————————
Sudah berapa kati Engkau (Allah) memberi kekayaan orang yang makmur,
Dan berapa kati Engkau (Allah) memberi nikmat kepacla orang yang fakir,
Dan berapa kali Engkau (Allah) mengampuni orang yang berdosa,
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.
Sungguh hati manusia merasa sempit di atas tanah yang luas ini;
karena banyakhya marabahaya yang mengerikan,
Dan malapetaka yang menghancurkan,
semoga Allah menyelamatkan kami dari bencana yang mengerikan,
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.’
.
Wahai Dzat yang punya keagungan (kemenangan) dan Prabawa,
Dengan sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.
Jika Engkau (Allah) terpaksa menolak hamba, maka kepada siapakah
kami akan datang mohon dengan mendapat semua hajat kami;
Wahai Dzat yang menghilangkan beberapa bencana dunia dan
akhirat, hilangkan bencana-bencana hamba
lantaran berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.
Dan semoga Engkau (Allah) melimpahkan rahmat kepada Nabi yang senantiasa berbakti
kepada-Nya,
dengan limpahan rahmat dan keselamatan yang tak terbilang dan tak terhitung,
Dan semoga tetap atas para keluarga Nabi dan para Sayyid yang bersinar nur cahayanya,
sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.
.
.
Alhamdulillah, Akhirnya ku peroleh juga sejarah dan riwayat shalawat Badr ini. Berasal
dari email teman, tulisan asli ada di mailist Majelis Rasulullah (dengan penulis asli tertera
di bawah). Ada buku/ kitab yg menuliskan sejarah shalawat ini (tertera di dalam artikel).
Semoga manfaat.
.
Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama Allah,
dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar.
Sholawat ini adalah hasil karya Kiyai Ali Manshur, yang merupakan cucu Kiyai Haji
Muhammad Shiddiq, Jember. Oleh itu, Kiyai ‘Ali Manshur adalah anak
saudara/keponakan Kiyai Haji Ahmad Qusyairi, ulama besar dan pengarang kitab
“”Tanwir al-Hija” yang telah disyarahkan oleh ulama terkemuka Haramain, Habib
‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani, dengan jodol “Inarat ad-Duja”.
Diceritakan bahwa asal mula karya ini ditulis oleh Kiyai ‘Ali Manshur sekitar tahun
1960an, pada waktu umat Islam Indonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia
(PKI). Ketika itu, Kiyai ‘Ali adalah Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi dan
juga seorang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di situ.
Keadaan politik yang mencekam saat itu dan kebejatan PKI yang merajalela membunuh
massa, bahkan banyak kiyai yang menjadi mangsa mereka, maka terlintaslah di hati Kiyai
‘Ali, yang memang mahir membuat syair ‘Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo
Kediri, untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah
SWT untuk meredam fitnah politik saat itu bagi kaum
Dalam keadaan tersebut, Kiyai ‘Ali tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi
didatangi manusia-manusia berjubah putih – hijau, dan pada malam yang sama juga,
isteri beliau bermimpikan Kanjeng Nabi s.a.w.
Setelah siang, Kiyai ‘Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar
Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahwa
manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib
yang mulia tersebut, Kiyai ‘Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang
ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu malamnya, Kiyai ‘Ali menjalankan
penanya untuk menulis karya yang kemudiannya dikenali sebagai “Sholawat al-
Badriyyah” atau “Sholawat Badar”.
Menjelang keesokan pagi harinya, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib ‘Ali bin
‘Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang tiba-tiba datang ke rumah Kiyai
‘Ali tanpa memberi tahu terlebih dahulu akan kedatangannya. Tidak tergambar
kegembiraan Kiyai ‘Ali menerima para tamu istimewanya tersebut.
Setelah memulai pembicaraan tentang kabar dan keadaan Muslimin, tiba-tiba Habib ‘Ali
Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kiyai ‘Ali tersebut. Tentu saja Kiyai
‘Ali terkejut karena hasil karyanya itu hanya diketahui dirinya sendiri dan belum
disebarkan kepada seoran
gpun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah salah satu kekeramatan Habib ‘Ali yang
terkenal sebagai waliyullah itu.
Lalu tanpa banyak bicara, Kiyai ‘Ali Manshur mengambil kertas karangan syair tersebut
lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. Para
hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil menitiskan air mata karena
terharu. Setelah selesai dibacakan Sholawat Badar oleh Kiyai ‘Ali, Habib ‘Ali
menyerukan agar Sholawat Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah
PKI. Maka sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai ‘Ali tersebut.
Selanjutnya, Habib ‘Ali Kwitang telah mengundan para ulama dan habaib ke Kwitang
untuk satu pertemuan, salah seorang yand diundang diantaranya ialah Kiyai ‘Ali Manshur
bersama pamannya Kiyai Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan tersebut, Kiyai ‘Ali sekali
lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat al-Badriyyah gubaha
nnya itu. Maka bertambah masyhur dan tersebar luaslah Sholawat Badar ini dalam
masyarakat serta menjadi bacaan populer dalam majlis-majlis ta’lim dan pertemuan.
Maka tak heran bila sampai sekarang Shalawat Badar selalu Populer. Di Majelis Taklim
Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi sendiri di Kwitang tidak pernah tinggal pembacaan
Shalawat Badar tersebut setiap minggunya.
Untuk lebih lengkapnya tentang cerita ini teman2 milis MR dan teman temanku seiman
dapat membaca buku yang berjudul “ANTOLOGI Sejarah Istilah Amaliah Uswah NU”
yang disusun oleh H. Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan.
Semoga Allah memberikan sebaik-baik ganjaran dan balasan buat pengarang Sholawat
Badar serta para habaib yang berperan serta mempopulerkan Shalawat tersebut kepada
kita kaum muslimin. Al-Fatihah…..
-=<rasulullah_my_idol>=-
Dailami “ami” Firdaus
Entri ini dituliskan pada Juli 9, 2008 pada 20:14 dan disimpan dalam Shalawat. Anda bisa
mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa
tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.
6 Tanggapan - tanggapan ke “Shalawat Badriyah”
Fikri berkata
Juli 10, 2008 pada 23:56
Assalamu’alaikum
Salam kenal mas. Mau nanya, Shalawat ini buatan siapa mas??
–> Wa’alaikum salam wrwb mas fikri. Salam kenal juga. Senang anda sudi berkunjung
ke sini. Shalawat ini sangat terkenal di kalangan para ulama dan masyarakat.
Maaf .. saya pun masih mencari sumber awalnya. Namun sayang … saya saat ini dalam
kondisi yg tak memungkinkan untuk menelusurinya. Insya Allah di waktu mendatang
akan kita cari. Semoga dapat diketemukan ya mas. Amien.
Balas
Sedang belajar shalawat berkata
Juli 17, 2008 pada 07:48
Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama Allah,
dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar.
Sholawat ini adalah hasil karya Kiyai Ali Manshur, yang merupakan cucu Kiyai Haji
Muhammad Shiddiq, Jember. Oleh itu, Kiyai ‘Ali Manshur adalah anak
saudara/keponakan Kiyai Haji Ahmad Qusyairi, ulama besar dan pengarang kitab
“”Tanwir al-Hija” yang telah disyarahkan oleh ulama terkemuka Haramain, Habib
‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani, dengan jodol “Inarat ad-Duja”.
Diceritakan bahawa karya ini ditulis oleh Kiyai ‘Ali Manshur sekitar tahun 1960, tatkala
kegawatan umat Islam Indonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ketika itu, Kiyai ‘Ali adalah Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, juga
menjadi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di situ. Keadaan politik yang bercelaru saat
itu dan kebejatan PKI yang bermaharajalela membunuh massa, bahkan ramai kiyai yang
menjadi mangsa mereka, menyebabkan terlintas di hati Kiyai ‘Ali, yang memang mahir
membuat syair ‘Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri lagi, untuk menulis satu
karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah s.w.t. Dalam keadaan
sedemikian, Kiyai ‘Ali tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-
manusia berjubah putih – hijau, dan malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan
Kanjeng Nabi s.a.w. Setelah siang, Kiyai ‘Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib
Hadi al-Haddar Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi
menyatakan bahawa manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar.
Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut, Kiyai ‘Ali semakin bertekad untuk
mengarang sebuah syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu
malamnya, Kiyai ‘Ali menjalankan penanya untuk menulis karya yang kemudiannya
dikenali sebagai “Sholawat al-Badriyyah” atau “Sholawat Badar”. Apa yang
menghairankan ialah keesokan harinya, orang-orang kampung mendatangi rumah beliau
dengan membawa beras dan lain-lain bahan makanan. Mereka menceritakan bahawa
awal-awal pagi lagi mereka telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi
ke rumah Kiyai ‘Ali untuk membantunya kerana satu kenduri akan diadakan di
rumahnya. Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa barangan tersebut menurut
kemampuan masing-masing. Tambah pelik lagi apabila malamnya, hadir bersama untuk
bekerja membuat persiapan kenduri orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.
Menjelang keesokan pagi, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib ‘Ali bin ‘Abdur
Rahman al-Habsyi @ Habib ‘Ali Kwitang tiba-tiba datang ke rumah Kiyai ‘Ali. Tidak
tergambar kegembiraan Kiyai ‘Ali menerima tetamu istimewanya tersebut. Setelah
memulakan perbicaraan bertanyakan khabar, tiba-tiba Habib ‘Ali Kwitang bertanya
mengenai syair yang ditulis oleh Kiyai ‘Ali tersebut. Tentu sahaja Kiyai ‘Ali terkejut
kerana hasil karyanya itu hanya diketahuinya dirinya seorang dan belum dimaklumkan
kepada sesiapa pun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah satu kekeramatan Habib ‘Ali
yang terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa lengah, Kiyai ‘Ali Manshur mengambil
helaian kertas karangannya tersebut lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan
suaranya yang lantang dan merdu. Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan
khusyuk sambil menitiskan air mata kerana terharu. Setelah selesai dibacakan Sholawat
Badar oleh Kiyai ‘Ali, Habib ‘Ali menyeru agar Sholawat Badar dijadikan sarana
bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI. Maka sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai
‘Ali tersebut. Selanjutnya, Habib ‘Ali Kwitang telah menjemput ramai ulama dan habaib
ke Kwitang untuk satu pertemuan, antara yang dijemput ialah Kiyai ‘Ali Manshur
bersama pamannya Kiyai Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan tersebut, Kiyai ‘Ali sekali
lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat al-Badriyyah gubahannya itu. Maka
bertambah masyhur dan tersebar luas Sholawat Badar ini dalam masyarakat serta menjadi
bacaan popular dalam majlis-majlis ta’lim dan pertemuan. Moga Allah memberikan
sebaik-baik ganjaran dan balasan buat pengarang Sholawat Badar serta para habaib
tersebut….. al-Fatihah.
Allahu … Allah, inilah kisah bagaimana terhasilnya penulisan Sholawat Badar oleh Kiyai
‘Ali Manshur. Cerita ini telah ambo dengar daripada beberapa kerabat Kiyai Haji Ahmad
Qusyairi di Kota Pasuruan. Juga ianya dimuatkan dalam buku “Antologi NU : Sejarah –
Istilah – Amaliah – Uswah ” karangan H. Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan
dengan kata pengantar Kiyai Haji ‘Abdul Muchith Muzadi. Benar atau tidak, percaya
atau tidak, itu tidak penting, apa yang nyata ialah Sholawat Badriyyah ini adalah
karyanya Kiyai ‘Ali Manshur dan telah diterima serta diamalkan oleh para ulama dan
habaib yang menjadi pegangan dan panutan kita. Maka sempena memperingati peristiwa
Perang Badar al-Kubra, marilah kita bermunajat memohon keselamatan dunia akhirat
dengan bertawassulkan Junjungan Nabi s.a.w. dan para pejuang Badar radhiyAllahu
‘anhum ajma’in.
http://bahrusshofa.blogspot.com/2008/09/sholawat-badar-kiyai-ali.html
Balas
fatchur berkata
Januari 14, 2009 pada 18:38
Assalamu’alaikum….boleh tidak saya copy artikel ini…?mo saya copy utk note saya di
facebook…bisa ym saya di fla1303_epri0905@yahoo.com…mohon
konfirmasinya….Wassalamu’alaikum..
–> Wangalaikum salam wrwb. Silakan mas.. jangan lupa link sumber yaach..
Balas
Tinggalkan Balasan
Nama (wajib)
Situs web
XHTML: Anda dapat gunakan tag ini: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym
title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del datetime=""> <em> <i>
<q cite=""> <strike> <strong>
Ubudiyyah
Syariah
Warta Daerah
Analisa Berita
Kolom
Halaqoh
Taushiyah
Iptek
Fragmen
Agenda Kegiatan
Humor
Redaksi
Buku Tamu
Galeri
Links
Khotbah
Kantor
Bagaimana pandangan anda terhadap pasangan Sahal Mahfudz-Said Aqil Siroj dalam
memimpin NU lima tahun ke depan
Lebih baik dari masa sekarang
Lebih buruk
Sama saja
Tidak tahu
Arsip Polling
Ubudiyyah
Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda:
Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10
dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap
kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.
Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga
NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat
Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang,
malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.
Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga
NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada
jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah
adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.
Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang
disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan
apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul
dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah
apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang
tahu rahasia alam.
Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat
(fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping
mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)
َّ َصلّى َعل
ي ُك ّل يَوْ ٍم ِمئَة َم ّر ٍة َ َم ْن:صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم َ ِض َي هللا عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْ ُل هللا ِ أخ َر َج ابْنُ ُم ْن َذة ع َْن َجابِ ٍر َر ْ َو
– ضى هللاُ لَهُ ِمئَة َح َّج ٍة – َس ْب ِع ْينَ ِم ْنهَا في األ ِخ َر ِة َوثَالثِ ْينَ فِي ال ُّد ْنيَا
َ َي فِي اليَوْ ِم ِمئَة َم ّر ٍة قَّ َصلى َعل َّ َ – َوفِ ْي ِر َوايَ ٍة – َم ْن
َب – َكذا ُ ْ َ ْ ْ َ ّ
َ ي فإنهَا ت ِحلُّ ال َعق َد َوتفر ُج الك َر َ َ َ ْ
َّ اكثرُوا ِمنَ الصَّال ِة َعل: صلى هللاُ عليه وسلم قال ّ َ ي َّ
َّ ِي أن النب َ أن قال – َور ُِو ْ إلى
فِ ْي النزهَ ِة
Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa
membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya;
70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang
mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan
menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.
Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan
menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut
dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian.
Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku;
jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun
kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-
Nabi).
Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah
shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam
barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.
Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam
kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab
salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan
sanadnya shahih)
Komentar:
Gus Nur menulis:
Membaca sholawat adalah bagian dari do'a kita untuk tauladan kita, Nabi Muhammad
SAW. Pada artikel lain dalam situs ini saya cuplikkan:
اَللّهُمَّ
صَلِّي
عَلَى
مُحَمَّدٍ
Ya Allah berikanlah rahmat kemuliaan buat Muhammad. Wallahu A’lam.” (lihat dalam
Raddul Muhtar 'Alad-Durral Mukhtar, jilid II, hlm. 244)
Kita pasti 100% setuju bacaan sholawat tersebut. Adapun bacaan-bacaan yang lain,
seperti "sholawat nariyah", "tunjina" atau "hizib" masih diragukan sandaran dasar
hukumnya. Benarkah para sahabat-sahabat terdahulu melakukan hal serupa (membaca
bacaan-bacaan itu). Jangan-jangan bacaan-bacaan itu adalah hanya hasil kreatifitas para
ulama saja, yang kadang justru malah termasuk dalam tindakan yang "berlebih-lebihan"
sehingga malah tidak sesuai dengan perintah Rasulullah.
Yang lebih menyedihkan lagi, bahwa aneka bacaan sholawat itu oleh sebagian kalangan
umat Islam malah digunakan untuk tujuan mistik (sebagai jampe-jampe) yang jelas
bertentangan dengan aqidah Islam.
Marilah kita luruskan aqidah kita dengan tetap bersandar pada Qur'an dan Sunnah.
Muhammad Iqbal menulis:
Semua perbuatan tergantung dr niatnya.
Mencintai Allah dan Rosul-NYa secara berlebihan bukan sebuah kesalahan.
Selalu memandang miring niat orang lain seakan-akan ibadahnya yang paling benar,
seakan-akan ibadahnya yang paling diterima, ini baru namanya kesalahan. Kebenaran
hanya milik Allah, mending berintrospesi diri dari pada sibuk mikirin ibadah orang
bukan?
basyir menulis:
Ass kyai, saya diberi amalan shalawat dari alm aba namun sy tdk tahu namanya, mohon
kiranya penjelasan dari kyai. lafalnya : allahumma shalli wasallim wabarik wakarrim
wasyarrif wa'adzim 'ala sayidina muhammadin sholatan takunu likulli 'usri yusro
walikulli hammin faroja walikulli dain dawa-a walikulli saqomin syifa-a wa ala alihi
wasohbihi ajmain.
Gus Nur menulis:
Quoted from Muhammad Iqbal:
"Semua perbuatan tergantung dr niatnya.
Mencintai Allah dan Rosul-NYa secara berlebihan bukan sebuah kesalahan"
Mungkin Iqbal lupa, bahwa dalam satu riwayat Rasul pernah melarang umatnya untuk
menghormati beliau secara berlebih-lebihan seperti halnya orang Nasrani.
Bahkan ketika hadir dalam suatu pertemuanpun Rasul pernah melarang para hadirin
berdiri dalam rangka menghormati beliau. Berbedaq dengan sebagian masyarakat kita,
yang membaca "ashraqalan"-tanpa kehadiran Rasulullah-pun tetap dilagukan dengan
berdiri.
Apa yang dinyatakan oleh Rasulullah harus kita ikuti, walaupun itu bertentangan dengan
hawa nafsu kita.
Peribadatan yang ideal tentu tidak cukup hanya niat saja, tetapi harus mengikuti kaidah-
kaidah dari yang memberi kaidah.
Tentu diskusi kecil-kecilan ini tidak bermaksud mencari kesalahan orang atau fihak
tertentu, tapi tidak lebih hanya mengikuti perintah Allah: wa tawashaub al haq wa
tawashaub as shabr.
Wallahu a'lam.
Luqman Harun menulis:
Bukanlah bermaksud untuk mempermalukan saudaranya apabila seseorang menasihati
tentang kekeliruan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Ta'ala, hal itu semata-mata
adalah wujud kasih sayang terhadap saudara muslim yang lainnya agar tidak terjerumus
dalam kekeliruan dalam melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sejak beliau diangkat menjadi Rasul hingga beliau
wafat yang semuanya telah jelas aturan serta tata caranya sebagaimana hadist2 shohih
yang ditulis oleh ulama2 terdahulu. Sungguhlah sangat mudah bagi kita untuk senantiasa
meluangkan waktu mempelajarinya dan memahami serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Begitu banyak amalan2 yang shohih yang datang dari Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang bisa kita kerjakan, begitu banyaknya sampai2 kita tidak
mampu untuk melaksanakannya semua sehingga yang demikian ini tidaklah pastas bagi
kita seorang muslim untuk mencari variasi sendiri dalam peribadatan dengan dalih
apapun. Sekali lagi al haq itu mutlak datangnya dari Allah Ta'ala dan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam lah yang paling tau dalam menafsirkan firman2 Allah Ta'ala
dalam Alquranul karim.
YUNGKI DIDIT ARISTYO menulis:
Semua artikel pembahasan masalah yang ada di situs kebanggaan saya ini, harus
diketahui bahwa semua dibahas secara singkat, berkaitan dengan modal ilmu pemahaman
yang tidak berurutan seperti saudara saya Gus Nur, tentunya belum dapat menelaah
segala bahasan di situs ini, artikel ini memang berfungsi untuk konsumsi umum, namun
bagi sebagian orang yang masih "dangkal" modal ilmunya, tentu akan sulit untuk
memahami dengan baik sesuai Ajaran Islam itu sendiri. Maka hormatilah saudara kita
bersama Gus Nur, semoga ilmunya tambah maju dengan sering mengunjungi situs ini.
Amiiin...
Yunus menulis:
Sungguh tuduhan yang sangat berani kepada Gus Nur... menuduh sesama muslim hanya
berdasarkan sedikit komentar darinya.
Secara keseluruhan sholawat - sholawat yang dikembangkan warga NU, memang sebatas
kreativitas karena memang tidak didukung dalil.
Untuk urusan jilbab, banyak memang warga NU yang tidak pakai jilbab, saya ambil
contoh kelurga saya yang NU ndeles, juga gak pakai (walau tidak semua), padahal jelas
Jilbab ini jelas syari'at-nya, berbeda dengan sholawatan yang gak jelas syari'ahnya namun
warga NU malah menjalankannya dengan semangat membara.
sae menulis:
Saudaraku gus nur, saya mau tanya gusnur pernah gak salawat kepada nabi begini.
semoga salawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi saw, ... apakah solawat
dalam bahasa indonesia ini dicontohkan? kalo tidak pernah dicontohkan kenapa begitu
banyak aktivis, ustadz atau siapa saja selalu bersolawat seperti itu? kalo solawat yang kita
bikin sendiri aja boleh apalagi solawat yang dibikinkan ulama.
faisol menulis:
saudara2ku, marilah kita cari kebenaran, bukan sekadar pembenaran pendapat pribadi...
mari kita bersantun ria dalam melaksanakannya...
u/ gus nur dan yg anti shalawat karangan ulama, sah2 saja kalau sampean punya pendapat
sendiri... tp sah juga bila ada yg berpendapat lain...
siapa sih yg ingin menyalahi Rasulullah asw.? siapa sih yg tidak ingin bersama
Rasulullah saw. di surga nanti...?
menurut saya, dlm kehidupan ini sebenarnya kita semua telah melakukan BID'AH,
contoh :
1. di mushaf (rasm) utsmani, tulisan Al-Qur'an tidak ada tanda titik & harakat... Sekarang
SEMUA MELAKUKAN BID'AH dg menambah2i sendiri TANPA ADA PERINTAH
DARI RASULULLAH SAW... Apakah ajaran Rasulullah tidak sempurna shg kita
melakukan yg tidak pernah beliau perintahkan...?
kiranya cukup 2 itu saja... mohon dimaafkan kurangnya ilmu saya... semoga Allah
meyatukan dan melembutkan hati seluruh umat Islam, amin...
Gus Nur menulis:
Sumber lafadz do'a bisa dibagi dalam 2 hal, pertama lafadz (redaksional)-nya dari kita
sendiri, dan lafadznya telah diberikan contoh oleh Allah (dalam Al Qur'an) dan Nabi
(dalam Al Hadits). Saya lebih yakin bahwa do'a yang sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasul-Nya memiliki nilai lebih daripada do'a yang kita buat sendiri.
Do'a yang sudah diberikan contoh oleh Nabi banyak sekali, bahkan do'a untuk-ma'af-
berhubungan suami istri-pun ada dicontohkan oleh Nabi.
Demikian juga sholawat. Nabi telah memberi contoh bacaan sholawat yang sempurna,
yaitu dengan membaca:
"Allahumma shalli 'ala Muhammad" (baca fatsal: Hadiah Fatihah pada rubrik Ubudiyyah
di situs ini juga. Disana ada penjelasannya, dan bahkan dijadikan salah satu dalil dalam
"menghadiahkan pahala/fatihah").
Ketika sekarang bacaan sholawat ini menjadi berkembang dan bermacam-macam
lafadznya seolah menjadi bagian dari ketetapan sunnah Nabi.
Cobalah tanyakan dengan para pengamal bacaan sholawat yang beraneka ragam itu:
Bagaimanakah bacaan sholawat Nabi itu? Saya yakin mereka akan lebih familiar dengan
bacaan sholawat yang bermacam-macam itu daripada sholawat yang telah dicontohkan
oleh Nabi (bahkan ada yang merasa asing dengan sholawat itu, karena tidak ada imbuhan
"sayyidina"). Saya punya pengalaman cukup banyak dalam hal ini dengan keluarga yang
sebagian besar mereka mengaku pengikut Nahdliyin.
Yang lebih parah lagi, ada yang menganggap bahwa bacaan sholawat "Allahumma
Shalli..." tadi dikategorikan sholawatnya orang-orang Muhammadiyah, kalau NU
sholawatnya Nariyah. Ini jelas sungguh kelewatan dan pembodohan yang luar biasa.
Semoga kejadian yang memprihatinkan seperti ini hanya terjadi di kampung saya saja.
Tentu kalau seperti ini, yang salah adalah kita-kita ini, yang tidak pernah atau jarang
memberikan pencerahan ke-sunnah-an, tapi justru banyak menyebarkan hasil ke-
kreatifitas-an itu tadi.
Marilah dalam ber-Islam kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, itu yang akan
membawa kita pada jalan keselamatan, pasti.
Wallahu a'lam.
Ghanib_64 menulis:
Memang ilmu Islam saya masih dangkal untuk itu saya sering membuka situs2 tentang
Islam dan membandingkannya sesuai dgn hadist nabi tapi setelah saya pelajari dengan
nalar pikiran normal ternyata banyak hadist nabi yg diselewengkan maknanya oleh ulama
NU hanya dgn tujuan satu agar kekultusan ulama NU tidak luntur dikalangan umat NU
apakah hal seperti ini yang diajarkan oleh Islam sbg contoh sederhana dlm hal tahlilan
kenapa harus yg memimpin bacaan nya harus seorg. guru/uluma setempat padahal yg
mengadakan hajatan adalah org. yg sedang mendapat musibah kematian sedangkan
menurut hadist nabi yg afdol yg mengirim do'a itu adalah yg berhubungan langsung dgn
simayit & diantara keluarga si mayitpun ada yg mahir bacaannya tapiiiiii kenapa harus si
ulama jg yg memimpin kalo boleh dibilang mengharapkan amplop & besek yg lebih
banyak serta bayangan andaikata dalam satu kampung ada 3 kematian berapa ulama itu
dapat ampop dan besek, ini realita bung jangan balik dgn jawaban "sebenarnya tidak
seperti itu" kalo itu jawabannya itu hanyalah tidak lebih dari bela diri saja.
wassalam.
Luqman harun menulis:
Perbedaan pendapat dikalangan para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
adalah rahmat karena itulah yang dikatakan sebagai ijtihat mereka para sahabat rodiallahu
ta'ala anhum,namun perbedaan pendapat dikalangan umat dari kaum muslimin adalah
musibah bagi islam,ingatlah....Allah subhanahu ta'ala telah menyempurnakan agama
islam ini ketika diturunkannya Alquran surah Al-Maidah ayat 3 dan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam pun telah memberikan tauladan yang baik bagi umat ini
dalam menjalankan perilaku kehidupan sejak bangun tidur hingga kembali tidur
lagi,semua perilaku itu haruslah dilandasi dengan ilmu yang telah beliau ajarkan melalui
para sahabat yang kesemuanya dapat kita temui dalam hadist2 shohih para ulama
terdahulu,Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didalam salah satu hadist beliau
bersabda "apabila Allah ta'ala menginginkan kebaikan bagi seseorang maka akan Allah
mudahkan baginya memahami agamanya", cukuplah kutipan hadist tersebut menjadi dalil
bagi kita untuk saling introspeksi diri apakah kita sudah termasuk orang2 yang akan
mendapatkan kebaikan dari Allah subhanahu wata'ala? seberapa besarkah usaha kita
dalam mengkaji dan mempelajari islam? seberapa sering kita menghadiri majelis ilmu
yang membahas kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? perlu kita
tanamkan pada diri kita keyakinan bahwa jika ada hal ataupun penafsiran dari Al-quran
dan hadist yang "menurut kita" bertentangan satu sama lain dimana ini tidaklah benar
adanya, yang ada hanyalah ketidak tahuan kita dalam menafsirkan makna yang
terkandung dalam Alquran dan hadist tersebut. Cukuplah ini memicu kita untuk berusaha
keras dan bersungguh sungguh belajar dan mengkaji islam dari sumbernya yang jernih
yaitu Alquran dan sunnah nabi shallallahu alaihi wasallam. "Thollabul ilmiy faridhotun
'ala kulli muslim" menuntut ilmu (agama) adalah KEWAJIBAN bagi setiap muslim,
artinya....berdosalah kita jika dalam hidup tidak mau bersungguh-sungguh dalam
mempelajari agama islam. Wallahu ta'ala a'lamu bishowab
Gin Gin Ginawan menulis:
Untuk Saudaraku Gus Nur,
Tentu bahwa do'a yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya memiliki nilai lebih
daripada do'a yang kita buat sendiri. Doa yang buat kita sendiri juga bagus karena
mencerminkan lemahnya kita dihadapan Allah sehingga kita bergantung kepada Allah.
Bacaan sholawat ini berkembang dan bermacam-macam lafadznya bukan menjadi bagian
dari ketetapan sunnah Nabi tapi sebagai doa untuk Nabi dari kita sebagai umatnya karena
doa itu senjata orang yang beriman.
Saya tidak setuju dengan tuduhan anda kepada para pengamal sholawat yang tidak tahu
akan sholawat yang anda maksud karena orang Nu itu suka sholat. Di dalam sholat itu
sendiri dalam tahiyat terdapat sholawat Ibrohimiyyah. Di mana kalau tidak dibaca maka
sholat tidak sah. Di dalam sholat hanya dibaca sholawat Ibrohimiyyah tidak sholawat
Nariyyah, sholawat munjiyat atau sholawat Fatih. Dari sini dapat dilihat bahwa sholawat
Ibrohimiyyah lebih Utama. Bagaimana menurut anda Saudaraku ?
Wallahu a'lam. Semoga anda mendapat rahmat Allah.
faisol menulis:
saudaraku gus nur yg baik,
senang sekali mempunyai saudara yg begitu perhatian spt sampean... sebagai WARGA
NU, saya juga sedih apabila ada saudara2 saya seorganisasi yg masih membedakan
shalawat, padahal itu semua u/ kebaikan...
ITU KEWAJIBAN SAYA u/ memberi tahu saudara2 saya agar tetap menjunjung tinggi
shalawat kpd Nabi Muhammad saw.
saudaraku ghanib yg kritis,
senang sekali punya saudara yg kritis spt sampean... kalau sampean menemukan BUKTI
ada ulama memimpin tahlil minta amplop --> sebagai WARGA NU, saya setuju sekali
kalau KITA DEMO SAJA ULAMAT TSB!!!
Almaghfurlah KH. Achmad Shiddiq menuturkan bhw ulama itu harus 'ALIM, 'ABID &
'ARIF... Kalau benar ada ulama memimpin tahlil, maka TDK PANTAS DISEBUT
ULAMA...
Marilah kita MEMPERLUAS WAWASAN dgn belajar dari berbagai sudut pandang...
Kalaupun toh kita hanya belajar tafsir Ibnu Katsir, sebaiknya jangan hanya dari satu
ustadz, tetapi banyak ustadz, biar luas wawasannya...
bagaimana pun, senang sekali punya saudara2 yg begitu perhatian spt sampean2...
semoga Allah membalas niat baik sampean semua dg ganjaran berlipat ganda, amin...
semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua ummat Islam... semoga Allah
menjaga dan menata hati kita u/ tetap tawadhu' dan semata mencari ridha-Nya, amin...
Gus Nur menulis:
Untuk Faisol,
Pertanyaan anda bagus sekali, tapi mungkin bisa diganti dengan pertanyaan yang lebih
sederhana: mengapa di masjid-masjid sekarang kalau adzan menggunakan pengeras
suara? bukankah pada zaman Nabi tidak ada pengeras suara? apakah itu bid'ah?
2. Musthalah hadits adalah bagian dari luasnya ilmu dalam Islam untuk mempelajari
keotentikan dan kevaliditasan hadits. Mempelajari ilmu ini tentu saja bukan bid'ah.
Seperti halnya masalah pengeras suara tadi, itu hanya sebagai sarana yang memudahkan
agar lebih banyak orang yang mendengarkan adzan, atau ilmu musthalah hadits untuk
mempelajari hadits. Bila suatu saat listrik padam, adzanpun tetap dikumandangkan tanpa
pengeras suara dengan tidak mengurangi atau melebihi dari fungsi adzan yang
sesungguhnya,demikian juga orang yang-karena keterbatasannya tidak sampai belajar
ilmu musthalah hadits tidak menjadikannya keluar dari Islam. Kecuali kalau pada lafadz
adzan diberikan imbuhan "sayyidina" misalnya sebelum lafadz Muhammad pada waktu
syahadat pada adzan, tentu masalahnya menjadi lain lagi.
Saking lengkap dan "sempurna"-nya sholawat nariyah ini, bahkan sudah mendekati dan
masuk dalam ranah syirik.
masalah yang mimpin doa kok kyai selama orang malah menginginkannya knapa????
toh justru yg punya hajatan pengen yang mimpin kyai..tu kenyataan di tempat q..
sungguh sebuah tuduhan yang keji mengatakan para kyai NU mimpin doa hanya tuk
sebuah amplop...pa ente gak liat, berapa banyak kyai NU yang bikin pesantren di
Indonesia yang justru tanpa minta bantuan pemerintah alias swadaya sendiri..
bahkan buat mengaji ke kyai aja banyak yang cuma suruh infaq sekedarnya..perlu mas
ketahui, aku aja di pesantren tempat q mengaji, dulu q ngaji 2 tahun gak pernah bayar..q
cuma beli kitab aja buat ngeluarin duit..tapi mbah yai rela mengajari ngaji ba`da subuh
dan isya`....
faisol menulis:
saudaraku LUQMAN HARUN yg baik,
mengapa hanya ijtihad para sahabat yg diakui? apakah ijtihad 4 imam madzhab TIDAK
DIAKUI...? padahal beliau2 adalah generasi salaf (sd 300H)... Bukankah pendapat 4
imam madzhab bisa berbeda?
Apakah beliau2 MEMBUAT MUSIBAH BAGI ISLAM...? Sedalam apa ilmu kita koq
berani-beraninya menghukumi spt itu...?
Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyah & Imam Ibnul Qayyim (abad 6H) pernah berbeda
pendapat dg 4 imam madzhab dalam hal kewajiban qadha shalat bagi orang yg
meninggalkan dg sengaja lalu taubat...
menurut 4 imam madzhab wajib qadha, menurut beliau berdua tidak ada qadha bagi
shalat yg ditinggalkan dg sengaja (ada di buku Tuntunan Taubat Kepada Allah oleh Dr.
Yusuf Qardhawi)...
Apakah Ijtihad generasi khalaf spt beliau berdua-yg berbeda dgn generasi salaf (4 imam
madzhab)- DIANGGAP MUSIBAH & WAJIB DITINGGALKAN...?
Marilah kita menuntut ilmu seluas-luasnya shg luas pula wawasan kita...
semoga Allah senantiasa menjaga & menata hati kita shg tetap dalam
tawadhu' & semata mengharap ridha-Nya... semoga Allah menyatukan &
melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Mix menulis:
ya...saya ini orang awam..maaf klo salah...saya hanya mengatakan bahwa kita bersalawat
dengan berbagai macam bacaan.... ya...doalah kepada Allah untuk Nabi dengan berbagai
versi dan bacaan...ya..kayak doa dengan bahasa selain arab..apakah bid'ah itu..mohon
jawabannya?..ahlul bid'ah (orang yang menganggap dikit-dikit, Bi'ah....kayak kaga ada lg
selain ucapan bid'ah) mohon maaaf ya....
faisol menulis:
saudara2ku yg tdk suka shalawat karya ulama,
3. RISALAH JUM'AT
Oleh: Dept. Ilmiah Darul Wathan
hal 2 of 30:
wash-shalaatu was-salaamu 'alaa khathiibil anbiyaa-i wal-
mursaliin
Mgkn sampean akan berkata, "Itu bukan bacaan shalawat, tp perintah (al-amru) u/
membaca shalawat..."
Di buku/kitab Ushul Fiqh, bentuk perintah (al-amru) ada 4 (empat)-> kalimat2 di atas tdk
termasuk... JD, KALIMAT2 DI ATAS ADALAH SHALAWAT KARYA ULAMA
(Mendoakan Nabi), BUKAN PERINTAH U/ MEMBACA SHALAWAT...
Gusmat menulis:
Buat si Nur /gusNur entah kok namanya pakai gus segala sih, kalo aku sih asli jabang
bayi memang Gusmat. Mencintai Rosulullah SAW secara berlebih lebihan itu sah sah
saja dan itu malah Wajib, selagi tidak menuhankan /meyakini walau sedikit sifat
Uluhiyah terhadap beliau .Sebagaimana yg dilakukan oleegala cita-cita tercapai,
dengannya pula segala kebutuhan terpenuhi, dan dengan wajahnya yang mulia awan
berubah menjadi hujan". kata kata ini kan cuma kiyasan / Majaz. h orang orang Nasroni
terhadap Nabi Isa AS. Mengutip tulisan Si Nur tadi :......yang dengannya (Nabi
Muhammad) segala ikatan menjadi lepas (segala kesulitan akan terselesaikan, bukan
dengan Allah!, tapi karena Rasulullah!), segala kesedihan akan lenyap karenanya (bukan
karena pertolongan Allah juga!), dan dengannya sseperti dalam kehidupan sehari hari
,minum obat biar sembuh ,apa obat bisa menyembuhkan?!!!.
[1 of 2] 1, 2 >| Nama
Email
Website
Judul komentar
Komentar
Kode
Masukkan kode huruf di atas pada isian di bawah ini
kembali ke atas
» REKOMENDASI
Lokakarya Nasional Pengembangan Rumah Sakit NU dalam Era Globalisasi
(13/03/2010)
» Rekomendasi Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia (25/12/2009)
Arsip