Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan Mata Kuliah Pengauditan 1

Semester Genap 2015

Strategi Audit Keseluruhan dan Program Audit

Nama

NIM

No Absen

Devy Kusuma Cendana

1315351182

49

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM EKSTENSI

2015

DAFTAR ISI
1.

Lima Jenis Pengujian dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut.............................3


1.1.Prosedur Penilaian Resiko..........................................................................3
1.2.Pengujian Pengendalian..............................................................................3
1.3.Pengujian Substantif Transaksi..................................................................4
1.4.Pengujian Analitis Substantif......................................................................4
1.5.Pengujian Rinci Saldo Akun.......................................................................4

2.

Pemilihan Jenis Pengujian Audit yang Tepat.....................................................5

2.1.........Ketersediaan Jenis-Jenis Bukti untuk Pelaksanaan Prosedur Audit


Lebih Lanjut.................................................................................................................5
2.2.Biaya Pelaksanaan Pengujian.....................................................................5
2.3.Efektivitas Pengendalian Internal..............................................................5
2.4.Risiko Inheren..............................................................................................5
2.5.Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif. .6
2.6.Hubungan antara Prosedur Analitis dengan Pengujian Substantif........6
2.7.Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif. .6
3.

Kombinasi Bukti...................................................................................................6

4.

Perancangan Program Audit...............................................................................8


4.1.Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi
8
4.2.Prosedur Analitis..........................................................................................8
4.3.Pengujian Rinci Saldo..................................................................................9

5. Perbandingan dan Perbedaan Tujuan Audit Transaksi dengan Tujuan Audit


Saldo, dan Tujuan Penyajian dan Pengungkapan..................................................10
6.

Pengintegrasian Keempat Tahapan Proses Audit............................................11

1. Lima Jenis Pengujian dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut


Terdapat delapan tahapan dalam perencanaan audit. Tujuh tahapan perttama
dilakukan guna memenuhi kewajiban auditor untuk melaksanakan prosedur penilaian
resiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi,
sebagaimana ditetapkan dalam SA 315.5.
Tahapan kedelapan merupakan respons atas ketujuh tahapan sebelumnya yang
dituangkan dalam prosedur audit lebih lanjut yang terdiri dari pengujian
pengendalian, pengujian substantive golongan transaksi, prosedur analitis substantive
dan pengujian rinci atas saldo. Gambar dibawah mencerminkan hubungan antara
empat jenis prosedur lebih lanjut.

1.1. Prosedur Penilaian Resiko


Pada bagian ini. Auditor fokus pada pemahaman tentang rancangan maupun
implementasi pengendalian internal. Secara bersama-sama, prosedur-prosedur
untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, mencerminkan prosedur-prosedur penilaian risiko yang
dilakukan auditor untuk menilai kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan.
1.2. Pengujian Pengendalian
Untuk mendapat cukup bukti untuk mendukung penilaian risiko pengendalian,
auditor melaksanakan pengujian pengendalian. Jenis jenis bukti yang
diperlukan adalah:
1.
2.
3.
4.

Mengajukan pertanyaan kepada personel iklan yang sesuai.


Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
Melakukan pengamatan atas aktivitas pengendalian terkait
Melakukan ulang prosedur-prosedur klien.

Auditor melakukan transaction walkthrough sebagai bagian dari prosedur


untuk memperoleh pemahaman yang dapat membantunya dalam menentukan
apakah pengendalia telah dijalankan. Pengujian pengendalan juga digunakan
untuk menentukan apakah pengendalian-pengendalian tersebut efektif yang
biasanya mencakup suatu sampel transaksi.
Jumlah bukti tambahan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua
hal yaitu banyaknya bukti yang diperoleh dalam memperoleh pmeahaman
tentang

pengendalian

internal

dan

rencana

pengurangan

risiko

pengendalian.
1.3. Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantive adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk
mendeteksi kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.
Pengujian substantive golongan transaksi digunakan untuk menentukan
apakah keenam tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap golongan
transaksi. Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian terpisah dari
pengujian-pengujian lainnya, tapi biasanya akan lebih efisien apabila hal
tersebut dilakukan secara bersamaan dengan pengujian substansif golongan
transaksi.
1.4. Pengujian Analitis Substantif
Prosedur analitis adalah pengevaluisian terhadap infomrasi keuangan yang
dilakukan melalui analisis hubungan antara datakeuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis meliputi perbangingan antara jumlah yang
tercantum dalam oembukuan dengan ekspektasi yag dikembangkan auditor.
Dua tujuan penting diadakannya prosedur analitis terhadap saldo-saldo akun
adlaah untuk menunjukkan kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan dan untuk menghasilkan bukti yang substantive.
1.5. Pengujian Rinci Saldo Akun
Pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar baik
akun neraca maupun akun laba rugi. Tekanan utama kebanyakan pengujian
rinci saldo adalah pada akun-akun dalam neraca (akun riil). Pengujian ini juga
sangat penting karena bukti biasanya diperoleh dari sumber-sumber yang
indepeden terhadap klien yang dipandang memiliki tingkat keandalan tinggi.

Luas pengujian ini bergantung pada hasil pengujian pengendalian, pengujian


substantive golongan transaksi dan prosedur analitis substantive atas akunakun tersebut.
2. Pemilihan Jenis Pengujian Audit yang Tepat
Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis pengujian yang
akan dilakukan auditor, antara lain ketersediaan delapan jenis bukti, biaya
pelaksanaan untuk setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal dan
risiko inheren.
2.1. Ketersediaan Jenis-Jenis Bukti untuk Pelaksanaan Prosedur Audit Lebih
Lanjut
Tabel berikut akan menhelaskan hubungan antara prosedur audit lebih lanjut
dengan jenis bukti yang harus didapatkan.

2.2. Biaya Pelaksanaan Pengujian


Apabila prosedur pengujian diurutkan dari yang paling murah sampai yang
mahal adalah:

Prosedur analitis
Prosedur penilaian resiko
Pengujian pengendalian
Pengujian substantive golongan transaksi
Pengujian rinci saldo

2.3. Efektivitas Pengendalian Internal


2.4. Risiko Inheren
Kedua faktor terakhir telah dibahas secara ekstensif pada bab dahulu.

2.5. Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Adanya suatu penyimpangan yang ditemukan dalam pengujian pengendalian
hanya indikasi tentnag kemungkinan adanya kesalahan penyajian yang
berpengaruh terhadap nilai rupiah dalam laporan keuangan, sedangkan suatu
penyimpangan yang dijumpai dalam pengujian substantive golongan transaksi
atau pengujian rinci saldo adalah suatu kesalahan penyajian laporan keuangan.
Penyimpangan dalam pengujian pengendalian disebut deviasi pengujian
pengendalian.
2.6. Hubungan antara Prosedur Analitis dengan Pengujian Substantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis juga hanya
merupakan indikasi tentnag kemungkinan kesalahan penyajian yang
mempengaruhi nilai rupiah dalam laporan keuangan. Apabila auditor
melakukan prosedur analisis substantive dan yakin bahwa kemungkinan
kesalahan penyajian rendah, ,maka pengujian substansif lainnya bisa
dikurnagi.
2.7. Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Auditor dihadapkan pada pilihan dalam memadukan pengujian pengendalian
dan pengujian substantive. Dalam tahap perencanaan, auditor harus
memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah maksimum.
Apabila hal ini dilakukan, auditor selanjutnya harus melakukan pengujian
pengendaian untuk emmastikan didukung tingkat risiko pengendalian yang
sudah ditetapkan. Apabila pengujian pengendalian mendukung risiko
pengendalian yang telah ditetapkan, maka risiko deteksi dalam model risiko
audit meningkat, dan dengan demikian renana pengujian substantive bisa
dikurangi.
3. Kombinasi Bukti
Luas pengujian dan pemilihan jenis pengujian bisa sangat bervariatif tergantung
pada tingkat efektifitas pengendalian dan risiko inheren yang berbeda. Untuk
memperoleh bukti yang cukup sebagai respon atas risiko yang diidentifikasi
melalui prosedur penilaian risiko, auditor melakukan kombinasi pada keempat
pengujian audit lainnya yang sering disebut dengan kombinasi bukti.

Pengujian

Pengujian

Prosedur

Pengujian

Pengenda

Substantif

Analitis

Rinci

lian

Golongan

Audit

Transaksi
S

1
Audit

2
Audit

3
Audit

Saldo

4
Keterangan: L = jumlah pengujian yang luas. M = jumlah pengujian medium. S =
jumlah pengujian sedikit. T = tidak ada pengujian.
Analisis Audit 1. Klien adalah perusahaan besar dengan pengendalian internal
yang canggih dan risiko internal yang rendah. Oleh karena itu, auditor melakukan
pengujian internal yang luas dan sangat mengandalakan pada pengendalian
internal untuk mengurangi pengujian substantive. Biaya untuk audit ini juga tidak
mahal.
Analisis Audit 2. Perusahaan ini adalah Perusahaan yang tidak begitu besar
dengan sedikit risiko pengendalian dan sedikit risiko inheren. Semua jenis
pengujian dilakukan pada tingkat medium kecuali prosedur analisis substantive
yang dilakukan secara luas.
Analisis Audit 3. Perusahaan berukuran medium tetapi memiliki pengendalian
kurang efektif serta risiko inheren yang signifikan. Karena perusahaan kecil,
auditor tidak melakukan pengujian pengendalian karena tidak memadai. Auditor
menekankan pada pengujian rinci saldo dan pengujian substantive golongan
transaksi tetapi sejumlah prosedur analisis substantive juga diperlukan.
Analisis Audit 4. Rencana awal audit ini adalh mengikuti pendekatan Audit 2
tetapi auditor menjumpai deviasi pengujian pengendalian yang banyak dan
kesalahan penyajian signifikan ketika melakukan pengujian substantive golongan
transaksi dan prosedur analitis substantive. Kesimpulan bahwa pengendalian
internal tidak efektif bisa ditarik dan karena itu, biaya audit menjadi lebih tinggi.

4. Perancangan Program Audit


Prosedur audit yang spesifik harus dirancang untuk setiap pengujian. Prosedurprosedur audit ini digabungkan menjadi suatu program audit. Biasayanya, auditor
in charge akan mengajukan usula kepada manajer audit. Program audit yang
diancang harus memenuhi tujuan audit transaksi dan tujuan audit saldo.
Disamping bagian dari program audit ynag berisi prosedur, program audit
biasanya dirancang dalam tiga bagian tambahan: pengujian pengendalian dan
pengujian substantif golongan transaksi, prosedur analitis substantive dan
pengujian rinci saldo.
4.1. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi
Pada bagian ini, auditor akan menjelaskan dokumentasi pemahaman tentang
pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian
risiko dan mendiskripsikan tentang prosedur yang dilaksanakan untuk
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal dan deskripsi tentang
penilaian risiko pengendalian.
Prosedur Audit. Auditor menggunakan empat tahapan untuk menurunkan
penilaian risiko pengendalian.
1. Menerapkan tujuan audit transaksi pada suatu golongan transaksi
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci dan membuat penetapan awal
risiko pengendalian
3. Merancang penjuian pengendalian
a. Prosedur audit
b. Ukuran sampel
c. Unsur-unsur yang dipilih
d. Saat
4. Merancang pengujian substansif transaksi
a. Prosedur audit
b. Ukuran sampel
c. Unsur-unsur yang dipilih
d. Saat
4.2. Prosedur Analitis
Karena prosedur analitis relative murah, kebanyakan auditor menggunakan
prosedur ini hamper pada setiap audit. Prosedur analitis yang dilakukan pada
pengujian substantive biasanya lebih focus dan lebih menalam daripada yang

dilakukan pada tahap perencanaan. Auditor cenderung untuk tidak


menggunakan data keseluruhan agar dapat menetapkan angka yang
diharapkan secara lebih tepat.
Apabila auditor merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk
memperoleh keyakinan substantive tetang suatu saldo akun, data yang
digunakan dalam perhitungan haruslah data yang cukup bisa dipercaya. Hal
ini berlaku untuk data keuangan dan non keuangan.
4.3. Pengujian Rinci Saldo
Tahap-tahap dalam perencanaan prosedur audit pengujian reinci saldo adalah:
1. Identifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh terhadap piutang
usaha
2. Tetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko inheren untuk
piutang usaha
3. Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penerimaan
piutang.
4. Rancang dan lakukan pengujian substantive golongan transaksi untuk
penjualan dan penerimaan barang
5. Rancang dan alkukan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha
6. Rancang pengujian rinci saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan
audit saldo
a. Prosedur audit
b. Ukuran sampel
c. Unsur yang dipilih
d. Saat

5. Perbandingan dan Perbedaan Tujuan Audit Transaksi dengan Tujuan Audit


Saldo, dan Tujuan Penyajian dan Pengungkapan
Tujuan Audit Tujuan

Audit Sifat Hubungan

Penjelasan
10

Transaksi
Keterjadian

Saldo
Keberadaan atau Langsung
kelengkapan

Kelengkapan

Kelengkapan
atau keberadaan
Ketelitian
Ketelitian
Posting dan Kecocokan
peringkasan
Saldo
Penggolonga Penggolongan
n
Saat
Pisah batas
Nilai
bisa
direalisasi

Hak
kewajiban

Langsung

Terdapat hubungan langusng antara tujuan


audit transaksi keterjadiaan dengan tujuan
audit saldo keberadaan apabila transaksi
menaikkan
saldo
akun
uang
bersangkutan)
Sama seperti diatas.

Langsung
Langsung
Langsung
Langsung
Tidak ada

dan Tidak ada

Hanya sedikit pengendalian tentan niali


yang bisa direalisasi berhubungan dengan
golongan
transaksi,
tetapi
proses
pemberian otorisasi kredit mempengaruhi
luas pengujian
Hanya sedikit pengendalian internal
tentang hak dan kewajiban yang
berhubungan dengan golongan transaksi

Tabel diatas memberi gambaran tetang hubungan tujuan audit transasksi dan
tujuan audit saldo dan melukiskan bahwa walaupun seandainya semua tujuan audit
transaksi terpenuhi, auditor masih harus melakukan pengujian substantive saldo untuk
memenuhi tujuan audit saldo berikut:

Nilai bisa direalisasi


Hak dan kewajiban

Auditor melakukan pengujian pengendalian dan prosedur substantive untuk


memperoleh keyakinan bahwa semua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan
jumlah-jumlah rupiah yang dicakup oleh pengungkapan tersebut.

6. Pengintegrasian Keempat Tahapan Proses Audit


TAHAP I Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit

11

Penerimaan klien dan menyusun perencanaan awal


memahami bisnis dan bidang usaha klien
menilai risiko bisnis klien
melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
menetapkan materialitas dan menilai risiko audit bisa diterima dan
risiko inheren
memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
mengembangkan strategi audit keseluruhan dan program audit

TAHAP 2 Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive


transaksi

Ya- melaksanakan
pengujian
pengendalian

merencanakan
untuk
mengurangi
tingkat resiko
pengendalian

Tidak, melaksanakan
pengujian substantif
transaksi

menilai kemungkinan kesalahan


penyajian dalam laporan keuangan

TAHAP III melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo

12

medium
tinggi

rendah
Melaksanakan
prosedur
prosedur
analitis
analitis

melaksanakan pengujian unsur kunci


melaksanakan tambahan pengujian rinci saldo
TAHAP IV menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan
pengungkapan
mengumpulkan bukti final
mengevaluasi hasil
menerbitkan laporan audit
komunikasi manajemen dengan pihak-pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola

13

Anda mungkin juga menyukai