SKENARIO 2
Seorang anak laki-laki, berusia 26 bulan dengan berat badan 6,2 kg dan tinggi badan 78 cm,
dibawa ibunya ke dokter karena tidak mau makan. Ibunya mengatakan bahwa setiap kali diberi
makan ia muntah, sering menangis dan badan lemas. Menurut ibunya berat badan anaknya
terlalu kurus, tidak sesuai dengan teman sebayanya dan ibunya jarang membawa anaknya ke
POSYANDU.
BAB II
KATA KUNCI
1
2
3
4
5
6
BAB III
MINIMAL PROBLEM
1
2
3
4
BAB IV
PEMBAHASAN
Batasan
Dalam pembahasan makalah kami, kami membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keluhan utama serta gejala penyerta lainnya yang dialami oleh pasien tersebut.
4.2
Definisi Muntah
Muntah adalah suatu gejala/simptom, bukan penyakit. Gejala ini berupa keluarnya isi
lambung (dan usus) melalui mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah
merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang tidak
sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh
dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang
menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan.
2.
Saluran pencernaan
Gastroenteritis
Obstruksi usus
Terlalu banyak
Ileus
Keracunan makanan
Pada anak-anak, dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap protein susu sapi
(Susu alergi atau intoleransi laktosa)
Mnire penyakit
Penyebab di otak
Gegar
Cerebral hemorrhage
Migrain
Gangguan metabolik (ini mungkin mengganggu baik perut dan bagian-bagian otak
yang mengkoordinasikan muntah)
Adrenal insufisiensi
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Kehamilan
alkohol (sedang sakit saat sedang mabuk atau sedang sakit pagi berikutnya,
menderita setelah efek, yaitu, mabuk tersebut).
opioid
Penyakit
Norwalk virus
Flu Babi
3 Miscellanea
Self-induced
Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan menyebabkan
muntah dalam rangka untuk memberikan ruang dalam perut mereka untuk
konsumsi alkohol lebih lanjut.
Ekstrim nyeri, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard (serangan
jantung)
Kekerasan emosi
Gugup
Patofisiologi muntah
1 Nausea (mual)
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan
emosi. Tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai
dengan keinginan untuk muntah yang dirasakan di tenggorokan atau perut,
seringkali disertai dengan gejala hipersalivasi, pucat, berkeringat, takikardia dan
anoreksia. Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor,
korpus dan fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang,
sedangkan bulbus duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke
dalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran
2
Retching dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase retching, terjadi
kekejangan dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis
tertutup. Otot pernapasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan
intratorakal menjadi negatif. Pada waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot
abdomen dan lambung, fundus dilatasi sedangkan antrum dan pilorus
berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas
masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase
retching terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang
tadinya sudah masuk ke dalam esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat
3
dan
intraabdominal
serta
kontraksi
dari
diafragma.
Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan
positif intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat
dari diafragma yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke
dalam esofagus. Bila ekspulsi sudah terjadi, tekanan intratorakal kembali positif
dan diafragma kembali ke posisi normal.
3
4 Pemeriksaan
ANAMNESA
- Identitas Pasien :
Nama
: An. M. Ali Musa
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 26 bulan
Alamat
: Jln. Banjir terus no. 23, Desa Hujan Badai, Kecamatan Muara
Keluhan Utama
RPS
RPD
RPK
RPsos
VITAL SIGN
Berat Badan
: 6,2 kg
Tinggi Badan : 78 cm
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 36,6oC
5
1
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala-Leher : A/I/C/D (-/-/-/-)
Rambut
: Sering rontok
Thoraks
: - Cor
: dbn
- Pulmo
: dbn
Abdomen
: dbn
Ektremitas
: Dorsum pedis edema ; akral dingin
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
2
3
4
5
6
Profil protein
Profil lemak
Pengukuran BMI (Body Mass Indeks)
Rontgent : densitas tulang, keadaan jantung, paru, saluran cerna
Biopsi kulit dan analisis penarikan pada rambut
BAB V
HIPOTESIS AWAL
(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Berdasarkan kasus diatas, kelompok kami telah menentukan beberapa penyakit yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut, yaitu:
1
2
3
Marasmus
Kwashiorkor
Gabungan antara Kwashiorkor dan Marasmus
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1
MARASMUS
DEFINISI MARASMUS
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan
dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi
sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori.
ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena
: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan
berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap
tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput.
Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu
biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian
lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
PEMERIKSAAN FISIK
1
2
Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang
baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori
dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan.Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat
berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan
penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit.
KWASHIORKOR
DEFINISI
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat, bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenal sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP). Kwashiorkor ditandai
dengan kelambatan pertumbuhan, perubahan warna kulit dan pigmentasi rambut, buncit,
anemia dan peradangan pada kulit. Penderita biasanya mengalami perubahan warna kulit
yang menggelap dan menebal di beberapa tempat, seperti tungkai dan punggung. Sering
pula disertai pengelupasan kulit dan meninggalkan bekas berwarna merah muda dengan
permukaan yang kasar.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
1
Pola makan
Protein dan asam amino adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
kembang. Meskipun intake mengandung kalori yang cukup tidak semua makanan
mengandung asam amino yang memadai. Defisiensi protein dapat terjadi pada bayi
dengan ASI dari ibu yang vegetarian dan pada masa peralihan ASI ke makanan
pengganti (dimana pada negara miskin dan berkembang makanan pengganti lebih
2
3
4
5
PATOFISIOLOGI
Pada kwashiorkor yang klasik terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan
gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok.
Para penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya.
Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai
asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat
cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino
dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot. Berkurangnya
asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin
hepar. Yang berakibat timbulnya edema.
GEJALA KLINIS
1 Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
2 Edema, umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis).
3 Wajah membulat dan sembab.
4 Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk.
5 Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.
6 Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.
7 Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang, dan berubah warna.
Kulit kering dengan menunjukan garis-garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
tajam.
10 Pandangan mata anak nampak sayu.
PEMERIKSAAN FISIK
1 Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda tanda anemia
2 Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema terutama pada
bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot, adanya perubahan rambut
(berwarna kemerahan dan mudah rontok), adanya perubahan pigmentasi kulit
Palpasi : Pembesaran hati
yang sehat.
Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat, terdapat gejala
gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.
3
4
Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna.
Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
6
7
tajam.
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang
8
9
10
11
12
PEMERIKSAAN FISIK
1 Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda tanda anemia
2 Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema terutama
pada bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot, adanya perubahan
3
4
5
rambut (berwarna kemerahan dan mudah rontok), adanya perubahan pigmentasi kulit
Palpasi : Pembesaran hati
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
TB (dalam meter)
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
(DIAGNOSIS)
Diagnosis akhir dari kelompok kami yaitu pasien tersebut mengalami gabungan antara
kwashiorkor dan marasmus.
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Anamnesa
VITAL SIGN
Keluhan Utama :
Berat Badan: 6,2 kg
Muntah
Tinggi Badan: 78 cm
RPS :
Nadi: 96 x/menit
- Muntahmya 2 hari
Suhu
:36,6oC
- Setiap kali makan muntah dan badannya lemas Keadaan umum : Cengeng
- Badannya tidak panas
- Tidak mencret dan tidak batuk pilek
PEMERIKSAAN FISIK
RPD:
Kepala-Leher : A/I/C/D (-/-/-/-)
- Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Rambut: Sering rontok
- Sering muntah
Thoraks: - Cor: dbn
- Satu minggu yang lalu mencret
- Pulmo: dbn
RPK:
Abdomen: dbn
Tidak ada yang seperti ini
Ektremitas: Dorsum pedis edema ; akral dingin
RPsos :
- Tidak suka makan
- Minum susu mau
- Vaksinasi tidak lengkap
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Profil protein
Profil lemak
Pengukuran BMI (Body Mass Indeks
Rontgent : densitas tulang, keadaa
Biopsi kulit dan analisis penarikan
Differential Diagnosis
Marasmus
Kwashiorkor
Gabungan antara Kwashiorkor dan Marasmus
Diagnosis
Gabungan antara kwashiorkor dan marasmus
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
9.1Penatalaksanaan
9.1.1Non Farmakologis
Memberikan anak makanan yang bergizi agar setiap kebutuhan nutrisi yang di
butuhkan tubuh akan terpenuhi.
Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Sebelum makan, di biasakan untuk
mencuci tangan.
9.1.2Farmakologis
Obat
Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan sakit, maka oleh
(minyak/santan/margarin)
Pemberian jenis Makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa pemulihan
(rehabilitasi) :
1 1 minggu pertama pemberian F 100.
9.2
Penanganan hipoglikemi
Penanganan hipotermi
Penanganan dehidrasi
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
C. Kegagalan pengobatan
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan
tidak adekuat pada fase rehabilitasi
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
1
10.3
Pencegahan Penyakit
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan
dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang
dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara
untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur.
Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.
Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk
proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat
mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras
dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Anak dengan Marasmus-kwashiorkor. http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/asuhankeperawatan-anak-marasmus.html. diakses 28 oktober 2012
Marasmus. http://mardiaelisa.blogspot.com/2012/03/mardia-elisa.html diakses 28 oktober 2012
Muntah.
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/muntah-komplikasi-dan-
Muntah
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/muntah-