Geologi 123 Sdas
Geologi 123 Sdas
1I-13
MF-BTG
ghghgcvcvcsdsdzzxcxzcxzxZXAsasas1212BAB II
dftrtgdgdfgdsadsadGEOLOGI
2.1.Geologi Regionaldsadasddsad
Dalam pembahasan Geologi Regional ini akan diuraikan secara singkat:
1. Cekungan Sumatera Selatan
2. Tektonik
3. Stratigrafi Umum Cekungan Sumatera Selatan
BAB II Geologi
POFD
MF-BTG
1I-13
2.1.2.Tektonik
Berdasarkan posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan
belakang busur. Adanya tinggian dan dalaman telah memisahkan cekungan ini menjadi
beberapa sub cekungan seperti sub cekungan Jambi, sub cekungan Palembang utara,
tengah dan selatan.
Selain telah terjadinya tektonik regional maupun lokal sepanjang Zaman Tersier,
diikuti pula proses sedimentasi pada daerah cekungan. Disamping itu perubahan muka air
laut secara global (global sea level changes) juga turut dalam proses sedimentasi di
Cekungan Sumatra Selatan. Kenampakkan struktur di Cekungan Palembang Selatan
diakibatkan oleh 4 periode tektonik selama Mesozoikum dan Tersier yaitu:
Periode Tektonik pertama, terjadi pada Mesozoikum Tengah akibat tumbukan
antara Lempeng India dan Australia. Aktivitas ini menyebabkan batuan Palezoikum dan
Mesozoikum terlipat dan tersesarkan dengan pola NW-SE.
Periode Tektonik Kedua, terjadi pada Akhir Kapur sebagai akibat orogenesa
Larami maka mulai terbentuk sesar-sesar yang diikuti oleh pembentukkan cekungan
berarah N-S. Pada Tersier Awal pensesaran tidak begitu aktif tetapi pembentukkan
cekungan terus berlangsung.
Periode Tektonik Ketiga, pada Miosen Tengah terjadi pengangkatan pada Bukit
Barisan. Akibatnya mulai terbentuk lipatan dengan arah NE-SW (Freymond, 1956).
Periode Tektonik Kempat, pada Plio-Plestosen Bukit Barisan kembali terangkat
dan sesar mendatar Semangko mulai terbentuk. Tektonik ini mengakibatkan terbentuknya
lipatan-lipatan dan beberapa sesar baru dengan pola paralel terhadap sesar Semangko serta
mengaktifkan kembali sesar tua, bahkan beberapa sesar berubah menjadi sesar naik.
(Gambar 2.1).
BAB II Geologi
POFD
1I-13
MF-BTG
1040001
1030301
NO
RT
PA
1040301
LE
LE N O
BA
B E N TA Y A N
NG
AN
S U IB A N B U R U N G
TIK
TA M IA N G
L IN
30 Km
OR
IU M
KUKUI
020301
S . L IL IN
KUAN G
BU
BABAT
LA
N
FA
UL
M A N G UN J A YA
LE M
M U S I H IG H
A TA
NG
ND
FA U
OP
O
PA LE M BA N G
030001
LE N G G A R A N
TA L A N G A K A R
LT
LEM BA K
F A U LT
PE
B E N A K A T TIM U R
K IK IM
L IM
F A U LT
K IK IM H IG H
LEM BA K
AU
AN
LE M
A TA
NG
M UA
R
LA H A T
A EN
IM A
NT
IK L IN
T IK L
FA U
M U A R A E N IM
LEM
G . K E M A LA
A TA
NG
A n tic lin a l L o n g it u d in a l A x is
PR
W e a k A s y m e tric
P R A B U M U L IH
LT
D EP
R
ESS
IO N
M
BU
EN
NG
FA
UL
KUAN G
M ERA KSA
040001
K E PA YA N G
R IA N G
S t ro n g A s y m e t ric
N o rm a l F a u lt
030301
O RI
UM
LEG EN D
S y m e t ric
IN O
R IU
M
B A TU R A J A
U p Th ru lt
To w n
BAB II Geologi
POFD
1I-13
MF-BTG
Batuan Pra-Tersier
b.
Formasi Lahat/Lemat
c.
d.
Formasi Baturaja
e.
Formasi Gumai
f.
g.
h.
Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan secara umum dikelompokkan menjadi dua seri
pengendapan Tersier yaitu seri transgresif dan seri regresif.
Seri transgresif terdiri dari dua siklus pengendapan yaitu: Bagian bawah berupa
endapan transgresif graben fill dengan lingkungan pengendapan darat-transisi yang
diwakili oleh Formasi Lahat dan Talang Akar.
Bagian atas berupa endapan laut dangkal-dalam yang diwakili oleh Formasi Baturaja
sebagai endapan laut dangkal dan Formasi Gumai yang diendapkan pada saat puncak
transgresi.
Seri regresif berupa endapan laut dalam-transisi yang diwakili oleh Formasi Air
Benakat dan Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.
BAB II Geologi
POFD
1I-13
MF-BTG
Formasi Lahat
Secara tidak selaras di atas batuan dasar diendapkan Formasi Lahat. Formasi ini
terdiri dari tufa, agglomerat, batulempung, breksi tufa, dan andesit, butiran kasar-halus,
terfragmenkan dan diendapkan di lingkungan fluviatil-lacusstrine.
Di daerah antiklinorium Pendopo-Limau ketebalan formasi ini berkisar antara 50800 m dan membentuk endapan terisolasi yang mengisi dasar cekungan.
Berdasarkan analisa spora dan pollen umur formasi ini berkisar Akhir Eosen hingga
Awal Oligosen, sedangkan berdasarkan K-Ar dating berkisar 55.5 ma (de Coster, 1974).
Formasi Talang Akar
Secara tidak selaras di atas Formasi Lahat diendapkan Formasi Talang Akar pada
masa Oligosen akhir-Miosen awal. Disekitar antiklin Pendopo-Limau Formasi ini terbagi
menjadi dua satuan batuan.
Bagian bawah, biasa disebut Gritsand member (GRM), berupa batupasir kasarsangat kasar berinterklasi dengan lapisan tipis serpih dan batubara..
Ketebalan satuan batuan ini bervariasi dari 225 m di lapangan Tj Tiga sampai 550 m
di lapangan Karangan. Secara umum perkembangan satuan ini berkaitan erat dengan
basement high. Satuan ini diendapkan di lingkungan Fluvio-deltaic.
Bagian atas, biasa disebut Transition Member (TRM), berupa batupasir halus
gampingan berselingan dengan serpih dan sedikit batubara diendapkan dilingkungan delta,
dekat pantai, ketebalan satuan ini sekitar 50-200m.
Formasi Baturaja
Satuan batuan karbonat ini menunjukkan lingkungan pengendapan laut dangkal pada
Miosen Awal (N5-N8). Dibeberapa tinggian batuan dasar, satuan ini berkembang sebagai
reef,
sedangkan
secara
lateral
ke
arah
dalam
berkembang
batugamping
lempungan/napalan.
Ketebalan formasi ini bervariasi dari 20 m di daerah Beringin hingga 150 m di
daerah Merbau. Dari data seismik pada prospek Tundan diiedentifikasi formasi ini
berkembang sebagai reef.
BAB II Geologi
POFD
MF-BTG
1I-13
Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan di lingkungan laut dalam saat transgresi mencapai
puncaknya. Batuan terdiri dari lempung berfosil Globigerina dan serpih napalan, kadangkadang interkalasi batugamping dan batupasir.
Formasi ini tersebar di seluruh Cekungan Palembang dengan ketebalan antara 300 m
disekitar lapangan Abab dan 1500 m di Dalaman Lematang. Umur formasi ini ditafsirkan
sekitar N9-N12 (Miosen Tengah).
Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan pada pase awal regresi di lingkungan laut dangkal.
Endapan berupa batulempung dan batupasir yang banyak mengandung Glaukonit dan
foram kecil.
Formasi Air Benakat dijumpai di seluruh cekungan Palembang dengan ketebalan
berkisar 400 m di Dalaman Lematang, sekitar 200 m di lapangan Abab. Umur satuan
batuan ini diperkirakan N10-N16 (Miosen Akhir).
Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim diendapkan selaras di atas Formasi Air Benakat, terdiri dari
batulempung, serpih dengan sisipan batupasir dan batubara diendapkan dilingkungan laut
dangkal, paralis hingga darat. Ketebalan formasi ini berkisar 400-700 m. Umur formasi
diperkirakan Miosen Akhir-Pliosen Awal.
Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan selaras di atas Formasi Muara Enim, terdiri dari tufa,
batupasir tufaan dan batu lempung tufaan.
Kontak antara Formasi Kasai dengan Formasi Muara Enim ditafsirkan selaras. Umur
Formasi ini Pliosen Akhir-Kwarter Awal. (Gambar 2.2).
BAB II Geologi
1I-13
Kwarter
150 - 750
Gumai
2200
0-160
0 - 1100
0 - 300
Oligosen
Atas
Batu
Raja
Bawah
Talangakar
Tengah
TELISA
Miosen
Atas
LAF
PALEMBANG
Pliosen
Air
Muara Enim Kasai
Benakat
Plistosen
Tengah
Bawah
Atas
Tengah
Bawah
Pra-tersier
Mesozoikum
Paleosen
Paleozoikum
Eosin
BAB II Geologi
NERITIC DEEP
NERITIC
LIITOLOGI
LITHORAL
FORMASI
Fasies
TERSETRIAL
UMUR
TEBAL (m)
MF-BTG
KELOMPOK
POFD
POFD
MF-BTG
1I-13
POFD
MF-BTG
1I-13
BAB II Geologi
POFD
1I-13
MF-BTG
1100
510
25
1100
Gumai
Baturaja
Talang Akar
Atas
BAB II Geologi
Neritic
Neritic Deep
Lithoral
Terestrial
TEBAL (m)
Muara Enim
LITOLOGI
Tengah
Bawah
Oligosen
FASIES
TELISA
Miosen
Atas
PALEMBANG
Pliosen
FORMASI
Air Benakat
UMUR
KELOMPOK
POFD
MF-BTG
1I-13
2.3.Prospek Hidrokarbon
2.3.1.Batuan Induk
Batuan yang dianggap sebagai batuan induk penghasil hidrokarbon di lapangan
minyak Struktur Betung diperkirakan dari serpih pada Formasi Talang Akar itu sendiri
yang dinilai berpotensi baik karena telah dalam kondisi matang (mature) dan telah
menggenerasikan hidrokarbon. Proses pematangan hidrokarbon sendiri diperkirakan
berlangsung antara Miosen Akhir sampai Pliosen pada kedalaman lebih kurang 5500 ft
(Geoservices, 1992). Formasi Talang Akar yang letaknya di bagian paling bawah dari
seluruh formasi yang ada di daerah studi, dianggap telah mencapai kedalaman pematangan.
BAB II Geologi
POFD
MF-BTG
1I-13
dikarenakan di atas zona sesar (BTG-05 dekat zona sesar). Berdasarkan interpretasi log
dari BTG-09 dapat mengindikasikan kontak antara gas dan air diperkirakan di 1319 mss.
* Blok IV
Pada blok ini hanya ada 3 sumur yang di bor dan menghasikan HC yaitu BTG-13, BTG-22
dan BTG-24. Berdasarkan pembacaan log dari BTG-13 batas antara air dan gas
diperkirakan di 1314 mss.
* Blok V
Pada blok ini terdiri atas satu sumur yaitu BTG-11, pada blok ini merupakan yang paling
rendah diantara blok-blok yang lainnya.
Peta top struktur Betung dan penentuan adanya sesar berdasarkan pada korelasi
data log sumuran dan data lintasan seismik.
BAB II Geologi