Anda di halaman 1dari 4

A.

Judul : Analisis Vegetasi Dengan Menggunakan Metode Garis


B. Tujuan :
1. Untuk Memperoleh Keterampilan Dalam Menganalisis Vegetasi Menggunakan
Metode Garis.
2. Untuk Mengetahui Jenis Tanaman Herba Yang Mendominasi Di Suatu Wilayah
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Kehidupan Tanaman Herba
C. Dasar Teori :
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Simorangkir, 2009).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis ekologis
pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila
lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman
(Marsono,1977).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan (Desmawati, 2011).
Dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan
menggunakan metode kuadran. Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak
menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar
atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm
maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling
atau belta (pancang) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling
( anakan/semai ) (Lumowa, 2011).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan

untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering
sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi
berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu
tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu
komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian
analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang
berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Indriyanto, 2006).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan rumus-rumus
berikut ini:

Kerapatan (K) = Jumlah individu /Luas petak ukur


Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan satu jenis/ Kerapatan seluruh jenis x 100%
Frekwensi (F) = Jumlah petak penemuan suatu jenis /Jumlah seluruh petak
Frekwensi relatif (FR) = Frekwensi suatu jenis/ Frekwensi seluruh jenis x 100%
Dominansi (D) = Luas Bidang Dasar suatu jenis/Luas petak ukur
Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenis/ Dominansi seluruh jenis x 100%

Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem,
yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan
pada faktor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara
hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang
komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Rahardjanto, 2001)
D. Alat dan Bahan
Alat :
- Tali Rafia
- Kuadran
- Gunting
- Kertas Label
- Rapitest
Bahan :
-

Kantong Plastik

E. Langkah Kerja
- Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
- Menentukan lokasi yang ingin dianalisis

Meletakkan kuadran di atas lokasi yang ingin di analis vegetasinya


Mengamati jenis spesies yang ada kemudian menentukan Frekuensi, Dominansi, dan

Kerapatan
Melakukan langkah 3 dan 4 sebanyak 3x ulangan
Mengidentifikasi dan Menganalisis jenis spesies
Melakukan pengukuran terhadap faktor abiotik

F. Data Pengamatan
G. Analisis Data
Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan di lokasi yang mempunyai suhu udara
27oC, kelembaban udara 74, suhu tanah 22, ph 7 dan tingkat kesuburan little diketahui bahwa
terdapat 8 spesies tumbuhan herba yang dapat ditemukan dari 3 kali ulangan yang dilakukan
pada lokasi tersebut. Pada ulangan pertama terdapat 6 spesies yaitu Hyptis sp., Cyperus sp.,
Chromolaena sp., Axonopus, Eopomea dan spesies D yang belum dapat kami identifikasi.
Pada ulangan ke dua juga terdapat spesies yang sama kecuali Axonopus. Sedangkan pada
ulangan ketiga ditemukan 5 spesies diantaranya, Cyperus sp., Chromolaena, Eopomes sp.,
Vigna sinensis dan Centrocema. Dari keseluruhan ulangan dapat ditemukan total 8 spesies
yang berbeda.
Adapun dari massing-masing ulangan tersebut dilakukan perhitungan nilai Kr
(Kerapatan relative) ,Fr (Frekuensi relative), Dr (dominasi relative) dengan menggunakan
rumus untuk kr, jumlah k pada satu sepesies dibagi dengan jumlak k keseluruhan spesies
dikali 100 %, untuk Dr dapat dihitung dengan menggunakan rumus, seluruh D pada satu
spesies dibagi dengan jumlah D keseluruhan spesies dan dikalikan 100%, lalu untuk Fr di
dapatkan dari hasil penjumlahan F dari satu spesies di bagi dengan jumlah ulangan ( plot) dan
dikali dengan 100%. Kemudian mencari nilai INP ( indeks nilai penting) dengan menjumlah
Kr. Dr. dan Fr dari masing-masing spesies sehingga dapat diketahui jika setiap spesies
mempunyai nilai inp yang berbeda-beda, untuk spesies Hyptis sp. Memiliki nilai inp yaitu
155%, Cyperus sp. yaitu 185%, Chromolaena yaitu 115,6%, Spesies D yaitu 87%, Axonopus
f. yaitu 35,5%, Eopomea sp. yaitu 110,7%, Vigna sinensis yaitu 34,6% dan Centrocema P.
yaitu 38,4%.
Dari semua hasil inp terlihat jika nilai INP pada spesies Cyperus sp. yang mempunyai
nilai INP yang tertinggi dari yang lain sehingga dapat dibuat kesimpulan sementara bahwa
Cyperus sp. merupakan tanaman yang mendominasi di daerah yang mempunyai faktor
abiotik seperti yang disebutkan diatas.

H. Pembahasan
I. Kesimpulan

Daftar Rujukan
Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi, (Online), (http://digilib.its.ac.id) , diakses 13
Febuari 2016.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Marsono, D.1977.Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe vegetasi tropika.Yogyakarta : FKT UGM.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Malang: Umm Press.
Simorangkir, Roland H., Dkk. Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat Orangutan Liar
(Pongo Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi
Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.10-20.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai