Anda di halaman 1dari 10

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut

Nama : Rafdi Abdul Majid


NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

Review Proses pengolahan ( ekstraksi ) biji minerlas di Indonesia.

1. PT. Nusa Halmahera Minerls


Tahap-tahap Proses Produksi Biji Emas dan Perak ( Hydrometallurgy )
a. Penghancuran dan Penghalusan Butir
Pada tahap ini di lakukan penghancuran ore dengan Jaw Crusher, kemudian di
haluskan dengan SAG mill, Ball Mill, dan Vertimill yang secara berturut-turut
untuk menghasilkan butir yang lebih halus agar emas yang terperangkat dalam biji
dapat di pisahkan.
b. Proses Leaching
Pre-leach
Pada proses ini di lakukan untuk menaikkan konsentrasi padatan di dalam
slurry dengan menambahkan Flokulan ke dalam tangki Pre-leach. Hasil
endapan kemudian di umpankan ke tangki Leaching.

Leaching
Pada proses ini di lakukan proses eksraksi biji emas dengan larutan NaCN dan
di tambahkan dengan kapur hidrat untuk menjaga pH dan di lakukan proses
aerasi dengan menambahkan O2 untuk mengoksidasi logam emas.
Reaksi :
2Au + 4CN- + O2 + 2H2O
2 [Au (CN)2]- + H2O2 + 2OH2Au + 4CN- + H2O2
2 [Au (CN)2]- + 2OH4Au + 8CN- + O2 + 2H2O
4 Au (CN)2- + 4OHAg + 2CN-

[ Ag(CN)2]- + e -

c. Precipitation
Pada proses ini dilakukan dengan menambahkan Zinc powder untuk mengikat
logam emas dan perak menjadi endapan, kemudian hasil precipitate di Calcine di
dalam oven.
d. Smelting
Pada proses ini di lakuakan peleburan logam emas dan perak dari hasil calcine
untuk mendapatkan logam emas/perak batangan ( bullion ).

2. PT. Vale Indonesia


Tahap-tahap Proses Produksi Biji Nikel Laterit ( Pyro-metallurgy )
a. Penambangan

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

Pada tahap ini di ;akukan penbambangan biji dengan kadar antara 1.8 % - 2.1 %.
Dan kadar di ambil pada 2 daerah yaitu East Block dan West Block.
b. Crushing screening
Pada proses ini di lakukan pemisahan biji dengan ukuran -6 inch dan +6 inch.
Kemudian di lakukan crushing untuk ore dengan ukuran yg lebih besar.
c. Drying
Pada proses ini digunakan rotary dryer untuk mengurangi kadar air dari biji laterit
antara 30-33% menjadi 20%. Hal ini agar bijih tidak terlalu basah ataupun kering
yang mengakibatkan debu, sehingga mengakibatkan banyaknya nikel yang
terbuang.
d. Reduksi dan Sulfidasi
Pada tahap ini di gunakan Rotary Kiln, proses reduksi bertujuan membentuk Ni
dan Fe bebas yang terpisah dari persenyawaannya. Kemudian dilakukan proses
sulfidasi untuk mengikat logam bebas menjadi logam sulfide.
Pada tahap ini juga terjadi beberapa tahap proses :
1. Pengeringan lanjut dan kalsinasi untuk menghilangkan kandungan air bebas
dan kandungan air Kristal.
2. Proses Reduksi
Proses resuksi di lakukan dengan gas pereduksi yang terdiri dari Co, H 2, dan C
yang di peroleh dari pembakaran tidak sempurna Oil lance dengan udara.
Reaksi :
NiO
+ C
Ni
+ CO
NiO
+ CO
Ni
+ CO2
NiO
+ H2
Ni
+ H2O
CoO + C
Co
+ CO
CoO + H2
Co
+ H2O
Fe2O3 + 3C
2Fe + 3CO
Fe2O3 + 3CO
2Fe + 3CO2
3Fe2O3 + H2
2Fe3O4 + H2O
Dalam reaksi reduksi besi, sebelum tereduksi menjadi logam besi, terjadi
pula rekasi antara, yaitu Fe2O3 dan FeO. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
3Fe2O3 + H2
2Fe3O4 + H2O
Fe3O4 + H2
3FeO
+ H2O
FeO + H2O
Fe
+ H2O
Terbentuknya Ni dan Fe dari senyawanya hanya terjadi sebagian
sedangkan sisanya terjadi di dapur listrik ( Furnace ). Oleh sebab itu
harus tersedia karbon yang cukup untuk menyempurnakan reaksi reduksi
di dalam dapur listrik.
3. Proses Sulfidasi
Produk kiln yang disebut calsine mengandung logam-logam bebas. Karena
logam yang terbentuk tidak stabil dan mudah teroksidasi dengan udara luar

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

maka untuk menghindari hal tersebut calsine dicampur dengan sulfur cair
sebelum masuk dalam surge bin calsine.
Reaksi:
3Ni + S2
Ni3S2
2Ni3S + S2
6NiS
2Fe + S2
2FeS
2FeS + S2
2FeS2
e. Smelting
Pada proses ini adalah proses lanjutan dari proses reduksi dan sulfidasi dengan
menggunkaan electric furnace.
Di dalam furnace ini terjadi reaksi reduksi lanjutan dengan karbon batubara (46%
C) dan peleburan kalsin menjadi Ni sulfida dan slag.
Reaksi :
NiO + C
Ni
+ CO
Ni
+ S
NiS
+ Fe
NiO + FeS
NiS
+ FeO
Fe3O4 + C
3FeO + CO
FeO + C
Fe
+ CO
Fe
+ NiO
FeO + Ni
CoO + CO
Co
+ CO
Co
+ FeS
CoS + Fe
Senyawa yang berupa logam-logam tereduksi, nikel sulfida dan besi sulfida akan
membentuk matte sedangkan oksida-oksida lain akan bereaksi dengan SiO2
membentuk slag.
Reaksi:
FeO + SiO2
FeO.SiO2
Fe3O4 + SiO2
Fe3O4.SiO2
NiO + SiO2
NiO.SiO2
CoO + SiO2
CoO.SiO2
f. Converting
Pada tahap ini dilakuakan untuk menaikkan kadar nikel dari 27% menjadi > 75%.
Terdapat beberapa tahap dalam proses ini yaitu :
1. Charging
Dilakukan penambahan silica flux untuk mengikat scrap dan slag.
2. Blowing
Dilakukan dengan memasukkan udara melalui lubang udara dengan
menggunakan puncher, sehingga reaksi oksidasi besi oleh udara dapat di
tingkatkan. Pada proses oksidasi terjadi berdasarkan tingkat derajat afinitas
yaitu Fe, Co, dan Ni, sehingga Fe dan Co teroksidasi lebih dulu di bandingkan
dengan Ni.
Rekasi :
2FeS + 3O2
2FeO + 2SO2
2FeO + SiO2
2FeO.SiO2
NiS + O2
Ni
+ SO2

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

NiS

+ 2NiO

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

3Ni

+ SO2

g. Granulasi
Nikel dan Fe ( slag ) di pisahkan berdasarkan berat jenis hingga kandungan Nikel
> 78%. Kemudian di lakukan proses granulasi dengan menuangkan matte cair
pada semburan air bertekanan tinggi, sehingga terbentuk butiran-butiran yang
halus.
h. Pengeringan dan pengepakan
Pada tahap ini di lakkukan proses pengeringan dan pengepakan dengan kantong
yang berisi 3 ton nikel matte.

Gambar : Proses pengolahan biji laterit di PT. Vale Indonesia

3. PT. Timah Indonesia


Proses pengolahan di PT. Timah Indonesia di lakukan dengan proses sebagai berikut :
a. Penambangan
Penambangan Lepas Pantai
Penambangan lepas pantai dilakukan oleh armada kapal keruk. Hasil produksi
bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk
mendapatkan kadar minimal 30 % Sn.
Penambangan Darat
Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel
pump). Proses pencusian dilakukan di areal penambangan darat. Hasil
penambangan darat sudah memenuhi standar peleburan diatas 70%.
b. Pengelolaan Mineral

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

Pengelolaan ini bertujuan untuk meningkatakan kadar Sn pada bijih hasil


penambangan lepas pantai dari 20 30% menjadi di atas 70% (cassiterite).
Proses dari pengelolaan mineral ini terdiri dari :
Ore Bin
Bijih timah (feed) dimasukkan ke dalam ore bin , kemudian bijih timah
tersebut dicuci dengan menggunakan air dengan tekanan dan debit yang sesuai
dengan karakteristik umpan. Ore bin mampu melakukan pencucian 15 ton
ore/jam.
Jig Harz
Jig Harz bekerja menggunakan alat seperti saringan yang disebut bed yang
diletakkan di dasara alat ini. Alat ini bekerja berdasarkan berat jenis sehingga
bijih timah yang memiliki berat jenis yang lebih berat mengalir ke bawah,
sedangkan tailingnya yang masih mengandung Sn dengan kadar rendah dan
mineral ikutannya seperti quarsa, zirkon, rutile, monazite, xinotime, topas,
pirit, siderit, turmaline dan karat besi akan ditampung dan kemudian dialirkan
ke Trapesium Jig Yuba.
Trapezium Jig Yuba
Proses disini sama dengan proses pada jig harz. Pada umumnya kandungan Sn
yang terdapat disini sangatlah rendah. Hasil dari proses ini akan diteruskan ke
rotary dryer, sedangkan tailingnya akan ditempatkan pada Settling Pond.
Rotary dryer
Setelah itu bijih timah dengan kadar tinggi (>70%) maupun hasil dari
Trapesium Jig Yuba akan dikeringkan pada rotary dryer. Prinsip kerjanya
adalah dengan memanaskan pipa besi (diameter 12 inch) yang ada di tengah
tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar. Sehingga dengan berputarnya alat ini
maka bijih timah yang basah akan menempel pada besi panas tersebut dan
kemudian akan mengalami pengeringan.
Screening
Pada proses ini di lakukan pemisahan bijih Sn dari Dryer berdasarkan ukuran
butir untuk mendapatkan ukuran yang seragam.
High Tension Separator
Pada proses ini diklasifikasikan menurut sifat electricitinya (konduktor, non
konduktor, dan middling ). Muatan listrik akan diberikan kepada partikel
nonkonduktor dan tidak diteruskan ke ground. Mineral konduktor setelah
menerima muatan akan meneruskan ke ground sehingga kehinglangan muatan.
Terjadi perbedaan lintasan tempuh antara mineral konduktor dan non
konduktor.
Magnetic Separator
Berfungsi untuk memisahkan material magnetik dan non magnetik. Cara kerja
alat ini adalah dengan mengukur densitas fluks magnet atau induksi magnet

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

yang dihasilkan oleh material. Hasil keluaran dari proses ini adalah cassiterite
dengan kadar 60% Sn.
Air Table
Feed yang bersifat middling setelah melewati HTS akan diolah di air table.
Alat ini bekerja seperti alat shaking table dimana terjadi pemisahan mineral
berdasarkan berat jenisnya dengan menggunakan getaran dan tekanan udara.
Rotary Screening
Tailing akhir yang memiliki kadar Sn 2-4% Sn pada settling pond akan
kembali diolah, tailing pertama akan dimasukkan ke dalam rotary screening.
.
c. Peleburan Timah
Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah.
Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus
dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat
pemurnian yang disebut crystallizer.
Reaksi reduksi :
SnO2 + CO
SnO + CO2
SnO + CO2
Sn + CO2
Dari reaksi tersebut masih terdapat SnO 2 yang tidak terseduksi oleh C yang lalu
akan bereaksi dengan Sn dan SiO2 untuk menghasilkan terak (slag) stannous
silicate.
Reaksi yang
SnO2 + Sn + 2SiO2
2 SnOSiO2
Untuk menghasilkan Sn, terak ini dapat direduksi oleh C, reaksinya:
2SnOSiO2 + 2 C
2 Sn + 2 SiO2 + 2 CO2

d. Pemurnian
Pemurnian pada Timah di lakukan sebagaimana berikut:
Pyrorefining
Pyrorefining bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn
99,93% dan produk dengan kandungan 99,85 %. Proses ini dilakukan dengan
menambahkan bahan / aditif yang akan berfungsi sebagai pengikat impurities
didalam timah. Tahapan proses ini meliputi
- Pemurnian pengotor Fe
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan serbuk gergaji diaduk 30 menit,
Fe akan diendapkan sebagai FeSn-oksida.
- Pemurnian Pengotor As
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan scrap aluminium diaduk 30
menit dihembuskan udara 30 menit, As akan diendapkan sebagai AsAl.
- Pemurnian pengotor Cu, Ni
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan belerang diaduk 30 menit
dihembuskan udara 30 menit.
Reaksi : Cu(Sn) + S(S) CuS(S)

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

Proses Pelelehan
Pada suhu 800oC wet dross(campuran timah dengan oksida logam
pengotor) dilelehkan dalam flame oven sehingga timah bebas akan leleh
dan terpisah dengan dry dross.

4. PT. Asahan Aluminium


Tahap-tahap Proses Produksi Biji Bauksit di PT. Inalum dengan cara Elekrolisis
Alumina ( Al2O3 ) .
Proses elektrolisa ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
alumina (Al2O3) akan terlarut dalam ion O2- dan Al3+ di dalam lelehan kriolit
selanjutnya ion O2- akan bergerak ke arah anoda bereaksi dengan anoda karbon
membentuk gas CO2. Sedangkan ion Al3+ bergerak kearah katoda dan selanjutnya
mengendap membentuk aluminium cair. Secara keseluruhan reaksi diatas dapat ditulis
sebagai berikut : 2Al2O3 + 3C 4Al + 3CO2
Untuk memproduksi aluminium diperlukan :
1. Alumina
Alumina diperoleh dari bauksit melalui proses Bayer melalui beberapa tahapan
seperti di bawah ini :
a. Bauksit digiling sampai ukuran tertentu lalu dilarutkan dengan NaOH (soda
api) dengan konsentrasi temperatur tertentu.
b. Pemisahan pengotor yang mengendap dengan penyaringan lalu pengendapan
Al2O3 dengan penambahan seed (bubuk halus Al2O3).
c. Endapan alumina dikalsinasi untuk menguapkan airnya.
2. Kriolit
Karena sifatnya yang mampu melarutkan alumina dengan baik, maka kriolit
digunakan sebagai elektrolit dalam proses elektrolisa aluminium.
3. Anoda
Anoda adalah elektroda bermuatan positif. Jenis anoda yang dipakai adalah anoda
prebaked. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan blok anoda adalah kokas,
hard pitch, dan butt (puntung anoda).
4. Katoda
Katoda adalah elektroda bermuatan negatif.
Operasi pot reduksi dibagi atas 5 tahap, yaitu :
1. Baking (Pre Heating)
Baking adalah pemanasan permukaan blok katoda, anoda dan dinding samping pot
secara bertahap untuk menghindari kejutan termal (thermal shock). Sebelum baking
dilakukan, kokas dasar diletakkan diantara anoda dan katoda. Kokas dasar ini
berfungsi sebagai penghantar listrik dari anoda ke katoda. Untuk menghindari
oksidasi udara, dinding samping pot dan anoda dilindungi kokas isolasi.
2. Start up

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

Start up adalah proses menghidupkan pot, sehingga proses elektrolisa dapat


berlangsung. Start up diawali dengan pengeluaran kokas isolasi, lalu pemutusan arus
listrik yang masuk ke dalam pot yang akan di start up. Selanjutnya kokas dasar
dikeluarkan dan bath cair sebanyak 6 ton dimasukkan ke dalam pot.
3. Transisi
Masa transisi adalah masa peralihan dari start up menuju operasi normal yang
berlangsung selama 60 hari dan sangat mempengaruhi kestabilan pot.
4. Operasi Normal
Pada saat operasi normal, kondisi pot diharapkan sudah stabil. Hal-hal yang biasa
dilakukan yaitu :
a. Penggantian anoda dan penarikan bushbar anoda.
b. Pengambilan metal cair (Tapping).
c. Pemasukan material
d. Pemecahan kerak dan pemasukan alumina.
e. Pengontrolan volatase dan penanggulangan noise.
f. Penghentian Anode Effect (AE).
g. Pengukuran parameter Pengukuran pengukuran parameter terdiri dari :
Pengukuran tinggi bath dan tinggi metal.
Pengukuran kesamaan bath dan CaF2
Pengukuran kemurnian metal
Pengukuran tegangan pot, tinggi lumpur dan jumlah metal
Pengukuran temperatur bath.
h. Mematikan Pot (Cut Out)
Dilakukan bila kondisi pot sudah memburuk dan tidak memungkinkan untuk
dioperasikan lagi. Tanda-tanda pot mulai memburuk diantaranya adalah :
Fe atau Si metal cair naik dan tidak bisa diturunkan kembali. Bila blok katoda
retak atau berlubang, baja kolektor bar dibawah blok katoda dapat tererosi dan
larut dalam metal cair sehingga kadar Si dalam metal cair dapat bertambah.
Operasi pot yang sulit, bila noise voltase sulit dikendalikan suhu dan volatse
pot sering naik dan sulit diturunkan, AE (Anode Effect) yang timbul sulit
dihentikan. Operasi manual banyak dilakukan sehingga memberatkan
operator.
5. Pabrik Penuangan
Pada bagian penuangan, aluminium cair yang dihasilkan bagian reduksi dimasukkan
ke dalam dapur penampung. Aluminium cair ini kemudian dipadatkan dalam cetakan
dan didinginkan dalam air di mesin cetak,
Aluminium cair yang dihasilkan dari tungku reduksi disedot oleh ladle yang
berkapasitas 7,5 ton dengan sistem penyedotan vakum menggunakan kompresor.
Ladle lalu diletakkan pada Metal Transport Car kemudian dibawa ke pabrik
penuangan untuk dimasukkan ke holding furnance, setelah itu dimasukkan fluks dan
diaduk. Kemudian didiamkan agar bahan aditif yang ditambahkan bereaksi dengan
pengotor (dross) dapat dipisahkan dengan aluminium cair. Pengotor ini lalu
dikeluarkan (skimming off) dan ditampung untuk diolah kembali karena masih
mengandung metal yang kadarnya masih besar. Molten yang sudah di skimming off

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

dicetak untuk dibuat ingot dengan berat 50 lb (22,7 kg). Cetakan terletak diatas
conveyor mesin pencetak ingot yang dilengkapi dengan pendingin tidak langsung.

Gambar : Proses umum pengolah Aluminium di PT. Inalum

5. PT. Natarang Mining

Tugas I Metalurgi Ekstraksi Lanjut


Nama : Rafdi Abdul Majid
NIM : 150 677 5191

Dosen : Dr.Andi Rustandi, MT.

Reference :
1. Angga Febriyansyah, 2011 Perbandingan Recovery Emas Menggunakan
Sianidasi dan Klorinasi Pda Deposit Bijih Emas PT. Nusa Halmahera Minerals
Kimia UNPAD Bandung
2. Kukuh Tri Atmanto, 2012 Laporan KP di PT. Timah Indonesia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
3. Rafdi, AM, Fevi Elviani Rezi, 2013 Laporan KP PT. Vale Indonesia Teknik
Kimia UMI Makassar

Anda mungkin juga menyukai