Cetakan ke-
Tahun
3
17
2
16
1
15
Editor
: Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH
Dr. Trihono, M.Sc
Dr. Semiarto Aji Purwanto
Atmarita, MPH., Dr.PH
Desainer isi
: Oktavianus
Desainer sampul : Agung Dwi Laksono
ISBN
978-979-21-4410-9
DEWAN EDITOR
Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada
Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset
dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan
Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Semiarto Aji Purwanto antropolog, Ketua Dewan Redaksi
Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar
pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia di Jakarta.
Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expert di bidang gizi.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan
dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri
hasil studi kualitatif di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,
Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,
Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)
di Indonesia, sebagai tindak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan
Kesehatan Masyarakat.
Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota
di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan
ataupun penuruna nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkan
dengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan
secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan
penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan
dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geografis
wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan
semangat ataupun pemikiran yang inovatif bagi Kabupaten/Kota
lokasi studi kualitatif dilakukan, dalam membangun kesehatan
secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat
memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.
Penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus kami
sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang optimal
kepada tim penulis buku, International Development Research
vi
DAFTAR ISI
iv
v
vii
x
xii
xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................
1.1 Latar Belakang.................................................
1.2. Justifikasi Pemilihan Wilayah dan
Indikator Kesehatan.........................................
1.3. Metode Pengumpulan dan Analisis Data.........
BAB 2 GAMBARAN KABUPATEN MURUNG RAYA................
2.1 Letak dan Fungsi Geografis..............................
2.2 Kependudukan, Suku, dan Sumber Daya Alam
2.3 Sarana dan Prasarana......................................
2.4 Situasi Masalah Kesehatan..............................
2.5 Gambaran Perekonomian Murung Raya..........
BAB III GAMBARAN SUMBER DAYA DAN
MANAJEMEN KESEHATAN........................................
3.1 Kebijakan dan Manajemen Kesehatan.............
3.2. Mekanisme Penentuan Masalah Kesehatan....
3.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan........
3.4. Biaya Kesehatan...............................................
3.5 Logistik/Obat/Sarana Prasarana......................
3.6. Pemberdayaan Masyarakat.............................
1
1
4
7
9
9
14
19
22
36
43
43
49
50
53
54
56
vii
viii
109
110
117
121
129
133
135
139
ix
DAFTAR TABEL
11
15
16
25
26
27
34
35
36
38
41
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3.
Gambar 2.4
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4
Gambar4.1
Gambar 4.2.
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 5.1.
Gambar 5.2
xii
Gambar 5.3
Gambar 5.4.
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1
Grafik 2.2
Grafik 2.3.
Grafik 2.4.
Grafik 2.5.
Grafik 2.6.
Grafik 2.7.
Grafik 2.8.
Grafik 2.9.
Grafik 2.10.
Grafik 4.1
Grafik 4.2
Grafik 5.1
xiv
20
22
23
28
28
29
30
31
32
33
82
82
95
Grafik 5.2.
Grafik 6.1.
Grafik 6.2.
Grafik 6.3.
Grafik 6.4.
Grafik 6.5.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
masayarakat (IPKM) yang secara lebih spesifik mencakup indikatorindikator kesehatan yang sensitif, yang dapat mempengaruhi
umur harapan hidup masyarakat Indonesia. Di samping itu,
melalui IPKM dapat dilihat fokus pembangunan kesehatan yang
perlu diperkuat untuk perbaikan kesehatan serta untuk melihat
seberapa besar kesenjangan antara daerah dalam bidang kese
hatan. Indikator yang masuk dalam IPKM adalah kesehatan balita,
kesehatan reproduksi, penyakit menular, penyakit tidak menular,
pelayanan kesehatan, perilaku berisiko kesehatan, dan kesehatan
lingkungan.
Indonesia sudah mempunyai dua periode IPKM, yaitu IPKM
tahun 2007 dan IPKM tahun 2013. Secara nasional nilai IPKM 2013
adalah sebesar 0.5404, dengan nilai terendah sebesar 0.2169
di Kabupaten Tolikara (Provinsi Papua) dan tertinggi sebesar
0.7352 di Kabupaten Gianjar (Provinsi Bali). Sementara IPKM
2007, menunjukkan nilai nasional sebesar 0.5086, dengan nilai
indeks tertinggi sebesar 0.7090 di Kota Magelang (Jawa Tengah)
dan terendah sebesar 0.2471 di Kabupaten Pegunungan Bintang
(Papua). Perubahan nilai IPKM 2007 dan 2013 dapat diartikan
juga telah terjadi perubahan dalam status kesehatan masyarakat
dan juga perubahan intervensi kesehatan. Perubahan yang terjadi
di seluruh kabupaten/kota bervariasi dan perubahannya dapat
mengarah pada perbaikan maupun penurunan. Di antara 440
kabupaten/kota di Indonesia, Kabupaten Murung Raya termasuk
salah satu kabupaten yang mengalami perbaikan atau peningkatan
IPKM.
Peningkatan atau perbaikan nilai IPKM menunjukkan bahwa
telah terjadi perbaikan prevalensi dan cakupan dari beberapa
indikator kesehatan yang digunakan dalam menetapkan IPKM.
BAB 2
10
Ibukota
Kel
Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Tumbang Lahung
Tumbang Bantian
Puruk Cahu
Muara Laung
Makunjung
Saripoi
Dirung Lingkin
Tumbang Kunyi
Muara Joloi
Tumbang Olong
2
0
2
3
0
1
0
1
0
0
10
6
13
23
11
26
6
8
7
5
xxx
115
Permata Intan
Sungai Babuat
Murung
Laung Tuhup
Barito Tuhup Raya
Tanah Siang
Tanah Siang Selatan
Sumber Barito
Seribu Riam
Uut Murung
Jumlah/Total
Luas
Wilayah
(km)
(5)
804
423
730
1.611
1.500
1.239
310
2.797
7.023
7.263
23.700
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
dari musim, karena apabila musim hujan ada ruas-ruas jalan yang
mengalami banjir atau licin, sehingga tidak bisa atau sulit dilalui.
Perbaikan infrastruktur jalan terus dilakukan sebagai salah
satu upaya untuk peningkatan akses masyarakat terhadap fasilitas
kesehatan, sumber perekonomian, serta fasilitas umum lainnya
untuk perbaikan pembangunan daerah. Infrastruktur jalan meng
alami sedikit peningkatan pada tahun 2013 dibandingkan tahun
2007, terutama untuk jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan
desa.
Selain transportasi darat dan air, Kabupaten Murung Raya
juga memiliki transportasi udara. Terdapat satu bandar udara
(bandara) yang telah beroperasi secara rutin untuk melayani
penerbangan Palangka Raya - Puruk Cahu. Bandara ini merupakan
bandara peninggalan dari salah satu perusahaan pertambangan
yang dulu sempat beroperasi di wilayah Murung Raya. Bandara
ini letaknya di kecamatan Dirung Lingkin sekitar 15 km dari kota
Puruk Cahu, dengan kondisi akses jalan yang rusak, berlubang
sehingga perjalanan ditempuh dengan waktu sekitar satu jam.
Saat ini hanya ada satu perusahaan penerbangan nasio
nal yang beroperasi, dengan frekuensi dua kali seminggu pener
bangan dari Palangkaraya. Dengan adanya bandara ini, diharap
kan arus mobilitas masyarakat dari dan keluar Kabupaten Murung
Raya dapat meningkat, dan pada akhirnya mendorong pening
katan perekonomian baik dengan meningkatan pendapatan
daerah maupun peningkatan urbanisasi.
Sarana dan prasarana infrastruktur daerah berkaitan erat
dengan akses terhadap pelayanan kesehatan yang optimal. Dari
periode 2007 s/d 2013, meskipun tidak terlalu besar, telah terjadi
peningkatan infrastruktur. Hal ini dapat merupakan salah satu
21
22
23
24
Indeks Kab
Murung
Raya
0.5975
0.3678
0.1598
0.3771
0.7181
0.7767
0.4477
0.4921
Indeks Provinsi
Kalimantan
Tengah
0.5861
0.2411
0.1665
0.2317
0.4242
0.4743
0.3261
0.5053
Indeks
Nasional
0.6114
0.4756
0.3808
0.3652
0.6267
0.7507
0.5430
0.5404
Pada tabel 2.4 dapat dilihat bahwa nilai IPKM untuk beberap
indikator kesehatan di Kabupaten Murung Raya tampak lebih baik
dibandingkan dengan nilai IPKM di tingkat Provinsi Kalimantan
Tengah maupun Nasional untuk indikator penyakit menular,
penyakit tidak menular. Nilai indeks yang lebih baik dari nilai
provinsi, dapat berkaitan dengan variasi dan kesenjangan nilai
indeks kabupaten dalam Provinsi Kalimantan Tengah cukup tinggi.
Demikian juga dengan nilai nasional yang variasinya cukup tinggi
diantara 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
25
2007
27.02
38.53
9.57
8.00
26.34
1.03
28.06
4.29
2013
22.10
41.02
16.18
1.10
19.53
1.83
21.02
13.56
26
2007
21.45
16.37
16.89
8.12
2013
53.19
50.38
38.85
61.25
27
AKB
20
17.5
15
16.8
10
5
10.0
5.6
5.4
0
2009
2010
2011
2012
2013
28
500
Pneumonia
451
450
400
350
300
250
200
150
110
74
100
48
33
50
0
2009
2010
2011
2012
2013
29
30
31
88.7
91.4
2011
2012
81.9
80.3
80.0
70.0
62.9
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
2009
2010
2013
32
33
34
35
36
37
Tabel 2.10. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Murung Raya atas
Dasar Harga Berlaku, 2009-2013 (Persen)
SEKTOR
(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan
dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan/Konstruksi
6. Perdag, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan dan Kom.
8. Keuangan, Persewaan &
J.Persh
9. Jasa-jasa
TOTAL
2009 2010
(2)
(3)
28.88 27.32
2011
(4)
25.72
2012*) 2013**)
(5)
(6)
24.49 23.75
33.99
37.14
36.84
34.97
3.11
0.44
4.88
9.52
6.36
3.13
0.44
5.35
9.89
5.89
2.40
2.33
36.26
2.97
3.00
3.05
0.43
0.45 0.52
5.57
6.06
6.42
9.86 10.42 10.93
5.49
5.42
5.18
2.28
2.41
2.54
38
39
40
41
42
BAB III
43
44
45
46
47
48
49
50
51
buruk diberikan kepada Bapak Kepala Desa yang baru saja terpilih
dan dilantik (beberapa hari sebelum kunjungan), dan Bapak
Kepala Desa juga tidak mengetahui kalau ada kasus gizi buruk
di wilayahnya. Tenaga kesehatan Puskesmas Saripoi selanjutnya
memberikan sedikit pengarahan dan pemahaman kepada
Bapak Kepala Desa terkait pentingnya memantau kesehatan
masyarakatnya serta mengaktifkan peran kader kesehatan untuk
kegiatan Posyandu balita dan monitoring kesehatan ibu hamil
dan ibu melahirkan, serta kesehatan masyarakat secara umum.
52
53
54
55
Gambar 3.4 Salah Satu Kondisi Pustu di Murung Raya yang Terkena
Banjir, Februari 2015
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM
56
57
58
BAB 4
59
ini mereka hentikan pada waktu sudah mulai merasakan tandatanda akan melahirkan.
Alasan ekonomi adalah alasan paling umum diutarakan
para perempuan hamil tersebut, ketika mereka ditanya kenapa
mereka masih melakukan mantat. Para perempuan hamil itu me
nganggap bahwa mereka wajib mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari membantu para suami mereka. Alasan
lain yang diungkapkan adalah bahwa mereka tidak terbiasa diam
saja di rumah. Dengan bekerja, mereka memiliki kesibukan dan
masyarakat menganggap aktivitas tersebut bisa memperlancar
proses persalinan nantinya.
Namun ada sebagian ibu hamil yang memilih untuk ting
gal di rumah dan tidak bekerja ke ladang selama masa keha
milan, dengan alasan dilarang oleh keluarga dan dianggap bisa
membahayakan kehamilannya. Selain itu, faktor lain yang menye
babkan perempuan hamil dilarang untuk melakukan aktivitas
mantat, yaitu karena mereka pernah ada masalah atau kegagalan
pada masa kehamilan sebelumnya. Alasan mempunyai anak-anak
yang usianya masih dianggap kecil yang belum bisa ditinggalkan,
juga menjadi alasan mengapa perempuan hamil memilih tidak
melakukan mantat pada saat hamil.
Hal yang sama juga terjadi di lokasi lain dalam studi ini
yakni di Desa Puruk Cahu Seberang. Desa Puruk Cahu Seberang
ini merupakan daerah yang dekat dengan Sungai Barito. Letaknya
tidak jauh dari ibu kota Kabupaten Murung Raya yakni Puruk Cahu.
Desa Puruk Cahu Seberang dengan karakteristik masyarakatnya
sebagian tinggal di tepi Sungai Barito. Sebagian besar masyarakat
yang mendiami daratan desa ini mayoritas berasal dari etnis
Dayak Bakumpai. Etnis Dayak Bakumpai mayoritas pemeluk
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
rupiah setiap bulan atau jika ada suatu kegiatan. Gaji kader ini bisa
dianggarkan dari dana BOK atau ada juga yang dialokasikan dari
dana desa atau ADD. Hal ini menunjukkan adanya kepedulian dari
Kepala Desa terhadap kesehatan. Dana untuk gaji para kader
juga biasanya didapat dari sumbangan para warga, terutama
yang mengadakan acara tersebut. Besarnya bervariasi tergantung
dari keikhlasan dari yang mempunyai acara. Para kader di daerah
Kabupaten Murung Raya, khususnya di wilayah desa Puruk Cahu
dan di desa Saripoi, memang lebih sering terlibat dalam kegiatan
posyandu ketimbang terlibat dengan kegiatan yang lainnya. Hal
ini karena kegiatan posyandu itu sudah terjadwal secara tetap
setiap bulannya, sehingga para kader lebih mudah mengatur
waktu untuk mengurusi kegiatan posyandu.
Kegiatan Posyandu di Puskesmas Saripoi dan Puruk Cahu
Seberang sama dengan Posyandu pada umumnya, yaitu melaku
kan penimbangan berat badan, pemberian vitamin A, pemberian
MP ASI, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi para bayi
dan balita. Makanan tambahan yang diberikan biasanya adalah
bubur kacang hijau, kolak mutiara, serta bubur nasi. Program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) diakui oleh para tenaga
kesehatan di kedua desa yang ditemui bahwa tidak bisa men
jangkau semua balita yang ada di kedua desa, karena masih
banyak masyarakat yang tinggal di ladang atau hutan yang jauh
dari Pustu atau Puskesmas setempat.
74
75
76
77
78
79
80
81
Ibu hamil yang ada di Desa Saripoi dan juga di Desa Puruk
Cahu Seberang masih ada yang lebih memilih untuk melakukan
proses persalinan di rumah masing-masing, baik itu menggunakan
bidan tenaga kesehatan atau menggunakan bidan kampung.
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
BAB 5
SANITASI LINGKUNGAN
93
94
95
5.3 Biaya
Keberhasilan semua program tersebut didukung dengan
ketersediaan dana dari propinsi serta membentuk jejaring,
sehingga semua terlibat yaitu dengan dana APBD, wirausaha
sanitasi. Ada pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Jejaring tersebut salah satunya dengan Dinas Pekerjaan
Umum, dalam hal pembuatan jamban. Menurut Bappeda dan
kepala Dinas Pekerjaan Umum, semua program pemberdayaan
masyarakat yang penting dimulai dengan advokasi; lalu melihat
96
97
98
99
Tabel 5.1. Jumlah Rumah Sehat di Puruk Cahu Seberang Tahun 2014
Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Puruk Cahu Seberang Tahun 2014
100
101
102
103
Pada saat musim hujan tiba, sering kali sungai Barito meluap
dan mengakibatkan banjir yang menggenangi wilayah sekitarnya,
sekitar 2 hingga 3 meter. Bahkan Pustu Puruk Cahu Seberang
yang sudah ditinggikan 1 meter dari tanah dan sudah diantisipasi
dengan membuat rak di bagian atas pustu, tetap saja kebanjiran
setiap banjir melanda pustu (lihat foto).
104
105
Gambar 5.8 Kondisi Desa Puruk Cahu Seberang yang Sedang Banjir.
Terlihat Anak-anak Sudah Terbiasa dengan Kondisi Banjir Tersebut
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM
106
107
108
BAB 6
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
BAB 7
129
130
b. Partisipasi Masyarakat
Meskipun telah terjadi perbaikan dalam aspek partisipasi
masyarakat seperti menimbang balita, imunisasi balita lengkap,
serta kebiasaan mencuci tangan pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2007, masyarakat Kabupaten Murung Raya masih belum
secara optimal mempunyai perilaku dan kesadaran untuk hidup
sehat. Populasi pinggir sungai masih menggantungkan hidupnya
pada sungai untuk mandi, cuci, dan buang air. Tantangan menjadi
lebih besar karena keterbatasan dukungan sarana dan prasarana
air bersih, terutama di daerah pinggir sungai. Di samping itu,
kepercayaan masyarakat terhadap dukun kampung dan kurang
nya pemahaman akan kelahiran berisiko, juga membuat kurang
optimalnya persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kese
hatan, di mana kondisi semakin menjadi lebih berat, karena
fasilitas transportasi yang kurang mendukung untuk lokasi yang
sulit dijangkau.
c. Dukungan Lintas Sektor dan Pemerintah Setempat
Pemerintah Kabupaten Murung Raya, dalam hal ini Pemda,
Bappeda, Bupati, dan SKPD terkait lainnya telah memberikan
kontribusi yang bermakna dalam pembangunan kesehatan
Kabupaten Murung Raya, meskipun masih belum optimal terkait
beberapa aspek seperti penyedian air bersih, sarana transportasi,
dan infrasruktur akses antardesa serta pembangunan pemukiman
masyarakat yang sehat. Beberapa desa masih dalam kategori
terpencil karena akses yang sulit dan mahal.
Ketersediaan air bersih menjadi salah satu kendala utama
untuk pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Murung
Raya ini. Meskipun sumber air cukup memadai, tetapi masih
131
132
Penutup
133
134
DAFTAR PUSTAKA
135
136
137
INDEKS
A
Akses - 51, 85, 100
Analisis - 7, 38, 135
Anggaran - 53-54
APBD - 53, 96, 101, 115, 117
Aspek - 3
Dokter 112
B
Balita - 25-27, 31, 69, 73
Bandara - 21
Barito - 9-12, 14, 18, 28, 32, 4042, 48, 60-61, 98, 101-104,
106
Bidan desa - 66, 130
Bidan Kampung - 79, 85-86
BPS - 15, 37, 39-41, 45-48, 95, 97
Budaya - 126
F
Faktor - 3, 86, 107, 117
Farmasi - 54
C
Cakupan - 27, 32, 47, 67-68, 82,
100
Capaian - 33
D
Data - 7, 14-15, 24, 45-47
Dayak - 17-19, 59-61, 63, 78, 84,
87
Dermaga - 12, 13
Dinas kesehatan - 91
E
Ekonomi - 3, 38, 124, 135
Energi - 125
Etnis - 60
G
Gaji - 74
Generasi - 118-119, 121
Geografis - 9, 16
Gizi - 26, 31, 47
H
Hamil - 32, 66
Hasil - 110
Hutan - 20
I
Ibu hamil - 62-64, 66, 82
Imunisasi - 27, 33, 47, 56, 69, 72,
113
Indikator - 2, 4-6, 25-27
Informan - 7, 121
Infrastruktur - 21
139
J
Jamban - 98
K
Kecamatan - 10-11, 14-16, 18, 3335, 39-41, 47, 59, 113
Kepadatan - 14-16
Kesehatan Lingkungan - 25
L
Lahan - 15, 39
Lingkungan - 25, 93, 107, 127
Lintas sektor - 121
Lokasi - 17
M
Makanan - 56, 62, 69, 74, 78
Masyarakat - 7, 23, 56, 61, 65, 84,
96-98, 101, 109, 117, 119120, 124, 131, 135
N
Nakes - 31, 82
Nilai - 25
Obat vii - 54, 97
PDAM - 95, 101, 132
Pelayanan Kesehatan - 25, 30, 43,
66, 110
Pencatatan - 130
Penduduk - 15, 16, 18, 59, 111
Penimbangan - 27
Perilaku cuci tangan - 27
Perilaku kesehatan - 25
140