Logika
Logika
PENDAHULUAN
2.1
PENGERTIAN LOGIKA
Secara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata sifat)
dan logos (kata benda), yang berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari
pikiran, alasan atau uraian. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal pikiran
manusia dalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan yang benar.
Sebagai ilmu, disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang ini hanya
lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang
prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar
(sahih). Ada yang berpendapat bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang
membahas prinsip-prinsip dan hukum-hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang
menandaskan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan
kecakapan atau keterampilan yang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat,
dan teratur. Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui,
sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat
bahwa logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika
tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang mengatakan
bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan
penalaran yang sahih (valid).
William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference,
more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid
inferencesw(logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk
menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan yang tidak sah).
Hendrik
Rapar, (1996:10)
Logika
adalah
cabang
filsafat yang
penalaran
dan
penyimpulan
demi
pencapaian
kebenaran
yang
dapat
2.2
OBJEK LOGIKA
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi
dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material dari sesuatu adalah hal yang
diselidiki dari sesuatu itu, mencakup yang konkret dan yang abstrak. Objek formal adalah
sudut pandang dari objek itu disorot sebagai pembeda dengan objek lainnya.
Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk
beberapa ilmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek formalnya. Sebagai
contoh: psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki objek material yang sama,
yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena objek formalnya yang berbeda.
3
Objek forma psikologi ialah aktivitas jiwa dan kepribadian manusia secara individual yang
dipelajari lewat tingkah laku, objek formal sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam
kelompok dan antar kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik
ialah keegiatan manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke tujuan
tertentu.
Perlu dicatat di sini bahwa yang pantas menjadi objek material suatu ilmu ialah
suatu lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkret dan dan dapat diamati. Hal
itu perlu ditegaskan karena kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara apa yang diketahui
dengan objek materialnya. Jika objek material itu abstrak dan tidak dapat diamati, tentu
saja apa yang diketahui (pengetahuan) tidak mungkin dapat dicocokkan dengan objeknya.
Dengan demikian, tidak mungkin dapat dicapai kebenaran yang merupakan kesesuaian
pengetahuan dengan objeknya itu.
Surajiyo, dkk. (2009:11) mengatakan lapangan dalam logika adalah asas-asas
yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat
dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati.
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir di sini adalah
kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan
mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika
berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus
dan tepat merupakan objek formal logika.
2.3
jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan manusia,
sedangkan uap dan es adalah air, maka penalaran induktif (logika) yang dilakukan Thales
adalah sebagai berikut:
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejak Thales, sang filsuf pertama itu,
logika telah mulai dikembangkan. Semua filsuf sesudah Thales pun telah berperan serta
dalam pengembangan logika kendatipun istilah logika itu sendiri belum dikenal.
Aristoteles (384 322 SM) yang juga belum menggunakan kata logika, tetapi
menggunakan
untuk
penyelidikan
mengenai
berbagai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar. Sedangkan
dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari
hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles mewariskan kepada
murid-muridnya enam buku yang oleh murid-muridnya dinamai Organon, yang berartialat.
Enam buku itu, ialah (1) Categoriae, menguraikan sesuatu objek dalam jenis-jenis
pengertian umum; (2) De interpretatione, membahas mengenai komposisi keputusan;
(3)Analytica priora, membahas pembuktian; (4) Analytica posteriora, membahas
pembuktian; (5) Topica, berisi cara berargumentasi atau cara berdebat; (6) De sophhisticis
elenchis,
membicarakan
kesesatan
dan
kekeliruan
berpikir.
Rapar
(1996:13)
mengemukakan inti logika Aristoteles ialah silogisme. Dan silogisme itulah yang
sesungguhnya merupakan penemuan murni Aristoteles dan yang terbesar dalam logika.
Perkembangan logika pada pasca Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para muridmuridnya, dan Abad ke 1 sebelum masehi merupakan abad pertama munculnya logika oleh
filsuf Cicero di mana logika masih diartikan sebagai seni berdebad. Pada permulaan abad
ke 3 sesudah masehi oleh Alexander Aphrodisias adalah orang yang pertama kali
menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita
5
Rapar (1996:14) mengemukakan bahwa sampai abad kedua belas atau ketiga
belas, karya-karya tulis di bidang logika yang masih digunakan ialah Categoriae dan De
interpretatione Aristoteles serta Eisagoge Porphyrius Pada abad ke sampai abad
kelimabelas, tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Petrus Hispanus
(1210 1278), roger Bacon (1214 1292), RYMUNDUS Lullus (1232 1315), dan
William Ockham (1285 1349)
Kendatipun logika modern telah dikembangkan, logika Aristoteles diteruskan oleh
Thomas Hobbews (1588 1679) dan John Loek (1632 1704). Francis Bacon (1561
1626) mengembangkan logika induktif, sedangkan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646
1716, George Boole (1815 1864), John Venn (1834 1923), Dan Gottlob Frege (1848
1925) dikenal sebagai para pelopor logika simbolik. Kemudia, filsuf besar Amerika
Serikat, Charles Sanders Peirce (1839 1914) yang pernah mengajar logika di John
Hopking University, melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak.
Ia menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs) dan
melahirkan dalil yang disebut dalil Peirce (Peirces law) Logika simbolik simbolik
mencapai puncaknya lewat karya bersama Alfred North Whitehead (1861 1947) dan
Bertrand Arthur William Dussel (1872-1970) berjudul Principia Mathematica, berjumlah
tiga jilid dan ditulis pada tahun 1910 1913. Logika simbolik diteruskan oleh Ludwing
Wittgenstein 911889 1951), Ruddolf Carnap (1891 1970), Kurt Godel (1906 1978,
dan lain-lain.
2.4
MANFAAT LOGIKA
Setidaknya ada empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:
1.
membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tertib, metodis, dan koheren;
2.
3.
menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4.
pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana
dikemukakan oleh Aristoteles, bapak logika, yaitu logika benar-benar merupakan alat bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa mempelajari logika,
sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk membuka semua pintu masuk ke
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Di samping kegunaan di atas, Surajiyo, dkk. (2009:15) mengemukakan bahwa
logika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis,
logika mengajarkan tentang berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan
berpikir sebagaimana adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari
segi kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang benar
dan runtut (consisten).
2.5
PEMBAGIAN LOGIKA
1.
a.
Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika
formal atau logika simbolis)
b.
Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang
diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
c.
Metode-metode
untuk
mendapatkan
pengetahuan
dalam
penyelidikan
ilmiah
(metodologi)
2.
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan
dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini
yang terutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta
kesesuaiannya dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang
terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas
penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan
umum yang bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi.
Induksi adalah bentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap
sejumlah hal kecil, atau anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang
diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi yang
kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.
3.
4.
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti
dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua
bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang
termuat di dalamnya. (The Liang Gie,1980)
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yan
berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti
khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap cabang
ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa seharihari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan aturan logika bagi istilahdan
ungkapannya yang mempunyai pengertian khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut
sebenarnya telah mempergunakan sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan,
seperti logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.
5.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan materi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
logika adalah landasan utama utk menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta sarana
penghubung antara filsafat & ilmu. Logika menyelidiki, menyeleksi, dan menilai
pemikiran dengan cara seriusdan terpelajar serta bertujuan untuk mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segalakepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta
menerapkanhukum - hukum dan patokan - patokan yang harus ditaati agar seseorang
dapatberpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur. Dengan demikian ada dua
obyekpenyelidikan Ilmu Logika (Ilmu Mantiq), Pertama, Pemikiran sebagai obyekmaterial
juga dikenal dengan nama Logika Material dan yang kedua, patokan-patokan atau hukum hukum berpikir benar sebagai obyek formalnya, yangdisebut logika formal. Pemikiran
yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk berbeda secararadikal yakni dari cara
berpikir umum ke khusus (deduktif) yaitu cara berpikiryang dipergunakan dalam logika
formal yang mempelajari dasar dasarpersesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam
pemikiran dengan menggunakanhukum - hukum, rumus - rumus, patokan - patokan
berpikir benar, dan dari caraberpikir khusus ke umum (induktif) yaitu cara berpikir yang
dipergunakan dalamlogika material yang mempelajari dasar dasar persesuaian pikiran
dengankenyataan (penyesuaian idealita dengan realita).
10
3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca dapatberfikir
tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah dan kabur.Setidaknya
dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam menyuguhkan motivasi
yang intrinsik untuk segera mempelajari ilmu logikasehingga kita dapat meminimalisasi
kesalahan dalam berfikir.
11