Lapkas Anestesiologi
Lapkas Anestesiologi
BAB I
UREMIC ENCEPHALOPATHY
1.1 Pendahuluan
Uremic encephalopathy merupakan salah satu bentuk dari ensefalopati
metabolik. Ensefalopati metabolik merupakan suatu kondisi disfungsi otak yang
global yang menyebabkan terjadi perubahan kesadaran, perubahan tingkah laku dan
kejang yang disebabkan oleh kelainan pada otak maupun diluar otak.
Ensefalopati Metabolik adalah pengertian umum keadaan klinis yang ditandai
dengan:
1.
2.
3.
4.
Ga
mbar 2. Insidens ESRD
Mortalitas
Gagal ginjal fatal jika tidak ditangani
1. UE menunjukkan fungsi ginjal yang memburuk. Jika tidak ditangani, UE
dapat menyebabkan koma dan kematian.
2. Pasien memerlukan penanganan agresif untuk mencegah komplikasi dan
menjaga homeostasis yang tergantung pada intensive care dan dialisis. Di AS,
lebih dari 200.000 pasien menjalani hemodialisa.
Ras
Gagal ginjal lebih sering pada ras Afrika Amerika dibandingkan ras lainnya.
Jenis Kelamin
Insidens pada pria dan wanita sama banyak.
Usia
Pasien pada berbagai usia dapat mengalami gagal ginjal, namun lebih
progresif pada usia lanjut, yaitu pasien di atas 65 tahun.
1.4. Patofisiologi
Patofisiologi dari UE belum diketahui secara jelas. Urea menembus sawar darah
otak melalui sel endotel dari kapiler otak. Urea sendiri tidak bisa dijadikan satusatunya penyebab dalam terjadinya ensefalopati, karena jumlah ureum dan kreatinin
tidak berhubungan dengan tingkat penurunan kesadaran ataupun adanya asterixis dan
mioklonus.5
Perubahan yang ditemukan pada mayat pasien dengan chronic kidney disease
biasanya ringan, tidak spesifik dan lebih berhubungan dengan penyakit yang
menyertainya. Jumlah kalsium pada korteks serebri hampir dua kali lipat dari nilai
normal. Peningkatan jumlah kalsium ini mungkin diperantarai oleh aktivitas hormon
Paratiroid. Hal ini didukung oleh hasil penelitian pada anjing yang mengalami gagal
ginjal akut maupun kronik, EEG dan abnormalitas kalsium dapat dicegah dengan
Gambar 3. Ilustrasi efek neurotoksik dari uremia pada sistem saraf pusat
Kontribusi aluminium pada UE kronik masih belum jelas diketahui. Sumber
alumunium diperkirakan dari diet dan obat-obatan terikat fosfat. Transpor aluminium
menuju otak hampir pasti melalui reseptor transferin pada permukaan luminal pada
sel endotel kapiler otak. Jika sudah melewati otak, aluminium dapat mempengaruhi
ekspresi A4 protein prekursor yang melalui proses kaskade menyebabkan deposisi
ekstraselular dari A4 protein. Secara ringkas, patofisiologi dari UE adalah kompleks
dan mungkin multifaktorial.6
1.5. Gejala Klinis
Apatis, fatigue, iritabilitas merupakan gejala dini. Selanjutnya, terjadi konfusi,
gangguan persepsi sensoris, halusinasi, dan stupor. Gejala ini dapat berfluktuasi dari
hari ke hari, bahkan dalam hitungan jam. Pada beberapa pasien, terutama pada pasien
anuria, gejala ini dapat berlanjut secara cepat hingga koma. Pada pasien lain,
halusinasi visual ringan dan gangguan konsentrasi dapat berlanjut selama beberapa
minggu.
Pada gagal ginjal akut, clouded sensorium selalu disertai berbagai gangguan
motorik, yang biasanya terjadi pada awal ensefalopati. Pasien mulai kedutan, jerk dan
dapat kejang. Twitch dapat meliputi satu bagian otot, seluruh otot, atau
ekstremitas,aritmik, asinkron pada kedua sisi tubuh pada saat bangun ataupun tidur.
Pada beberapa waktu bisa terdapat fasikulasi, tremor aritmik, mioklonus, khorea,
asterixis, atau kejang. Dapat juga terjadi phenomena motorik yang tidak terklasifikasi,
yang disebut uremic twitch-convulsive syndrome.
Gambar 4. Asterixis
Jika keadaan uremia memburuk, pasien dapat jatuh dalam keadaan koma. Jika
asidosis metabolik yang mengikuti tidak dikoreksi, akan terjadi pernapasan Kussmaul
yang berubah sebelum kematian, menjadi pernapasan Cheyne-Stokes.9
Sedang
Muntah
Lamban
Berat
Gatal
Gangguan
Mudah lelah
Mengantuk
Perubahan pola tidur
Emosional
orientasi
Kebingungan
Tingkah laku aneh
Bicara pelo
Hipotermia
Paranoia
Penurunan kognitif
Penurunan abstraksi
Penurunan kemampuan
Mioklonus
Asterixis
Kejang
Stupor
seksual
Koma
1.6. Diagnosis
Diagnosis ensefalopati uremik biasanya berdasarkan gejala klinis dan
kemajuannya setelah dilakukan terapi yang adekuat serta pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan jumlah sel darah lengkap untuk mendeteksi leukositosis, yang
mungkin menunjukkan penyebab infeksi dan menentukan apakah terdapat
anemia. (Anemia dapat berkontribusi pada keparahan perubahan mental.)
2. Pemeriksaan kalsium serum, fosfat, dan kadar PTH untuk menentukan adanya
hiperkalsemia, hipofosfatemia, dan hiperparatiroidisme yang parah, yang
menyebabkan ensefalopati metabolik.
3. Kadar magnesium serum mungkin meningkat pada pasien dengan insufisiensi
ginjal, terutama jika pasien mengkonsumsi magnesium yang mengandung
antasida. Hipermagnesemia mungkin bermanifestasi sebagai ensefalopati.
4. Elektrolit, BUN, kreatinin, dan glukosa
Pemeriksaan Lain
1. Elektroensefalogram11,12
a. Pemeriksaan EEG biasanya dilakukan pada pasien dengan ensefalopati
metabolik. Temuan biasanya meliputi:
10
11
didapatkan perlambatan general dengan gelombang delta dan theta dan spikes
bilateral12
2. Punksi lumbal
a. Pungsi lumbal tidak rutin dilakukan, namun dapat diindikasikan untuk
menemukan penyebab lain dari ensefalopati jika status mental pasien
tidak membaik setelah dialisis dimulai.
b. Tidak ada temuan CSF spesifik menunjukkan ensefalopati uremik.
12
ruang rawat biasa tidak memilki monitor yang dapat menunjukkan keadaan
pasien. Dari monitor kita dapat memantau perkembangan pasien. Monitoring
menjadi penting karena pada pasien UE banyak memiliki komplikasi yang
mengarah pada mortalitas.
5. Pada pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD), kelainan EEG
umumnya membaik setelah beberapa bulan tetapi mungkin tidak normal
sepenuhnya. Pada pasien dapat diberikan obat antikonvulsan.
Dalam praktek klinis, obat antikonvulsan yang sering digunakan dalam
menangani kejang yang berhubungan dengan uremia adalah benzodiazepine
untuk kejang myoklonus, konvulsif atau non-konvulsif parsial kompleks atau
absens; ethosuximide, untuk status epileptikus absens; Fenobarbital, untuk
status epileptikus konvulsif.13 Sementara itu, gabapentin dapat memperburuk
kejang mioklonik pada end stage renal disease. 14
Benzodiazepin (BZD) dan Fenobarbital bekerja meningkatkan aktivitas
GABA dengan berikatan pada kompleks reseptor GABA sehingga
memfasilitasi GABA untuk berikatan dengan reseptor spesifiknya. Terikatnya
BZD menyebabkan peningkatan frekuensi terbukanya channel klorida,
menghasilkan hiperpolarisasi membran yang menghambat eksitasi selular.15
13
14
15
16
Kegagalan organ multipel dengan disfungsi ginjal dan / atau sindrom reaksi
inflamasi sistemik, sepsis atau syok septik dengan disfungsi ginjal
1.9. Prognosis
Dengan penatalaksaan yang tepat, tingkat mortalitas rendah. Dengan
pengenalan terhadap dialisis dan transplantasi ginjal, insidens dan tingkat keparahan
dari UE dapat dikurangi.
17
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1.
Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia
60 tahun
Agama
Islam
Alamat
Status
Menikah
Pekerjaan
Tanggal Masuk:
2.2.
Nurhayati
03 Februari 2015
Anamnesis
KU
Penurunan Kesadaran
Telaah
lahan. 1 hari sebelum masuk RSUP HAM, Os terjatuh dari sofa dan tidak
sadar, kemudian sadar lalu kembali tidak sadar. Tetapi tidak ada yang melihat
saat Os terjatuh. Riwayat trauma kepala tidak jelas. Riwayat kejang (-).
Riwayat demam (-). Riwayat sesak nafas dijumpai 2 hari SMRS. Riwayat
DOE (-), PND (-), Ortopnoe (-). Riwayat muntah darah (+) berwarna hitam.
Riwayat BAK keruh (+), nyeri BAK (-), BAB (-) 1minggu terakhir. Riwayat
penyakit darah tinggi dan DM (+). Riwayat mengkonsumsi obat anti nyeri
dalam jangka waktu lama (+).
RPT
RPO
: Hipertensi, DM tipe II
: Insulin, Analgetik (jenis obat tidak jelas)
18
3 Januari 2016
4 Januari 2016
Pasien tiba di
IGD RSUP HAM
4 Januari 2016
Pukul : 06.15
WIB
Pasien exitus
(Blue Line)
2.3
Secondary Survey
B1 (Breath)
Airway: clear, gargling / snoring / crowing: - / - / - , RR: 19x/mnt, SP:
vesikuler, ST: (-), Mallampati : II, JMH (Jarak Mentum Hyoid): >6 cm, GL
(Gerakan Leher) bebas, Riwayat asma (-), alergi (-), batuk (-), sesak (+).
B2 (Blood)
Akral : H/M/K, TD : 100/50 mmHg, HR : 108 x/menit, Reguler, T/V : cukup,
Temp : 37C
B3 (Brain)
Sens : Sopor, GCS: 5 (E2V1M2), Pupil: isokor 3 mm / 3mm, RC(+/+),
keruh.
B5 (Bowel)
Abdomen
Inspeksi: simetris
Palpasi: dinding abdomen soepel
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+)
B6 (Bone)
Edema (-)
19
Darah Lengkap
Hb : 12,5 gr/dl
Leukosit : 17,84 /mm3
Ht : 17 %
Trombosit : 185.000 /mm3
Faal Hemostasis
PT: 13.2 (14,5)
APTT: 30,7 (34.5)
TT: 28.2 (17)
Metabolisme Karbohidrat
KGD (sewaktu): 484 mg/dL
Fungsi Ginjal
Ureum: 458/ mg/dL
Kreatinin: 17,15 mg/dL
Elektrolit
Natrium: 139 mEq/L
Kalium: 7.2 mEq/L
Klorida: 110mEq/L
20
21
CT Scan Kepala
22
Tirah baring
Oksigen Non Rebreathing Mask + Reservoir 6-8 L/i
NGT, kateter urin terpasang
IVFD NaCl 0,9 % 15 gtt/I makro
Inj. Ceftriaxon 2g/24 jam (IV)
Drip. Ciprofloxacin 400mg/24 jam (IV)
Inj. Omeprazole 80 mg bolus selanjutnya 40mg/12jam
Inj. Humulin 8-8-8
Drip. Dopamin 200mg dalam 50cc NaCl 0.9% 4.5cc/jam uptitrasi
23
FOLLOW UP
Tanggal
S :
O:
03-02-2016
Penuruan kesadaran
Stupor
Sens:
GCS:5 (E2V1M2)
Pupil: 3mm/3mm
Airway
RR
SP/ST
Akral
HR
TD
SaO2
UOP
Warna
A:
RC: (+/+)
Clear
19 x/i
Vesikuler/H/M/K
107 x/i
80/50 mmHg
99%
1000 cc/24jam (Kateter terpasang)
Kuning Keruh
Penurunan kesadaran ec uremic
encephalopathy+ syok sepsis + Acute on
P:
24
25
BAB 3
PEMBAHASAN
Kejadian Uremic encephalopathy (UE) adalah kelainan otak organik akut
maupun subakut yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik.
UE dapat dialami wanita maupun pria dengan kejadian paling umum pada usia lanjut.
Pada pasien ini seorang wanita berusia 60 tahun dan ditegakkan dengan gagal ginjal
kronis stadium akhir.
Pasien dengan Uremic Encephalophaty (UE) dapat mengalami Apatis, fatigue,
iritabilitas merupakan gejala dini. Selanjutnya, terjadi konfusi, gangguan persepsi
sensoris, halusinasi, dan stupor. Gejala ini dapat berfluktuasi dari hari ke hari, bahkan
dalam hitungan jam. Pada beberapa pasien, terutama pada pasien anuria, gejala ini
dapat berlanjut secara cepat hingga koma. Pada pasien ini dijumpai kesadaran stupor,
yang terjadi secara perlahan-lahan sejak 5 hari yang lalu dan memberat 1 hari ini.
Penurunan kesadaran ini disebabkan karena gangguan metabolik dimana
pasien ditegakkan dengan gagal ginjal kronis stadium akhir dengan kadar ureum yang
tinggi di dalam darah serta memiliki riwayat Diabetes dan Hipertensi. Oleh sebab itu,
pemeriksaan awal adalah termasuk konfirmasi diagnosis dan pemeriksaan secara
yang cepat yaitu Airway, Breathing, Circulation dan Disability sangatlah penting
dalam keadaan emergensi seperti kasus ini.
Akses intravena harus ditentukan secepat mungkin dan tes darah dilakukan
sesegera mungkin untuk keadaan ini seperti darah rutin, kadar ureum dan kreatinin,
gula darah dan elektrolit. Hal ini dilakukan untuk menunjang diagnosis penyebab
penurunan kesadaran pasien. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah dimana dijumpai peningkatan leukosit, ureum darah, kadar
gula darah dan kalium serta penurunan dari clearance creatinin.
Pasien harus diberikan oksigen 100 % via face mask dengan kantung
reservoir. Pada penanganan pasien diberikan O2 6-8 liter dengan Non-Rebreathing
Mask untuk menjaga oksigenasi tetap baik. Pemasangan monitor EKG juga
26
diindikasikan pada UE untuk melihat keberadaan penyakit jantung sebagai salah satu
akibat dari hiperkalemia.
Pada perawatan pasien harus dilakukan secara intensif dengan melakukan
monitoring cairan dimana pada pasien ini mengalami gagal ginjal stadium akhir yang
memiliki laju filtrasi yang menurun serta retensi cairan. Oleh karena itu dilakukan
balance cairan dengan tujuan membatasi (restricted) jumlah cairan yang masuk ke
dalam tubuh pasien. Monitoring setelah balance cairan dapat dilakukan dengan
pemasangan Central Venous Catheter (CVC). Pada kasus, pasien telah dilakukan
balance cairan dan pemasangan CVC.
Monitoring juga diperlukan pada diet atau asupan protein untuk mencegah
kadar ureum dalam darah meningkat yang dapat memperparah kondisi uremic
encephalopathy. Namun untuk menghindari malnutrisi pada pasien dengan ESRD,
asupan protein dijaga tetap cukup (>1g/kgBB/h). Pada kasus, pasien diberikan dengan
asupan sesuai dengan diet ginjal via Nasogastric tube (NGT).
Terapi yang terpenting pada pasien Uremic Encephalophaty dengan ESRD
adalah terapi suportif yaitu mencegah komplikasi dan kematian. Terapi yang
diberikan adalah Renal Replacement Therapy (RRT). Salah satu terapi RRT yang
dapat dilakukan adalah hemodialisis. Terdapat beberapa indikasi dianjurkan untuk
dilakukan hemodialisis yaitu dalam kondisi segera. Pada kasus, pasien memiliki
indikasi untuk dilakukan hemodialisis segera karena terdapat asidosis metabolic,
azotemia, hyperkalemia, tanda-tanda klinis uremia dan kegagalan fungsi organ yaitu
ginjal.
Pasien Uremic Encephalophaty dengan ESRD memiliki prognosis yang
buruk. Namun dapat dilakukan terapi hemodialisis ataupun transplantasi ginjal untuk
mengurangi mortalitas. Pada kasus, pasien memiliki prognosis buruk disebabkan
terjadi kegagalan fungsi organ ginjal dan terjadi keracunan ureum serta dijumpai
penyakit penyerta berupa diabetes mellitus dan hipertensi.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Alper AB. Uremia. Diunduh dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/245296-overview . Akses tanggal 19
April 2013.
2. Lohr JW. Uremic encephalopathy. Diunduh dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/239191-overview . Akses tanggal: 19
April 2013.
3. McCandless DW. Metabolic encephalopathy. Edisi 1. Springer. 2009
4. Bucurescu G. Neurological Manifestations of Uremic Encephalopathy.
Diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/1135651-overview
. Akses tanggal: 7 Februari 2016
5. Wijdicks EFM. Neurologic complications of critical illness. Edisi 2. Oxfor
Univ Press. 2002. Hlm 175
6. Burn, D.J., Bates, D. Neurology and the kidney. J. Neurol. Neurosurg.
Psychiatry Vol.65, No.6 810-821
7. Deguchi T, Isozaki K, Yousuke K, Terasaki T, Otagiri M. Involvement of
organic anion transporters in the efflux of uremic toxins across the bloodbrain barrier. J Neurochem. Feb 2006;96(4):1051-9.
8. De Deyn PP, Vanholder R, Eloot S, et al. Guanidino compounds as uremic
(neuro) toxins. Semin Dial. Jul-Aug 2009;22(4):340-5.
9. Ropper AH, Samuels MA. Principles of neurology. Edisi 9. McGrawHill.
2009.
10. Weiner HL,Levitt LP. Buku saku neurologi. Edisi 5. Jakarta: EGC. 2006. Hlm
214.
11. Seifter JL, Samuels MA. Uremic encephalopathy and other brain disorders
associated with renal failure. Seminars in neurology/volume 31, number 2
2011. Pg 139-141.
12. Annemie Van Dijck, Wendy Van Daele and Peter Paul De Deyn (2012).
Uremic Encephalopathy, Miscellanea on Encephalopathies - A Second Look,
Dr. Radu Tanasescu (Ed.), ISBN: 978-953-51-0558-9, InTech
13. Krishnan V, Murray P. Pharmacological issues in the critically ill. Clin Chest
Med 2003;24:671-88
28