untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering
sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi
berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu
tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu
komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian
analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang
berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Indriyanto, 2006).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan rumus-rumus
berikut ini:
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem,
yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan
pada faktor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara
hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang
komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Rahardjanto, 2001)
D. Alat dan Bahan
Alat :
- Tali Rafia
- Kuadran
- Gunting
- Kertas Label
- Rapitest
Bahan :
-
Kantong Plastik
E. Langkah Kerja
- Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
- Menentukan lokasi yang ingin dianalisis
Kerapatan
Melakukan langkah 3 dan 4 sebanyak 3x ulangan
Mengidentifikasi dan Menganalisis jenis spesies
Melakukan pengukuran terhadap faktor abiotik
F. Data Pengamatan
G. Analisis Data
Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan di lokasi yang mempunyai suhu udara
27oC, kelembaban udara 74, suhu tanah 22, ph 7 dan tingkat kesuburan little diketahui bahwa
terdapat 8 spesies tumbuhan herba yang dapat ditemukan dari 3 kali ulangan yang dilakukan
pada lokasi tersebut. Pada ulangan pertama terdapat 6 spesies yaitu Hyptis sp., Cyperus sp.,
Chromolaena sp., Axonopus, Eopomea dan spesies D yang belum dapat kami identifikasi.
Pada ulangan ke dua juga terdapat spesies yang sama kecuali Axonopus. Sedangkan pada
ulangan ketiga ditemukan 5 spesies diantaranya, Cyperus sp., Chromolaena, Eopomes sp.,
Vigna sinensis dan Centrocema. Dari keseluruhan ulangan dapat ditemukan total 8 spesies
yang berbeda.
Adapun dari massing-masing ulangan tersebut dilakukan perhitungan nilai Kr
(Kerapatan relative) ,Fr (Frekuensi relative), Dr (dominasi relative) dengan menggunakan
rumus untuk kr, jumlah k pada satu sepesies dibagi dengan jumlak k keseluruhan spesies
dikali 100 %, untuk Dr dapat dihitung dengan menggunakan rumus, seluruh D pada satu
spesies dibagi dengan jumlah D keseluruhan spesies dan dikalikan 100%, lalu untuk Fr di
dapatkan dari hasil penjumlahan F dari satu spesies di bagi dengan jumlah ulangan ( plot) dan
dikali dengan 100%. Kemudian mencari nilai INP ( indeks nilai penting) dengan menjumlah
Kr. Dr. dan Fr dari masing-masing spesies sehingga dapat diketahui jika setiap spesies
mempunyai nilai inp yang berbeda-beda, untuk spesies Hyptis sp. Memiliki nilai inp yaitu
155%, Cyperus sp. yaitu 185%, Chromolaena yaitu 115,6%, Spesies D yaitu 87%, Axonopus
f. yaitu 35,5%, Eopomea sp. yaitu 110,7%, Vigna sinensis yaitu 34,6% dan Centrocema P.
yaitu 38,4%.
Dari semua hasil inp terlihat jika nilai INP pada spesies Cyperus sp. yang mempunyai
nilai INP yang tertinggi dari yang lain sehingga dapat dibuat kesimpulan sementara bahwa
Cyperus sp. merupakan tanaman yang mendominasi di daerah yang mempunyai faktor
abiotik seperti yang disebutkan diatas.
H. Pembahasan
I. Kesimpulan
Daftar Rujukan
Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi, (Online), (http://digilib.its.ac.id) , diakses 13
Febuari 2016.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Marsono, D.1977.Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe vegetasi tropika.Yogyakarta : FKT UGM.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Malang: Umm Press.
Simorangkir, Roland H., Dkk. Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat Orangutan Liar
(Pongo Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi
Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.10-20.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.