Anda di halaman 1dari 25

BAB I

SKENARIO 2
Seorang anak laki-laki, berusia 26 bulan dengan berat badan 6,2 kg dan tinggi badan 78 cm,
dibawa ibunya ke dokter karena tidak mau makan. Ibunya mengatakan bahwa setiap kali diberi
makan ia muntah, sering menangis dan badan lemas. Menurut ibunya berat badan anaknya
terlalu kurus, tidak sesuai dengan teman sebayanya dan ibunya jarang membawa anaknya ke
POSYANDU.

BAB II
KATA KUNCI

1
2
3
4
5
6

Anak laki-laki berusia 26 bulan


Tidak mau makan
Muntah
Sering menangis
Badan lemah
Berat badan kurus

BAB III

MINIMAL PROBLEM

1
2
3
4

Apa yang menyebabkan muntah?


Bagaimana terjadinya muntah tersebut?
Apa diagnosa dari penyakit yang diderita anak tersebut?
Bagaimana pengobatan dan penatalaksanaanya?

BAB IV
PEMBAHASAN

Batasan
Dalam pembahasan makalah kami, kami membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keluhan utama serta gejala penyerta lainnya yang dialami oleh pasien tersebut.

4.2

Anatomi/ Histologi/ Fisiologi/ Patofisiologi/ Patomekanisme


1.

Definisi Muntah
Muntah adalah suatu gejala/simptom, bukan penyakit. Gejala ini berupa keluarnya isi
lambung (dan usus) melalui mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah
merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang tidak
sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh
dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang
menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan.

2.

Etiologi terjadinya muntah


Muntah dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain:
1

Saluran pencernaan

Gastritis (peradangan dari dinding lambung, biasanya oleh virus)

Gastroenteritis

Stenosis pilorus (pada bayi, ini biasanya menyebabkan "muntah proyektil"


sangat kuat dan merupakan indikasi untuk operasi mendesak)

Obstruksi usus

Terlalu banyak

Akut abdomen dan / atau peritonitis

Ileus

Alergi makanan (sering dalam hubungannya dengan gatal-gatal atau


pembengkakan)

Kolesistitis, pankreatitis, usus buntu, hepatitis

Keracunan makanan

Pada anak-anak, dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap protein susu sapi
(Susu alergi atau intoleransi laktosa)

2 Sensori Sistem dan Otak


Penyebab dalam sistem sensorik

Gerakan: motion sickness (yang disebabkan oleh overstimulation dari labirin


kanal-kanal telinga)

Mnire penyakit

Penyebab di otak

Gegar

Cerebral hemorrhage

Migrain

Tumor otak, yang dapat menyebabkan kerusakan kemoreseptor

Intrakranial jinak hipertensi dan hidrosefalus

Gangguan metabolik (ini mungkin mengganggu baik perut dan bagian-bagian otak
yang mengkoordinasikan muntah)

Hypercalcemia (kadar kalsium tinggi)

Uremia (penumpukan urea, biasanya karena gagal ginjal)

Adrenal insufisiensi

Hipoglikemia

Hiperglikemia

Kehamilan

Hiperemesis, Morning sickness

Reaksi obat (muntah dapat terjadi sebagai respon somatik akut)

alkohol (sedang sakit saat sedang mabuk atau sedang sakit pagi berikutnya,
menderita setelah efek, yaitu, mabuk tersebut).

opioid

selective serotonin reuptake inhibitor

banyak obat kemoterapi

beberapa entheogens (seperti peyote atau ayahuasca)

Penyakit

Norwalk virus

Flu Babi

3 Miscellanea
Self-induced

Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa)

Untuk menghilangkan suatu racun tertelan (beberapa racun tidak boleh


dimuntahkan karena mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau
disedot, karena lebih baik untuk meminta bantuan sebelum menginduksi
muntah)

Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan menyebabkan
muntah dalam rangka untuk memberikan ruang dalam perut mereka untuk
konsumsi alkohol lebih lanjut.

Setelah operasi (mual dan muntah pasca operasi)

Menyenangkan pemandangan, bau atau pikiran (seperti materi membusuk,


muntah orang lain, memikirkan muntah), dll

Ekstrim nyeri, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard (serangan
jantung)

Kekerasan emosi

Muntah siklik sindrom (kondisi buruk-dipahami dengan serangan muntah)

Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah di


korban

Kekerasan cocok batuk, cegukan, atau asma

Gugup

Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan.

Dipukul keras di perut.

Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan muntah


tak lama kemudian).

Ruminasi sindrom, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang


menyebabkan penderita untuk memuntahkan makanan yang tak lama setelah
konsumsi.

Patofisiologi muntah
1 Nausea (mual)
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan
emosi. Tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai
dengan keinginan untuk muntah yang dirasakan di tenggorokan atau perut,
seringkali disertai dengan gejala hipersalivasi, pucat, berkeringat, takikardia dan
anoreksia. Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor,
korpus dan fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang,
sedangkan bulbus duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke
dalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran
2

gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea.


Retching

Retching dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase retching, terjadi
kekejangan dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis
tertutup. Otot pernapasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan
intratorakal menjadi negatif. Pada waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot
abdomen dan lambung, fundus dilatasi sedangkan antrum dan pilorus
berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas
masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase
retching terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang
tadinya sudah masuk ke dalam esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat
3

berlangsung beberapa siklus.


Ekspulsi
Apabila retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot abdomen
dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah, jika tekanan tersebut dapat
mengatasi mekanisme anti refluks dari LES (lower esophageal sphincter). Pada
fase ekspulsi ini pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus
relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini juga terjadi perubahan tekanan
intratorakal

dan

intraabdominal

serta

kontraksi

dari

diafragma.

Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan
positif intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat
dari diafragma yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke
dalam esofagus. Bila ekspulsi sudah terjadi, tekanan intratorakal kembali positif
dan diafragma kembali ke posisi normal.
3

Jenis-jenis penyakit yang berhubungan


Jenis penyakit yang berhubungan menurut kelompok kami adalah
1 Kwashiorkor
2 Marasmus
3 Gabungan antara Kwashiorkor dan Marasmus

4 Pemeriksaan
ANAMNESA
- Identitas Pasien :
Nama
: An. M. Ali Musa
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 26 bulan

Alamat

: Jln. Banjir terus no. 23, Desa Hujan Badai, Kecamatan Muara

Keluhan Utama
RPS

Sungai, Kabupaten Batu Kali


: Muntah
: - Muntahmya 2 hari
- Setiap kali makan muntah dan badannya lemas
- Badannya tidak panas
- Tidak mencret dan tidak batuk pilek

RPD

: - Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


- Sering muntah
- Satu minggu yang lalu mencret

RPK
RPsos

: Tidak ada yang seperti ini


: - Tidak suka makan
- Minum susu mau
- Vaksinasi tidak lengkap
- Jarang ke posyandu
- Makanan tambahan diberikan sejak umur 3 bulan
- Sebelum makan jarang cuci tangan

VITAL SIGN
Berat Badan

: 6,2 kg

Tinggi Badan : 78 cm
Nadi

: 96 x/menit

Suhu

: 36,6oC

Keadaan umum : Cengeng

5
1

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala-Leher : A/I/C/D (-/-/-/-)
Rambut
: Sering rontok
Thoraks
: - Cor
: dbn
- Pulmo
: dbn
Abdomen
: dbn
Ektremitas
: Dorsum pedis edema ; akral dingin

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap

2
3
4
5
6

Profil protein
Profil lemak
Pengukuran BMI (Body Mass Indeks)
Rontgent : densitas tulang, keadaan jantung, paru, saluran cerna
Biopsi kulit dan analisis penarikan pada rambut

BAB V
HIPOTESIS AWAL
(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Berdasarkan kasus diatas, kelompok kami telah menentukan beberapa penyakit yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut, yaitu:
1
2
3

Marasmus
Kwashiorkor
Gabungan antara Kwashiorkor dan Marasmus

BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1

MARASMUS
DEFINISI MARASMUS
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan
dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi
sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori.
ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena
: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal

yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan
berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap
tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput.
Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu
biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian
lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
PEMERIKSAAN FISIK

1
2

Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan

tinggi badan (dalam meter)


Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada

laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.


Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang
tidak berlemak).

PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang
baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori
dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan.Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat
berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan
penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap:


1. Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan
pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau
Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula
diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan
dalam 16-20 jam berikutnya.
2. Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi
cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dengan penyesuaian terhadap pemberian
makanan.Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg
BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah
ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175
kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kgBB/hari. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai diet tinggi.
2

KWASHIORKOR
DEFINISI
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat, bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenal sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP). Kwashiorkor ditandai
dengan kelambatan pertumbuhan, perubahan warna kulit dan pigmentasi rambut, buncit,
anemia dan peradangan pada kulit. Penderita biasanya mengalami perubahan warna kulit
yang menggelap dan menebal di beberapa tempat, seperti tungkai dan punggung. Sering
pula disertai pengelupasan kulit dan meninggalkan bekas berwarna merah muda dengan
permukaan yang kasar.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
1

Pola makan
Protein dan asam amino adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
kembang. Meskipun intake mengandung kalori yang cukup tidak semua makanan

mengandung asam amino yang memadai. Defisiensi protein dapat terjadi pada bayi
dengan ASI dari ibu yang vegetarian dan pada masa peralihan ASI ke makanan
pengganti (dimana pada negara miskin dan berkembang makanan pengganti lebih
2
3

bersifat tinggi zat tepung dan rendah protein).


Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak.
Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi, keadaan sosial politik
yang tidak stabil ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu

4
5

dan sudah berlangsung turun-temurun.


Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga sehingga kebutuhan keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi.
Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi dan sebaliknya. Penyakit yang dapat
menurunkan protein tubuh diantaranya diare kronik, malabsorbsi protein, sindroma
nefrotik, infeksi menahun, luka bakar, dan penyakit hati.

PATOFISIOLOGI
Pada kwashiorkor yang klasik terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan
gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok.
Para penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya.
Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai
asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat
cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino
dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot. Berkurangnya
asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin
hepar. Yang berakibat timbulnya edema.
GEJALA KLINIS
1 Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
2 Edema, umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis).
3 Wajah membulat dan sembab.
4 Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk.
5 Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.
6 Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.
7 Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang, dan berubah warna.

Kulit kering dengan menunjukan garis-garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi

persisikan dan hiperpigmentasi.


Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan

tajam.
10 Pandangan mata anak nampak sayu.
PEMERIKSAAN FISIK
1 Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda tanda anemia
2 Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema terutama pada
bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot, adanya perubahan rambut
(berwarna kemerahan dan mudah rontok), adanya perubahan pigmentasi kulit
Palpasi : Pembesaran hati

3. Gabungan Kwashiorkor dan Marasmus


DEFINISI
Marasmis Kwashiorkor adalah suatu sindrom malnutrisi protein kalori di mana
ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi,
marasmus kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.
ETIOLOGI
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma)
gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut
menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana
cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai. Apabila
masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan menjadi
marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor
akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung
karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang kurang akan protein.
GEJALA KLINIS
Pada gabungan Kwahiorkor dan Marasmus ditemukan gejala-gejala marasmus
dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor, antara lain sebagai berikut :
1 Pertumbuhan terganggu, berat badan dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan
2

yang sehat.
Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat, terdapat gejala
gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.

3
4

Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna.
Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi

persisikan dan hiperpigmentasi.


Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan

6
7

tajam.
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang

8
9
10
11
12

rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.


Perubahan psikis, anak menjadi cengeng dan cerewet.
Hipotoni akibat atrofi otot
Perut buncit
Kadang-kadang terdapat edema ringan pada tungkai
Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis

PEMERIKSAAN FISIK
1 Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda tanda anemia
2 Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema terutama
pada bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot, adanya perubahan
3
4
5

rambut (berwarna kemerahan dan mudah rontok), adanya perubahan pigmentasi kulit
Palpasi : Pembesaran hati
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan

TB (dalam meter)
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm

pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.


Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh
yang tidak berlemak).

BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
(DIAGNOSIS)
Diagnosis akhir dari kelompok kami yaitu pasien tersebut mengalami gabungan antara
kwashiorkor dan marasmus.

BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Anamnesa
VITAL SIGN
Keluhan Utama :
Berat Badan: 6,2 kg
Muntah
Tinggi Badan: 78 cm
RPS :
Nadi: 96 x/menit
- Muntahmya 2 hari
Suhu
:36,6oC
- Setiap kali makan muntah dan badannya lemas Keadaan umum : Cengeng
- Badannya tidak panas
- Tidak mencret dan tidak batuk pilek
PEMERIKSAAN FISIK
RPD:
Kepala-Leher : A/I/C/D (-/-/-/-)
- Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Rambut: Sering rontok
- Sering muntah
Thoraks: - Cor: dbn
- Satu minggu yang lalu mencret
- Pulmo: dbn
RPK:
Abdomen: dbn
Tidak ada yang seperti ini
Ektremitas: Dorsum pedis edema ; akral dingin
RPsos :
- Tidak suka makan
- Minum susu mau
- Vaksinasi tidak lengkap

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Profil protein
Profil lemak
Pengukuran BMI (Body Mass Indeks
Rontgent : densitas tulang, keadaa
Biopsi kulit dan analisis penarikan

Differential Diagnosis
Marasmus
Kwashiorkor
Gabungan antara Kwashiorkor dan Marasmus

Diagnosis
Gabungan antara kwashiorkor dan marasmus

BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1Penatalaksanaan
9.1.1Non Farmakologis
Memberikan anak makanan yang bergizi agar setiap kebutuhan nutrisi yang di
butuhkan tubuh akan terpenuhi.
Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Sebelum makan, di biasakan untuk
mencuci tangan.
9.1.2Farmakologis
Obat
Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan sakit, maka oleh

tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan obat


Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan dosis sesuai umur

pada saat pertama kali ditemukan


Makanan untuk Pemulihan Gizi
Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal atau pabrikan.
Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeutic atau gizi siap saji, F100 atau
makanan lokal dengan densitas energi yg sama terutama dari lemak

(minyak/santan/margarin)
Pemberian jenis Makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa pemulihan
(rehabilitasi) :
1 1 minggu pertama pemberian F 100.

Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring dengan

penambahan makanan keluarga.


Tenaga kesehatan memberikan makanan untuk pemulihan gizi kepada
orangtua anak gizi buruk pada setiap kunjungan sesuai kebutuhan hingga
kunjungan berikutnya.

9.2

Prinsip Tindakan Medis


Dengan terapi adekuat penderita MEP/KKP dapat ditolong untuk mencapai berat
badan yang cukup perlu waktu 2-3 bulan. Namun pekembangan IQ akan mengalami
retardasi menetap, terutama jika MEP/ KKP terjadi sejak usia < 2 tahun (masih terjadi
proses proliferasi, mielinisasi dan migrasi sel otak).
A. Prinsip dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor (10 langkah utama),
yaitu :

Penanganan hipoglikemi

Penanganan hipotermi

Penanganan dehidrasi

Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pengobatan infeksi

Pemberian makanan

Fasilitasi tumbuh kejar

Koreksi defisiensi nutrisi mikro

Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

10 Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh


B. Pengobatan penyakit penyerta
Defisiensi vitamin A
Dermatosis
Parasit/cacing
Tuberkulosis

C. Kegagalan pengobatan
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan
tidak adekuat pada fase rehabilitasi

D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas


Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi
protein (4-6 gr/KgBB/hari).
Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan porsi paling sedikit 5
kali sehari
Makanan selingan diantara makanan utama
Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
Teruskan ASI.
E. Tindakan pada kegawatan
Syok cairan intravena
Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi
setelah 1 jam.

BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
1

Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien/ Keluarga Pasien


Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit, penyebab dan
penanganan gabungan antara kwasiokhor dan marasmus serta memberikan nasihat untuk
membantu di dalam penyembuhan penyakitnya.

Tanda Untuk Merujuk Pasien


Jika prognosis ke depannya tidak baik dan terdapat komplikasi yang lebih berat,
dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai, maka dokter harus merujuk pasien
secepatnya ke spesialis atau ke rumah sakit dengan instlasi yang lebih memadai.

10.3

Peran Pasien/ keluarga Untuk Penyembuhan


10.3.1 Peran Pasien
-

Mengikuti nasehat maupun arahan serta tindakan yang dilakukan dokter


Melaksanakan terapi dan pengobatan yang telah yang diberikan oleh dokter

secara baik dan teratur


10.3.2 Peran Keluarga
- Memotivasi pasien agar melakukan anjuran dokter dengan baik dan teratur
- Memantau kondisi pasien
- Selalu beri perhatian pada pasien
10.4

Pencegahan Penyakit
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan
dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang
dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara
untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur.

Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,


lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak
minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan
sisanya karbohidrat.

Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program


Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika
tidak sesuai, segera konsultasikan ke dokter.

Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.

Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk
proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat
mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.

Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras
dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Anak dengan Marasmus-kwashiorkor. http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/asuhankeperawatan-anak-marasmus.html. diakses 28 oktober 2012
Marasmus. http://mardiaelisa.blogspot.com/2012/03/mardia-elisa.html diakses 28 oktober 2012
Muntah.

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/muntah-komplikasi-dan-

penanganannya/html. diakses 27 oktober 2012


Kwashiorkor. http://medicafarma.blogspot.com/2008/03/kwashiorkor.html. diakses 23 oktober
2012
kwashiorkor-Marasmus.http://myaluzz.wordpress.com/2011/02/22/marasmus-kwashiorkor
/html. diakses 26 otober 2012
Patofisiologi Kwashiorkor. http://www.scribd.com/doc/68485750/6/Patofisiologi-Kwashiorkor.
diakses 25 0ktober 2012
Patomekanisme muntah http://www.news-medical.net/health/Vomiting-Causes-(Indonesian).
aspx. diakses 23 oktober 2012.
Penatalaksanaan

Muntah

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/muntah-

komplikasi-dan-penanganannya/html. diakses 23 oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai