Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PRODUSEN DAN KONSUMEN

NAMA

: NUR AZIZAH NAZ

STAMBUK

: G 301 15 007

KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN

: FARIZ MUHAMMAD GAZALI

LABORATORIUM BIODIVERSITY
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
OKTOBER, 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbon merupakan unsur penyusun semua senyawa organik, dan salah satu
zat yang sangat penting atau diperlukan makhluk hidup selain oksigen, air dan
nitrogen. Di alam, karbon tersedia dalam bentuk gas dan dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan melaui proses fotosintesis. Bahkan karbon banyak ditemui
pada endapan dan di dalam air. Dari atmosfer dan sedimen, karbon masuk ke
tubuh organisme secara kimia. Energi yang tersimpan pada tumbuhan
terbentuk karena fiksasi karbondioksida pada peristiwa fotosintesis (Jansen,
2004).
Daur karbon merupakan bagian dari daur energi. Reaksi fotosintesis sangat
esensial untuk daur karbon maupun daur energi, melalui proses fotosintesis
tersebut karbon dioksida berhubungan dengan mahluk hidup. Melalui proses
fotosintesisnya tumbuhan hijau berperan dalam daur karbon, karbon diubah
menjadi karbohidrat dengan bantuan energi matahari dan pigmen klorofil
(Ayu, 2011).
Siklus karbon terjadi berbarengan dengan pergerakan energi, karbohidrat
dihasilkan selama fotosintesis, dan CO2 dibebaskan bersama energi selama
proses respirasi. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO 2, dari
atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan
organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen. Respirasi
oleh semua organisme mengembalikan CO2 ke atmosfer (Campbell, dkk.,
2004).
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus
karbon

mutlak

diperlukan

dalam

suatu

ekosistem

untuk

menjaga

kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor


yang mempengaruhinya. Untuk membatasinya, maka pengamatan dapat
dilakukan pada lingkungan tertutup seperti bejana yang tertutup rapat
(Prawirahartono, 2001).
Untuk mengetahui bagaimana hubungan produsen dan konsumen, maka
dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan hubungan produsen dan
konsumen dalam siklus karbon di perairan.

1.2 Tujuan
Untuk mendapatkan data atau hasil yang dapat menambah pengertian kita
tentang hubungan antara produsen dan konsumen, terutama peran organisme
dalam siklus karbon.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Satu elemen penting di biosfer adalah karbon. Karbon adalah tulang belulang
dari komponen organik dan tersusun mendekati dari 40% sampai 50% dari berat

keadaan alam sekitar. Ada lebih komponen yang terbuat dari karbon dari pada
kombinasi elemennya. Banyak dari karbon di bumi ditransfer dalam bentuk bahan
bakar fosil, batu bara, tanah yang dipakai sebagai bahan bakar, minyak, dan gas
alam (Lim, 1998).
Karbon adalah bahan penyususn dasar semua senyawa organik. Pergerakannya
dalam suatu ekosistem berbarengan dengan pergerakan energi melebihi zat kimia
lain, karbohidrat dihasilkan selama proses fotosintesis, dan CO 2 dibebaskan
bersama energi selama respirasi. Dalam siklus karbon, proses timbal balik
fotosintesis dan respirasi seluler menyediakan suatu hubungan antara lingkungan
atmosfer dan lingkungan terestial maupun aquatik (Campbell, dkk., 2004).
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Adapun objek astronomis lainnya
bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum
diketahui (Prawirohartono, 2001).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan
oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer
teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati
organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik
terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar
fosil). Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena
proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian
laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan
atmosfer (Prawirohartono, 2001).
Laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon ini. Banyaknya jumlah
karbon di laut adalah 50 cm3/liter air laut, lebih besar daripada atmosfer dan
perpindahannya karbon dan atmosfer ke lauta melalui proses fiksi. Laut
mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar bentuknya ion
karbonat. Untuk sementara 48% dari karbon yang dilepaskan atmosfer oleh
pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan diserap untuk digunakan
dalam proses fotosintesis olehalga (Daniswara, 2009).
Menurut Jansen (2004), adapun macam-macam karbon yang ada antara lain:
a) Karbon di Atmosfer

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas
karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang
sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04%
dalam basis molar, meskipun sedangmengalami kenaikan), namun ia
memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain
yangmengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon
atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut
adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah
dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
b) Karbon di Biosfer
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah
bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang
penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk
hidup.
c) Karbon di Laut
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian
besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa
karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting
dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam
mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau
lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara
atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer.
Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari
atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat
terbentuk CO2 + H2O H2CO3. Reaksi ini memiliki sifat dua arah,
mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam
mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat.
Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH H2CO3 H+ +
HCO3.
Respirasi berperan penting dalam penimbunan karbon selama pertumbuhan
tumbuhan. Tapi, peranan ini sukar ditetapkan karena tidak mudah untuk

mengetahui seberapa besar respirasi berlangsung ketika tumbuhan berada di


bawah cahaya. Biasanya, respirasi gelap dianggap tetap sama selama ada cahaya,
tapi dapat diketahui bahwa terdapat bukti kuat yang menyatakan tidak demikian.
Bagaimanapun, jelas bahwa sebagian dari energi yang ditangkap dalam
fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan serta perkembangan yang akan
menjaga dan untuk memelihara sel hidup. Bagian itu mungkin sekitar 30% sampai
40% dari energi yang ditangkap dalam proses fotosintesis yakni berupa unsu
senyawa karbon yang didapatkan oleh tumbuhan dari atmosfer dengan bantuan
cahaya sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri. Perbedaan setiap
tumbuhan dalam persentase itu penting secara ekologi. Sebagai contoh, beberapa
tumbuhan menggunakan jauh lebih banyak energi dari pada tumbuhan lain dalam
mensintesis bahan sekunder pelindung seperti tannin/alkaloid, atau bahan
structural seperti lignin (Salisbury, 1995).
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah
karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses
ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan yang sedang mengalami
perumbuhan yang cepat. Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi
lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut
akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan
yang lebih berat ke dalam laut atau interir laut. Di laut bagian atas (upper ocean),
pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan
yang mengandung karbon. Beberapa organisme juga membentuk cangkang
karonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan
menyebabkan aliran karbon ke bawah (Daniswara, 2009).
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus
karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga
kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa
yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruhinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari
produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO 2 dan karbohidrat, sedangkan
energi foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. Produsen

memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari


kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan
oksigen yang diperlukan oleh konsumen dalam kehidupan langsung (Russady,
2009).
Produsen darat mendapatkan CO2 dari atmosfer, sedangkan produsen dalam
air mamanfaatkan CO2 yang terlarut (sebagai bikarbonat dan HCO3). Kelarutan
karbondioksida dalam air berbeda dengan oksigen, karena gas ini bereaksi secara
kimiawi dalam air. Salah satu contohnya adalah apabila di dalam air laut
karbondioksida bereaksi dengan air menghasilkan asam karbonat, yang kemudian
terdisiosiasi lagi menjadi ion hidrogen dan karbonat. Konsentrasi CO 2 yang tinggi
pula akan mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorbsi air dan unsua hara
(Umar, 2013).
Sebagai akibat reaksi di atas ialah terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen
bebas, sehingga jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolak ukur
keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit
H+ berarti lebih basa, dengan kata lain larutan basa lebih banyak mengandung ion
OH. Sebagai akibat reaksi ialah terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen bebas,
sehingga jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolok ukur keasaman
(Prawirohartono, 2001).
Salah satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam
pemakaian dan produksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol
Biru. Bromtimol Biru merupakan suatu larutan indikator yang berwarna biru
dalam larutan basa dan kuning dalam larutan asam. Gas karbon dioksida akan
membentuk asam jika dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan
disebabkan oleh perubahan kandungan karbon dioksida yang ada dalam air. Kadar
karbon dioksida akan berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan.
Sebaliknya kadar karbon dioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi
(Umar, 2013).
Selain itu dapat pula digunakan metil merah. Metil Merah (Methyl Red )
adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C 15H15N3O2, senyawa ini
banyak dipakai untuk indikator titrasi asam basa. Indikator ini berwarna merah

pada pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning diatas 6,2. Warna transisinya
menghasilkan warna orange. Apabila air yang ditetesi metil merah berwarna
merah berarti semakin asam air tersebut yang menandakan kadar CO 2-nya
meningkat, sedangkan bila airnya berwarna kuning berarti kandungan CO 2-nya
kurang (Daniswara, 2009).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:
Hari / Tanggal

: Jumat, 23 Oktober 2015 Sabtu, 24 Oktober 2015

Waktu

: 16.00 selesai

Tempat

: Laboratorium Biodiversity, FMIPA Universitas Tadulako

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat praktikum yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Aluminium foil
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini.
1. Tumbuhan Hidrilla ( Hydrilla Verticillata )
2. Siput air tawar
3. Larutan bromtimol biru
4. Air kolam
3.3 Prosedur kerja
Prosedur yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Siapkan rangkaian percobaan yang terdiri dari 4 tabung reaksi (A, B, C,
dan D)
2. Istilah tiap tabung reaksi dengan air kolam sampai permukaan air kirakira 20 mm di bawah mulut tabung
3. Tambahkan 3 5 tetes larutan BTB ke dalam tiap-tiap tabung.
Kemudian masukan ke dalam tabung :
Tabung A = 1 ekor siput
Tabung B = 1 ekor siput air tawar + hidrilla
Tabung C = Hidrilla saja
Tabung D = Tanpa hidrilla dan tanpa siput
4. Tutup tiap-tiap tabung dengan rapat menggunakan aluminium foil,
hingga tdk ada oksigen yang masuk ke dalamnya.
5. Tempatkan sebuah rangkaian percobaan dibawah cahaya, dan yang
lainnya di tempat yang tidak ada cahaya.
6. Setelah 24 jam amati perubahan yang terjadi pada tiap-tiap tabung.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dalam percobaan ini, pengamatan dilakukan selama 24 jam. Untuk
percobaan ini, pengamatan dilakukan pada tempat gelap dan juga pada tempat
terang. Hasil percobaan yang didapatkan adalah sebagai berikut :
N
o
1.

Perlakuan

Waktu

Tempat
terang

Sebelum
reaksi

Gambar

Keterangan
A: Siput hidup dan
BTB larut dalam air
sehingga air berubah
warna menjadi biru.

A
B:
Siput
hidup,
hidrilla masih segar,
dan BTB larut dalam
air sehingga air
berubah
warna
menjadi biru.

C: Hidrilla masih
segar dan BTB larut
dalam air sehingga
air berubah warna
menjadi biru.

D : BTB larut dalam


air sehingga air
berubah
warna
menjadi biru.

D
Sesudah
reaksi

A: Siput masih hidup


dan tidak terjadi
perubahan warna air.

B:
Siput
mati,
hidrilla sudah layu,
terdapat gelembung
udara, dan terjadi
perubahan warna air
menjadi putih keruh

namun pada bagian


atasnya
masih
terdapat
sedikit
larutan BTB.
C : Hidrilla sudah
layu,
terdapat
gelembung
udara,
dan
terjadi
perubahan warna air
menjadi putih keruh
namun
masih
terdapat
sedikit
larutan BTB pada
permukaan air.

D: Tidak terjadi
perubahan apapun.

2.

Tempat
gelap

Sebelum
reaksi

A: Siput hidup dan


BTB larut dalam air
sehingga air berubah
warna menjadi biru.

B:
Siput
hidup,
hidrilla masih segar,

dan BTB larut dalam


air sehingga air
berubah
warna
menjadi biru.

C: Hidrilla masih
segar dan BTB larut
dalam air sehingga
air berubah warna
menjadi biru.

D: BTB larut dalam


air sehingga air
berubah
warna
menjadi biru.

D
Sesudah
reaksi

A:
Siput
masih
hidup, dan bagian
dari air berubah
warna menjadi putih
keruh
ke
pinkpingan.

A
B: siput mati, hidrilla
masih segar, terdapat
gelembung
udara,
dan air berubah
warna menjadi putih

keruh namun bagian


atasnya
masih
terdapat
sedikit
larutan BTB.
C: Hidrilla sudah
layu,
terdapat
gelembung
udara,
dan air berubah
warna menjadi putih
keruh namun masih
terdapat
sedikit
larutan BTB pada
permukaan air.
D: Tidak terjadi
perubahan apapun.

D
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, dapat diketahui hubungan antara produsen dan
konsumen dalam siklus karbon perairan. Seperti yang kita ketahui bahwa
produsen merupakan autotrof dimana produsen mampu menghasilkan carbon
dalam bentuk karbohidrat dengan mengubah CO2 dan H2O melalui proses
fotosintesis. Sedangkan konsumen merupakan heterotrof dimana produsen
mengonsumsi

karbohidrat

dan

mengeluarkan

CO2

sebagai

hasil

metabolismenya.
Pada percobaan ini digunakan siput air tawar (lymneae sp.) sebagai
konsumen dan tumbuhan hidrilla (Hydrilla verticillata) sebagai produsen.
Untuk percobaan ini, dilakukan dua percobaan yaitu pada tempat terang dan
pada tempat gelap yang masing-masing terdiri dari 4 perlakuan. Semua tabung

reaksi diisi dengan air sebanyak 20 ml, kemudian ditambahkan Bromtimol


Biru (BTB).
Berdasarkan hasil pengamatan, untuk percobaan yang dilakukan di tempat
terang menunjukkan bahwa tabung A yang berisi siput air tawar (lymneae sp.)
dan air kolam yang telah ditetesi oleh Bromtimol biru tidak menunjukan
adanya perubahan warna air dan siput masih hidup. Tabung B yang berisi siput
air tawar (lymneae sp.), tumbuhan hidrilla (hydrilla verticillata) dan air kolam
yang telah ditetesi BTB, menunjukan adanya perubahan warna air menjadi
putih keruh namun pada bagian atasnya masih terdapat sedikit larutan BTB.
Serta tumbuhan hidrilla sudah layu dan siput yang terdapat pada tabung B
sudah mati. Tabung C yang berisi tumbuhan hidrilla (hydrilla verticillata) dan
air kolam yang telah ditetesi BTB menunjukan adanya perubahan warna air
menjadi putih keruh namun masih terdapat sedikit larutan BTB pada
permukaan air. Serta tumbuhan hidrilla sudah layu dan terdapat gelembung
udara. Tabung D yang hanya berisi air kolam yang telah ditetesi BTB tidak
mengalami perubahan apapun.
Pada percobaan selanjutnya yang dilakukan di tempat gelap menunjukan
bahwa tabung A yang berisi siput air tawar (lymneae sp.) dan air kolam yang
telah ditetesi BTB menunjukan adanya perubahan warna air menjadi putih
keruh pada bagian dari air kolam tersebut. Serta siput yang terdapat dalam
tabung A masih hidup. Tabung B yang berisi siput air tawar (lymneae sp.),
tumbuhan hidrilla (hydrilla verticillata) dan air kolam yang telah ditetesi
BTB, menunjukan adanya perubahan warna air menjadi putih keruh namun
bagian atasnya masih terdapat sedikit larutan BTB. Serta tumbuhan hidrilla
yang terdapat dalam tabung masih segar, siput sudah mati, dan terdapat
gelembung udara. Tabung C yang berisi tumbuhan hidrilla (hydrilla
verticillata) dan air kolam yang telah ditetesi BTB menunjukan adanya
perubahan warna air menjadi putih keruh namun masih terdapat sedikit larutan
BTB pada permukaan air. Serta terdapat gelembung udara dan tumbuhan
hidrilla sudah layu. Tabung D yang hanya berisi air kolam yang telah ditetesi
BTB tidak mengalami perubahan apapun.

Perubahan warna yang terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh


perubahan kandungan kadar karbondioksida yang ada di dalam air yang
disebabkan oleh reaksi fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dan
respirasi yang dilakukan oleh hewan yang ada didalamnya. Semakin banyak
CO2 yang dikeluarkan organisme dalam respirasinya maka semakin membuat
aktivitas fotosintesis tanaman yang ada di dalamnya meningkat sehingga lebih
memicu terjadinya perubahan warna. Tak hanya itu, intensitas cahaya juga
turut mempengaruhi kestabilan fotosintesis tanaman sehingga tetap dapat
menghasilkan oksigen untuk respirasi hewan dan siklus karbon berjalan
sebagaimana mestinya.
Penggunaan Bromitol Biru (BTB) bertujuan untuk melihat hubungan
produsen dan konsumen dalam pemakaian dan produksi karbon dalam air.
Saat air pada masing-masing tabung tetap berwarna biru maka air tersebut
bersifat basa, yang berarti air tersebut kaya oksigen dan kurang CO 2 yang juga
menunjukkan tidak terjadinya proses respirasi dan proses fotosintesis.
Sebaliknya, jika air berubah menjadi bening maka air tersebut bersifat asam,
yang berarti air tersebut mengandung banyak CO2 yang menandakan bahwa
terjadi peroses respirasi dan fotosintesis, yang dalam percobaan ini dilakukan
oleh Hydrilla verticillata dan lymneae sp. Proses respirasi ditunjukkan dari
munculnya gelembung yang berupa gas oksigen. Munculnya gelembung udara
yang banyak tersebut akibat dari laju proses repirasi yang dilakukan oleh
produsen dan lambatnya respirasi yang dilakukan oleh konsumen akibat dari
sedikitnya jumlah atau matinya konsumen.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini sudah sesuai dengan teori, dimana
teori mengatakan bahwa produsen dan konsumen memiliki hubungan dalam
siklus karbon dimana gas karbondioksida yang dihasilkan konsumen akan
digunakan oleh produsen untuk proses fotosintesis.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa :
1.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat hubungan antara


produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon dalam ekosistem
perairan, dimana produsen berfungsi untuk mengubah CO2 menjadi O2
malalui proses fotosintesis dan menghasilkan glukosa sabagai hasil
produknya, dan konsumen berfungsi mengonsumsi karbohidrat dan
mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolismenya.
Dalam percobaan ini, intensitas cahaya dan bromtimol biru menjadi

2.

faktor yang sangat penting dalam mengetahui hubungan antara


produsen dan konsumen yang terjadi dalam siklus karbon perairan.

5.2 Saran
Dalam praktikum kali ini, saya menyarankan sebaiknya kita mengamati
bahan-bahan yang ingin di amati secara teliti sehingga hasil yang didapatkan
akan lebih signifikan. Untuk alat-alat yang digunakan dalam praktikum,
sebaiknya disediakan lebih banyak sehingga pengamatan yang dilakukan
dapat teramati dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Jansen, H. H., 2004. Carbon Cycling in Earth System: A Soil Science
Presperctive. Mc Graw Hill Companies, New York.
Ayu, R. D., 2011. Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon pada
Ekosistem Perairan. http://ukiranperjuanganpelangi.blogspot.com
Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Erlangga, Jakarta.
Prawirohartono, S., 2001. Siklus Karbon. Bumi Aksara, Jakarta.
Daniswara,

2009.

Produsen

dan

Konsumen

Perairan.

http//daniswara.wordpress.com.
Lim, D., 1998. Microbiology Second Edition. Mc Graw Hill Companies, New
York.
Rusaddy, 2009. Ekosistem Perairan. http://myopera.com.
Salusbury dan Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Biologi
Universitas Hasanuddin, Makassar.

LEMBAR ASISTENSI
NAMA

: Nur Azizah Naz

STAMBUK

: G 301 15 007

KELOMPOK : 2 (Dua)
ASISTEN
No

: Fariz Muhammad Gazali

Hari / Tanggal

Koreksi

Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai