Publikasi Naskah Arsip
Publikasi Naskah Arsip
Apabila secara topografis lokasi pantai karena sedimentasinya tinggi hingga garis pantai
Surabaya terus-menerus mengalami pergeseran ke utara. Garis pantai itu pada abad IX
Dadungan, Banyuurip maka pada abad XIV garis pantai itu telah bergeser ke utara dari
Asemrawa, Tanjung Anom, Genteng, Sima, dan pada abad XV telah mencapai
Nyamplungan-Sukodono. Berlawanan dengan perkembangan topografis maka
perkembangan kota secara sosial, budaya dan ekonomi justru mulai dari arah utara.
Pemberitaan tentang keberadaan Surabaya memang telah muncul pada abad XIV baik
pada prasasti Trawulan I maupun di dalam Nagarakrtagama (1365).Bila demikian
Surabaya yang mendapat sima itu berada di muara atau delta yang berada di sebelah
barat Genteng, garis pantai abad XIV. Akan tetapi bagaimana deskripsi Surabaya belum
ada. Berdasarkan sumber-sumber tradisional babad pada awal abad XV Surabaya
menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa dengan di bawah pimpinan Raden Rahmat yang
kemudian terkenal dengan nama Sunan Ampel. Saat itu Ampel merupakan lokasi berada
di pantai atau delta Kali Surabaya (Kali Mas) dan Kali Pegirian. Kita harus kecewa
karena deksripsi Surabaya sebagai suatu kota belum kita jumpai. Deskripsi sederhana
kemudian tercantum di dalam laporan Ying Yhai Seng Lan (Pelayaran di Laut Selatan)
yang ditulis oleh Ma Huan, sekretaris Laksamana Cheng Ho. Bersama-sama dengan
Gresik, Surabaya merupakan kota pelabuhan (sungai) yang sebagian besar penduduknya
adalah orang Cina berjumlah sekitar 7.000 jiwa. Waktu itu yang menjadi pusat
bisnis/perdagangan Surabaya (central district bisniss) ialah Pasar Pabean, Jl. Panggung
dan Jl. Karet yang pada zaman Belanda disebut sebagai Chinesche voorstraat.
Berdasarkan deskripsi dari peta kuno Surabaya pada abad XVI-XVII Surabaya telah
menjadi kota dagang dan pelabuhan sungai yang menyaingi Gresik. Di Surabaya juga
bermukim berbagai kelompok etnis yang bermukim di sepanjang muara Brantas.
Etinisitas mereka kemudian juga digunakan sebagai nama kampung pemukimannya
seperti : kampung Arab (Apel), Melayu (selatannya), Cina (bagian barat dan selatan),
kemudian Belanda (di Rode Brug) atau Jembatan Merah.
Dalam Perang Trunajaya (1677-1680) Surabaya merupakan pangkalan dengan benteng
pertahanannya di sepanjang Kali Pegirian. Trunajaya menempati Surabaya mulai
Oktober 1666 sampai armada Belanda di bawah Laksamana Cornelis Speelman berhasil
merebutnya hingga Pangeran dari Madura itu terpaksa menyingkir ke Kediri.
Pemberitaan Surabaya selanjutnya diperoleh dari Francois Valentijn yang di sekitar tahun
1706 mengunjungi Surabaya. Ia di dalam karyanya Oud en Nieuw in Oost Indie Deel IV
mengatakan bahwa keraton Surabaya berada di tepi sungai dengan jalannya yang lebar
dan indah.
Di dalam Babad Tanah Djawi juga diberitakan pada tahun 1718-1722 terjadi Perang
Surabaya antara penguasa Surabaya R. Adipati Jayapuspita, adik Jayengrana melawan
Mataram dan VOC. Dalam perang ini Jayapuspita bersekutu dengan Pangeran Herucakra
atau Pangeran Dipanagara senior (Jw. sepuh) putera Pakubuwana I, Adipati Cakraningrat
III dari Madura dan Dewa Ktut dari Bali. Setelah tentara Surabaya dikalahkan dalam
Jalur jalan raya yang membujur dari utara - selatan bagian timur yaitu : Jl.
Wonokromo, Jl. Ngagel, Gubeng, Signal straat, Kapasari straat, Sidotopo straat.
Jalur jalan raya dari arah utara-selatan bagian tengah barat : Wonokromo, Darmo
Boulevard, Palmenlaan - Kaliasin straat, Embong Malang, Bubutan, Oost-West
Buitenweg, Tanjung Perak straat.
Jalur dari utara-selatan tengah timur : Wonokromo, Darmo, Palem laan, Simpang
straat, Tunjungan, Gamblongan , Kramatgantung/Baliwert, Societet straat, Heeren
straat, Tandjung Perak straat.
4.
Jalur yang membujur dari arah timur-barat Surabaya antara lain sebagai berikut.
1.
Jalur Kenjeran, Kapasan, Kebang Jepun, Heerens straat, dan Tandjung Perak.
2.
Ngaglik, Kalianyar, Pasar Besar straat, Tembaan straat, Maspati, Pasar Turi
3.
Pacarkeling, Ambengan weg, Plampitan weg/Gentengkali, Praban straat,
Kranggan straat, Tembokdukuh straat, dan Sawahan straat.
4.
Gubeng Bagong, Gubeng straat, Simpang straat, Embong Malang, Princess laan,
Tidar straat, dan Pacuankuda.
5.
Keputran, Tamarin de laan (Pandegiling), Pasarkembang, Banyuurip.
Suatu pusat kota (Down Town) yang kemudian muncul dalam era pemekaran fisik dan
kondisi sosial, ekonomi, budaya di Surabaya yaitu kawasan Tundjungan straat sebagai
jantung kehidupan ekonomi di Surabaya pada pertengahan pertaa abad XX. Tidak boleh
dilupakan juga munculnya kawasan industri yang membentang sejajar dengan jalur
kereta api serta Kali Brantas/Mas sebagai kawasan industri terbentang dari stasiun
Wonokromo, Gubeng, Surabaya kota dan Tanjung Perak/Ujung. Inilah perkembangan
fisik kota Surabaya sampai berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda pada tahun 1942.
Di dalam konteks perkembangan berbagai fasilitas perkotaan di Surabaya itulah
kemudian ditulis kembali bagaimana perkembangan transportasi di Surabaya yang
menggeliat maju dari kota tradisional menuju kota modern. Karya ini oleh Badan Arsip
Jawa Timur disusun berdasarkan arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah
perhubungan di Kota Surabaya sebagai sumber pimer. Semoga bermanfaat !
Viva & bravo Surabaya !
Surabaya,
Medio
Desember 2007
Aminuddin
Kasdi
BAB I
TRANSPORTASI DARAT DI SURABAYA
A. KERETA API
Transportasi kereta api mulai dikenal di Hindia Belanda pada tahun 1864. Orang
pertama yang mengusulkan transportasi ini adalah Kolonel Jhr. Van der Wijk. Jalur
yang diusulkan adalah Surabaya - Jakarta. Beberapa perusahaan mengajukan diri
untuk terlibat dalam konsesi kereta api yang ada di Hindia Belanda. Salah satu yang
mengajukan diri dan diterima adalah Nederland Indisch Spoor Maatschappij
(NISM).
Pemerintah sendiri tidak tinggal diam dengan banyaknya perusahaan yang ikut serta
dalam pengelolaan kereta api di Hindia Belanda. Oleh karena itu, pemerintah
mengajukan beberapa persyaratan tertentu bagi perusahaan yang terlibat dalam
konsesi (Staatsblad tahun 1853 No. 4). Adapun syarat-syarat yang diajukan bagi
perusahaan tersebut, di antaranya :
1. Warga negara Belanda/pribumi yang mempunyai pendirian kuat serta patuh pada
Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
2. Mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam syarat-syarat konsesi
3. Mengajukan permohonan pada Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
4. dan lain-lain.
Perusahaan pertama yang ditunjuk untuk membangun jalur kereta api pertama
Semarang - Tanggung adalah Nederlandsch Indisch Spoor Maatschappij (NISM),
sejauh 25 km pada tahun 1967. Pada tahun 1873, jalur ini diperpanjang hingga
Yogyakarta. Dan pada tahun 1879, NISM telah selesai membangun jalur Surabaya Pasuruan - Malang.
Kereta api menjadi alat angkut yang paling diminati bagi penumpang maupun
barang. Pada saat itu, kehadirannya dengan cepat mendapat sambutan bagi
masyarakat Hindia Belanda yang umumnya masih memanfaatkan transportasi
tradisional, seperti kuda, pedati, atau manusia. Di samping harganya cukup
terjangkau, kereta api dianggap lebih cepat dibanding alat angkut apapun. saat itu.
Bahan bakar yang digunakan pun kayu bakar yang saat itu banyak terdapat di Jawa.
Sejumlah peraturan juga diterapkan untuk mengatur jalan kereta api yang banyak
terdapat di Hindia Belanda. (Staatsblad tahun 1880 No. 72). Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi adanya kecelakaan, juga mengatur lalu lintas yang ada. Adapun
perubahan peraturan untuk lalu lintas kereta api, di antaranya :
1. Penutupan/pembukaan jalan kereta api yang ada di jalan raya, ketika kereta
melintas dengan pagar tertentu
2. Panjang/lebar lintasan yang bisa dibuka/ditutup berbeda antara jalan besar dan
jalan kecil. Jalan besar 7,4 meter dan jalan kecil 4 - 6 meter.
Banyaknya sarana transportasi dalam masyarakat, membuat pemerintah memberlakukan pajak, tak terkecuali pad
untuk menambah biaya perbaikan jalan raya akibat seringnya dilewati oleh kereta kuda. Saat itu, kereta kuda jug
yang banyak diminati oleh masyarakat, terutama kalangan menengah atas yang umumnya adalah orang Cina dan
tambahan peraturannya juga dituliskan dalam bahasa Cina dan Jawa (Staatsblad tahun 1853 No. 6)
Pada tahun 1910 Pemerintahan Hindia Belanda di Wilayah Surabaya melalui BOW (Burgerlijke van Openbare W
jalan dan pengaspalan wilayah Surabaya. Perbaikan jalan tersebut dilakukan karena adanya beban/lalulintas kend
membebani jalan dan mempercepat kerusakan jalan. Di samping itu juga dilakukan pemasangan kabel dari perus
umum Hindia Belanda serta pemasangan pipa gas. Adapun jalan yang diaspal antara lain Jalan Pasar dan Gang B
Ploso, dan lain-lain.
Berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 29 tanggal 15 Nopember 1910 disetujui anggaran
dari wilayah Surabaya untuk tahun 1911 berjumlah 72.048 yang dikeluarkan untuk pemeliharaan jalan. Jumlah
ditambah 4.316 sehingga jumlahnya menjadi 76.364
Selain itu juga dilaksanakan pula perbaikan jalan maupun jembatan sebagai sarana pendukung jalan raya yaitu je
Goebeng - Kebon Agoeng, diperbaiki dengan biaya yang disetujui 4.482 dengan dana yang dipergunakan 4.2
Dewan Daerah ddo. 20 Maret No. 2 yang disetujui 2.710. Serta dilakukan pula pengaspalan jembatan di Jalan K
menelan dana 2.100
Sementara itu di Kota Soerabaya juga ada kegiatan pelebaran jembatan Goebeng dari 5,50 m dan trotoir 1,25 dan
Dewan Kota tanggal 6 Oktober 1905 No. 240 dengan biaya 870 dan menghabiskan 845. Pengaspalan jalan pa
yang beraspal 46.110 m dari panjang keseluruhan 46.100 m yang meliputi jalan Kramat Gantoeng, De Chinesche
Kemudian pada tahun 1913 sesuai dengan Keputusan Dewan Kota tanggal 15 Januari 1913 no. 532 dan no. 557 t
juga melakukan perbaikan perempatan jalan Maleische Voorstraat serta membersihkan got/selokan sepanjang jala
menghabiskan anggaran kurang dari 1.617. Jalan tambahan dengan anggaran 2.976, biaya yang digunakan se
Pada tahun 1923 telah ada pengangkutan orang dengan taksi di Surabaya. Pemerintah banyak mengeluarkan pera
menyangkut pengaturan bis, kendaraan, pembayaran, barang, barang yang diangkut. Adapun macam-macam pa
http://dispendukcapil.surabaya.go.id/component/content/article/43-pergerakan-penduduk/292jumlah-penduduk-surabaya-tahun-2012
tersebut menimbulkan kerugian yang besar pada pemakai jalan, terutama dalam
hal pemborosan bahan bakar, efisiensi waktu, dan rendahnya tingkat kenyamanan.
Surabaya sebagai kota besar di Indonesia juga menghadapi permasalahan dan
tantangan dalam aspek transportasi. Kemacetan lalu lintas merupakan
permasalahan yang terjadi akibat tingkat mobilitas dan aksesbilitas penduduk yang
tinggi. Mayoritas kota-kota besar di Indonesia mengalami permasalahan yang
serupa.
Fakta Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya
C. Buruknya sistem transportasi dan manajemen lalu lintas Kota Surabaya. Seiring
dengan meningkatnya permintaan jasa pelayanan transportasi tidak diimbangi dengan
penyediaan fasilitas saran dan prasarana transportasi seperti penambahan kapasitas jalan
dan penyediaan angkutan umum. Menurunnya penggunaan angkutan umum pada
masyrakat Surabaya dikarenakan tingkat pelayanan angkutan umum yang rendah terkait
dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, aksesbilitas dan efesiensi waktu yang
lama, jumlah kapasitas angkut yang minimalis, sistem jaringan yang kurang memadai serta
tingkat kenyamanan yang rendah pula.
Kesimpulan
Angkutan umum sangat penting untuk mendukung aktivitas masyarakat. Masalah yang terjadi pada angkutan umum di Kota Surabaya
adalah kondisi armada, infrastruktur atau prasarana, penumpang, regulator, dan operator, termasuk sopir dan perusahaan. Pengumpulan
data pada studi ini dilakukan dengan cara on-board dan off-board survey, wawancara, dan kuesionair. Data kemudian dianalisis
menggunakan metode fish bone dan analisis deskriptif. Kondisi operasional armada menunjukkan frekuensi layanan yang kurang baik,
waktu antara rata-rata lebih besar dari 10 menit, dan load factor yang rendah. Alasan pemilihan moda yang paling diperhatikan
penumpang pengguna Bis AC adalah fasilitas, keamanan, dan kebersihan. Sedangkan bagi pengguna bis ekonomi adalah langsung ke
tempat tujuan, murah, dan pelayanan sopir yang memadai. Untuk mengakomodasi kebutuhan kedua kelompok pengguna tersebut
diperlukan perbaikan-perbaikan terhadap armada yang beroperasi, sistem pelayanan, serta manajemen operasional dan keuangan dengan
mengintegrasikan semua kepentingan yang ada.