjaan
dapat
mempengaruhi kecemasan. Hal ini
bisa disebabkan karena responden
yang tidak bekerja merasa menjadi
beban tanggungan keluarga karena
biaya
pencucian
darah
(hemodialisis)
yang
akan
dilakukan. Pasien dapat terus
melakukan
pekerjaan
dan
aktifitasnya apabila pasien rutin
dalam memenuhi jadwal terapi
hemodialisa
yang
terjadwal,
walaupun yang dilakukan tidak
semaksimal sebelum pasien divonis
harus menjalani terapi hemodialisa.
Seseorang yang memiliki pekerjaan
juga memiliki beban pekerjaan
yang dapat memicu timbulnya
cemas (Wurara, Keanin, Wowiling,
2013).
Berdasarkan
Pendidikan
didapatkan
sebagian
besar
mengalami
kecemasan
berpendidikan SMA. Kecemasan
ringan
sebanyak
6
orang,
kecemasan sedang 7 orang dan
kecemasan berat sebanyak 3 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa semua
responden
dengan
pendidikan
terakhir SD, SMP, SMA maupun
sarjana mengalami kecemasan saat
menjalani proses hemodialisis. Hal
yang sama juga didapatkan oleh

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

Romani, Hendarsih, Asmarani


(2012) Pasien dengan pendidikan
tinggi sebagian besar mengalami
kecemasan ringan dan sedang dan
hanya satu orang (11,1%) yang
mengalami kecemasan berat. Hal
ini
dikarenakan
kemampuan
individu untuk berpikir secara logis
dan
realistis
sehingga
mempengaruhi
kemampuan
individu merespon secara positif
untuk mengatasi kecemasannya
terkait perkembangan penyakitnya.
Sedangkan kecemasan berat juga di
alami
responden
yang
berpendidikan SMA sebanyak 3
orang. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya
informasi
tentang
pelayanan
kesehatan
yang
didapatkan atau pendidikan pasien
mungkin cukup tinggi tetapi sikap
dan tindakan responden terhadap
kesehatan kurang atau dalam arti
lain
responden
kurang
memanfaatkan
pendidikannya
untuk mencari informasi tentang
kesehatan.
Serta
walaupun
seseorang memiliki pendidikan
tinggi tetapi pengalaman atau
pengetahuan seseorang tersebut
dalam menjaga kesehatannya masih
kurang.
Hasil penelitian ini selaras
dengan penelitian Nadia (2007)
tentang kecemasan pada penderita
Gagal Ginjal Kronik bahwa
berdasarkan lamanya menjalani
hemodialisis,
didapatkan
nilai
rerata kecemasan lebih tinggi pada
awal bulan (<6 bulan) yaitu 87,11
%. Diasumsikan karena pada tahap
awal mengalami PGK yang
menjalani
hemodialisis
akan
mengalami
kecemasan
tinggi.
Menurut Wijaya (2005) Seorang
individu
yang
di
diagnosis

menderita penyakit kronis, akan


berada pada kondisi kritis, yang
ditandai
dengan
ketidak
seimbangan
fisik
dan
psikososialnya. Pasien merasa
kacau, cemas, takut dan perasaan
emosional lainnya, karena coping
yang
biasa
digunakan
saat
menghadapi masalah tidak efektif.
Pertama kali pasien dengan
penyakit ginjal kronik harus
menjalani dialysis jangka panjang,
pasien akan merasa khawatir atas
kondisi sakit serta pengobatan
jangka panjangnya. Pasien yang
telah lama menjalani hemodialisis
cenderung
memiliki
tingkat
kecemasan
lebih
ringan
dibandingkan dengan pasien yang
baru menjalani hemodialisis, hal ini
disebabkan karena dengan lamanya
seseorang menjalani Hemodialisa,
maka sesorang akan lebih adaptif
dengan alat/unit hemodialisa.
C. Gambaran kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal
kronik
yang
menjalani
hemodialisa.
Berdasarkan hasil penelitian,
menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien yang menjalani hemodialisa
memiliki tingkat kualitas hidup baik
17 orang . Dalam hal ini yang
dimaksud dengan kualitas hidup baik
berarti bahwa responden merasa puas
dan sebagian besar kebutuhan sehariharinya dapat terpenuhi, yang
meliputi fisik, psikologis, hubungan
sosial dan lingkungan pasien. Hasil
yang sama dinyatakan oleh Septiwi
(2010)
dalam
penelitiannya
didapatkan hasil 53,5 % kualitas
hidup responden adalah baik.

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

Berdasarkan karakteristik
responden,
hasil
penelitian
menunjukkan pasien yang memiliki
kualitas hidup baik lebih banyak
dialami oleh pasien yang berjenis
kelamin laki laki 11 orang.
Menurut teori yang dikemukakan
oleh Satvik (2008) bahwa secara
nyata perempuan menunjukkan
kualitas hidup lebih rendah dari laki
laki. Perempuan memiliki kualitas
hidup yang lebih rendah disebabkan
karena secara studi menunujukkan
bahwa perempuan lebih mudah
dipengaruhi oleh depresi karena
berbagai alasan yang terjadi dalam
kehidapannya seperti menaglami
sakit dan masalah gender yang
mengarah
pada
kekurangan
kesempatan dalam semua aspek
kehidupannya. Namun, kualitas
hidup buruk bisa juga dialami oleh
pasien lakilaki sebanyak 8 orang.
Menurut teori jumlah pasien lakilaki lebih banyak dari perempuan
kemungkinan disebabkan oleh
beberapa hal, seperti pembesaran
prostat pada laki-laki dapat
menyebabkan terjadinya obstruksi
dan infeksi yang dapat berkembang
menjadi gagal ginjal; pembentukan
batu renal lebih banyak diderita
oleh laki-laki karena saluran kemih
pada laki-laki lebih panjang
sehingga
pengendapan
zat
pembentukan batu renal lebih
banyak daripada perempuan; lakilaki juga lebih banyak mempunyai
kebiasaan
yang
dapat
mempengaruhi kesehatan misalnya
merokok, minum kopi, alcohol dan
minuman suplemen yang dapat
memicu
terjadinya
penyakit
sistemik yang dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal dan

berdampak
terhadap
kualitas
hidupnya (Black & Hawks, 2005).
Berdasarkan
hasil
penelitian, kualitas hidup juga di
pengaruhi oleh rentang umur.
Berdasarkan umur kualitas hidup
baik cenderung banyak di alami
oleh rentang umur 31 40 tahun
ada 6 orang dan 41 50 tahun
sebanyak 6 orang. Hasil penelitian
Ananta, Mardiyanto (2014) kualitas
baik didominasi oleh pasien dengan
rentang umur produktif sebanyak
12 orang. Hal tersebut selaras
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nofitri (2009) menemukan
adanya hubungan usia dalam aspek
aspek kehidupan individu dalam
meningkatkan kualitas hidup. Saat
memasuki usia tua kualitas hidup
seseorang menjadi lebih baik
karena individu tersebut telah
melewati masa masa dalam
perubahan hidupnya dan individu
yang berusia lebih tua lebih
memliki
kemampuan
untuk
mengarahkan dan mengevaluasi
dirinya kearah yang lebih baik. Hal
tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Putri,
Sembiring, Bebasari (2014) bahwa
kelompok usia 45 65 tahun
sebanyak 82,60 % memeiliki
kualitas hidup dalam kategori baik.
Berdasarkan
pendidikan
kualitas hidup
baik
banyak
didaptkan pada pendidikan SMA
sebanyak 9 orang sedangkan
kualitas
hidup
buruk
juga
didapatkan pada pendidikan SMA
sebanyak 7 orang. Hasil yang sama
didapatkan oleh Ayyubi, Syukri,
Nurkhalis (2012) dengan hasil
responden terbanyak pada tingkat
pendidikan SMA sebanyak 29
orang (40,3 %) memiliki kualitas

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

hidup baik dari penelitian tersebut


terdapat hubungan yang beramakna
antara tingkat pendidikan dengan
kualitas hidup. Menurut Putri,
Sembiring, Bebasari (2014) Pasien
yang memiliki status pendidikan
yang lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang luas sehingga
memungkinkan pasien tersebut
dapat mengontrol dirinya terhadap
masalah yang sedang dihadapinya,
mudah mengerti tentang apa yang
dianjurkan oleh petugas kesehatani
sehingga pasien tersebut dapat
mengurangi
kecemasan
yang
dirasakannya sehingga individu
tersebut
dapat
mengambil
keputusan yang tepat. Pada
penelitian ini kualitas hidup buruk
juga didapatkan pada pendidikan
SMA hal ini dapat terjadi karena
kurangnya
informasi
tentang
pelayanan
kesehatan
yang
didapatkan atau pendidikan pasien
mungkin cukup tinggi tetapi sikap
dan tindakan responden terhadap
kesehatan kurang.
Berdasarkan
pekerjaan
kualitas hidup baik jumlah terbanyak
pada responden yang masih bekerja
sebanyak 13 orang umur dan kualitas
buruk juga dialami oleh responden
yang masih bekerja sebanyak 8
orang.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan Septiwi (2011) bahwa
responden yang bekerja ternyata
sebagian besar (85,7%) memiliki
kualitas hidup yang baik. Hal ini
disebabkan karena dengan bekerja
maka kemampuan responden dalam
menjalankan peran dirinya akan
meningkat dan akan berdampak pula
pada peningkatan harga diri dan
kualitas hidupnya, karena dengan
bekerja responden tetap memiliki
penghasilan, memiliki dukungan

yang lebih banyak dari lingkungan


kerjanya, dan akan meminimalkan
konflik peran yang terjadi akibat
perubahan kondisi fisik pada pasien
hemodialisis.
Menurut
Putri,
Sembiring, Bebasari (2014) bahwa
perbedaan
kualitas
hidup
berdasarkan pekerjaan terjadi karena
adanya perbedaan beban kerja,
lingkungan dan seberapa puas
responden menikmati aktivitasnya.
Berdasarkan lama menjalani
hemodialisa kualitas hidup baik
jumlah terbanyak pada rentang 7
12 bulan sebanyak 6 orang dan
kualitas hidup buruk pada rentang
waktu 1 6 bulan sebanyak 8 orang.
penelitian yang dilakukan oleh
Ayyubi, Syukri, Nurkhalis (2012)
didapatkan bahwa sebagian besar
pasien
telah
lama
menjalani
hemodialisa dengan rentang waktu <
1 tahun sebanyak 28 orang (38,9 %).
Pada awal menjalani hemodialisa
respon pasien seolah-olah tidak
menerima atas kehilangan fungsi
ginjalnya, marah dengan kejadian
yang ada dan merasa sedih dengan
kejadian yang dialami sehingga
memerlukan penyesuaian diri yang
lama terhadap lingkungan yang baru
dan harus menjalani hemodialisa dua
kali
seminggu.
Waktu
yang
diperlukan
untuk
beradaptasi
masing-masing
pasien
berbeda
lamanya, semakin lama pasien
menjalani hemodialisa adaptasi
pasien semakin baik karena pasien
telah mendapat pendidikan kesehatan
dan pasien sudah mencapai tahap
accepted (menerima) dengan adanya
pendidikan kesehatan dari petugas
kesehatan (Sapri, 2008).

10

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

SIMPULAN

SARAN

Hasil
penelitian
gambaran
kecemasan dan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta dapat
disimpulakn sebagai berikut :
1. Berdasarkan
karakteristik
pasien, sebagian besar pasien
yang menjalani hemodialisa di
RS
PKU
Muhammadiyah
Surakarta memiliki rentang
umur 41-50 tahun sebanyak 12
orang (40,0 %), berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 19 orang
(63,3 %), berpendidikan SMA
sebanyak 16 orang (53,3 %),
sebagian
besar
responden
bekerja sebanyak 21 orang (70
%) dan sebagian besar telah
lama menjalani Hemodialisa 1
6 bulan sebanyak 11 orang (
36,7 %).
2. Sebagian besar pasien yang
menjalani hemodialisa di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta
memiliki kecemasan ringan
sebanyak 15 orang (50,0 %),
kecemasan sedang sebanyak 11
orang (36,7 %), kecemasan berat
sebanyak 4 orang (13,3 %) dan
tidak ada yang mengalami panik
(0 %).
3. Sebagian besar pasien yang
menjalani hemodialisa di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta
memiliki kualitas hidup baik
sebanyak 17 orang (56,7 %) dan
kualitas hidup buruk sebanyak
13 orang (43,3 %).

1. Bagi Rumah sakit


Sebagai bahan masukan dan
informasi untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap
pasien agar lebih baik terutama
pasien yang menjalani Terapi
Hemodialisa,
serta
lebih
memperhatikan
tingkat
kecemasan dan kualitas hidup
yang dialami pasien saat
menjalani Terapi Hemodialisa.
Serta dapat melakukan upaya
pencegahan terhadap kecemasan
dan
terjadinya
penurunan
kualitas hidup pada pasien di
Ruang Hemodialisa RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bagi Peneliti berikutnya
Diharapkan dari hasil penelitian
ini bisa dijadikan referensi serta
acuan untuk mengembangkan
dengan menambah variabel lain
yang
berhubungan
dengan
kecemasan dan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjla kronik
yang menjalani
hemodialisa,
serta dapat mengetahui secara
jelas masalah apa saja yang
timbul akibat proses hemodialisa
selain masalah kecemasan dan
kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, K.S. Mardiyanto, Y (2014)
Studi Deskriptif Gaya Hidup
Dan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani
Terapi
Hemodialisa Di Rsud Kraton
Kabupaten
Pekalongan.
http://www.digilib.unimus.ac.
id/download.php?id=14938.
Di akses tanggal 5 April
2015.

11

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

Anees, Muhammad. Dkk, ( 2011).


Dialysis-Related
Factors
Affecting Quality of Life in
Patients on Hemodialysis.
http://www.indianjnephrol.or
g/article.asp?issn=09714065. Di akses tanggal 4 Mei
2015.
Ayyubi, Gilbran. Syukri, Maimun.
Nurkhalis (2012). FaktorFaktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Penderita
Penyakit Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis di
Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.
Zainoel
Abidin.
http://www.digilib.fk.unsyiah.
ac.id%2Findex.php%3.
Black, J.M. Hawks, J.H. (2005).
Medical Surgical Nursing
Clinical Management for
Positive Outcome. 7th Edition.
Philadephia: W.B. Saunders
Company
Butar butar, Aguswina. Siregar,
Cholina
Trisa,
(2012)
Karakteristik Pasien Dan
Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal
Kronik
Yang
Menjalani
Terapi
Hemodialisa.
http://jurnal.usu.ac.id/index.p
hp/jkk/article/.../1058/160. Di
akses 3 Maret 2015
Ibrahim, Kusman. (2009). Kualitas
hidup pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
http://www.mkbonline.Org/in
dex.php?.Diakses tgl 30
maret 2014.
Jangkup, Jhoni, YK. Elim, C.
Kandou, Lisbeth, FJ. (2015)
Tingkat Kecemasan Pada
Pasien
Penyakit
Ginjal
Kronik Yang Menjalani

Hemodialisis Di Blu Rsup


Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
http://www.
Ejournal.unsrat.ac.id./index.
php/eclinic/article/view/7823
. Di Akses tanggal 4 juni
2015
Lamusa. Wartilisna, Kundre. Rina,
Babakal. Abram, (2015)
Hubungan
Tindakan
Hemodialisa dengan Tingkat
Kecemasan Klien Gagal
Ginjal Di Ruangan Dahlia
Rsup Prof Dr.R. Kandou
Manado.
http://ejournal.unsrat.ac.id/in
dex.php/jkp/article/view/6737
. Di akses tanggal 5 April
2015
Na, Luana. Panggabean, Sahala.
(2012) Kecemasan pada
Penderita Penyakit Ginjal
Kronik
yang Menjalani
Hemodialisis
di
RS
Universitas
Kristen
Indonesia.
http://ejournal.undip.ac.id/in
dex.php/mmi/article/view/45
71. Di Akses 29 Maret 2014.
Nabhani,
(2013).
Gambaran
Frekuensi
Hemodialisa
Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Hemodialisa Di
Rsud
Dr.
Moewardi
Surakarta.
http://stikespku.com/digilib/fil
es/disk1/1/stikes%20pku-nabhaniske-9-1-kecemasay.pdf. Di akses tanggal 3
Maret 2015.
Nadia, (2007). Kecemasan Pada
Penderita
Gagal
Ginjal
Kronis Di Laboratorium
Dialisis Rumah Sakit Pusat
TNI AU Dr. Esnawan
Antariksa.

12

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

http://www.gunadarma.ac.idli
braryarticlesgraduatepsychol
ogy2007Artikel_10503119.pd
f. Di akses tanggal 3 Februari
2015
Nofiti, (2009). Gambaran kualitas
hidup dewasa di jakarta,
depok : universitas indonesia.
lib.ui.ac.id/file?file...%20Ga
mbaran%20kualitas%20. Di
akses tanggal 3 juni 2015.
Notoatmodjo,
Soekijo.
(2005).
Metodologi
Penelitian
Kesehatan, Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, Rizqina. Sembiring. Bebasari,
Eka
(2014).
Gambaran
Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal
Kronik
Yang
Menjalani Terapi CAPD Di
RSUD
Arifin
Achmad
Provinsi
Riau
Dengan
Menggunakan
Kuesioner
KDQOL-SFTM.
http://jom.unri.ac.id/index.ph
p/JOMFDOK/search/titles?se
archPage=2.
Ratnawati.
(2011).
Tingkat
Kecemasan Pasien Dengan
Tindakan
Hemodialisis
http://ejurnal.ung.ac.id/index.
php/JHS/articel/download/21
3/156. Diakses tgl 30 maret
2014.
Romani, Ni Ketut. Hendarsih, Sri.
Asmarani,
F.L.
(2012)
Hubungan
Mekanisme
Koping Individu Dengan
Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis
Di Unit Hemodialisa Rsup
Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.
http://journal.respati.ac.id/ind
ex.php/medika/article/viewFil

e/60/56. Di akses tanggal 5


mei 2015.
Sapri, Akhmad. (2008). Asuhan
Gagal Ginjal Kronik Faktorfaktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan
dalam
Mengurangi Asupan Cairan
pada Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa
di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung.
http://www/docstoc.com/docs/
6849068/Asuhan-GagalGinjal-Kronik.
Di
akses
tanggal 22 Oktober 2010
Sathvik,
B.S.,Parthasarathi,
G., Narahari, M.G, Gurudev,
K.C. (2008). An Assessment
Of
The Quality
Of
Life In Hemodialysis Patients
.http://www.indianjnephrol.or
g/article.asp?issn=09714065. Di akses tanggal 4 Mei
2015.
Septiwi, Cahyu. (2010) Hubungan
Antara Adekuasi Hemodialisa
dengan
Kualitas
Hidup
Pasien Hemodialisa Di Unit
Hemodialisis Rs Prof. Dr.
Margono
Soekarjo
Purwokerto.
http://lib.ui.ac.id/file?file=dig
ital/137263T%20cahyui%20S
eptiwi.pdf. Di akses tanggal 3
Februari 2015
Siallagan, H. Rasmaliah. Jemadi,
(2011)
Karakteristik
Penderita
Gagal
Ginjal
Kronik Yang Dirawat Inap Di
Rs Martha Friska Medan.
http://jurnal.usu.ac.id/index.p
hp/gkre/article/viewFile/380/
277. Di akses 3 Februari
2015.
Smeltzer, Bare. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah,

13

Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Hemodialisa, Hari Ratna Aroem.

edisi 8, volume 2, jakarta :


EGC
Suryarinilsih,
Yosi.
(2010)
Hubungan Penambahan Berat
Badan Antara Dua Waktu
Dialisis dengan Kualitas
Hidup Pasien Hemodialisa Di
Ruamh Sakit Dr. M. Djamil
Padang.
http://lib.ui.ac.id/file?file=dig
ital/137263T%20Yosi%20Suryarinilsih.p
df. Di Akses tanggal 4 mei
2015
Wijaya, A (2005). Kualitas hidup
pasien penyakit gagal ginjla
kronik
yang
menjalani
hemodialisis dan mengalami
depresi.
http://www.digilib.ui.ac.id/op
ac/themes/libri2/detail.jsp?id
=108527. Di akses tanggal 17
februari 2015.
Wurara. Kanine . Wowiling. (2013)
Mekanisme Koping Pada
Pasien
Penyakit
Ginjal
Kronik
Yang
Menjalani
Terapi
Hemodialisis
Di
Rumah Sakit Prof. Dr.R.D
Kandou
Manado.
http://ejournal.unsrat.ac.id/ind
ex.php/jkp/article/view/2254.
Di Akses Tanggal 6 Maret
2014.
Yuliaw.
(2009).
Hubungan
Karakteristik
Individu
dengan
Kualitas
Hidup
Dimensi Fisik pasien Gagal
Ginjal Kronik di RS Dr.
Kariadi
Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/fil
es/disk1/106/jtpunimus-gdlannyyuliaw-5289-2-Pdf. Di
Akses tanggal 6 Juli 2014.

1. Mahasiswa S1 Keperawatan
2. Dosen Prodi Keperewatan
FIK
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
3. Dosen Prodi Keperewatan
FIK
Universitas
Muhammadiyah Surakarta

14

Anda mungkin juga menyukai