Anda di halaman 1dari 23

1

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang,
multi selululer, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam
jaringannya. Namun ada beberapa yang terdiri atas satu sel ( uniselluler ).
Penampilan fungi atau jamur cendawan tidak asing lagi. Kita
melihat bahwa pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada jagung, tomat
dan keju. Pertumbuhan putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur
di lapangan dan di hutan semua ini merupakan tubuh berbagai cendawan.
Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan tergantung dari
spesiesnya. Pada umumnya bahan-bahan yang berasal dari alam mudah
untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada buah-buahan. Jamur
atau cendawan tersebut biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahanbahan tersebut. Jika bahan-bahan tersebut digunakan (dikonsumsi) oleh
makhluk hidup dalam hal ini manusia, biasanya bersifat patogen dan akan
mengganggu fungsi tubuh makhluk hidup, misalnya Aspergillus niger akan
menyebabkan ganggaun pada kulit (bisul)
Untuk mengetahui nama genus

dan

spesies

suatu

biakan

mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk


melakukan

identifikasi

adalah

pengenalan

ciri-ciri

morfologi

mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

2
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

secara makroskopik (dengan mata telanjang), maupun mikroskopik


langsung maupun tidak langsung (slide culture).
B. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan


memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik,
mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsung
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati morfologi
kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung dan
mikroskopik tidak langsung
D. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengamati morfologi
kapang dan khamir yang tumbuh pada sampel roti yang berjamur
secara makroskopik dan mikroskopik.

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

3
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Istilah petumbuhan sebagaimana yang digunakan pada bakteri
mengacu pada perubahan populasi total dan bukannya perubahan dalam
suatu organisme saja. Tambahan pula, pada kondisi pertumbuhan
seimbang ada suatu pertambahan semua komponen selular secara teratur.
Akibatnya, pertumbuhan dapat ditentukan tidak hanya dengan cara
mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah berbagai
komponen selular (Pelzar, 2001)
Identifikasi mikroba adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan
dalam laboratorium mikrobiologi. Dilaboratorium diagnostik

penyakit,

isolasi dan perincian mikroba yang bersal dari penderita penyakit harus
dilaksakan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan
sedini mungkin.

Perincian mikroorganisme yang diisolasi dari makanana

atau minuman yang terlibat dalam pencemaran harus dilakukan secapat


mungkin agar wabah keracunan akibat makan dabn minuman yang
tercemar dapat dihentikan (Lay Bibiana, 1994)
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna
putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

4
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak =
thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa
( tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium
( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia) (Pelczar,2001).
Khamir (yeast) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik,
beberapa generasi ada yang membentuk miselium dengan percabangan.
Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang
parasitik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan
panjang 1-5 m sampai 20-50 m, dan lebar 1-10 m. (Pelczar,2001).
Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang
karena bentuknya yang bersifat uniseluler. Reproduksi khamir tertutama
dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan
berkembang biak lebih cepat jika dibandingkan dengan kapang karena
mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar.
Khamir

pada

umumnya

diklasifikasikan

berdasarkan

sifat-sifat

fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang.


Beberapa kapang tidak membentuk spora dan digolongkan ke dalam fungi
imperaktif dan yang lain membentuk spora seksual sehingga digolonggakn
ke dalam Ascomycetes dan Basidiomycetes (Natsir, dkk ,2003).

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

5
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

B. Uraian Bahan

1. Agar (Ditjen POM, 1979: Hal. 74)


Nama resmi

: Agar

Nama lain

: Agar-agar

Pemerian

: Tidak berbau atau bau lemah, berasa


musilago pada lidah.

Kelarutan

: Tidak larut dalam air dingin, dan larut dalam


air mendidih.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai bahan pemadat medium.

2. Aquadest (Ditjen POM, 1979: Hal. 96)


Nama resmi

: Aqua Destillata

Nama lain

: Air suling

RM / BM

: H2O / 18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak berasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

:Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut


medium.

3. Dekstrosa (Ditjen POM, 1995: Hal. 300)


Nama resmi

: Dextrosum

Sinonim

: Glukosa, Dekstrosa

RM / BM

: C6H12O6/180,16

Pemerian

: Hablur tidak berwarna, serbuk halus atau


butiran putih, tidak berbau, rasa manis.

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

6
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, sangat mudah larut


dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol (95%).

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

:Sebagai sumber nutrient yang spesifik untuk


mikroba jamur.

4. Ekstrak Yeast (Ditjen POM, 1995: Hal. 1153)


Nama resmi

: Yeast Extract

Sinonim

: Sari ragi, ekstrak ragi

Pemerian

: Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat, bau


khas tidak busuk.

Kelarutan

: Larut dalam air, membentuk larutan kuning


sampai
coklat, bereaksi asam lemah.

5. Pepton (Ditjen POM, 1995: Hal. 1191)


Nama resmi

:Pepton

Pemerian

: Serbuk, kuning kemerahan sampai coklat, bau


khas tidak busuk.

Kelarutan

: Larut dalam air, memberikan larutan berwarna


coklat kekuningan yang bereaksi asam.

6. Gliserol (Ditjen
Nama resmi
Sinonim
RM / BM
YULYANA
F1F112133

POM Edisi IV, 1995 : Hal 413).


: Gliserin
: Glycerolum
: CH2OH.CHOH.CH2OH / 92,09
LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

7
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Pemerian

: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna;


rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah
(tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral

Kelarutan

terhadap lakmus.
: Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam
eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak

menguap
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
7. Methylene Blue (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 554).
Nama resmi
: Biru metilen
Sinonim
: Methylene Blue
RM / BM
: C16H18CIN3S / 319,85
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur

hijau

tua,

berkilauan seperti perunggu, tidak berbau


atau praktis tidak berbau. Stabil di udara;
larutan dalam air dan dalam etanol berwarna
Kelarutan

biru tua
: Larut dalam air dan dalam kloroform; agak

sukar larut dalam etanol


Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
8. Asam Tartrat (Ditjen POM Edisi IV, 1995 : 53).
Nama resmi
: Asam tartrat
Sinonim
: Acidum tartaricum
RM / BM
: C4H6O6 / 150,09
Pemerian
: Hablur, tidak berwarna atau bening atau
serbuk hablur halus sampai granul, warna
putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di
udara

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

8
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air; mudah larut


dalam etanol

Penyimpanan

YULYANA
F1F112133

: Dalam wadah tertutup baik

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

9
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

BAB III
METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan
1.

Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah autoklaf,
batang V, Bunsen, cawan petri, dek gelas, enkas, hot plate, kaca
objek, kertas saring, labu Erlenmeyer, mikroskop, ose lurus,
oven,pipet tetes dan tabung reaksi.

2.

Bahan
Bahan-bahan

yang

digunakan

pada

percobaan

ini

adalah

aluminium voil, aquades, gliserol, kapas, kertas saring, medium PDA,


metilen blue dan roti dhiba.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Bahan Praktikum
a. Disiapkan semua alat yang digunakan
b. Dibuat 5 cawan petri dengan susunan batang v, objek gelas, dek
gelas dan kertas saring pada wadah cawan petri, dan 10 cawan petri
kosong.
c. Dibungkus cawan petri dengan kertas
d. Dimasukkan ke dalam oven untuk disterilkan
2. Pembuatan Medium

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

10
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

a. Ditimbang hasil perhitungan yang sesuai dengan yang dibutuhkan.


Yaitu untuk potato dekstrosa agar (PDA) dengan bahan kentang,
dekstrosa dan agar.
b. Kemudian dicukupkan dengan aquadest sebanyak 1000 ml.
c. Disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121C.
d. Dimasukkan medium steril ke dalam cawan petri steril secukupnya,
dibiarkan memadat dan diinkubasikanselama 3 x 24 jam pada suhu
ruangan.
3. Mengamati Morfologi Koloni Bakteri
a. Secara mikroskopik.
Metode Gores
a) Medium PDA ditambahkan asam tatrat.
b) Didiamkan sampai memadat pada cawan petri.
c) Diambil secukupnya biakan jamur menggunakan ose dengan
metode gores.
d) Digoreskan pada permukaan campuran medium PDA dan asam
tatrat yang telah dibuat.
e) Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
f) Diamati dan digabar bentuk permukaan, warna koloni, bau khas,
radial furrow, zonation, exudates drops dan revers of coloni.
g) Digambar hasil pengamatan.
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

11
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

b. Mikroskopis secara langsung


a) Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti.
b) Diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca objek.
c) Diberikan 1 tetes metilen blue.
d) Ditutup dengan menggunakan dek gelas.
e) Diamati pada mikroskop berupa miselium, konidia, konidiofor,
spora, kolomela, metula, fialid, vesikel dan rhizoid dimulai dengan
pembesaran terkecil.
f) Digambar hasil pengamatan.
c. Mikroskopis secara tidak langsung (slide culture)
a) Dibuat susunan batang V, objek gelas, dek gelas dan kertas
saring pada wadah cawan petri.
b) Disterilkan.
c) Diambil biakan jamur 1 ose pada sampel roti.
d) Diletakkan perlahan pada objek gelas,
e) Ditambahkan 1 tetes campuran medium PDA dan asam tatrat
pada preparat.
f) Preparat ditutup dengan dek gelas.
g) Diteteskan gliserol 10% pada kertas saring.
h) Cawan petri ditutup.
i) Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar.
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

12
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

j) Diamati pada mikroskop.


k) Digambar hasil pengamatan.

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

13
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN

1. Gambar Pengamatan
a. Tabel pengamatan Mikroskopik Secara Langsung
No.
1.

Nama sampel

Keterangan
1. Spora
2. Hifa

Roti Mokko

1
2

2.

Roti Dhiba

1. Spora
3. Hifa

3.

Roti Singapure
1

YULYANA
F1F112133

1. Spora
2. Hifa

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

14
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

4.

Roti Fresh house

1. Spora
2. Hifa
2
1

5.

Roti Warung

1
1. Hifa
2. Spora
2

b. Tabel pengamatan Mikroskopik Secara tidak langsung (batang


V)
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

15
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

No
.
1.

Nama sampel

Keterangan

Roti Mokko

1.Hifa
2.Spora

2.

Roti Dhiba
1

1. Hifa
2. Spora

21

3.

Roti Singapure
1

YULYANA
F1F112133

1. Hifa
2. Spora

3. Miselium
4. Konidiospora
5. Konidia
6. Kolumela

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

16
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

4
5
6
4.

Roti Fresh House

1. Hifa
2. Spora
1
2

5.

Roti Warung

1. Hifa
2. Spora

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

17
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

2. Tabel Pengamatan
a. Tabel pengamatan morfologi kapang dan khamir
No.

Nama

Perubahan

sampel
warna
1. Roti Dhiba Abu-abu
2. Roti
mokko
3. Roti
Singapure
4. Roti Fresh
House
5. Roti
Warung

Abu-abu

Bentuk

Radial Excudat

permukaan furrow
Kapas
Tidak
Kapas

ada
Ada

Bau

drop
khas
Tidak Tengik
ada
Tidak Tengik

Biru

Kapas

Ada

ada
Ada

hitam
Hijau

Kapas

Tidak

Ada

Tengik

Kapas

ada
Tidak

Ada

Tengik

Hitam

Tengik

ada

B. PEMBAHASAN
Kapang merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur)
yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau
terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari
kelas Ascomycetes. Sedangkan Khamir adalah fungi ekasel (uniselular)
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

18
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti,


fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel
bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota
Untuk mengetahui nama genus dan spesies

suatu biakan

mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk


melakukan

identifikasi

adalah

pengenalan

ciri-ciri

morfologi

mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik


secara makroskopik (degan mata telanjang), maupun mikroskopik. Untuk
mengidentifikasi

kelompok

khamir

dan

bakteri

di

samping

ciri

morfologinya, masih harus dilengkapi dengan sifat-sifat fisiologi dan


biokimia.
ada percobaaan kali ini digunakan medium Medium PDA (Potato
Dekstrosa Agar) berdasarkan susunannya merupakan medium organik
semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang
ditambah dengan senyawa kimia; berdasarkan konsistensinya merupakan
medium padat karena mengandung agar yang memadatkan medium;
berdasarkan kegunaannya merupakan medium untuk pertumbuhan jamur.
Medium PDA terdiri dari kentang yang berfungsi sebagai sumber energi,
nitrogen organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber karbon,

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

19
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk
menghomogenkan medium dan sumber O2.
Oleh karena itu dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui
morfologi

jamur

dengan

menggunakan

berbagai

metode.

Metode

makroskopik pada percobaan ini digunakan metode gores dan metode


tuang. Digunakan kedua metode ini untuk melihat bentuk koloni dari jamur
setelah diinkubasi selama 3 hari.
Sedangkan metode mikroskopik, digunakan metode mikroskopik
langsung dan tidak langsung untuk melihat morfologi dari jamur roti
singapur yang diamati dibawah mikroskop. Pada metode langsung, jamur
roti singapur diamati di bawah mikroskop tanpa diinkubasi terlebih
dahulu. Sedangkan pada metode mikroskopik tidak langsung, jamur roti
singapur diinkubasi terlebih dahulu di dalam enkas selama 3 x 24 jam.
Pengerjaan pada metode gores yaitu Pertama tama
disiapkan alat dan bahan, kemudian Dimasukkan 10 ml medium PDA pada
cawan petri, digunakan PDA karena PDA merupakan media pertumbuhan
jamur, kemudian PDA dibiarkan memadat agar mdah digores. Kemudian
Diambil 1 ose biakan bakteri roti singapur secara aseptis lalu Digoreskan
diatas medium PDA, kemudian Diinkubasi selama 3 x 24 jam, diinkubasi
selama 3 x 24 jam kerena jamur diperkirakan akan tumbuh pada rentang
waktu tersebut. Setelah itu Diamati.
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

20
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Pengerjaan pada metode mikroskopik secara langsung


yaitu Pertama-tama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
kemudian Diambil biakan jamur pada sampel roti singapur dengan
menggunakan ose bulat yang telah dipijarkan dan diletakkan di atas objek
glass. Objek glass ditetesi dengan metilen blue agar morfologi dari jamur
tersebut tampak jelas. lalu ditutup dengan deck glass lalu Diamati di
bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10. Kemudian Digambar hasil
pengamatan.
Pengerjaan pada metode mikroskopik secara tidak langsung
yaitu Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian Dimasukkan kertas saring ke dalam cawan petri sesuai dengan
lebar cawan petri. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang akan
diberikan nanti dapat tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring
dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. kemudian
Dimasukkan batang V ke dalam cawan Petri, batang V bertujuan agar dek
dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang
telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik. Dek dan objek
glass diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan. Diambil jamur
pada pada tempe dengan menggunakan jarum preparat dan diletakkan di
atas objek glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada objek glass
tersebut yang sudah dicampur dengan asam tartrat 1% kemudian
YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

21
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Preparat tersebut ditutup dengan deck glass. Ditetesi gliserol 10% pada
kertas saring yang berada
penambahan

gliserol

pada

di dalam cawan Petri. maksud dari


kertas

saring

yaitu

untuk

memberika

kelembapan pada cawan petri dimana fungi ditumbuhkan. Setelah itu


Cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar,
setelah itu Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop kemudian Diambil
gambar pengamatan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

22
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Berdasarkan

percobaan

yang

telah

dilakukan

dapat

disimpulkan bahwa jamur roti memiliki morfologi, spora, stolon,


sporangium, rizoid dan lain-lain.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu agar praktikan lebih
berhati-hati dalam penggunaan alat dan bahan selama praktikum
untuk meminimalisir kesalahan serta lebih serius dalam pengerjaan
agar memperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

23
MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

Bibiana, W, Lay. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT. Raya


Grafindo Persada: Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI:
Jakarta.
Dwidosaputro, D. 1998. Dasar - Dasar Mikrobiologi edisi 13.
Djambatan: Jakarta.
Natrsir. dkk. 2003. Mikrobiologi
Hasanudin : Makassar

Farmasi

Dasar.

Universitas

Pelezaer Jr. Michael, ECS Chan. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi.


Universitas Indonesia : Jakarta.
Sneath, P. H. A., 1986,Bergeys Manual of Systematic Bacteriology,
Volume 1 dan 2, William and Wilkins, Baltioure, USA

YULYANA
F1F112133

LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S. Farm, Apt

Anda mungkin juga menyukai