Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Ismael
G99151020
Bani Zakiyah
G99141152
G99131007
Pembimbing :
dr. Amru Sungkar, SpBP.
itu
dokter
umum
maupun
dokter
spesialis
bedah
latar
belakang
estetika,
dan
keahlian
dalam
B. Fraktur Zygomatikus
Fraktur zygomaticomaxillary complex (ZMC) memegang
peranan
penting
dalam
struktur,
fungsi,
dan
keindahan
sinus
maxilaris,
juga
mempunyai
peranan
dalam
1
2
3
4
Zygomaticomaxillary buttress
Frontozygomatic buttress
Infraorbital buttress
Zygomatic arch buttress (Parashar et al. 2014, Rana M. et al.
2012)
ZMC mempunyai 4 perlekatan pada tengkorak, yaitu :
yang
lebih
menonjol
dan
berstruktur
konveks.
bermotor,
perkelahian,
dikarenakan kecelakaan
atau
cidera
olahraga
diatas
nervus
zigomatikofrontal,
alveolaris
sepanjang
arkus
inferior,
sutura
pada
sutura
sedangkan
dinding
medial
orbita
tetap
utuh
dari
fraktur
zigoma
didasarkan
pada
lunak
dari
pasien
yang
dapat
mengaburkan
saksi
mata.
Trauma
dari
arah
lateral
sering
yang
merupakan
gejala
yang
khas
efek
berkaitan
dengan
fraktur
arkus
zigomatikus.
mat;
perdarahan
subkonjungtiva;
Proptosis
(buttres)
(basis
os
zygomaticum)
sering
CT
Scan
menegakkan
dan
diagnosa,
foto
roentgen
mengetahui
sangat
luasnya
pada
pasien
dengan
kecurigaan
fraktur
zigoma,
untuk
lunak
orbital.
memperlihatkan
Secara
keadaan
nasomaxillary,
spesifik
pilar
dari
CT
scan
dapat
midfasial:
pilar
zygomaticomaxillary,
zygomaticofrontal,
infraorbital,
zygomaticosphenoid,
dan
polos
dapat
menggunakan
foto
waters,
caldwel,
Foto
frontozigomatikus
caldwel
dapat
dan
arkus
menunjukkan
zigomatikus.
region
Foto
melalui
insisi
pada
regio
sutura
sulit.
dilakukan
merupakan
Keputusan
terburu-buru
keadaan
untuk
karena
yang
penanganan
fraktur
darurat.
tidak
perlu
zigoma
bukan
Penundaan
dapat
fraktur
zigoma
tergantung
pada
fraktur
lain
yang
mengalami
pergeseran
yang
C. Fraktur Maksila
1 Mekanisme Terjadinya Fraktur Maksila
Fraktur pada midface seringkali terjadi akibat kecelakan
kendaraan bermotor, terjatuh, kekerasan, dan akibat trauma
benda tumpul lainnya. Untuk fraktur maksila sendiri, kejadiannya
lebih rendah dibandingkan dengan fraktur midface lainnya
(Hopper, 2006).
Penyebab
trauma
maksilo
fasial
bervariasi,
mencakup
akibat
senjata
api.
Kecelakaan
lalu
lintas
adalah
maksila.
Hal
tersebut
didapatkan
dari
review
semakin
besar
kemungkinan
jumlah
fraktur
2 Klasifikasi
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene Le Fort,
terdapat tiga pola fraktur maksila, yaitu Le Fort I, II, dan III.Selain
fraktur Le Fort, terdapat pula fraktur alveolar, danvertikal atau
sagital maupun parasagittal (Rhea, 2005).
level
palatum,
prosesus
gigi
yang
meliputi
alveolar
menyentuh
keseluruhan
dari
maksila,
yang
berbentuk
zygomaticomaxillary
dan
piramida.
frontomaxillary
pada
fraktur
pterygomaxillary
terjadi
pada
membelah
Karena
lantai
sutura
(buttress)
nyeri.
dilakukan
Selanjutnya
dengan
foto
pemeriksaan
rontgen
dengan
II
dilakukan
dalam
fraktur
dua
Le
proyeksi
Fort
wajah
gangguan
oklusi
tetapi
tidak
separah
jika
pada
daerah
kelopak
mata,
ekimosis
III
dimana
disrupsi
periosteum
tidak
cukup
untuk
memungkinkan,
riwayat
cedera
seharusnya
rahang
yang
menggerakkan
abnormal,
rahangnya
dapat
atau
terlihat
bila
pada
saat
dilakukan
c Rasa sakit pada saat rahang digerakkan
d Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan
lokasi daerah fraktur.
e Krepitasi berupa suara
pada
saat
pemeriksaan
akibat
digerakkan
Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan
daerah sekitar fraktur.
pembukaan mulut.
Hipersalivasi dan Halitosis, akibat berkurangnya pergerakan
normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan
hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi
pengunyahan.
Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila
segmen
maksila
ke
bawah
dan
pergigian posterior.
Palpasi. Palpasi bilateral dapat menunjukkan step deformity
pada suturazygomaticomaxillary, mengindikasikan fraktur
maksila
dapat
ditunjukkan
tersebut
dapat
dilihat
melalui
pemeriksaaan
fisik
dan
radiografi.
o Maloklusi Gigi. Jika mandibula utuh, adanya maloklusi gigi
menunjukkan dugaan kuatke arah fraktur maksila. Informasi
tentang
kondisi
sebelumnyaakan
maloklusi
ini.
gigi
terutama
membantu
Pada
masihdipertahankan,
Le
diagnosis
Fort
namun
pola
jika
III
oklusal
dengan
gigi
tanda
pola
oklusal
gigi
maksila
berotasi
dan
Palpasi
pada
bilateral
dapat
sutura
menunjukkan
step
zygomaticomaxillary,
Rhinorrhea
atau
Otorrhea:
Cairan
fossa
sisi
tulang
sinus
kontralateral,
secara
oleh
bias
radiologis.
darah
yang
ditemui
Perhatikan
menyebabkan
radiologis
biasa.
CT
Scan
3-dimensi
akan
zygomaticomaxillary,
zygomaticofrontal,
infraorbital,
zygomaticosphenoid,
dan
frontozigomatikus
danarkus
zigomatikus.
Foto
kontur
soft
tissue.
Tujuan
tersebut
dicapai
dengan
dalam
treatment
fraktur
maksila
untuk
Fiksasi:
Akses
untuk
mencapai
rangka
wajah
maksila
anterior
dilakukan
insisi
pada
sulkus
melalui
blepharoplasty
zygomaticofrontal
dicapai
(insisi
melalui
subsiliari).
batas
lateral
Daerah
insisi
Fraktur:
Segmen-segmen
stabilisasi
awal
fraktur
ditempatkan
sering
dilakukan
dengan
kawat
membantu
menentukan
yang
mana
dari
keempat
dari
panjang
wajah.
Sedangkan
fiksasi
pada
artikulasi
zygomaticofrontal
untuk
pasif
menjadi
kontur
rangka
yang
diinginkan.
kortikal
tinggi
dengan
volum
yang
berlimpah.
Untuk
menghindari
dystopia
lateral
kantal,
D. Fraktur Nasal
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang
dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang
terjadi pada bagian tulang di organ hidung (Efiaty, 2007)
2. Etiologi
Penyebab dari fraktur tulang hidung berkaitan dengan
trauma langsung pada hidung atau muka. Penyebab utama
dari trauma dapat berupa:
3. Patofisiologi
Tulang hidung dan kartilago rentan untuk mengalami
fraktur karena hidung letaknya menonjol dan merupakan
bagian sentral dari wajah, sehingga kurang kuat menghadapi
tekanan dari luar. Pola fraktur yang diketahui beragam
tergantung pada kuatnya objek yang menghantam dan
kerasnya tulang. Seperti dengan fraktur wajah yang lain,
pasien muda cenderung mengalami fraktur kominunitiva
septum nasal dibandingkan dengan pasien dewasa yang
kebanyakan frakturnya lebih kompleks (Lalwani, 2007).
mengalami
yang
besar
dari
berbagai
arah
akan
penekanan
pada
hidung
ipsilateral
yang
4. Klasifikasi
Fraktur hidung dapat dibedakan menurut :
1 Lokasi : tulang nasal (os nasale), septum nasi, ala nasi, dan
tulang rawan triangularis.
2 Arah datangnya trauma :
-
untuk
spray
beberapa
memperoleh
kali,
efek
penyemprotan
melalui
anestesi
rinoskopi
dan
efek
tulang
tetap
hilang.
Bidai
digunakan
untuk
tulang
hidung
terbuka
menyebabkan
fraktur
nasoorbita.
Fraktur
ini
dapat
menimbulkan
dengan
kemungkinan
meningitis
Pneumoensefal
Laserasi otak
Avulsi dari nervus olfaktorius
Hematoma epidural atau subdural
Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak
Komplikasi pada mata :
1
Telekantus traumatika
2
Hematoma pada mata
3
Kerusakan nervus optikus yang mungkin menyebabkan
kebutaan
4
Epifora
5
Ptosis
6
Kerusakan bola mata
Komplikasi pada hidung :
1
Perubahan bentuk hidung
2
Obstruksi rongga hidung
yang
disebabkan
oleh
mendapatkan
hasil
yang
memuaskan.
Fraktur
dengan
rinoskopi
anterior,
biasanya
ditandai
kemungkinan
ada
robekan
pada
mukosa
septum,
harus
selalu
diperiksa
terhadap
adanya
nasal,
dan
menyebabkan
fraktur
nasal.
Pada
Keluhan
utama
yang
sering
dijumpai
adalah
Sepanjang
untuk
menentukan
antara
deviasi
septum dan
disertai
remuk
dan
melebar,
menghasilkan
lakrimalis
menyebabkan
dan
rhinorrhea
Lawani, 2007).
Pada pemeriksaan
lamina
kribriformis,
cerebrospinalis
fisis
dengan
(Corry,
palpasi
yang
2004;
ditemukan
akan
memperluas
lapangan
pandang.
Pada
Pemeriksaan radiologis
Jika tidak dicurigai adanya fraktur nasal komplikasi,
radiografi jarang diindikasikan. Karena pada kenyataannya
kurang sensitif dan spesifik, sehingga hanya diindikasikan
jika ditemukan keraguan dalam mendiagnosa. Radiografi
tidak
mampu
kartilago
dan
untuk
ahli
mengidentifikasi
klinis
sering
kelainan
salah
pada
dalam
Gambar 9:
Konservatif
Penatalaksanaan fraktur nasal berdasarkan atas gejala
klinis, perubahan fungsional dan bentuk hidung, oleh karena
itu pemeriksaan fisik dengan dekongestan nasal dibutuhkan.
Dekongestan
berguna
untuk
mengurangi
pembengkakan
setelah
vasokonstriktor
topikal.
Biasanya
komplikasi
dan
kematian.
Analgetik
berperan
jarang
pasien
dievaluasi
secara
cepat.
tertutup
dilakukan
7-10
hari
setelahnya
dapat
baik,
memastikan
bahwa
pernapasan
optimal
saluran
dan
napas
dalam
keadaan
pasien
jaringan
lunak.
Jika
terjadi
luka
terbuka
dan
Namun
pada
tindakan
debridement
harus
fragmen
tulang,
penanganan
bedah
tidak
Alat-alat
yang
dipakai
pada
tindakan
reduksi
adalah :
1
2
3
4
5
dengan
tindakan
yang
sederhana.
Reposisi
yang
diproteksi
dengan
selang
karet.
Tindakan
rongga
hidung.
Tampon
yang
dipasang
dapat
yang
timbul
selama
tindakan
akan
digunakan
untuk
memindahkan
kedua
3. Manipulasi
septum
nasal.
Forceps
Asch
kemudian
piramid
hidung.
Dokter
ahli
bedah
memuaskan,
dokter
harus
mereduksi
terbuka
kaca,
kotoran
atau
batu
kerikil.
Hidung
DAFTAR PUSTAKA
Alcala-Galiano Andrea, MD, et al. 2008. Pediatric Facial Fractures: Children Are Not
Just Smal Adults. Radiographics. 2008; 28:41-461.
Andrades P et al. 2010. Zygomaticomaxillary buttress reconstruction of midface
defects with the osteocutaneous radial forearm free flap. University of
Alabama.
Andrew P et al. 2009. Management of the Midface During Facial Rejuvenation.
Management of The Midface. 274-282.
Arosarena Oneida A, MD, et al. 2009. Maxilofacial Injuries and Violence Against
Women. Arch Facial Plast Surgery. 2009; 1(1):48-25.Ascani G. 2014.
Maxillofacial fractures in the province of pescara, italy: a retrospective study.
Hindawi Publishing Corporation.
Akadiri OA. 2012. Evolution and trends in reconstructive facial surgery: an update. J
Maxillofac Oral Surg 11(4):466472.
Baek JE. et al. 2012. Reduction of Zygomatic Fractures Using the Carroll-Girard Tbar Screw. Archives of Plastic Surgery 39(5):556-560.
Bali R. et al. 2013. A comprehensive study on maxillofacial trauma conducted in
Yamunanagar, India. J Inc Violence Res 5(2):108-116.
Beogo R et al. 2014. Wire internal fixation: an obsolete, yet valuable method for
surgical management of facial fractures. Pan African Medical Journal.
Cheon et al. 2013. Clinical Follow-up on Sagittal Fracture at the Temporal Root of
the Zygomatic Arch:Does It Need Open Reduction? Archives of Plastic
Surgery 40(5):546-550.
Corry
Fractures.
Diunduh
dari:
J.H.
2013.
Nasal
Fracture.
Diunduh
http://emedicine.medscape.com/article/84829-overview.
dari: