Anda di halaman 1dari 4

HEMORAGIK ANEMIA AKUT

Hemoragik anemia akut merupakan anemia yang berkaitan dengan


kehilangan darah akut. Hal ini memainkan peran utama dalam mengurangi
volume total darah terutama di bagian plasma. Berkurangnya sirkulasi sel
darah merah menyebabkan hipoksia akut yang mencetuskan sesak nafas,
perubahan denyut jantung. Selama pendarahan sedang berlangsung,
hormone katekolamin adrenal akan dilepas dalam pembuluh darah perifer
yang akan merangsang vasokonstriksi arteri dan vena serta kontraksi
miokard.
Manifestasi klinis pada pendarahan akut kurang dari 20% bisa saja
tanpa diikuti oleh tanda dan gejala yang menunjukan seseorang itu anemia
atau kolaps kardiovaskular. Perubahan hemodinamik terjadi sebagai
kompensasi seperti turgor kulit, hidrasi selaput lendir, denyut nadi yang kuat,
denyut jantung dan tekanan darah dan orthostatic berubah misalnya dari
posisi terlentang ke duduk atau ke posisi berdiri. Vasokonstriksi arterial
membagi secara selektif aliran darah untuk prioritas (otak dan jantung)
dengan mengurangi aliran ke kulit, ginjal, hati, usus.
Namun, tubuh juga mempunyai batas dalam mengkompensasi hal
tersebut jika pendarahan terus berlanjut maka dapat jatuh kedalam keadaan
syok.
Tahap kompensensi berikutnya adalah pergeseran cairan dari jaringan
diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah
tetap terisi. Akibatnya darah menjadi lebih encer dan persentase sel darah
merah berkurang. Proses ini dimulai 1-2 jam setelah perdarahan, dengan
kecepatan 90-20 ml/jam dan akan selesai dalam 12-72 jam.
Berat ringannya gejala ditentukan oleh kecepatan hilangnya darah dari
tubuh. ntuk memperkirakan berapa jumlah darah yang hilang maka dapat
digunakan tabel berikut :

Diagnosa anemia pasca hemoragik akut dengan laboratorium


sangatlah sulit, sebab tersembunyi oleh karena itu penegakan berdasarkan
tanda-tanda klinis didukung oleh hasil tes laboratorium, bukan dengan data
laboratorium semata.

PENATALAKSANAAN
Management pertama pada pasien hemorragik akut adalah
mempertahankan volume dalam darah agar tetap adekuat dan mencegah
terjadinya shock. Ini dapat dicapai dengan pemberian cairan intravena dapat
berupa cairan kristaloid, colloid, albumin, bahkan transfusi darah.
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed
cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia
aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian
transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat
tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB
atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2

sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO
dan Rh yang diketahui.

Pemberian PRBC perlu diikuti dengan kristaloid atau koloid. Tidak


semua kristaloid dapat digunakan. Ringer laktat, misalnya, mengandung
kalsium sehingga dapat mengakibatkan pembekuan darah (clotting). Cairan
kristaloid dengan osmolaritas rendah juga tidak dihindari karena sel darah
merah
akan
membengkak
lalu
mengalami
lisis.
Cairan
yang
direkomendasikan adalah dekstrosa 5% dalam salin 0,4%, dekstrosa 5%
dalam salin 0,9%, salin 0,9%
Itulah sebabnya segera setelah episode kehilangan darah akut
kecelakaan motor diambil sebagai contoh, kadar hemoglobin di dalam darah
akan normal, dan seluruh nilai laboratorium sel darah merah itu normal
termasuk kedalamnya hemoglobin, RDW, RBC, MCH dan juga MCHC normal.
Dikarenakan darah yang diambil untuk diuji di laboratorium mempunyai
jumlah sel darah merah per unit volume yang sama banyaknya dengan
sebelum kehilangan darah. Setelah resusitasi cairan maka beberapa jam
kemudian, darah akan bercampur dengan cairan resusitasi sehingga terjadi
hemodilusi. Dan jika kadar hemoglobin diukur pada detik ini akan mengalami
penurunan diakibatkan oleh total volume darah sudah bertambah
Satuan kadar Hb, yaitu satuan massa (gram) per volume darah (dL).
Dari satuan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kadar Hb tidak hanya
dipengaruhi massa Hb, tapi juga oleh volume darah! Keterkaitan antara
faktor massa Hb dan volume darah menimbulkan beberapa keterbatasan
dalam melakukan penilaian anemia. Keterbatasan tersebut dapat dirangkum
menjadi 3, yaitu:
Hb terukur menurun, pada keadaan volume plasma relatif meningkat
dibandingkan eritrosit. Pada kondisi-kondisi di bawah ini kadar Hb rendah
belum tentu anemia. Karena dari satuan kadar Hb yang g/dL, Hb terukur
menurun akibat volume plasma yang meningkat. Massa Hb yang fungsional
membawa oksigen sebenarnya mungkin tetap. Contohnya: kehamilan, gagal
jantung kongestif, splenomegali, penyakit ginjal kronik, atau posisi berbaring
saat pengambilan darah.
Hb terukur meningkat, pada keadaan volume plasma relatif menurun
dibandingkan eritrosit. Keadaan di bawah ini menyebabkan Hb tampak

seolah-olah lebih tinggi sehingga menyamarkan anemia. Contohnya:


dehidrasi, ketoasidosis diabetik, diabetes insipidus, dan luka bakar.
Hb terukur relatif tidak berubah, pada penurunan volume dan massa
eritrosit yang terjadi bersamaan. Pada kondisi ini Hb tidak mengalami
perubahan seperti yang diperkirakan. Contohnya: perdarahan akut dan
penyakit kronik. Pada perdarahan akut yang tidak mendapat infus cairan,
penurunan kadar Hb baru akan tampak setelah lebih dari 6 jam atau bahkan
hingga 72 jam.

Anda mungkin juga menyukai