Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PREMATUR
DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT NGUDI WALUYO WLINGI
Disusun oleh :
BAIQ MILIA FITRI MARTINA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
Mahasiswa
Baiq Milia Fitri Martina
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pembimbing Lahan
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Prematur adalah neonatus dengan usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonatus
kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi
belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan antara
28 minggu sampai 36 minggu.
B. Klasifikasi
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
1. Usia kehamilan 32 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
2. Usia kehamilan 28 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very preterm)
3. Usia kehamilan 20 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur (extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
1. Berat badan bayi 1500 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
2. Berat badan bayi 1000 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat
Rendah (BBLSR)
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah
(BBLER)
C. Etiologi
1. Faktor Maternal
a) Umur ibu
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Pada kehamilan
diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang, misalnya dalam
perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan
pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Wanita yang
berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetri
serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Wanita berusia lebih dari 35 tahun
memperlihatkan peningkatan dalam masalah hipertensi, diabetes, solusio plasenta,
persalinan prematur, lahir mati dan plasenta previa.
b) Paritas ibu
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas
adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan,
hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan
lebih dari 24 minggu. Macam paritas menurut dibagi menjadi:
- Primiparitas : Seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk
-
pertama kali.
Multiparitas : Wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali
kondisi
ketidakmampuan
serviks
untuk
sehingga
terjadi
kelahiran preterm, bahkan lahirnya bayi sebelum mampu bertahan hidup di luar
rahim. Gejala yang terjadi dapat berupa pengeluaran cairan vagina yang encer,
tekanan pada panggul, perdarahan pervaginam, dan ketuban pecah dini preterm,
namun pada sebagian besar wanita tidak terjadi gejala apapun.
f) Hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter.
Produksi air ketuban berlebih dapat merangsan persalinan sebalum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan
kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi.
g) Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab terjadinya kematian ibu
dan janin. Hipertensi yang disertai dengan protein urin yang meningkat dapat
menyebabkan preeklampsia / eklampsia. Preeklampsia eklampsia dapat
mengakibatkan ibu mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio plasenta,
perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang mengalami preeklampsiaeklampsia meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan hipoksia.
h) Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti
prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian
neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil.
2. Faktor Janin
a) Gemelli
Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi proses kelahiran bayi,
melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan dan persalinan. Persalinan pada
kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus,
prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua, atau perlunya
seksio sesaria.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda 501000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin
tidak sama. Pada kehamilan kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan,
sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian
bayi pada anak kembar lebih tinggi dari pada anak kehamilan tunggal dan
prematuritas merupakan penyebab utama.
b) Janin Mati Dalam Rahim (IUFD)
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus yang
beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau
lebih.
c) Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR
atau bayi kecil. BBLR dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya.
3. Faktor Perilaku
a) Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat mengganggu
pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas sangat tinggi.
b) Minum alkohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik sehingga
kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi minuman
beralkohol.
D. Manifestasi Klinis
Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau
kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cn, kuku panjangnya
belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, rambut
lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga
belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun
telinga, tumit mengilap, telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan
rugue pada skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup
oleh labia mayora, tonus otos lemah, sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah atau
tidak efektif, dan tangisnya lemah, jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat
pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
Kepala relative lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak
subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan
tidak teratur dan sering timbul apnea. Reflek tonik leher lemah danr efleks morro positif.
Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur. Otot-otot masih
hipotonik. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit. Frekuensi nadi 100 sampai 140
kali per menit.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung pada adanya masalah dan komplikasi sekunder
1. Darah lengkap untuk deteksi adanya penurunan atau peningkatan kadar hemoglobin.
2. Kadar darah (BS) untuk menyatakan hipoglikemi atau hiperglikemia.
3. Kalsium serum mungkin rendah.
4. Serum elektrolit biasanya normal.
5. Golongan darah dapat menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
6. Gas darah uteri: PO2 mungkn rendah, PCO2 mungkin meningkat dan menunjukkan
asidosis ringan / sedang, sepsis atau kesulitan napas yang lama.
7. Laju sedimentasi eritrosit (ESR) meningkat, menunjukkan respons inflamasi akut,
penurunan ESR menunjukkan resdusi inflamasi.
8. Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya
proses radang infeksinus atau non infeksinus.
9. Jumlah trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
10. Kadar fibrinogen : dapat menurun selama koagulasi intravascular diseminata (KID)
atau menjadi meningkat selama cidera atau inflamasi.
11. Kultur darah : mengidentifikasi organisme penyebab yang dihubungkan dengan sepsis.
12. Sinar x dada (Pa dan leteral) dengan bronkogram udara dapat menunjukkan
penampilan ground glass (RDS).
13. Sel ultrasonografi cranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intraventrikuler
(IVH).
F. Penatalaksanaan Medis
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
ada.
Thorax : lingkar dada 30-38 cm.
Abdomen :penonjolan abdomen,tali pusat layu, peristaltic usus terdengar
160x/menit.
Murmur jantung
yang
dapat
didengar
dapat
menandakan
daktus
retraksi
suprasternal
atau
pernapasan, (RDS) penyakit membran Hialin penyebab surfaktan dalam paruparu tidak cukup.
3) Neurologis
- Tangis lemah, suhu berfluktuasi dengan mudah, kulit kemerahan, tembus
-
produksi enzim.
Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur,
3. Intervensi
a) Gangguan pertukaran gas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam fungsi penapasan
optimal
Dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kadar O2 / PCO2 dalam batas normal
- Menderita RDS minimal
- Bebas dari displasia bronkopulmonal.
Intervensi
- Kaji ulang informasi yang berhubungan dengan kondsi bayi, seperti lama
persalinan, tipe kelahiran, apgar skor, kebutuhan tindakan resusitasi saat
kelahiran, dan obatobatan ibu yang digunakan selama kehamilan atau kelahiran
-
termasuk betametason.
Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-anda distress pernapasan, (misalnya
DAFTAR PUSTAKA