Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar,
berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang
luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris).
Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara
bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 2 000 mm/tahun
dan suhu 27 36 C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang
paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 7 dan tidak
dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat
mencapai 30 60 cm saat dewasa. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat
dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses
propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi
permintaan atas kayu jati.
Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji.
Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi
terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah
dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air,
memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam,
basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk
menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Pembangunan hutan sebagaimana yang diharapkan dapat terwujud,
ternyata hal itu sekarang hanyalah sesuatu yang akan sulit terjadi, hal ini adalah
karena maraknya praktek illegal logging yang terjadi di Indonesia. Illegal
logging sekarang ini menjadi permasalahan yang sangat serius di Indonesia
karena dapat menimbulkan masalah multi dimensi yang berhubungan dengan
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Hal tersebut merupakan
konsekwensi logis dari fungsi hutan yang pada hakekatnya adalah sebuah
ekosistem yang didalamnya mengandung tiga fungsi dasar, yaitu fungsi produksi
(ekonomi), fungsi lingkungan (ekologi) serta fungsi sosial.
Kabupaten Blora yang merupakan salah satu daerah penghasil kayu jati
di Pulau Jawa yang dapat menghasilkan kayu olahan maupun income bagi
pemerintah kabupaten, memiliki 3 KPH yaitu KPH Blora, KPH Cepu dan KPH
Randublatung yang secara total mempunyai kawasan hutan seluas 15.000 ha.
Dari tiga KPH diatas KPH Cepu dan Randublatung termasuk 2 dari 5 KPH yang
masih berfungsi hutannya dan bisa menghasilkan kayu olahan dan income bagi
pemerintah Kabupaten Blora dari seluruh 20 KPH yang ada di Jateng.
Di Kabupaten Blora sebagian masyarakat di kawasan hutan memilih
untuk menggantungkan hidupnya dari uasaha pertanian kering. Mengingat
kondisi tanah di daerah ini yang relatif kurang mendukung usaha pertanian
intensif (berkapur dan berbukit-bukit), maka hasil pertanian kurang mencukupi
bagi pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini masih ditambah dengan penguasaan
lahan yang relatif sempit, sebagian besar masih diolah secara terbatas dengan
mengandalkan musim penghujan, hal ini disebabkan karena sistem irigasi teknis
yang belum banyak berkembang. Yang terjadi kemudian adalah bahwa
masyarakat sekitar hutan mulai terdesak akan berbagai kebutuhan hidupnya
sehingga mereka mulai melakukan upaya agar kebutuhan keluarganya dapat
terpenuhi namun dengan melakukan pencurian kayu (illegal logging) di
kawasan hutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya hutan jati di
Kabupaten Blora?
2. Apa saja dampak berkurangnya hutan jati di Kabupaten Blora?
3. Bagaimana upaya-upaya pelestarian hutan jati di Kabupaten Blora?
4. Bagaimana tehnik budidaya pohon jati?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab berkurangnya hutan jati di
Kabupaten Blora.
2. Untuk mengetahui dampak berkurangnya hutan jati di Kabupaten Blora.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya pelestarian hutan jati di Kabupaten
Blora.
4. Untuk mengetahui teknik-teknik budidaya pohon jati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor penyebab berkurangnya hutan jati di Kabupaten Blora
Kayu jati adalah kayu yang terkenal sangat kuat hingga diminati oleh banyak
orang entah itu dari masyarakat lokal maupun luar negeri. Kayu jati ini adalah
bahan utama membuat rumah yang sangat kuat, bahan dasar ukiran, meka, kursi,
lemari, dan lainnya. Bahkan stereotipe cara berpikir masyarakat sekarang adalah
semua yang berbahan jati adalah memiliki harga yang sangat tinggi. Karena
permintaan yang banyak itulah jati dari jaman dahulu banyak sekali ditebang,
tapi pada dekade ini adalah dekade rusaknya hutan jati Blora secara signifikan
dan sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh teknologi penebangan pohon yang
serba canggih dan praktis.
Berikut kami paparan beberapa penyebab rusaknya kayu jati Blora secara
komprehensif.
1. Ladang Berpindah dan Perluasan pemukiman
Ada beberapa hutan di wilayah Blora yang disebabkan oleh tindakan
warga untuk menebang hutan sebagai upaya penambahan area
ladang,dan pohon jati tersebut di klaim sebagai miliki pribadi bukan
milik pihak perhutani. Beberapa pohon jati yang ditebang tersebut dijual
sebagai pendapatan pribadi. Aktifitas ini berperan dalam habisnya hutan
jati Blora. walaupun demikian tindakan tersebut sebenarnya tidak
sebagai penyebab utama kerusakan hutan, karena saya yakin masyarakat
desa Blora kearifan ekologis terhadap lingkungan sebagai tempat
mencari penghidupan. Dan logisnya aktifitas tersebut tidak merusak
hutan secara luas dan sedrastis dekade sekarang ini dan Masyarakat desa
juga tak akan mampu membabat habis hutan secara cepat dengan
memakai alat manual saja.
2. Penebangan Liar
Faktor dominan atas rusaknya hutan di Blora adalah penebangan liar
yang sudah memakai alat tebang modern, sehingga dalam hitungan jam
saja sudah puluhan pohon jati akan rubuh. Hutan jati saat ini harganya
sangat mahal, banyak sekali pihak-pihak jahat yang berani menyogok
pemerintah dalam jumlah yang besar dalam rangka agar mendapat ijin
menebang hutan Blora secara leluasa.
3. Kurangnya petugas kehutanan
Kurangnya petugas kehutanan merupakan salah satu faktor dalam
berkurangnya hutan jati Blora. Petugas kehutanan atau PERHUTANI di
wilayah Blora yang terjun langsung kelapangan jumlahnya tidak begitu
banyak, biasanya para angota PERHUTANI di bantu oleh kepolisian
setempat dalam melakukan razia di hutan Blora. Dalam razia yang di
lakukan oleh petugas-petugas tersebut sangatlah beresiko, bahkan nyawa
pun jadi taruhannya. Pada saat operasi petugas sering sekali mendapat
setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Bahkan sungaisungai pun juga ikut mengalami kekeringan.
4. Banjir di bantaran Bengawan Solo dan kali Lusi
Jelas sekali banjir akan terjadi jika hutan gundul, karena tidak ada daerah
resapan hujan dan tidak ada yang mengikat air di daerah pinggiran
bengawan dan sungai. Banjir yang terjadi kerap kali membuat berbagai
macam
masalah
seperti
terjangkit
berbagai
macam
penyakit,
a. Buah jati direndam dalam air dingin, lalu dijemur di bawah terik
matahari, diulang selama 1 - 2 minggu.
b. Biji jati direndam dalam air dingin air panas bergantian selama
1 minggu.
c. Daging buah digosok dengan amplas, sehingga memudahkan air
dan udara masuk kedalam biji.
d. Biji jati direndam dalam larutan asam sulfat pekat ( H2SO4 )
selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air dingin setelah itu
baru dikecambahkan dengan media pasir.
e. Biji jati dioven pada suhu 50C selama 48 jam.
f. Biji jati dimasukan dalam karung goni kemudian direndam pada
air mengalir (sungai kecil) selama 1 minggu kemudian ditiriskan
selama 1 hari, selanjutnya ditabur di bedeng tabur.
g. Media untuk pertumbuhan kecambah terdiri Media tabur
menggunakan pasir steril yang telah dijemur dibawah sinar
matahari selama 1 hari, atau dapat juga disemprot dengan
fungisida (Benlate).
h. Media kecambah (pasir) ditempatkan pada bak tabur dan jangan
sampai dipadatkan.
i. Benih ditanam dengan bekas tangkainya dibawah, ditekan
kedalam media sedalam 2 cm kemudian ditimbun.
j. Penyiraman dilakukan agar media menjadi basah, dan pada benih
jati akan terjadi proses pengecambahan.
k. Pada hari ke 23 sampai ke 27, umumnya 20% biji jati mulai
berkecambah. Perkecambahan hingga 70% dari keseluruhan biji
yang ditanam tercapai antara hari ke 44 hingga hari ke 47.
2. Pembibitan.
Polybag yang kita siapkan berisi tanah, pupuk organic/kandang,
dan rambut padi, dengan perbandingan 1 : 3 : 2. dan semprotkan pupuk
cair sebagai pembenah dan pengelola unsur hara, yang terdiri dari:
Pupuk hayati Bio P 2000 Z + Phosmit + air dengan perbandingan 1 : 1 :
180. Semprotkan secukupnya ( 1 liter campuran untuk 50 liter media
pembibitan)
Perawatan di pembibitan terdiri dari penyiraman dan pemupukan
ulang dilakukan pada bulan ke 3. Setelah bibit berumur 3 bulan
kondisinya sudah siap untuk ditanam di lapangan.
3.
Penyiapan lahan.
a.
4.
Penanaman
a. Setelah lahan sudah tersedia dan dalam keadaan siap tanam maka bibit
yang sudah disediakan ditanam pada lobang yang telah disiapkan.
b. Gunting separuh daun - daun yang ada pada bibit dan sisakan 2 daun (hal
ini dilakukan agar konsentrasi pertumbuhan pada saat tanam ada pada
daun baru ).
c. Masukkan bibit dan taruh pupuk tambahan sejajar dengan tajuk daun.
Timbun lubang dengan tanah bagian bawah pada saat penggalian awal.
5.
Pemeliharaan
a. Potong tunas - tunas baru agar konsentrasi pertumbuhan ada pada batang
(lurus keatas ), hal ini terus dilakukan sampai sampai kurang lebih
berumur 1 tahun.
b. Setiap 3 bulan sekali ulangi pemberian pupuk tambahan.
c. Periksa keadaan daun bagian bawah, bila terdapat bintik - bintik putih
(serbuk) semprot daun bagian bawah dengan obat hama biasa digunakan
decis.
6. Panen
Jati emas dapat tumbuh dengan cepat, tanaman dapat dipanen pada umur 8
tahun setelah tanam dengan diameter antara 20 cm. Jika menginginkan kayu
yang cukup besar maka tanaman jati dapat dipelihara hingga 50 tahun. Dengan
jarak tanah yang dianjurkan tersebut maka panen jati dapat dilakukan antara 10
th hingga 12 tahun.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar,
berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang
luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris).
Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara
bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Pohon
jati
merupakan
sumber
daya
alam
yang
harus
dijaga
mempunyai
peran
penting
dalam
pelestarian
hutan
DAFTAR PUSTAKA
https://m.facebook.com/notes/jateng4-yudha-duta-utama-parlemen-muda/hutanjati-Blora-tinggalwacana/179509045477073/
http://budi-daya-pohon.blogspot.com/2012/07/seputar-tanaman-jati.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Jati