DR - Irawan Dokumen
DR - Irawan Dokumen
Disusun Oleh:
Irawan, S.Ked
04101401031
2015
1
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya referat yang berjudul Masalah Dampak
Pemakaian Insektisida pada Lingkungan dan Kesehatan Manusia (Pekerja) dapat
diselesaikan dengan dengan baik. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas di bagian kedokteran Masyarakat RS Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Anita Masidin, S.POK
yang telah membimbing dalam pembuatan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu seluruh kritik dan saran bagi penyempurnaan karya tulis akan
penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini
dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh:
Irawan, S.Ked
04101401031
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Kedokteran Masyarakat Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
1.1 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.2 Tujuan ..................................................................................................6
1.3 Manfaat ................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Insektisida.............................................................................................7
2.1.1
Organoklorin...........................................................................8
2.1.2 Organofosfat.......8
2.2.3 Piretroid.....................................................................................9
2.2.4 DEET.........................................................................................10
2.2.5 Fumigan.....................................................................................10
2.2.6 Asam Borat................................................................................13
2.2 Keracunan Insektisida..........................................................................27
BAB III KESIMPULAN ......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah meningkatkan
kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang agar terwujud
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat bangsa dan
negara Indonesia yang di tandai oleh pendduknya yang hidup dalam lingkungan
dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehaan yang
optimal di seluruh wilayah Repoblik Indonesia (Depkes RI, 1999).
Penyakit menular yang disebabkan oleh vector hingga kini masih menjadi
bebab berat bagi sebagian besar negara tropis termasuk Indonesia.dan merenggut
ribuan jiwa tiap tahun. Oleh karrena itu, dibutuhkan alat atau bahan yang ampuh,
aman dan murah (termasuk insektisida) yang dapat dipergunakan untuk
mengendalikan vector. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang
konsumtif dalam penggunaan bahan kimia, maka banyak pihak yang salah kaprah
tentang penggunaan insektisida.
Racun serangga (insektisida) dalam rumah tangga terdapat dalam beberapa
sediaan yaitu bentuk semprotan (cair/aerosol), lotion, elektrik, kepingan dan
lingkaran (biasanya dibakar). Racun pembasmi nyamuk memiliki risiko merusak
kesehatan dan dapat masuk kedalam tubuh melalui tiga cara: termakan atau
terminum bersama makanan atau minuman yang tercemar, dihirup dalam bentuk
gas dan uap, termasuk yang langsung menuju paru-parulalu masuk kedalam aliran
darah dan ada juga yang teresap melalui kulit dengan atau tanpaterlebih dahulu
menyebabkan luka pada kulit (Rani, 2007).
Insektisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi
serangga. Penggunaan insektisida di Jakarta dalam ruang lingkup rumah tangga
mencapai 80%. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi
menyatakan bahwa gangguan serangga menjadi masalah serius dibuktikan melalui
angka yang cukup tinggi dalam penggunaan insektisida di kalangan masyarakat.
Data lain yang diajukan yakni keragaman jenis insektisida yang digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Insektisida
Insektisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi
serangga. Penggunaan insektisida di Jakarta dalam ruang lingkup rumah
tangga mencapai 80%. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan
Farmasi menyatakan bahwa gangguan serangga menjadi masalah serius
dibuktikan melalui angka yang cukup tinggi dalam penggunaan insektisida di
kalangan masyarakat. Data lain yang diajukan yakni keragaman jenis
insektisida yang digunakan meliputi insektisida semprot (36%), insektisida
koil/bakar (14,8%), insektisida oles/lotion (15,6%), insektisida elektrik
(12%), dan penggunaan insektisida kombinasi antara bakar, semprot, dan oles
(12,3%).1 Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap
tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit
akibat pestisida dan/atau insektisida.
Insektisida merupakan kelompok pestisida terbesar dan memiliki sub
kelompok kimia yang berbeda seperti berikut.
1. Organoklorin
Organoklorin merupakan chlorinated hydrocarbon yang secara
kimiawi tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif. Hal
ini ditandai dengan dampak residunya yang lama terurai di lingkungan.
Salah satu contoh insektisida organoklorin yang terkenal ialah DDT.
Kelompok organoklorin bersifat toksik terhadap susunan saraf baik
7
insektisida rumah tangga hingga saat ini yaitu jenis propoksur yang
memiliki waktu paruh sekitar 4 jam. Meskipun waktu paruh yang
dimiliki relatif singkat, namun kemungkinan terjadinya akumulasi
masih ada dan hal ini yang akan berdampak negatif bagi para pekerja.
4. Piretroid
Piretroid merupakan jenis insektisida yang paling banyak
digunakan dalam insektisida rumah tangga terutama pada insektisida
koil/bakar dan semprot. Berdasarkan produknya piretroid dibedakan
menjadi piretroid alami yang diperoleh dari bunga Chrysanthemum
cinerariaefolium dan piretroid sintetik yang hasil sintesis dari piretrin.
Piretroid sintetik sering dikombinasikan dengan bahan kimia lain
sehingga mempunyai efek yang sinergis dan menaikkan potensi namun
lebih persisten di lingkungan. Piertroid sintetik lebih lambat terurai
dibandingkan dengan piretroid yang berasal dari tanaman. Piretroid
alami lebih cepat terurai oleh sinar matahari, panas, dan lembab.
Insektisida ini merupakan racun saraf pada serangga dengan
menghalangi sodium channels pada serabut saraf. Akibatnya, transmisi
impuls akan dihambat. Piretroid juga sering dikombinasikan dengan
piperonyl butoxide yang merupakan penghambat enzim mikrosomal
oksidase pada serangga, sehingga kombinasi senyawa ini dengan
piretroid mengakibatkan serangga mati.
Piretroid mempunyai toksisitas rendah pada manusia karena
piretroid tidak terabsorpsi dengan baik oleh kulit. Meskipun demikian,
insektisida ini dapat menimbulkan alergi pada orang yang peka.
Piretroid jenis transfultrin, dalletrin, permetrin, dan sipermetrin banyak
digunakan sebagai insektisida rumah tangga baik dalam bentuk semprot
non aerosol (manual) maupun aerosol (dengan gas pendorong), elektrik,
dan koil/bakar. Hasil evaluasi insektisida yang dilakukan oleh USEPA
(The United State of Environmental Protection Agency) mengemukakan
bahwa dampak risiko pada manusia dan lingkungan sangat kecil jika
mengikuti petunjuk yang tertera pada label.
5. DEET
DEET memiliki nama IUPAC (The International Union of Pure
and Applied Chemistry) adalah N,N-Diethyl-3-methylbenzamide atau
nama lain N,N-Diethyl-m-toluamide. Insektisida ini berbentuk lotion
dan digunakan sebagai insektisida oles (repellent). DEET bekerja
dengan memblokade reseptor olfaktorius serangga yang mengakibatkan
hilangnya keinginan serangga untuk menggigit manusia.
Potensi DEET sebagai repellent akan meningkat dengan tidak
adanya bau keringat. DEET sukar larut dalam air dan termasuk
klasifikasi D yaitu tidak diklasifikasikan sebagai penyebab kanker pada
manusia. Meskipun demikian, penggunaannya disarankan tidak
diulangi setelah 8 jam karena DEET dapat berpenetrasi melalui kulit
sehingga berpotensi menimbulkan keracunan. Lotion yang mengandung
100% DEET mampu melindungi kulit selama lebih dari 12 jam
sedangkan yang mengandung 20-34% DEET mampu melindungi 3-6
jam. The Center for Disease (CDC) merekomendasikan kadar DEET
30-50% sebagai repellent untuk mencegah resistensi dari serangga.
The America Academy of Pediatrics menyatakan tidak ada
perbedaan dalam hal keamanan pada produk yang mengandung DEET
10% dan 30% dan merekomendasikan agar DEET tidak digunakan pada
bayi yang berumur kurang dari 2 bulan.1
6. Fumigan
Sesuai namanya, fumigan mencakup beberapa jenis gas, cairan
atau padatan yang mudah menguap pada suhu rendah dan melepaskan
gas yang dapat membasmi hama. Jenis fumigan yang banyak digunakan
adalah paradiklorbenzen (PDB) atau naftalen. PDB juga digunakan
sebagai penyegar udara dan penghilang bau. PDB jarang menyebabkan
keracunan pada manusia. PDB mempunyai stereoisomer diklorobenzen
10
yang lebih toksik dari bentuk para isomernya. Naftalen dikenal dengan
nama kapur barus mempunyai bau yang tajam dan dapat menimbulkan
iritasi kulit pada orang yang alergi.
7.
Asam Borat
Asam borat didaftarkan sebagai pestisida sejak tahun 1948
untuk mengontrol kecoa, rayap, semut, kutu, ngengat, dan serangga
lainnya. Pestisida ini bekerja dengan mempengaruhi metabolisme
serangga dan bersifat abrasive pada eksoskeleton serangga. Di pasaran,
asam borat tersedia dalam bentuk cairan, serbuk, umpan berbentuk
pasta atau gel. Umpan ini diletakkan pada perangkap dan ditempatkan
dibawah wastafel, kulkas atau kompor. Secara pelan, racun ini akan
membuat dehidrasi dan merusak sistem imun serangga. Serangga yang
masuk perangkap akan membawa racun pada sarangnya dan membunuh
serangga yang memakannya.
Selain klasifikasi tersebut, insektisida juga digolongkan berdasarkan
cara penggunaannya yaitu sebagai berikut.
11
12
13
Gambar 1. Patofiosologi Keracunan Insektisida
14
Jenis
Insektisida
Organofosfat
dan Karbamat
Manifestasi Klinis
Keterangan
Insektisida
organofosfat
(diklorvos dan
klorfirifos) telah
dilarang digunakan
sebagai insektisida
rumah tangga.
15
Piretroid
Iritasi kulit (rasa terbakar, gatal, hingga
Piretroid sintetik hipestesi atau anestesi).
Inkoordinasi, tremor, salivasi, muntah,
diare, iritasi pada indra pendengaran dan
perasa.
Piretroid derivat
tanaman:
piretrum dan
piretrin
3.
DEET
4.
Fumigan
Naftalen
5.
Paradiklorobenz
en (PDB)
Asam borat
Keracunan ringan
Keracunan berat
Hemolisis.
Kerusakan eritrosit, anemia hemolitik,
lemah, hilang selera makan, gelisah,
pucat.
Hiperbilirubinemia, ensefalopati, dan
ikterik.
Keracunan akut
dan tertelan
Jika terjadi
hemolisis, maka
berikan larutan
Ringer laktat atau
Na2CO3, pH urin
dijaga >7,5
Keracunan pada
bayi, tertelan dalam
jumlah besar
Keracunan berat
16
17
Jika yang menjadi pajanan insektisida ialah mata, maka segera cuci
dengan air sebanyak mungkin selama 15 menit.
Selain tindakan pertolongan pertama di atas, ada pula penatalaksanaan
2.
3.
4.
19
20
21
penyemprot
harus
memenuhi
ketentuan-ketentuan
keselamatan kerja.
12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi
syarat, mudah dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun
pengawas.
13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang
telah kosong atau hampir kosong, yaitu :
22
BAB III
SIMPULAN
Insektisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi
serangga. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, insektisida terbagi
atas organoklorin, organofosfat, karbamat, piretroid, DEET, fumigan, dan asam
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan
Pupuk dan Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya
Terhadap Lingkungan. Unpad Bandung.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
25
26