Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis Media Supuratif Kronik
PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing
mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan
terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua
tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah1.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga
tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus
menerus atau hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa
nanah. Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe
benigna dan OMSK tipe maligna2.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene
buruk2.
Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat
purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di
telinga dan vertigo1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi/peradangan
kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening, atau nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. Biasanya
disertai gangguan pendengaran1,2,3.
Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran
timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan
seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam
bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle
ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis
yang ireversibe 1,2,4.
B. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi,
kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi
yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk
anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat,
apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia5.
C. Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA (otitis media akut)
yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab
adalah terapi yang terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2
bulan disebut subakut 3.
Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga
tengah. Kuman penyebab biasanya baakteri Gram positif aerob, sedangkan
pada infeksi yang telah berlangsung lama sering juga terdapat kuman Gram
negative dan anaerob 3.
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs
syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan
humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi
HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga
kronis 1,2. Penyebab OMSK antara lain 1.2,6 :
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi1,6
obstruksi
tuba
eustachius
yang
mengurangi
F. Patologi
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari
pada keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang
ditemukan adalah :
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2.
atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan
keparahan penyakit. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
a. Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya
didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui
liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai
mukopurulen 1,2.
b. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang
kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang
Kongenital
b.
Didapat.
Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi
Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma 1,2,.
H. Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret
bersifat
purulen
atau
mukoid
tergantung
stadium
peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang
tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga
tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret
biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa
secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberculosis 2.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif
berat 10.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis
sinus lateralis 1,2.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi
besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat
komplikasi serebelum 4.
I. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna 4 :
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
J. Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik
sebagai berikut 1,4 :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati
tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas 4.
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
rangkaian
tulang
pendengaran
dibelakang
Proyeksi Schuller
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah
kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur 4.
c.
Proyeksi Stenver
Memberi
gambaran
atik
secara
longitudinal
sehingga
dapat
3. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan
bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp 1,2.
a.
Bakteri spesifik
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi 2,4
memungkinkan
sebaiknya
10
dilakukan
operasi
rekonstruksi
2.
Pemberian antibiotika :
a. topikal antibiotik ( antimikroba)
b. sistemik.
b.
Terramycin.
c.
250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK
aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah
:
a.
11
b.
Neomisin
Kloramfenikol
12
sebaiknya
dilakukan
tersendiri
sebelum
kemudian
dilakukan
mastoidektomi 3.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau
maligna, antara lain 4 :
1.
2.
Mastoidektomi radikal
3.
4.
Miringoplasti
5.
Timpanoplasti
6.
Pendekatan
ganda
timpanoplasti
(Combined
approach
tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki
pendengaran.
13
L. Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang
resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi.
biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu
otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada
OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi 1,2.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom 1,2 :
1. Komplikasi ditelinga tengah :
a) Perforasi persisten membrane timpani
b) Erosi tulang pendengaran
c) Paralisis nervus fasial
2. B. Komplikasi telinga dalam
a) Fistel labirin
b) Labirinitis supuratif
c) Tuli saraf ( sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a) Abses ekstradural
b) Trombosis sinus lateralis
c) Petrositis
4. D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a) Meningitis
b) Abses otak
c)
Hindrosefalus otitis
14
BAB III
PENYAJIAN KASUS
A.
ANAMNESIS
Identitas
Nama
: Tn K
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 59 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pensiunan
15
PEMERIKSAAN FISIK
: baik
Status Lokalis
Telinga
Inspeksi, Palpasi :
Telinga kanan
Telinga kiri
Aurikula
Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-), massa
Preaurikula
(-).
(-).
Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-), massa
Retroaurikula
Palpasi
Otoskopi :
Telinga kanan
Telinga kiri
MAE
(-),
hiperemis
Membran
timpani
(+).
Telinga kanan
Telinga kiri
Positif
Negatif
Lateralisasi ke kiri
Sama dengan pemeriksa
Memanjang
16
(+),
Deviasi tulang hidung (-), bengkak daerah hidung dan sinus paranasal (-)
Krepitasi tulang hidung (-), nyeri tekan hidung dan sinus paranasal (-)
Rinoskopi Anterior :
Rinoskopi anterior
Mukosa hidung
Septum
dislokasi (-).
Edema (+), atrofi (-).
media
Meatus inferior dan Sekret (-), polip (-).
media
Rinoskopi Posterior : tidak dilakukan pemeriksaan
Tenggorokan
Inspeksi, Palpasi :
-
Mukosa
Tonsil
: T1-T1
: (-)
D.
RESUME
Pasien datang ke RS dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri
dirasakan hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Cairan telinga yang keluar
17
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
- jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,
dilarang berenang.
Medikamentosa :
- Mencuci telinga dengan laturan H2O2 3% selama 3-5 hari.
- Eritromisin 250 mg 4x1 tablet/hari sebelum makan.
G.
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanactionam
: bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
18
didiagnosis
menderita
OMSK.
Berdasarkan
anamnesa,
pasien
mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kiri yang hilang timbul, dimana
sekretnya berwarna putih kekuningan dan berbau. Pasien juga mengeluhkan
penurunan pendengaran pada telinga kiri. Penurunan pendengaran pada pasien
OMSK tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran yang
terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat pula terjadi tuli persepsi
yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai
dengan efektif ke fenestra ovalis. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim
pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari hasil pemeriksaan
didapatkan
perforasi
total
pada
membran
timpani.
Dalam
proses
ini
pembentukan
akan
kantong
menekan
dan
kolesteatom.
tulang-tulang
di
Pembentukan
sekitarnya
sehingga
adalah
19
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima.
Jakarta: FKUI, 2001.
2. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
3. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. Kapita
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1997.
5. Dugdale AE. Management of chronic suppurative otitis media. Medical
Medical
Journal
of
Australia.
http://www.mja.com.au/
21
2003.
Available
from
URL: