PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak individual maupun kolektif yang realisasinya
harus dijamin oleh negara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak
asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud apabila
diberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.Pasal 4 Undangundang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyebutkan bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
Pelayanan kesehatan berbeda dengan berbagai pelayanan lainnya. Hasil
pelayanan kesehatan tidaklah pernah bersifat pasti. Pelayanan kesehatan yang
sama yang diberikan kepada dua orang pasien yang sama dapat saja
memberikan hasil yang berbeda. Dengan karakteristik yang seperti ini, maka
pada pelayanan kesehatan yang dijanjikan bukanlah hasilnya, melainkan
upaya yang dilakukan, yang dalam hal ini kesesuaian dengan standar yang
telah ditetapkan.
Layaknya hubungan antar manusia maka didalam hubungan pelayanan
kesehatan selalu terdapat keuntungan dan kerugian yang timbul pada saat
pelaksanaan dari pelayanan tersebut. Pola ketergantungan inilah yang sering
menimbulkan pergesekan antara pemberi pelayanan kesehatan dan pasien
yang sering berujung pada persengketaan. Sengketa yang terjadi antara
pemakai jasa kesehatan, sebagai konsumen yang dirugikan, dengan dokter
maupun dengan pihak Rumah Sakit, membutuhkan alternatif penyelesaian
diharapkan
dokter
tidak
memberikan
informasi
yang
dapat
kesehatan dalam praktiknya hanya boleh memberi jaminan bahwa proses akan
dilakukan dengan sebaik mungkin, dan sama sekali tidak boleh menjanjikan
hasil.
Sengketa yang terjadi antara pasien dan sarana pelayanan kesehatan /
dokter hampir selalu diawali oleh komunikasi yang buruk dan kurangnya rasa
percaya di antara keduanya. Kesalahpahaman semacam ini seringkali berujung
pada gugatan malpraktek. Untuk mencegah hal tersebut, pasien maupun sarana
pelayanan kesehatan/dokter harus saling terbuka dan mau menerima masukan
agar pengobatan dapat dilaksanakan dengan baik. Komunikasi yang baik
antara pasien dengan sarana pelayanan kesehatan/dokter bermuara kepada
kedua belah pihak saling mengerti hak dan kewajibannya.
Agar kasus seperti diatas tidak terjadi, masing-masing pihak harus
mengerti apa yang menjadi hak dan kewajibannya dalam pengobatan. Hal ini
telah diatur dalam pasal 50-53 UU nomer 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Pasien sebaiknya mengerti bahwa haknya adalah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai penyakit, pemeriksaan, pengobatan, efek
samping, risiko, komplikasi, sampai alternatif pengobatannya. Pasien juga
berhak untuk menolak pemeriksaan/pengobatan dan meminta pendapat dokter
lain. Selain itu, pencatatan tentang perjalanan penyakit pasien yang di tulis
dalam rekam medis adalah milik pasien, sehingga berhak untuk meminta
salinannya untuk kebutuhan rujukan.
Pasien memiliki kewajiban untuk memberikan informasi selengkaplengkapnya, mematuhi nasihat/anjuran pengobatan, mematuhi peraturan yang
ada di sarana pelayanan kesehatan dan membayar semua biaya pelayanan
kesehatan yang telah diberikan. Sedangkan sarana pelayanan kesehatan/dokter
wajib untuk memberikan pelayanan sesuai standar dan kebutuhan medis
pasien, merujuk ke tempat yang lebih mampu jika tidak sanggup menangani
pasien, serta membuat dan merahasiakan rekam medis.
Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam
medis mempunyai peranan tidak kalah pentingnya dalam menunjang
pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Rekam medis adalah berkas
berisi catatan dan dokumen tentang pasien yang berisi identitas, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat
jalan, rawat inap baik dikelola pemerintah maupun swasta. Setiap sarana
kesehatan wajib membuat rekam medis, dibuat oleh dokter dan atau tenaga
kesehatan lain yang terkait, harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien
menerima pelayanan, dan harus dibubuhi tandatangan oleh yang memberikan
pelayanan.
Rekam medis sangat penting selain untuk diagnosis, pengobatan juga
untuk evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui
penurunan mortalitas dan motilitas serta perawatan penderita yang lebih
sempurna. Disamping itu, rekam medis selalu menjadi obyek pertama yang
dilihat ketika terjadi permasalahan akibat pemberian pelayanan kesehatan dan
sengketa medis di rumah sakit. Untuk itu, rekam medis harus berisi informasi
lengkap perihal proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini dan perkiraan
terjadi di masa yang akan datang.
Kepemilikan rekam medis sering menjadi perdebatan di kalangan
kesehatan, karena dokter beranggapan bahwa mereka berwenang penuh
terhadap
pasiennya
akan
tetapi
petugas
rekam
medis
bersikeras
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
1. Informed Consent/Persetujuan Tindakan
Istilah ini berasal dari bahasa latin concensio, consentio, kemudian
dalam bahas Inggris menjadi consent yang berarti persetujuan, ijin,
menyetujui, member ijin (persetujuan, wewenang) kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu. (Guwandi, 2006). Informed consent atau persetujuan
tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap
pasien. (Permenkes Nomor 290/2008)
Jadi, informed consent adalah atau persetujuan tindakan kedokteran
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
Manfaat Informed Consent: (Guwandi, 2006)
a. Promosi dari hak otonomi perorangan
b. Proteksi dari pasien dan subjek
c. Mencegah penipuan atau paksaan
d. Rangsangan kepada profesi medis intropeksi terhadap diri sediri (self
secrunity)
e. Promosi dari keputusankeputusan yang rasional
f. Keterlibatan masyarakat sebagai nilai sosial dan pengawasan
2. Rekam Medis
Rekam medis/kesehatan adalah rekaman dalam bentuk tulisan atau
gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan
medis/kesehatan kepada seorang pasien. (Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia
tentang Rekam Medis).
Rekam medis di rumah sakit adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama
dirawat di rumah sakit yang dilakuka di unit-unit rawat jalan termasuk unit
gawat darurat dan unit rawat nginap. (Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan
Medik Nomor: HK.00.06.2.3.730 tahun 1995).
pasal
13
ayat
(1)
adalah,
bahwa
rekam
medis
dapat
data
atau
informasi
sebagai
aspek
penelitian
&
yang
bersifat
terbuka
dapat
dapat
diberikan
oleh
perawat
atau
dokter
lain,
10
dan
pengobatan pasien.
4) UU RI No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis.
5) Permenkes No.290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran Pasal 9:
1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan
secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara
lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman.
2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan
didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan
tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan dan
penerima penjelasan.
C. PEDOMAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK (INFORMENT
CONSENT)
1. UMUM
a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab
seseorang (pasien) itu sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan
kesehatan tersebut tidak sampai mengganggu orang lain, maka ketulusan
untuk mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud,
sepenuhnya terpulang dan menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
b. Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter untuk
meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya
merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh seseorang (pasien)
12
seorangpun
yang
dapat
memasukkan
hasil
akhir
dan
13
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
16
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Rekam medis sangatlah berperan dalam penyelesaian sengketa medik di
rumah sakit, karena rekam medis akan menjadi rujukan pertama jika terjadi
sengketa medik, dikarenakan pada rekam medik tercatat semua pelayanan dan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan diterima oleh pasien.
Perikatan yang terjadi antara rumah sakit dengan pasien adalah perikatan yang
sifatnya ikhtiar, sehingga jika ada sengketa medik karena kerugian yang
diakibatkan oleh pelayanan atau tindakan tenaga kesehatan di rumah sakit maka
rekam medis akan menjadi rujukan pertama, karena disana tercatat semua
pelayanan dan tindakan yang diterima oleh pasien.
Informed consentakan memperlihatkan apakah sebelum tindakan sudah
diberikan penjelasan, serta akan diketahui apakah pasien sudah memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan baik secara tertulis maupun lisan. Peran
Informed consent dalamsengketa medik adalah sebagai jendela untuk melihat
salah satu prosedur yang harus dilewati ketika akan dilakukan tindakan
kedokteran.
B. Saran
1. Lakukan pencatatan dalam rekam medik secara benar dan jelas. Tulis apa
yang dikerjakan dan kerjakan apa yang ditulis.
2. Upayakan orang yang menandatangani informed consent adalah orangorang terdekat dengan pasien, sehingga akan terhindar dari masalah jika
ada hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
LAMPIRAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Perlindungan
Hukum
bagi
Dokter
(makalah
18