Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

Penginderaan Jauh Terapan Untuk Sumberdaya Lahan

ACARA II
Tampilan Komposit Citra dan Ekstraksi Nilai Piksel

Oleh
Dodik Prasetyo Prabowo
120722420629

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
JANUARI 2015

I.

TUJUAN

mahasiswa dapat menampilkan komposit citra dari beberapa saluran


pada Landsat 7 ETM+

mahasiswa dapat mengekstraksi nilai piksel beberapa objek pada citra


Landsat 7 ETM+

mahasiswa dapat mengoreksi nilai piksel pada data mentah citra


Landsat 7 ETM+

II.

ALAT dan BAHAN


a. Laptop/PC
b. Software ENVI 4.5
c. Citra LANDSAT 7 ETM+ Band 1 (Blue 450-520 mm), Band 2 (Green
520-600 mm), Band 3 (Red 630-690 mm), Band 4 (NIR 760-900), Band 5
(MIR_1 1550-1750 mm), Band 7 (MIR_2 2080-2350) lokasi Semarang
dan sekitarnya
d. Alat tulis lengkap

III.

DASAR TEORI
Energi Elektromagnetik (EM) yang dipancarkan oleh matahari menjadi
sumber utama dalam penginderaan jauh pasif. Panjang gelombang dalam
penginderaan jauh pasif dibagi menjadi saluran tampak (visible) , inframerah
dekat (Near Infrared-NIR), dan inframerah tengah (Middle Infrared-MIR atau
Shortwave Infrared-SWIR). Panjang gelombang saluran tampak adalah 0,40,7m , inframerah dekat 0,7-1,5m , inframerah tengah 1,3-3m . Ketika
mengenai objek, energi elektromagnetik ini akan mengalami pantulan
(reflected), diteruskan (transmitted) dan diserap (absorbed). Setiap objek akan
memberikan respon spektral yang berbeda kepada setiap EM. Perbedaan
respon ini berkaitan dengan kondisi fisik, kimiawi dan biologis objek seperti
kelembaban, warna, suhu obyek, kepancaran obyek dan musim perekaman.

Besarnya pantulan dari objek bergantung atas jenis objek, panjang gelombang
yang digunakan dan kondisi objek.
Energi elektromagnetik (EM) yang mengenai benda akan mengalami pantulan
oleh kekasaran permukaan benda. Pantulan dibedakan menjadi beberapa jenis
yaitu:
1. Pantulan cermin/sempurna
Terjadi apabila EM mengenai benda rata dan halus seperti air danau, sawah
berair tanpa tanaman. Tenaga radar dipantulkan secara sempurna tetapi
arahnya menjauhi sensor sehingga tidak ada pantulan balik akibatnya objek
tersebut terekan dengan rona gelap.
2. Pantulan sudut
Terjadi apabila EM misalnya mengenai halaman rumah, dipantulkan secara
sempurna ke arah tembok, dipantulkan lagi secara sempurna ke arah sensor
radar. Oleh karena itu perkotaan tampak cerah pada citra karena adanya
pantulan sudut ini.
3. Hamburan
Terjadi apabila EM mengenai objek yang kasar. EM akan dihamburkan
atau dipantulkan ke segala arah. Sebagian pantulan akan memantul kembali
ke sensor radar sehingga yang terbentuk pada citra berona abu-abu.
4. Hamburan pada permukaan halus
Terjadi apabila EM mengenai objek yang tak sehalus air tenang tetapi tidak
bisa dikatakan kasar seperti lapangan rumput yang datar. Terjadi hamburan
dan sebagian kecil pantulan mengenai sensor sehingga terbentuk rona
kelabu gelap pada citra.
5. Hamburan volume
Terjadi apabila EM misalnya pada hutan. EM akan menembus hutan
kemudian dipantulkan kembali ke sensor membentuk rona kelabu pada
citra.

IV.

LANGKAH KERJA
RAW Data Landsat 7
ETM+

Dibuka dengan
ENVI 4.5

Biru

Hijau

Merah

NIR

MIR

(450-520 mm)

(520-600 mm)

(630-690 mm)

(760-790 mm)

(1550-1750
mm)

Nilai piksel objek pada tiap saluran :


Air
Lahan Terbuka
Vegetasi renggang

Grafik nilai piksel obyek rerata untuk tiap


saluran pada data RAW Landsat 7

Vegetasi rapat
Atap bangunan

Grafik nilai piksel obyek rerata untuk tiap


saluran pada data Terkoreksi Landsat 7

MIR 2 (2050LINK
2850 CURSOR
mm)

V.

HASIL PRAKTIKUM

Saluran
objek
Air

Rerata
Lahan
terbuka
Rerata
Vegetasi
Rengang

Blue
(450-520)
196
196
257

183
203
230

Green
(520-600)

189
210
243

131
151
217

230
230
176

211.89
176 243
237 223
189 243

196
142
149

216.33
136 163
183 169
156 156

145
145
190

Red
(630-690)

131
151
204

63
67
97

243
177
177

162.78
171 250
195 276
184 269

204
158
158

215.78
158 151
217 190
158 177

67
71
84

NIF
(760-900)
13
13
13

MIR
(1550-1750)

MIR2
(2080-2350)

17
13
17

9
11
9

13
20
17

71
84
97

13
17
13

9
7
11

7
9
11

238
161
161

77.89
187 250
184 284
191 267

180
146
170

14.33
102 143
163 143
150 163

210
163
182

9.22
111 170
199 184
177 175

208
127
135

213.67
144 135
199 165
139 148

136
163
177

151.11
160 146
146 170
197 174

170
182
199

174.56
191 175
191 199
199 146

17
17
17

13
6
20

15.56
200 110 183
169 224 207
131 193 190
172
127
148

176.75
148 152
152 145
138 141

Rerata
Vegetasi
Rapat

161.11
122 129 102
149 149 203
115 115 189

174.56
118 118 79
158 158 236
105
99 210

155.56
110
88
58
152 152 259
84
80 208

163.22
177 225 153
160 160 174
204 211 177

183.56
137 156
82
132 132 255
125 123 255

147.00
107
89
51
107 107 255
76
62 231

Rerata
Atap
Bangunan

141.44
210 317 282
189 257 203
304 297 216

142.33
236 295 289
151 230 184
282 295 223

132.33
225 284 242
127 195 156
284 284 225

182.33
177 136
81
54
71
68
139 139 146

155.22
184 210
33
35
80
73
203 225 184

120.56
176 255
27
44
89
69
249 255 204

252.78

242.78

224.67

112.33

136.33

152.00

Rerata

Objek pada Peta

Grafik nilai piksel obyek rerata untuk tiap saluran

VI.

PEMBAHASAN

Penginderaan jauh memanfaatkan energi yang diterima sensor dari pantulan


atau pancaran gelombang elektromagnetik dari obyek di muka bumi. Pengenalan
obyek dari sebuah citra satelit memanfaatkan nilai-nilai spektral yang berasal dari
nilai energi yang diterima oleh sensor tersebut, hasil pantulan gelombang
elektomagnetik dengan objek. Sebuah piksel memiliki informasi tentang obyek di
lapangan. Pada Citra Landsat 7, setiap saluran dapat ditampilkan pankromatik setiap
saluran. Citra yang kita lihat merupakan citra hitam putih, tingkat keabuan dari setiap
objek bergantung dari nilai pantulan. Pada objek yang berona gelap, maka objek
tersebut menyerap gelombang elektromagnetik, dan sebaliknya pada objek yang
berona terang, maka objek tersebut memantulkan gelombang eletromagnetik.
Citra pratikum merupakan data mentah dari Landsat 7. Citra ini mempunyai
sistem 8 bit. Rentang nilai pikselnya adalah 0-255, 0 merupakan nilai piksel untuk
objek gelap, sedangkan 255 nilai piksel untuk objek terang. Setelah dilakukan
ekstraksi nilai piksel pada citra praktikum, ditemukan terdapat nilai piksel sebesar
317, yaitu pada saluran biru dan objek adalah atap rumah. Nilai ini melebihi nilai
maksimal pada sistem 8 bit. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan atmosfer yang
ada pada sekitar objek tersebut, yang menyebabkan pantulan gelombanga
eletromagnetik yang diterima sensor menjadi lebih besar daripada seahrusnya.
Setelah dilakukan ekstraksi nilai piksel, data yang diperoleh diterjemahkan ke
dalam grafik. Dari perbandingan grafik nilai piksel data mentah dan grafik acuan
pantulan spektral beberapa objek, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Objek Air
Pantulan spektral air dicirikan oleh grafik yang terus menurun dari spektrum
biru hingga inframerah dekat. Nilai pantulan air pada spektrum inframerah
hampir mendekati nol karena hampir seluruh energi pada spektrum tersebut
terserap oleh air. Nilai pantulan spektral dipengaruhi oleh kedalaman air serta
keberadaan dan tingkat konsentrasi kandungan suspensi material organik dan
anorganik pada air. Pantulan spektral yang diperoleh dari pantulan material
yang terlarut pada air disebut dengan istilah volume reflectance (Mather,
2004). Gelombang elektromagnetik pada spektrum tampak dan inframerah

secara alamiah terserap oleh tubuh air. Grafik pada data mentah dan grafik
acuan tidak mengalami perbedaan dan cenderung sama
b. Lahan Terbuka
Pada grafik data mentah, lahan terbuka mempunyai kecenderungan menurun.
Penurunan terendah terjadi pada saluran inframerah dekat. Hal ini
menandakan bahwa pada panjang gelombang 790-900 mm, tanah cenderung
menyerap gelombang inframerah. pada gelombang inframerah dekat, grafik
laha terbuka menurun, hal ini disebabkan oleh serapan gelombang
eletromagnetik oleh kandungan besi oksida pada tanah, tetapi kembali naik
pada saluran berikutnya.
Secara umum, perbandingan grafik data mentah dan grafik acuan nilai
spectral mempunyai perbedaan, yaitu grafik data mentah yang berasal dari
rata-rata nilai piksel lebih kecil dari grafik acuan. Bukti lain adalah nilai pada
saluran biru objek lahan terbuka ini sama dengan objek air.
c. Vegetasi dengan kerapatan rendah dan Vegetasi dengan kerapatan tinggi
Karakteristik pantulan spektral dari vegetasi dipengaruhi oleh kandungan
pigmen daun, material organik, air dan karakteristik struktural daun seperti
bentuk daun dan luas daun (Huete and Glenn, 2011).
Perubahan Pada grafik data mentah objek vegetasi rendah tidak terlalu
signifikan, Jika dibandingkan, pada \ inframerah tengah, tidak naik secara
signifikan seperti pada grafik acuan. Hal ini dapat disebabkan gangguan
atmosfer yang menyerap gelombang pantulan eletromagnetik setelah kontak
dengan objek. Sedangkan Grafik nilai piksel vegetasi dengan kerapatan tinggi
berkebalikan dengan vegetasi kerepatan rendah. Pada gelomabang inframerah
dekat mempunyai nilai piksel yang paling tinggi, berbalik dengan vegetasi
dengan kerapatan renggang. Secara umum, grafik nilai piksel pada kedua
objek ini masih terlalu rendah dibandingkan dengan grafik objek yang sama
pada grafik nilai spectral citra yang telah terkoreksi.

d. Atap bangunan
Grafik nilai piskel atap bangunan menyerupai grafik lahan terbukam, tetapi
terdapat perbedaan yang mendasari, yaitu pada saluran biru, atap bangunan
lebih tinggi nilai pikselnya, sehingga dapat disimpulkan lebih tinggi pantulan
saluran biru pada objek atap bengunan, tetapi pada saluran infra merah, atap
bangunan lebih menyerap gelombang,sehingga nilai pikselnya lebih kecil.
Karena nilai piksel paling tinggi berada pada saluran biru, maka kenampakan
objek ini pada citra terlihat kebiruan
VII.

KESIMPULAN
Dari beberapa objek yang diambil nilai piksel pada data mentah citra Landsat
7, dan perbandingan dengan grafik citra terkoreksi menandakan bahwa citra
terkoreksi mempunyai nilai piksel yang lebih tinggi dari seharusnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh gangguan atmosfer yang ada sehingga mengganggu

perjalanan

gelombang elektromagnetik dari objek menuju sensor.


VIII.

DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, Projo. 2012. Penginderaan Jauh Digital. Jogjakarta : Penerbit Andi
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/78-pola-spektral
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/81-kurva-pantulanspektral-tanah
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/80-kurva-pantulanspektral-air
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/79-kurva-pantulanvegetasi

Anda mungkin juga menyukai