BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat sesuai dengan laju
pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Dalam menuju
era tinggal landas, semua sektor pembangunan diarahkan untuk mampu
mempersiapkan diri untuk menghadapi era industrialisasi. Berbagai investasi
dalam bidang industri saat ini telah banyak dilakukan oleh pihak swasta baik
melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal
asing (PMA). Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya sudah cukup
banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah Badan
Usaha Milik Pemerintah (BUMN) yang tergabung dalam kelompok industri
strategis dan juga melalui industri petrokimia, industri semen, industri logam dan
industri berat lainnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua kegiatan industri seperti diatas dapat
berjalan apabila tenaga listrik yang tersedia cukup memadai. Untuk mengatasi
kebutuhan tenaga listrik tersebut, pihak pemerintah juga sudah memikirkannya
antara lain melalui pembangunan pembangkit tenaga listrik berskala besar seperti
yang ada di PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Suralaya (Jawa Barat), PLTU
Payton (Jawa Timur) dan PLTU Ujung Jati (Jawa Tengah) yang pada saat ini
sedang dalam tahap pembangunan. Oleh sebab itu ketersediaan energi listrik yang
cukup dan berkualitas merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh PLN
(Perusahaan Listrik Negara). Sistem kelistrikan antar pusat-pusat pembangkit dan
pusat-pusat beban pada umumnya terpisah dalam ratusan bahkan ribuan kilometer.
Hal ini terjadi karena beban (konsumen) terdistribusi disetiap tempat, sementara
lokasi pembangkitan umumnya terletak dipusat-pusat sumber energi (PLTA) dan
di lokasi yang memudahkan transportasi bahan bakar (PLTU), yang biasanya
dibangun di tepi laut.
Karena itu tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui
kawat-kawat saluran transmisi. Saluransaluran transmisi membawa tenaga listrik
dari pusat-pusat pembangkitan ke pusatpusat beban melalui saluran tegangan
tinggi 150 kV atau melalui saluran transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV. Trafo
penurunan akan merendahkan tegangan ini menjadi tegangan subtransmisi 70 kV
yang kemudian di gardu induk diturunkan lagi menjadi tegangan distribusi primer
20 kV. Pada gardu induk distribusi yang tersebar di pusat-pusat beban tegangan
diubah oleh trafo distribusi menjadi tegangan rendah 220/380
penyulang ?
Bagaimana perhitungan panjang penyulang atau saluran ?
Bagaimana pemilihan jenis dan ukuran penghantar ?
Bagaimana sistem pengaman saluran ?
Apa saja bagian bagian penyulang ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh posisi atau letak beban terhadap pemilihan jenis
penyulang.
2. Mengetahui perhitungan panjang penyulang atau saluran.
3. Mengetahui pemilihan jenis dan ukuran penghantar pada sistem
penyulang.
4. Mengetahui sistem pengaman saluran.
5. Mengetahui bagian bagian penyulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Umum
l
A
dengan :
f = Frekuensi
3 Dab Dbc D ca
r
K
K = Konstanta
Induktannya dapat dihitung :
L = l + 0,4605 log10
dengan :
l = Induktansi karena fluks magnet dalam kawat = 0,05 untuk kawat dengan
penampang bulat ( = 1)
3. GMR, GMD
Radius rata-rata geometris (GMR) dari suatu luas ialah limit dari jarak
rata-rata geometris (GMD) antara pasangan elemen dalam suatu luas itu sendiri
bila jumlah elemen itu diperbesar sampai tak terhingga.
a. Teori GUYE
Pada suatu lingkaran dengan radius r terdapat n titik yang jaraknya satu
sama lain sama besar maka GMD antara titik titik adalah :
dengan :
C
= kapasitas
= jari-jari penghantar
5. Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Pada saluran bolak balik besarnya tergantung pada
impedan dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh tegangan
relative dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation), dan dinyatakan oleh
rumus:
dengan :
Vs = Tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = Tegangan pada ujung penerimaan
6. Hilang Daya Dan Daya Guna Transmisi
Hilang daya atau rugi daya utama pada saluran transmisi adalah
hilangdaya resistan pada penghantar. Disamping itu ada hilang daya korona dan
hilang daya karena kebocoran isolator terutama pada saluran tegangan tinggi.
Pada saluran bawah tanah ada hilang daya elektrik dan hilang daya pada saluran
kabel (sheath). Hilang daya resistan untuk saluran tiga fasa tiga kawat untuk
saluran transmisi yang pendek dinyatakan oleh persamaan:
Dengan :
Ego
= 21,1 kV/cm
= mo x m1
mo
mI
= faktor udara, untuk udara baik 1,0 dan untuk hujan 0,8
0,4343 E
D
rLog
r
Eg
0,386 b
273+t
(kV/cm)
Saluran Transmisi
Pusat - pusat listrik tenaga itu umumnya terletak jauh dari tempat - tempat
dimana tenaga listrik itu digunakan atau pusat - pusat beban (load centers), karena
itu tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat - kawat atau
saluran transmisi kemudian dengan pertolongan transformator daya tegangan yang
tadinya rendah yaitu 6 kV sampai 24 kV ditingkatkan ke tegangan yang lebih
tinggi hingga 30 kV sampai 500 kV (bahkan di negara maju sampai
1000 kV).
Ada dua kategori saluran trasmisi yaitu :
1. overhead lines,
overhead lines menyalurkan tenaga listrik melalui kawat - kawat yang
digantung pada menara atau tiang transmisi dengan perantaraan isolator isolator,
2. saluran kabel tanah (underground cable).
Saluran kabel tanah menyalurkan tenaga listrik melalui kabel - kabel yang
ditanam dibawah permukaan tanah.
Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri - sendiri,
dibandingkan saluran udara, saluran bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca
buruk , taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya. Lagipula, saluran bawah
tanah lebih estetis arena tidak mengganggu pemandangan. Karena alasan terakhir.
saluran bawah tanah lebih disukai, terutama untuk daerah yang padat
penduduknya dan di kota - kota besar. Namun biaya pembangunannya jauh lebih
mahal dibandingkan dengan saluran udara, dan perbaikannya jauh lebih susah bila
terjadi gangguan hubung singkat dan lain lain.
2.3 Menara Transmisi atau Tiang Transmisi
Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran
transmisi yang dapat berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan
tiang kayu. Tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan pada saluran saluran dengan tegangan kerja relatif tinggi dan extra tinggi digunakan menara
baja. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu : menara dukung, menara
sudut, menara ujung, menara percabangan dan menara transposisi.
2.3.2 Isolator
Isolator berfungsi untuk mengisolasi sistem tegangan baik antar fasa
dengan tanah (fungsi elektris) serta memikul beban mekanispenghantar yang
diisolasikannya (fungsi mekanis). Oleh karena itu tingkat isolasi dan kekuatan
mekanisnya harus benar - benar diperhatikan sehingga tidak memungkinkan
terjadinya arus bocor listrik pada suatu sistem. Tingkat isolasi ini adalah tingkat
kemampuan memisahkan sistem tegangan sehingga tidak tembus ke sekelilingnya.
Jenis yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas.Menurut penggunaan dan kontruksinya dikenal tiga jenis isolator yaitu,
isolator jenis pasak, isolator jenis pos-saluran, isolator gantung.
Isolator jenis pasak dan isolator jenis possaluran digunakan pada saluran
transmisi dengan kerja relatif rendah (kurang dari 22 - 33 kV), sedang isolator
gantung dapat digandeng menjadi rentengan isolator yang jumlahnya disesuaikan
kebutuhan.
2.3.3 Kawat Penghantar
Jenis - jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran
transmisi adalah : Tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga
konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al
61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang
sebagai berikut :
a. AAC = All - Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari aluminium.
b. AAAC = All Aluminium - Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
c. ACSR = Aluminium Conductor Steel - Reinforced, yaitu kawat
penghantar aluminium ber-inti kawat baja.
d. ACAR = Aluminium Conductor Alloy - Reinforced, yaitu kawat
penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
R = 2. sin( )
n
untuk n = 4 maka R = So /
untuk n = 6 maka R = So
untuk n = 8 maka R = So / (2.sin22,5)
Dimana :
R = Jarak sub bundle conductor ke pusat lingkaran
So = Jarak spasi antar sub bundle conductor
n = Jumlah sub conductor
2.6
Andongan adalah jarak proyeksi yang diukur dari tinggi tower saluran transmisi
terhadap jarak lingkungan penghantar yang terendah. Hal ini terjadi karena
beratnya penghantar yang direntangkan antara dua tiang transmisi. Dengan
diketahuinya jarak andongan, maka akan ditentukan tinggi menara minimum yang
harus dibangun. Dalam perhitungan andongan, faktor yang perlu diperhhungkan
adalah parameter pemuaian penghantar yang disebabkan oleh kenaikan suhu
penghantar karena pemuaian ini akan menyebabkan pertambahan panjang pada
penghantar, sehingga juga akan mengakibatkan bertambah panjangnya nilai
andongan dan nilai sebenarnya. Keadaan kondisi permukaan tanah yang tidak rata
akan menyebabkan tiang Menara mempunyai perbedaan tinggi antara satu dengan
yang lainnya. Pada kondisi seperti ini diperlukan metode perhiturtgan yang
berbeda dari perhitungan andongan yang biasanya, perhitungan andongan
diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan kondisi menara penyangga pada
saluran penghantar, yaitu:
2.7.2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh Letak beban Perencanaan penyulang
Pesatnya pembangunan pada suatu daerah akan sangat menentukan saluran
yang akan dibangun sehingga dibutuhkan data data yang akan digunakan untuk
menganalisa terkait dengan pembangunan penyulang yang meliputi :
a. Perkembangan jumah penduduk dari tahun ke tahun, sesuai dengan hasil
survey
b. Jumah rata rata anggota rumah tangga.
c. Elektrifikasi rasio
d. Kebutuhan beban terpasang per pelanggan
e. Kehilangan energy listrik
f. Factor beban, factor daya, factor kebutuhan.
Bila dicari rata rata untuk pertumbuhan penduduk dengan rumus :
r=
P1
1
P0
Dimana :
r = rata rata pertumbuhan penduduk.
P0 = banyaknya penduduk tahun awal.
P1 = banyaknya penduduk tahun ke n
n = banyaknya tahun.
Sehingga jika suatu daerah memiliki pembangunan yang cukup pesat
dengan permintaan energi yang cukup banyak maka akan dibangun juga
penyulang yang cukup handal.
3.2. Pemilihan Jenis dan Ukuran Penghantar
3.2.1.
Pemilihan Jenis penghantar
Jenis - jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran
transmisi adalah : Tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga
konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al
61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang
sebagai berikut :
a. AAC = All - Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari aluminium.
kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar
ACSR.
berat dari aluminium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar
aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk memperbesar kuat
tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (aluminium alloy).
Untuk saluran - saluran tegangan tinggi, dimana jarak antara dua tiang/menara
jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan
kawat penghantar ACSR.
3.2.2.
S
3 . Vr
Dimana :
I = Arus per fasa (A)
S = Daya yang dikirim (MVA)
Vr = Tegangan sistem (kV)
Setelah didapatkan hasil dari perhitungan perfasa selanjutnya akan
dihitung besar dari arus perkonduktor dengan menggunakan rumus :
Ik = I / np
Dimana :
Ik = Arus perkonduktor (A)
I = Arus perfasa (A)
np = Jumlah konduktor perfasa
Dari hasil perhitungan arus perkonduktor tersebut akan ditentukan jenis
dan ukuran konduktor dengan melihat pada table pemilihan ukuran konduktor.
Kapasitas saluran transmisi Prs dapat dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan
pada titik penerimaan dan panjang saluran. Standar pemilihan tipe serta ukuran
konduktor selalu mempertimbangkan faktor - faktor keamanan, sehingga pada
pemilihannya akan dipilih ukuran diameter konduktor yang lebih besar.
3.3.Sistem Pengaman Saluran
3.3.1
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan
ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja
apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik
yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas
kerjanya. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut
out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di
udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link,
sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu.
Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di
dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sesudah
FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan
memisahkan
jaringan
sebelum
FCO
dengan
jaringan
sesudah
FCO.
Pada LBS ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau system
dari arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi masalah/kerusakan pada VT
sehingga FCO akan segera memutus rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus
hubung singkat pada VT.
3.3.2
Arrester
Arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan system tenaga listrik
terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi
melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan
lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Berhubung dengan fungsinya itu
ia harus dapat menahan tegangan system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan
Gambar 6. Arrester
3.3.3
untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara
elektronis. Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan
melalui control jarak jauh dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga
merupakan sebuah sistem penginterupsi hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam
sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem kabelnya yang full-insulated dan
sistem pemasangan pada tiang pancang yang sederhana yang membuat
proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah.
Sistem pengendalian elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak
pengendali yang terbuat dari baja anti karat sehingga dapat digunakan dalam
berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali (user-friendly) dan tahan segala
kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak jauh juga dapat
ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).
3.3.4
Isolator
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk
menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah
berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat
isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara
penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu
dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan
angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling
bersentuhan.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur
dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna
isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan
gelas.
3.4
3.4.2.
Lengan Tiang / Cross Arm
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu
dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang
pada tiang yang pemasangannya dapat dengan memasang klem-klem, disekrup
dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut
penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih
dahulu untuk membuat lubang-lubang baut
3.4.3.
Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau
Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM
adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir
dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
2.1.3
Transformator
Transormator adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo daya penurun
tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan
tersebut disalurkan ke konsumen. Trafo ini sering disebut Gardu Tiang Trafo
(GTT). Mengingat fungsi dan harga trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan
dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang dilakukan
secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen
GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai
agar pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
Gardu Tiang Trafo(GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo dipasang
pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan
tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution
station hingga sampai pada konsumen pengguna listrik. Tenaga listrik di
transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe saluran
transmisi listrik.
2. Transformator adalah salah komponen elektro yang berkerja untuk menaikan
tegangan serta menurunkan tegangan sehingga dapat digunakan
konsumen.
oleh