Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

"PENGARUH DAN AKIBAT PERGAULAN BEBAS"

OLEH :
VIRA RINANDA
S1 KEPERAWATAN TINGKAT 1
DOSEN PENGAMPU :
Dra.BISWARNI
TAHUN AJARAN
2015-2016

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Tujuan Makalah
c. Sistematika Penulisan
BAB II ISI dan PEMBAHASAN
A. Pengertian Pergaulan Bebas
B. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
C. Contoh Contoh Pergaulan Bebas
D. Dampak Dampak Pergaulan Bebas
E. Solusi Pergaulan Bebas
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Pengaruh dan Akibat
Pergaulan Bebas".Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah mendapatkan bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.Biswarni
selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam dan semua pihak yang telah banyak
memberikan fasilitas dan informasi sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Pepatah mengatakan "Tiada Gading yang Tak Retak"dan ini berlaku bagi penulisan makalah
ini,dimana penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat terutama
bagi penulis sendiri maupun pihak lain.Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melihat berbaagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang
terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free Sex), disebabkan karena terlalu jauhnya kebebasan
mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat
ini terhadap batas batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus
modernisasi yang meng-global dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya
budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh
kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma norma agama. Hal ini tentunya
bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi norma agama dan Pancasila. Tidak
ada salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas. Saat ini pacaran
menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam memilih calon pendamping. Fakta
menyatakan bahwa sebagian perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok ke belakang
tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduan dengan non muhrim) merupakan hal
yang tabu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak
sesuai dengan budaya Indonesia dan budaya Islam.
B. Tujuan Makalah
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan tujuan yang diharapkan
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
Secara terperinci, penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian pergaulan bebas ?

2. Apa faktor penyebab pergaulan bebas ?


3. Apakah contoh contoh pergaulan bebas ?
4. Apa dampak pergaulan bebas ?
5. Apa solusi pergaulan bebas ?
C. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Pergaulan Bebas
Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam
surat An-Nur ayat 30-31. telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam
bergaul. Lalu bagaimana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas ? Tentunya banyak hal yang
bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena
dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.
Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas, narkoba,
kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat dimana orang
bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal tabu sehingga
sering kali kita mendengar ungkapan jauhi pergaulan bebas.
Dilihat dari segi kata dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan bebas.
Dari segi bahasa, pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan
yang mengtur pergaulan.
Pergaulan bebas disebut juga ikhtilath. Ikhtilath adalah suatu bentuk pergaulan/hubungan secara
bebas yang melibatkan laki laki dan perempuan yang bukan muhrim di tempat sunyi atau di
tempat terbuka. Ikhtilath merupakan suatu ciri pergaulan masyarakat jahiliyah yang berdasarkan
kepada nilai nilai dan sistem hidup jahiliyah. Ikhtilath sudah dihapuskan sejak kedatangan
Rasulullah SAW yang membawa agama Islam.
Perbedaan ikhtilath dan khalwat
1. Ikhtilath
Seorang laki laki dan perempuan berada di tempat ramai
Contoh : di pasar, bank, sekolah
2 orang atau lebih laki laki dan perempuan berada di tempat tertutup atau sepi dan tidak
berniat berkhalwat
Contoh : bermusyawarah, belajar di kelas, kuliah
2. Khalwat adalah berduaan lelaki dan wanita tanpa mahram.
Seoarang laki laki dan perempuan bersama di tempat tertutup/sepi
Contoh : di hotel
2 orang laki laki dan perempuan berada di tempat tertutup atau sepi dan berniat berkhalwat
Contoh : sekumpulan laki laki dan perempuan bersepakat dan berkhalwat walaupun ditempat
yang ramai
Sabda Nabi Muhammad SAW : Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan
sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahram karena setan akan
menyertai keduanya.

Sabda Nabi Muhammad SAW : "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di
tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan
wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).
Hukum pergaulan ada 3 golongan, yaitu :
1. Golongan Mutasyaddidun
Golongan ini sangat keras/syadid, mereka memfatwakan semua ikhtilath itu haram apapun
keadaannya, bahkan mewajibkan wanita memakai cadar selain menutup aurat.
Contoh : sekolah di pisahkan antara laki laki dan perempuan.
2. Golongan Mutasahhilin
Golongan ini memandang ikhtilath sebagai masalah yang mudah, mereka membolehkan
percampuran laki laki dan perempuan atas dasar kebebasan dan hak individu, dan aurat boleh
diperlihatkan.
3. Golongan Mutawasitthin
Golongan ini berpegang pada Ahli Sunnah Wal Jamaah dan tidak terlalu keras/syadid atau terlalu
menganggap mudah. Tidak mengharamkan atau tidak menghalalkan percampuran antara laki
laki dan perempuan dengan memberi batasan yang jelas dalam ikhtilath.
B. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang
benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang
bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan
bangsa.
Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Kurang perhatian orangtua, kurangnya
penanaman nilai-nilai agama tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya
pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal
tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas sehingga terjadi
kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga serta bertanggung jawab terjadilah
aborsi & penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit HIV/AIDS atau kematian.
Berikut ini faktor penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia, antara lain :
1. Kurangnya pemahaman agama dan lemahnya iman
2. Pengaruh lingkungan seperti orang tua, teman, sekolah, dan masyarakat
Sikap mental yang tidak sehat membuat banyak remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang
sebenarnya tidak pantas, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah.
Ketidakstabilan emosi dipicu oleh penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang
tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga atau orang tua yang menolak, acuh tak acuh,
menghukum, mengolok olok, memaksakan kehendak, mengajarkan yang salah tanpa dibekali
dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan
hidup yang mereka jalani sehingga pelarian dari hal tersebut berdampak negatif.
Ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang
bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus
(dari segi prestasi bagi remaja yang sering gagal atau peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan
masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisi, sehingga menjadikan remaja sangat labil
dalam mengatur emosi, dan mudah terpengruh oleh hal hal negatif disekelilingnya.
3. Pengetahuan yang minim dan rasa ingin tahu yang berlebihan
Hasil penelitian memaparkan para remaja tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif

mengenai seks. Informasi tentang seks mereka dapatkan melalui teman (65%), film porno (35%),
sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman
lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti
dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
4. Perubahan zaman & kegagalan menyerap norma
Hal ini disebabkan karena norma norma yang sudah ada tergeser oleh modernisasi yang
sebenarnya adalah westernisasi (peradaban modern).
C. Contoh Contoh Pergaulan Bebas.
Budaya free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan menghubungkan fakta
yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi yang mengaku dirinya muslim tetapi
mereka melakukan perbuatan zina. Jika hal ini dibiarkan, maka akan sangat berbahaya bagi
kelanjutan dawah Islam. Betapa sedihnya jika ummat Islam yang begitu besar tetapi akhlak para
pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillahi min dzaalik!
Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Para remaja dengan bebas
saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilath) antara lawan jenis, akibatnya mudah ditelusuri
berkembanglah budaya pacaran. Pacaran adalah haram dalam Islam. Pacaran adalah budaya dan
peradaban jahiliyah yang dilestarikan oleh orang orang kafir negeri Barat dan kemudian diikuti
oleh sebagian umat Islam dengan dalih mengikuti perkembangan jaman dan sebagai cara untuk
mencari dan memilih pasangan hidup. Kecintaan terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia,
tetapi pacaran bukanlah wadah yang tepat.
Firman Allah : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan sejelek jelek jalan." (Q. S. Al Isra' : 32)
Sabda Nabi Muhammad SAW : Demi Allah sungguh jika kepala salah seorang dari kalian
ditusuk dengan jarum dari besi maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal
baginya.
Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki
dari fitnah wanita.
Orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Contoh : orang berpacaran
mengenang dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal hal semacam
melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya
mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan
membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?
Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah
orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah,
bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis
peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak.
Naudzubillah min dzalik !
Semua aktifitas tubuh kita berpotensi menimbulkan zina ketika digerakkan atas nama syahwat
yang melepas dari kendali fitrah, contoh memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang
meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita dalam bentuk menikmati
adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayu
adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang
atau yang lain adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hati atau
menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-

angankan wanita yang memikat maka itulah zina kalbu.


Sabda Rasulullah SAW : " Wahai Ali janganlah pandangan yang kedua menuruti pandangan yang
pertama karena sesungguhnya pandangan pertama itu adalah bagi kamu sedangkan yang kedua itu
dosa ke atasmu. (Riwayat Ahmad,Abu Daud,Tarmizi)
Namun Allah Maha Pemurah, zina selain farji tidak sampai dikenakan hukuman cambuk, dosanya
masih bisa dihapus dengan taubat yang tulus dan ditebus dengan amal-amal shalih.
D. Dampak Dampak Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas dapat memberi dampak yang buruk, diantaranya :
1. Terserang penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome ). AIDS merupakan gejala
kompleks yang menunjukkan adanya kegagalan pada fungsi sistem kekebalan tubuh akibat
terinfeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV menyerang dan
menghancurkan sel darah putih yang berfungsi sebagai penahan dari serangan infeksi atau bibit
penyakit.
Gejala awal AIDS mirip dengan flu, terjadi pembengkakan kelenjar dan suhu tubuh yang tinggi.
Gejala lanjutannya ialah kehilangan berat badan, terserang beberapa macam kanker, dan
penurunan fungsi otak. Penularan penyakit ini melalui cairan darah yang terinfeksi, jarum suntik,
hubungan seksual, dan mulut (adanya luka pada gusi, bibir, dan tenggorokan) saat melakukan oral
seks. Bayi yang belum lahir juga beresiko tertular HIV jika ibunya menderita AIDS.
Tingginya kasus AIDS, khususnya para remaja merupakan akibat dari pergaulan bebas. Hasil
penelitian di 12
kota termasuk di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10 31 % remaja yang belum
menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di
kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita
HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% kehilangan sistem kekebalan atau daya
tahan tubuh pada usia remaja. Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba
semakin memprihatinkan. Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Februari 2005,
tercatat penderita AIDS sebanyak 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita
tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352
orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
2. Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja
sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus dibagi menjadi dua :
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya,
kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang
salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa
seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau
dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Firman Allah : Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah
yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah dosa yang besar. (QS 17:31).
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil
atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan

kandungannya. Padahal ayat tersebut telah jelas menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah
sedangkan manusia diperintahkan untuk berusaha.
Firman Allah: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya. (QS 5:32 ).
Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan
melawan terhadap perintah Allah.
Al-Quran menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap
Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah dihukum mati, atau
disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya.
Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat
mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36).
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi
dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap
tahunnya kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa
atau TV. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat
rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa.
Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi
sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB
melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994 di Kairo
Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami, penderitaan kehilangan
harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%),
ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan
seksual (59%).
Wanita yang melakukan aborsi beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
gangguan psikologis.
Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd. Risiko kesehatan dan
keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah :
Kematian mendadak karena pendarahan hebat
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
Rahim yang sobek (Uterine Perforation )
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
Kanker indung telur (Ovarian Cancer )
Kanker leher rahim (Cervical Cancer )
Kanker hati (Liver Cancer )
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy )


Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease )
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis )
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap
keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai PostAbortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
E. Solusi Pergaulan Bebas
Kita semua mengetahui peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, penyaluran
minat dan bakat secara positif merupakan hal hal yang dapat membuat setiap orang mampu
mencapai kesuksesan hidup nantinya. Selain daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya.
Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki cara pandang dengan bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan , agar
apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
2. Menjaga keseimbangan pola hidup, yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola
waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam
kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
3. Jujur pada diri sendiri, yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik
untuk diri masing-masing.
4. Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan
masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita
mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita.
5. Perlunya remaja berpikir untuk masa depan. Seandainya tiap remaja mampu menanamkan
pertanyaan Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah
untuk menjadi individu yang lebih baik? kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan
positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang
untuk melakukan hal-hal menyimpang sehingga jumlah remaja yang terkena HIV & AIDS
berkurang.
Selain itu, Sex Education seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa
atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah
biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan
reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang
perlunya pendidikan seks bagi para remaja.
M. Sofyan Sauri, S.Sos selaku senior koordinator Centra Mitra Remaja (CMR), ada dua faktor
mengapa sex education sangat penting bagi remaja.
Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja. Mereka belum paham dengan
sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah
hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung
jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi
mereka. Di lingkungan sosial masyarakat, hal lain ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti

media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah,
internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Islam telah menetapkan dan mengatur batas batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan
menjaga pandangan mata dan memelihara kehormatan (farji)
2. Islam tidak mengakui dan mengatur tata cara seperi yang ada pada saat ini
3. budaya pacaaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan dampaknya
tidak jauh berbeda dengan pergaulan bebas
Selain usaha dari diri masing-masing sebenarnya pergaulan bebas dapat dikurangi apabila setiap
orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif untuk memberikan motivasi positif dan
memberikan sarana & prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya sehingga
segalanya menjadi bermanfaat dalam kehidupan tiap remaja.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja
yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat
serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan seharihari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh
sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi
sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian disebabkan aborsi atau
HIV/AIDS.
B. Saran
Bagi para pembaca marilah kita bersama-sama ikut andil dalam menerapkan hidup gaul tanpa
HIV & AIDS, baik dengan menjadi individu yang menjauhi pergaulan bebas dan juga dalam
memberikan motivasi kepada orang-orang di sekeliling kita.
Penulis juga memberikan beberapa saran, yaitu :
v Pilihlah teman sesuai dengan sifat/karakter
v Cobalah menjadi diri sendiri, tidak mengikuti teman atau tren masa kini yang dapat
menjerumuskan kepribadian
v Saringlah budaya budaya Barat yang masuk ke Indonesia, sesuaikan dengan budaya keTimuran yang kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA
90born.forumotion.com
Ninahamzah.wordpress.com
P3rg4s.blogspot.com
One.indoskripsi.com
-Al-Makatti, Abdurahman, 2001; Pacaran Dalam Kacamata Islam. Jakarta; Media Dakwah.
- Sultoni, Wahyu Bagja, 2007; Ilmu Sosial Dasar.
Bogor; STKIP Muhamadiyah.
blog.re.or.id/taaruf-syari-solusi-pengganti-pacaran.htm
www.indomedia.com/bpost/012000/24/opini/resensi.htm
www.alislam.or.id/artikel/arsip/00000028.html

Anda mungkin juga menyukai