Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain

Akuarium Laut Indonesia di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur


Rufaidah

Drs. Budi Isdianto, M.Sn

Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email: fidasyarief@gmail.com

Kata Kunci : keanekaragaman biota laut, ocenarium publik, rekreasi, edukasi, apresiasi
Abstrak
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar peringkat 3 didunia. Dengan luas lautan sebesar 63% dari luas
keseluruhan tidak heran jika Indonesia memiliki banyak titik dengan potensi bahari yang tersebar di sepanjang pesisir pulau.
Sayangnya, masyarakat Indonesia sendiri belum mengetahui dan mengapresiasi keanekaragaman ini dengan benar, khususnya
keanekaragaman laut. Penggunaan pukat harimau unutk menangkap ikan masih lazim dilakukan oleh para nelayan dibeberapa daerah
dan isu terbaru yang muncul belakangan ini adalah perlakuan tidak etis terhadap hiu paus yang terdampar di Bantul. Akuarium laut
merupakan salah satu sarana edukasi berbasis rekreasi tentang kehidupan biota laut, yang sayangnya hanya ada satu akuarium laut di
Indonesia yang dibuka untuk umum. Hal ini dirasa belum mampu menjangkau masyarakat Indonesia yang tersebar, oleh karena itu
dibutuhkan fasilitas serupa. Akuarium Laut Indonesia merupakan akuarium laut publik yang mengangkat keanekaragaman hayati laut
perairan nasional yang diletakkan dibeberapa titik tersebar. Untuk proyek tugas akhir ini difokuskan pada Akuarium Laut Indonesia
di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Abstract
Indonesia is a country with biggest biodiversity with the 3rd rank in the worldwide ranks. With 63% ocean of its total area, its not a surprise
if Indonesia has many potential maritime site scattered along the coast of the island. Unfortunately, people in Indonesia hasnt appreciate
this diversity appropriately, especially marine biodiversity. The use of trawling fishing is still often done by fisherman in some areas, and the
recent issue about unethical treatment to the stranded whale sharks in Bantul shows how low appreciation of this marine life activity. The
highest need of ocean education medium with recreation basis lead to a chance to build Akuarium Laut Indonesia focusing on few important
Indonesian maritime spot, however, in this final task project, the making of this similar facility focused only in Labuan Bajo, Nusa Tenggara
Timur area, for its marine life richest diversity among other sites in Indonesia which important to be known by people in Indonesia.

Pendahuluan
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi membuat masyarakat Indonesia, khususnya generasi penerus, melupakan
warisan perairan laut Indonesia yang berlimpah. Cenderung masyarakat asing yang lebih menghargai dan mencintai
kekayaan alam laut Indonesia, baik sebagai tempat rekreasi dan spot diving maupun sebagai tempat penelitian. Pada
tahun 2012 jumlah rata-rata masyarakat Indonesia yang berkunjung ke akuarium SeaWorld sekitar 2000 orang,
sedangkan rata-rata masyarakat yang pergi ke pusat perbelanjaan bisa mencapai 120.000 orang setiap harinya (Rakyat
Merdeka, 2012:01). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mengetahui dan menghargai
apa yang tersimpan di dalam perairan Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sarana yang bisa mengedukasi
sekaligus sebagai tempat rekreasi dalam bentuk akuarium.
Keberadaan akuarium merupakan salah satu cara untuk memberikan pengetahuan dan gambaran akan kehidupan di
bawah laut bagi siapa saja tanpa harus menyelam. Akuarium juga menjadi fasilitas yang dapat menghidupkan kembali
rasa kepemilikan dan kecintaan terhadap laut Indonesia beserta isinya. Mengingat kekayaan alam laut Indonesia yang
melimpah pengadaan fasilitas akuarium laut di Indonesia dirasa masih kurang karena hanya terdapat di satu titik, yaitu
SeaWorld Indonesia. Namun, SeaWorld Indonesia belum dapat merepresentasikan apa yang ada di dalam laut Indonesia
karena hanya menggambarkan kekayaan alam laut secara umum. Padahal, Indonesia memiliki setidaknya tiga puluh
titik daerah (Indonesia Dive Directory, 2012) yang potensial, salah satunya adalah Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Labuan Bajo merupakan salah satu tujuan wisata di ujung barat laut Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Jumlah turis
yang datang ke Labuan Bajo mencapai 16.768 orang (Tempo, 2012). Hal ini dikarenakan keindahan alam, khususnya
laut di Labuan Bajo yang merupakan pertemuan arus panas dan arus dingin. Labuan Bajo memiliki letak yang strategis,
selain sebagai gerbang menuju Pulau Komodo, Labuan Bajo juga dekat dengan Pulau Alor yang disebut sebagai tempat
wisata laut nomor dua setelah Karibia. Melihat banyaknya potensi alam dan animo masyarakat, maka Labuan Bajo
dipilih sebagai titik yang representatif untuk perencanaan akuarium ini.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1

Akuarium Laut Indonesia di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Gambar 1. Peta Nusa Tenggara Timur

Tinjauan Pustaka
Dalam perancangan fasilitas ini dibutuhkan referensi yang berguna sebagai acuan desain agar perancangan sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan dapat berfungsi secara maksimal. Namun, ketersediaan pustaka yang membahas
fasilitas akuarium terbatas sehingga digunakan pustaka yang membahas museum sebagai acuan perancangan.
Kunjungan ke akuarium meningkatkan rasa kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan laut disebutkan dalam
buku Why Zoos and Aquariums Matter: Assesing the Impact of a Visit to a Zoo or Aquariums oleh Aquariums and Zoo
Association pada tahun 2007.
Jenis-jenis, bentuk, dan warna ikan yang terdapat di perairan Indonesia khususnya Nusa Tenggara Timur didapat dari
buku Marine Fishes of South-East Asia oleh Gerry Allen pada tahun 2000.

Analisis
Tujuan dari akuarium laut ini adalah memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui dan mengapresiasi keanekaragaman
biota laut yang terdapat di perairan Indonesia, oleh karena itu untuk membuat akuarium laut ini menarik bagi
pengunjung semua kalangan usia, maka akuarium air laut ini perlu memiliki sesuatu yang mudah diingat dan membekas
bagi setiap pengunjung. Secara garis besar tema perancangan Akuarium Laut Indonesia, Labuan Bajo Nusa Tenggara
Timur ini diambil dari karakter air dan ikan yang identik dengan akuarium, yang disimpulkan dengan sesuatu yang
berkesinambungan, repetitif dan organis.
Berkesinambungan pada konteks ini diaplikasikan pada sirkulasi pengunjung satu arah dan klasifikasi benda pamer,
sehingga pengunjung menyerap informasi yang disampaikan secara berurutan. Repetitif dan organis pada tema
perancangan akan diaplikasikan pada bentuk-bentuk yang ada dalam akuarium laut ini, baik sebagai ornament maupun
furnitur.
Berdasarkan fungsi dari fasilitas akuarium laut ini, maka konsep desain yang dipilih untuk akuarium laut ini adalah
modern dan laut. Konsep modern ini dipakai untuk menyesuaikan dengan konsep arsitektural gedung dan juga untuk
menonjolkan benda pamer agar pengunjung dapat menyerap informasi yang ingin disampaikan secara efektif, sehingga
desain dibuat simpel dan bersifat kegunaan. Sedangkan konsep laut dipakai untuk menyiasati kontur di Labuan Bajo
yang tidak rata dan menterjemahkan keadaan laut, pengunjung akuarium laut ini dibuat seolah-olah sedang menyelam
ke dalama laut dengan membuat ketinggian lantai yang makin lama semakin dalam dan juga didukung dari pengaturan
suhu yang semakin dingin dan pencahayaan yang semakin gelap.
2 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Rufaidah

Dari kedua hal di atas, maka tema dalam perancangan ini ialah menyelami Labuan Bajo, dengan cara yang interaktif
dan berkesinambungan.

Gambar 2. Citra yang digunakan pada perancangan (Ki-Ka: image modern, image bawah laut)

Untuk konsep bentuk dibagi menjadi dua bagian, yaitu konsep bentuk yang dominan dan konsep bentul sebagai aksen.
Kata kunci untuk bentuk yang dominan adalah modern, dalam konteks ini modern yang dimaksud adalah sesuatu yang
simpel dan lebih bersifat kegunaan, sehingga tidak mengganggu benda pamer dan informasi yang ingin disampaikan.
Bentuk-bentuk modern ini diambil dari bentuk dasar geometris.
Sementara konsep bentuk sebagai aksen mengambil kata kunci laut, dalam konteks ini menggambarkan air yang
bersifat dinamis, repetitif, dan organis dengan sudut-sudut yang tumpul (jarang bersudut).
Warna sebagai salah satu elemen pembentuk interior pada fasilitas perancangan diharapkan dapat membantu
membangun suasana yang ingin dicapai dan dapat menstimulasi pengunjung agar informasi dapat tersampaikan dengan
baik.
Kata kunci sebagai konsep yang dominan adalah modern karena itu digunakan warna netral yang tidak mengganggu
objek pamer. Sedangkan untuk warna aksen yang digunakan dalam akuarium laut ini diambil dari warna-warna ikan
laut yang ada. Secara garis besar warna aksen yang digunakan dibagi menjadi tiga golongan, yakni warna magenta
untuk menunjukkan sesuatu yang membutuhkan perhatian seperti anak tangga dan emergency exit. Warna kuning untuk
menunjukkan fasilitas pelayanan (service) seperti toilet, customer service, maupun bagian ticketing. Yang terakhir
adalah warna hijau yang digunakan pada sebagian furnitur.

Gambar 3. Palet warna netral yang digunakan agar tidak mengganggu benda pamer

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3

Akuarium Laut Indonesia di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Gambar 4. Palet warna yang diambil dari ikan laut di perairan Nusa Tenggara Timur

Gambar 5. Palet warna-warna aksen yang menunjukkan fasilitas

Untuk material kaca akuarium akan digunakan plexiglass dengan ketebalan minimal 15 cm yang disesuaikan dengan
besarnya tekanan air di setiap akuarium, terutama akuarium besar. Penggunaan plexiglass dipilih karena memilik
kelebihan jika dibandingkan dengan kaca maupun akrilik.
Untuk mendukung tujuan fungsi praktis, yakni sirkulasi yang cukup tinggi, maka material yang digunakan harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
Memiliki durabilitas yang tinggi
Tahan terhadap benturan, goresan, dan sirkulasi yang padat
Tidak beracun atau mengeluarkan racun
Perawatan relatif mudah dan murah.
Tidak mudah terbakar.
Pencahayaan general di akuarium laut ini dibuat dengan intensitas pencahayaan rendah untuk mengurangi pantulan
pada kaca akuarium dan juga untuk menonjolkan benda pamer. Untuk mendukung konsep desain yang membuat
pengunjung seolah-olah sedang menyelam, maka pencahayaan akan dibuat semakin redup seiring dengan perbedaan
ketinggian lantai.

4 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Rufaidah

Gambar 6. Contoh interior dengan intensitas cahaya rendah

Biota laut memerlukan sinar matahari untuk melakukan metabolisme di dalam tubuhnya. Karena dalam lingkungan
akuarium tidak mendapat sinar matahari, diperlukan rekayasa agar metabolisme biota laut tersebut tetap berlangsung.
Beberapa lampu yang digunakan antara lain:
1. Lampu fluorescent
Lampu ini mempunyai spektrum sinar yang hampir sama dengan panjang sinar matahari sehingga fotosintesis dapat
tetap berlangsung.
2. Lampu actinic blue
Sinar lampu actinic blue dapat menembus air hingga 400 m. Karena lampu ini menyerupai sinar berwarna biru di alam,
lampu ini akan tidak mengganggu ikan. Jenis lampu ini digunakan bila terdapat biota laut dalam di akuarium tersebut.
3. Lampu merkuri
Lampu merkuri dapat memacu pertumbuhan lumut yang selanjutnya akan dimakan oleh biota laut yang tingkatannya
lebih tinggi pada rantai makanan.
4. Lampu metal halide
Lampu ini berguna untuk mengoptimalkan pertumbuhan karang dan koral.
Untuk memaksimalkan penyerapan informasi yang ingin disampaikan, maka konsep display yang akan diterapkan
dibagi menjadi dua yakni yang bersifat interaktif dan yang sifatnya satu arah. Display interaktif terbagi lagi menjadi
dua, yakni manual dan digital. Display manual misalnya penggunaan display yang bisa diputar, dicoba, dibuka tutup
dan sebagainya. Display digital adalah dengan menggunakan teknologi seperti touch screen, sensor gerak, dan
sebagainya. Display satu arah juga terbagi menjadi dua media yakni digital, seperti penggunaan audio dan video, dan
konvensional, seperti penggunaan foto atau gambar, teks, objek pamer, dan diorama.
Selain itu untuk mendukung konsep berkesinambungan, maka akan diterapkan elemen dekoratif yang menghubungkan
setiap ruang sehingga pengunjung mengikuti alur akuarium laut yang telah ditetapkan.
Pengklasifikasian biota laut pada akuarium ini berdasarkan zoogeografis atau kedalaman habitat biota laut tersebut yang
di bagi menjadi empat akuarium besar dan diberi nama dengan ikan yang paling banyak ditemui di perairan Nusa
Tenggara Timur sesuai dengan kedalamannya, yaitu Akuarium Napoleon Wrasse, Akuarium Manta Ray, Akuarium
Sunfish, dan Akuarium Whale Shark.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5

Akuarium Laut Indonesia di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Sistem utilitas dari akuarium laut ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sistem sterilisasi
Sistem sterilisasi sangat penting karena ekosistem air laut sensitive terhadap benda asing. Apabila tidak diperhatikan,
ekosistem laut dapat terinfeksi oleh bakteri atau jamur. Dua cara yang umum untuk menghilangkan bakteri dalam air,
yaitu:
- Ozonisasi
- Radiasi ultraviolet
2. Sistem aerasi
Proses ini berguna untuk menjaga oksigen di dalam air agar biota laut dapat hidup dengan baik.
3. Sistem pengelolaan suhu
Suhu air di Indonesia tidak sama dengan suhu air di habitat setiap biota laut. Untuk itu diperlukan chiller/heater agar
suhu air akuarium dapat disesuaikan dengan suhu di habitat aslinya.

Solusi Desain
Denah dari Akuarium Laut Indonesia ini dibagi menjadi enam area pamer, yaitu area introduksi, area akuarium
Napolean Wrasse, area akuarium Manta Ray, area kolam sentuh, area akuarium Sunfish, area museum, dan area
akuarium Whale Shark. Selain itu juga terdapat fasilitas penunjang auditorium, restaurant, souvenir shop, ruang
membaca dan perpustakaan, dan meeting area. Seluruh bangunan dari Akurium Laut Indonesia ini menggunakan
sirkulasi linier bercabang yang searah, dengan akses bagi pengunjung dan pengelola yang terpisah.

Gambar 7. Denah umum Akuarium Laut Indonesia, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Pengaplikasian konsep desain dan tema perancangan sebisa mungkin di aplikasikan pada denah arsitektural
dari akuarium laut dengan menyesuaikan dengan keadaan sesungguhnya dilapangan. Konsep bentuk dominan
ialah bentuk-bentuk organis, repetitif, dan berkesinambungan. Pada denah ini, bentuk organis diterapkan pada
pola akuarium yang juga berkesinambungan dan juga pertemuan antara dua tembok yang tidak bersudut.
6 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Rufaidah

Gambar 8. Denah khusus area introduksi

Material lantai yang digunakan ialah linoleum di bagian area pamer, lantai keramik dibagian dalam customer service,
wood plank pada area ruang baca, dengan pertimbangan bahwa material ini tahan lama serta cocok untuk ruang publik
dengan tingkat lalu lintas yang tinggi. Dari segi kesan atau image yang ditimbulkan, penggunaan material-material
tersebut mampu menciptakan kesan modern.
Warna dominan yang digunakan ada denah lobby ini adalah warna netral krem untuk mendapatkan kesan modern.
Untuk penerapan konsep keamanan, khususnya mencegah vandalisme, pada area lobby terdapat tempat penitipan
barang yang diletakan sebelum masuk ke dalam area pamer. Sedangkan untuk penerapan konsep keselamatan
diletakkan railing pada permukaan yang miring.
Pada area pamer diterapkan konsep pencahayaan dengan intensitas rendah dengan penempatan titik lampu yang
menyebar yang jumlahnya semakin lama semakin sedikit. Langit-langit area pamer dibuat drop ceiling untuk
menyiasati tinggi bangunan agar tidak terlalu kosong dengan bentuk dinamis yang diambil dari bentuk ombak untuk
memperkuat kesan di bawah laut. Warna dari drop ceiling ini adalah gradasi dari warna putih ke biru, yang
menunjukkan seolah-olah semakin lama semakin dalam berada dibawah laut. Selain itu untuk memperkuat konsep
dibawah laut, ditempatkan beberapa elemen dekoratif berupa kelompok ikan yang terbuat dari metal, yang seolah-olah
keluar menembus akuarium dan berenang didalam area pamer. Sedangkan untuk area introduksi, elemen dekoratif ikan
diganti dengan burung yang menandakan area masih berada diatas laut.

Gambar 9. Perspektif area pamer

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7

Akuarium Laut Indonesia di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Untuk pengkodisian udara, sesuai dengan konsepnya, yakni pencapaian kenyamanan termal, digunakan penghawaan
buatan yakni air conditioner (AC) central agar pengaturan suhu dan kelembapan sesuai dengan standard mudah
dilakukan. Returned Air Grill (RAG) dan diffuser juga diletakkan dibeberapa titik dengan perbandingan 1:4 agar udara
tetep nyaman.

Gambar 10 dan 11. Perspektif area introduksi

Penutup
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dengan peringkat ketiga terbesar didunia. Dengan
luas negara yang sangat besar tidak heran jika potensi alam Indonesia tersebar diseluruh pulau, bahkan sampai pulau
yang sulit dijangkau sekalipun.
Luas lautan yang sebesar 63% dari luas keseluruhan menyimpan begitu banyak kekayaan alam laut di Indonesia.
Sayangnya, masyarkat Indonesia sendiri masih belum mengetahui dan mengapresiasi dengan baik kekakyaan alam laut
ini.
Akuarium publik, sebagai fasilitas edukasi berbasis rekreasi, adalah salah satu cara untuk menjawab permasalahan
diatas. Saat ini Indonesia sendiri baru memilik satu akuarium laut yang dibuka untuk publik dan terletak di ibukota.
Melihat besarnya daerah yang dimilik Indonesia, satu akuarium dirasa belum dapat menjangkau seluruh masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan fasilitas serupa yang ditempatkan dibeberapa titik dengan potensi kekayaan alam laut yang
besar. Akuarium ini memuat kekayaan alam laut perairan nusantara dengan memasukkan konten local yang mengangkat
daerah tersebut.

Pembimbing
Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Produk FSRD ITB. Pengerjaan
tugas akhir ini disupervisi oleh pembimbing Drs. Budi Isdianto, M.Sn

Daftar Pustaka
Allen, Gerry. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus Edition (HK) Ltd : Singapore
Fraser, John dan Jessica Sickler. 2008. Association of Zoos and Aquariums : USA
8 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Rufaidah

Time-Saver Standards for Building Types, Second Edition; Data Arsitek Jilid 2, Edisi 33.
Tourism, West Flores. 2012. West Flores: Komodo & So Much More.

Website
Association of Zoos and Aquariums. 2009. Assessing Public Awareness, Attitudes, and Actions: America and the
Ocean. (http://www.aza.org, diakses pada 17 September 2012)
Hydrosight. 2012. Public Aquarium Construction. (http://www.hydrosight.com, diakses pada 17 September 2012)
Vancouver Aquarium. 2012. (http://www.vanaqua.org, diakses pada 11 Agustus 2012)
Wilson, Tracy V. How the Georgia Aquarium Works. (http://science.howstuffworks.com, diakses pada 17 September
2012)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 9

Anda mungkin juga menyukai