Anda di halaman 1dari 157

Tira Tangka Balang, Pengalaman Kabupaten Murung Raya Mengejar

Ketertinggalan dalam Pembangunan Kesehatan


1015003050
2015 - PT Kanisius

Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)


Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke-
Tahun

3
17

2
16

1
15

Editor
: Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH

Dr. Trihono, M.Sc
Dr. Semiarto Aji Purwanto
Atmarita, MPH., Dr.PH
Desainer isi
: Oktavianus
Desainer sampul : Agung Dwi Laksono

ISBN

978-979-21-4410-9

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta

DEWAN EDITOR
Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada
Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset
dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan
Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Semiarto Aji Purwanto antropolog, Ketua Dewan Redaksi
Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar
pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia di Jakarta.
Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expert di bidang gizi.

Tira Tangka Balang

iii

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada International
Development Research Centre, Ottawa, Canada, atas dukungan
finansial yang diberikan untuk kegiatan pengembangan Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 dan studi kasus
kualitatif gambaran peningkatan dan penurunan IPKM di Sembilan
Kabupaten/Kota di Indonesia.
This work was carried out with the aid of a grant from the
International Development Research Centre, Ottawa, Canada.

iv

Tira Tangka Balang

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan
dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri
hasil studi kualitatif di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,
Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,
Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)
di Indonesia, sebagai tindak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan
Kesehatan Masyarakat.
Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota
di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan
ataupun penuruna nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkan
dengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan
secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan
penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan
dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geografis
wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan
semangat ataupun pemikiran yang inovatif bagi Kabupaten/Kota
lokasi studi kualitatif dilakukan, dalam membangun kesehatan
secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat
memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.
Penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus kami
sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang optimal
kepada tim penulis buku, International Development Research

Tira Tangka Balang

Center (IDRC) Ottawa, Canada, peneliti Badan Litbangkes,


para pakar di bidang kesehatan, serta semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam studi kualitatif dan penulisan buku ini. Kami
sampaikan juga penghargaan yang tinggi kepada semua pihak di
daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Desa
baik di sektor kesehatan maupun non-kesehatan serta anggota
masyarakat, yang telah berpartisipasi aktif dalam studi kualitatif
di sembilan Kabupaten/Kota.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dari penyusunan buku ini, untuk itu akan menerima secara terbuka
masukan dan saran yang dapat menjadikan buku ini lebih baik.
Kami berharap buku ini selanjutnya dapat bermanfaat bagi upaya
peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Billahittaufiqwalhidayah, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Juli 2015
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama


SpP (K)., MARS., DTM&H., DTCE.

vi

Tira Tangka Balang

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH.........................................................


KATA PENGANTAR .............................................................
DAFTAR ISI
.............................................................
DAFTAR TABEL
.............................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................
DAFTAR GRAFIK
.............................................................

iv
v
vii
x
xii
xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................

1.1 Latar Belakang.................................................

1.2. Justifikasi Pemilihan Wilayah dan

Indikator Kesehatan.........................................

1.3. Metode Pengumpulan dan Analisis Data.........
BAB 2 GAMBARAN KABUPATEN MURUNG RAYA................

2.1 Letak dan Fungsi Geografis..............................

2.2 Kependudukan, Suku, dan Sumber Daya Alam

2.3 Sarana dan Prasarana......................................

2.4 Situasi Masalah Kesehatan..............................

2.5 Gambaran Perekonomian Murung Raya..........
BAB III GAMBARAN SUMBER DAYA DAN

MANAJEMEN KESEHATAN........................................

3.1 Kebijakan dan Manajemen Kesehatan.............

3.2. Mekanisme Penentuan Masalah Kesehatan....

3.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan........

3.4. Biaya Kesehatan...............................................

3.5 Logistik/Obat/Sarana Prasarana......................

3.6. Pemberdayaan Masyarakat.............................

1
1

Tira Tangka Balang

4
7
9
9
14
19
22
36
43
43
49
50
53
54
56

vii

BAB 4 KESEHATAN IBU DAN ANAK...................................... 59



4.1. Tradisi yang Berkaitan dengan Kehamilan....... 59

4.1.1 Pantangan-pantangan yang Berlaku di

Masyarakat pada Masa Kehamilan....... 61

4.1.2 Pantangan Makanan dan Pola Makan

pada Masa Kehamilan.......................... 62

4.1.3 Pantangan Perilaku pada

Masa Kehamilan................................... 65

4.1.4 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil........... 66

4.1.5 Perilaku Menyusui................................ 67

4.1.6 Makanan Tambahan Bayi Selain ASI..... 69

4.1.7 Imunisasi Balita.................................... 69

4.1.8 Poyandu Balita...................................... 73

4.1.9. Pemberian Makan Ibu Bersalin dan

Asupan pada Bayi................................. 77

4.2. Bidan Kampung sebagai Tenaga

Penolong Persalinan........................................ 79

4.3. Pilihan antara Bidan Kampung dan

Tenaga Kesehatan ........................................... 85

4.4 Kerja sama Bidan dan Dukun Kampung........... 87
BAB 5 SANITASI LINGKUNGAN............................................ 93

5.1 Kebijakan dan Manajemen.............................. 93

5.2 Sumber Daya Manusia..................................... 96

5.3 Biaya ............................................................. 96

5.4 Logistik/Obat/Sarana prasarana...................... 97

5.5 Pemberdayaan Masyarakat............................. 97

5.6 Sungai sebagai Bagian dari

Kehidupan Masyarakat.................................... 101

viii

Tira Tangka Balang

BAB 6 FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG



PENINGKATAN IPKM DI KABUPATEN MURUNG RAYA

6.1. Sumber Daya Kesehatan .................................

6.2. Kepemimpinan dan Pemberdayaan

Masyarakat......................................................

6.3. Peran Lintas sektor..........................................
BAB 7 TANTANGAN SAAT INI DAN ARAH KE DEPAN ...........
Penutup
.............................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................
INDEKS
.............................................................

Tira Tangka Balang

109
110
117
121
129
133
135
139

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan per


Kecamatan di Wilayah Kabupaten Murung Raya
Tahun 2013.........................................................
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Dirinci Menurut

Jenis Kelamin per Kecamatan di Kabupaten

Murung Raya Tahun 2011-2013..........................
Tabel 2.3. Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Geografis

per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya

Tahun 2011 2013.............................................
Tabel 2.4. Nilai Indeks Kelompok Indikator Kesehatan.......
Tabel 2.5. Prevalensi Beberapa Indikator Kesehatan di
Kabupaten Murun Raya (RISKESDAS)..................
Tabel 2.6. Cakupan Beberapa Indikator Kesehatan

di Kabupaten Murung Raya (RISKESDAS)............
Tabel 2.7. Fasilitas Kesehatan Menurut Jenis di 10

Kecamatan di Kabupaten Murung Raya 2013.....
Tabel 2.8. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis dan
Kecamatan di Murung Raya 2013.......................
Tabel 2.9. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Murung Raya

2013....................................................................
Tabel 2.10. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB

Murung Raya atas Dasar Harga Berlaku,

2009-2013 (Persen)............................................
Tabel 2.11. Luas Areal (Ha) dan Produksi Tanaman

Perkebunan (ton) Menurut Kecamatan

di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013.............

Tira Tangka Balang

11

15

16
25
26
27
34
35
36

38

41

Tabel 4.1 Tabel Cakupan Kunjungan K1 & FE1 Tahun 2014 67


Tabel 4.2 Tabel Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Saripoi.. 68
Tabel 4.3 Tabel Imunisasi Bayi Puskesmas Saripoi

Tahun 2014......................................................... 72
Tabel 5.1. Jumlah Rumah Sehat di Puruk Cahu Seberang

Tahun 2014......................................................... 100
Tabel 5.2. Cakupan Akses Air Bersih Puskesmas

Puruk Cahu Seberang Tahun 2014...................... 100

Tira Tangka Balang

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3.

Gambar 2.4

Gambar 3.1.

Gambar 3.2.

Gambar 3.3.



Gambar 3.4

Gambar4.1

Gambar 4.2.
Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 5.1.
Gambar 5.2

xii

Peta Murung Raya........................................ 9


Dermaga di Pinggir Sungai. .......................... 12
Aktifitas sebagian masyarakat di
Murung Raya................................................ 17
Sarana dan prasarana transportasi sungai
dan darat di Kabupaten Murung Raya.......... 28
Lokmin sekaligus mensosialisasikan
permasalahan kemasyarakat, February 2015 43
Papan Nama Salah sStu Puskesmas
Pembantu di Murung Raya........................... 55
Beberapa Sarana dan Prasarana Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu Beserta
Kondisinya di KabupatenMurung Raya,
Februari 2015............................................... 55
Salah Satu Kondisi Pustu di Murung Raya
yang Terkena Banjir, Februari 2015............... 56
Ibu Menyusui dengan ASI dan dengan
Susu Formula................................................ 69
Bubur Nasi dengan Penyedap Pengganti ASI 70
Gambar Bayi yang Sedang Diimunisasi
di Puskesmas Pembantu Desa Bahitom........ 71
Kegiatan Posyandu di Salah Satu
Puskesmas Pembantu di Murung Raya........ 75
Sarana Pengolahan Air yang Terbengkelai.... 94
Pemanfaatan Air Sungai Barito untuk Mandi. 102

Tira Tangka Balang

Gambar 5.3

Gambar 5.4.

Gambar 5.5


Gambar 5.6

Gambar 5.7

Gambar 5.8

Pemanfaatan Air Sungai Barito untuk


Mencuci dan untuk Pemenuhan Air Bersih.. 103
Lanting atau Rumah Apung di Pinggir
Sungai Barito................................................. 103
Kandang Ternak yang Terletak di Belakang
Lanting. Terlihat juga Sampah di Belakang
Lanting tersebut........................................... 104
Gambar Puskesmas Pembantu Puruk
Cahu Seberang setelah Direnovasi............... 105
Kondisi Puskesmas Pembantu Puruk
Cahu Seberang ketika Sedang Banjir............. 105
Kondisi Desa Puruk Cahu Seberang yang
Sedang Banjir. Terlihat Anak-anak Sudah
Terbiasa dengan Kondisi Banjir Tersebut...... 106

Tira Tangka Balang

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1

Grafik 2.2

Grafik 2.3.
Grafik 2.4.
Grafik 2.5.

Grafik 2.6.

Grafik 2.7.

Grafik 2.8.

Grafik 2.9.


Grafik 2.10.

Grafik 4.1
Grafik 4.2
Grafik 5.1

xiv

Perubahan panjang jalan (Km) di Kabupaten


Murung Raya pada tahun 2007 dan 2013........
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Murung Raya 2006 2013....
Umur Harapan Hidup di Provinsi Kalteng.........
Angka Kematian Bayi 2009 2013 ..................
Jumlah Kematian Bayi 2009 2012 di Provinsi
Kalteng..............................................................
Jumlah Kasus Pnemonia 2009 2013
di Kabupaten Murung Raya..............................
Jumlah Kasus Diare di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Kabupaten Murung Raya.............
Persentase Status Gizi Balita Tahun
2009 2013 di Kabupaten Murung Raya.........
Persentase Pertolongan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan Tahun 2009 2013
di Kabupaten Murung Raya..............................
Persentase Capaian Imunisasi Dasar Lengkap
(UCI) Tahun 2013 di Kabupaten Murung Raya..
Grafik Cakupan Persalinan Dukun....................
Grafik Cakupan Persalinan Nakes.....................
Persentase Keluarga dengan Kepemilikan
Sarana Sanitasi Dasar di Kabupaten
Murung Raya Kalteng Tahun 2013....................

Tira Tangka Balang

20
22
23
28
28
29
30
31

32
33
82
82

95

Grafik 5.2.


Grafik 6.1.

Grafik 6.2.



Grafik 6.3.

Grafik 6.4.


Grafik 6.5.

Persentase Rumah Sehat per Wilayah


Puskesmas di Kabupaten Murung Raya
Tahun 2013....................................................... 99
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Murung Raya Tahun 2007 dan 2013 109
Perubahan Jumlah Tenaga Kesehatan dan
Faslitas Pelayanan Kesehatan pada
Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten
Murung Raya.................................................... 110
Jumlah Penduduk Kabupaten Murung Raya
tahun 2007 s/d 2013........................................ 111
Persentase APBD Kesehatan Kabupaten
Murung Raya terhadap APBD Total
(2008 s/d 2013). .............................................. 115
Jumlah Alokasi Dana (Rupiah) untuk
Kesehatan di Kabupaten Murung Raya
Tahun 2008 s/d 2013. ...................................... 116

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan manusia digambarkan dalam tiga komponen
utama, yaitu umur harapan hidup, pendidikan, dan ekonomi. Tiga
komponen tersebut merupakan indikator penting yang dapat
menggambarkan kemajuan suatu bangsa melalui indeks pem
bangunan manusia. Pada tahun 2013, nilai indeks pembangunan
manusia Indonesia (IPM) sebesar 0.684 dan berada di urutan ke
108 dari total 187 negara, dengan nilai indeks tertinggi sebesar
0.944 dicapai oleh Norwegia (UNDP, 2014). Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia masih sangat jauh dalam mengejar atau mencapai
nilai indeks yang mendekati nilai satu seperti yang dimiliki oleh
Norwegia, meskipun sudah terjadi sedikit kenaikan dibandingkan
tahun sebelumnya (0,681). Apabila ingin meningkatkan nilai IPM
Indonesia, maka diperlukan perbaikan dalam mencapai umur
harapan hidup yang lebih tinggi, rata-rata lama sekolah yang lebih
tinggi, serta rata-rata GNP per kapita yang lebih tinggi.
Khusus di bidang kesehatan, kontribusi utamanya adalah
untuk perbaikan umur harapan hidup, yang merupakan indikator
yang berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Meskipun
pada dasarnya perbaikan kesehatan masyarakat di pengaruhi
juga oleh pendidikan dan ekonomi yang saling terkait satu sama
lainnya. Sebagai upaya untuk mendukung IPM, maka bidang
kesehatan telah mengembangkan indeks pembangunan kesehatan

masayarakat (IPKM) yang secara lebih spesifik mencakup indikatorindikator kesehatan yang sensitif, yang dapat mempengaruhi
umur harapan hidup masyarakat Indonesia. Di samping itu,
melalui IPKM dapat dilihat fokus pembangunan kesehatan yang
perlu diperkuat untuk perbaikan kesehatan serta untuk melihat
seberapa besar kesenjangan antara daerah dalam bidang kese
hatan. Indikator yang masuk dalam IPKM adalah kesehatan balita,
kesehatan reproduksi, penyakit menular, penyakit tidak menular,
pelayanan kesehatan, perilaku berisiko kesehatan, dan kesehatan
lingkungan.
Indonesia sudah mempunyai dua periode IPKM, yaitu IPKM
tahun 2007 dan IPKM tahun 2013. Secara nasional nilai IPKM 2013
adalah sebesar 0.5404, dengan nilai terendah sebesar 0.2169
di Kabupaten Tolikara (Provinsi Papua) dan tertinggi sebesar
0.7352 di Kabupaten Gianjar (Provinsi Bali). Sementara IPKM
2007, menunjukkan nilai nasional sebesar 0.5086, dengan nilai
indeks tertinggi sebesar 0.7090 di Kota Magelang (Jawa Tengah)
dan terendah sebesar 0.2471 di Kabupaten Pegunungan Bintang
(Papua). Perubahan nilai IPKM 2007 dan 2013 dapat diartikan
juga telah terjadi perubahan dalam status kesehatan masyarakat
dan juga perubahan intervensi kesehatan. Perubahan yang terjadi
di seluruh kabupaten/kota bervariasi dan perubahannya dapat
mengarah pada perbaikan maupun penurunan. Di antara 440
kabupaten/kota di Indonesia, Kabupaten Murung Raya termasuk
salah satu kabupaten yang mengalami perbaikan atau peningkatan
IPKM.
Peningkatan atau perbaikan nilai IPKM menunjukkan bahwa
telah terjadi perbaikan prevalensi dan cakupan dari beberapa
indikator kesehatan yang digunakan dalam menetapkan IPKM.

Tira Tangka Balang

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perbaikan indikator kese


hatan dapat bervariasi di masing-masing kabupaten/kota.
Secara umum, kondisi kesehatan individu dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik yang secara langsung seperti pengetahuan,
sikap dan perilaku kesehatan, maupun faktor yang tidak secara
langsung seperti aspek sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan,
dan budaya (WHO, 2008). Di samping itu, pemberi pelayanan
kesehatan juga berperan penting dalam peningkatan kesehatan
masyarakat. Kapasitas pelayanan dan akses terhadap pelayanan
kesehatan yang memadai dapat mendukung peningkatan status
kesehatan masyarakatnya (WHO, 2008).
Demikian pula halnya yang terjadi dengan Kabupaten
Murung Raya, yang mengalami peningkatan IPKM dari 0.3527
pada tahun 2007 menjadi 0.4921 pada tahun 2013, meskipun ada
perbedaan jumlah indikator kesehatan yang digunakan, yaitu 24
indikator (2007) dan 30 indikator (2013). Di samping itu, secara
ekonomi Kabupaten Murung Raya merupakan kabupaten dengan
kategori tidak miskin, karena mempunyai proporsi penduduk
miskin yang kurang dari 14.53% berdasarkan hasil Pendataan
Sosial Ekonomi (PSE) tahun 2011. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu dipelajari dan digali lebih lanjut secara lebih spesifik faktorfaktor apa yang berperan penting dalam peningkatan nilai IPKM
di Kabupaten Murung Raya dengan kondisi ekonomi yang bukan
termasuk kabupaten miskin.
Studi kualitatif ini bertujuan untuk manggali lebih dalam
aspek-aspek kebijakan, implementasi program kesehatan, peran
serta masyarakat dan pengaruh lingkungan sosial-budaya-ekonomi
yang terkait dengan peningkatan angka IPKM Kabupaten Murung
Raya. Aspek-aspek tersebut diharapkan dapat menjelaskan ter

Tira Tangka Balang

jadinya kenaikan IPKM 2013 dibandingkan dengan IPKM 2007 di


Kabupaten Murung Raya. Di samping itu, studi ini juga menggali
kesehatan ibu dan balita serta kesehatan lingkungan untuk
mendapatkan gambaran program kesehatan yang sudah berjalan,
serta bagaimana gambaran permasalahan terkait budaya dan nilai
di masyarakat yang terkait dengan kesehatan.
Penggalian dan analisis secara kualitatif diperlukan untuk
memberikan penjelasan yang lebih terperinci dalam aspek-aspek
yang beperan dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten
Murung Raya sebagai pembelajaran bagi kabupaten lain yang
mempunyai karakteristik administrasi, sumber daya, dan geografis
wilayah serupa. Justifikasi pemilihan wilayah Kabupaten Murung
Raya secara lebih rinci akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

1.2. Justifikasi Pemilihan Wilayah dan Indikator


Kesehatan
Pemilihan Kabupaten Murung Raya ditetapkan berdasarkan
dua criteria, yaitu berdasarkan proporsi penduduk miskin dan
nilai IPKM. Kabupaten Murung Raya merupakan kabupaten yang
termasuk tidak miskin (proporsi penduduk miskin kurang dari
14,53%), dan mempunyai perubahan nilai IPKM yang positif, atau
mempunyai nilai IPKM yang lebih baik pada tahun 2013 diban
dingkan pada tahun 2007.
Seperti telah disampaikan di bagian sebelumnya, Indonesia
sudah mempunyai dua periode IPKM, yang sebagian besar
menggunakan data dari hasi Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2007 dan 2013. Berdasarkan hasil IPKM 2007 dan 2013,
Kabupaten Murung Raya termasuk ke dalam kabupaten yang
tergolong mengalami peningkatan nilai IPKM yaitu 0,3861 di tahun

Tira Tangka Balang

2007 dan 0,4921 pada tahun 20131. Walaupun demikian, baik


kenaikan dalam rangking maupun dalam angka IPKM kabupaten
ini masih lebih rendah dari angka IPKM Provinsi Kalimantan
Tengah (0.5053) dan IPKM Nasional (0.5404). Kenaikan IPKM
Kabupaten Murung Raya khususnya terlihat pada unsur-unsur
kesehatan balita, kesehatan lingkungan, dan perilaku kesehatan
masyarakat .
Indikator kesehatan balita terutama dapat dilihat dari
menurunnya gizi buruk balita. Pada Riskesdas 2007, ditemukan
gizi buruk balita di Kabupaten Murung Raya sebanyak 27,2
persen. Sedangkan pada Riskesdas 2013, didapati gizi buruk bali
ta sebanyak 22,10 persen. Penurunan angka ini menunjukkan
bahwa dalam rentang waktu lima tahun Kabupaten Murung Raya
sudah berhasil menurunkan angka penderita gizi buruk sebesar
5.1 persen. Peningkatan status gizi balita juga bisa dilihat dari
cakupan indikator penimbangan balita yang pada tahun 2007
berada di kisaran angka 21,45 persen berubah menjadi 53,19
persen. Peningkatan cakupan penimbangan balita menunjukan
kesungguhan pemerintah Kabupaten Murung Raya, khususnya
Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya, dalam menjalankan
program-progamnya di bidang gizi, terutama kegiatan penim
bangan balita.
Demikian juga dengan indikator cakupan imunisasi,
Riskesdas 2007 menunjukkan cakupan imunisasi di Kabupaten
Murung Raya sebesar 16,37 persen. Sedangkan pada Riskesdas
2013, angka cakupan imunisasi ditemukan pada kisaran 50.38
persen. Kenaikan angka ini menunjukkan bahwa pemerintah

IPKM.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2014

Tira Tangka Balang

Kabupaten Murung Raya juga telah berhasil meningkatkan angka


cakupan imunisasi sebesar 34,01 poin.
Indikator lain adalah adanya peningkatan proporsi perilaku
cuci tangan dengan benar di kabupaten ini. Jika di data dasar hasil
Riskesdas 2007 angka proporsi tersebut menunjukkan kisaran 8,12
persen, hasil Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan menjadi
61,25 persen. Kenaikan angka proporsi sebesar 53,08 poin ini me
nandakan telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dalam
melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan benar.
Selanjutnya, indikator perilaku sehat dan bersih lainnya
pada IPKM 2007 dan 2013, seperti cakupan sanitasi di Kabupaten
Murung Raya juga mengalami kenaikan sebesar 21,96 poin dari
16,89 persen menjadi 38.85 persen.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka buku ini bertujuan
untuk memberikan gambaran terkait faktor-faktor yang menjadi
pendukung (enabler) dan pembelajaran dalam kenaikan nilai IPKM
di Kabupaten Murung Raya, khususnya difokuskan pada bidang
kesehatan balita dan kesehatan lingkungan. Dalam buku ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai profil Kabupaten Murung Raya
secara umum, gambaran sumber daya yang ada, kesehatan ibu
dan balita, kesehatan lingkungan, faktor-faktor yang mendukung,
serta tantangan ke depan untuk perbaikan kesehatan masyarakat
Kabupaten Murung Raya.

Tira Tangka Balang

1.3. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Penggalian informasi dalam penelitian ini dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu secara kualitatif dan desk review (data
tertier dan dokumen). Secara kualitatif data dikumpulkan melalui
wawancara medalam, diskusi, dan pengamatan. Informasi yang
digali mencakup beberapa aspek berikut:
Bagaimana budaya dan perilaku masyarakat terkait kesehatan
balita dan kesehatan lingkungan.
Bagaimana peran penyelenggara kesehatan terkait kesehatan
balita dan kesehatan lingkungan.
Bagaimana peran lintas sektor terkait kesehatan balita dan
kesehatan lingkungan.
Apa saja faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan
IPKM.
Apa saja kendala dan tantangan dalam pembangunan kese
hatan.
Informan yang telibat dalam studi ini adalah tokoh masya
rakat, ibu hamil, ibu yang mempunyai balita, dukun kampung,
bidan desa, tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan kabupaten dan
provinsi, tenaga kesehatan di Puskesmas, serta beberapa lintas
sektor di tingkat kabupaten (Dinas Pekerjaan Umum, Perusahaan
Daerah Air Minum, Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah,
Bappeda) dan di tingkat provinsi (Bappeda, Badan Pemberdayaan
Masyarakat Daerah).
Data dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gam
baran permasalahan terkait kesehatan ibu dan balita serta sani
tasi lingkungan, termasuk juga faktor yang berperan dalam
peningkatan IPKM Kabupaten Murung Raya.

Tira Tangka Balang

Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai gambaran


umum Kabupaten Murung Raya, Manajemen dan Kebijakan
Kesehatan, kesehatan ibu dan balita, sanitasi lingkungan, pem
belajaran dalam kenaikan IPKM, serta tantangn dan arah ke depan
bagi peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat Murung
Raya.

Tira Tangka Balang

BAB 2

GAMBARAN KABUPATEN MURUNG RAYA

2.1 Letak dan Fungsi Geografis


Kabupaten Murung Raya adalah salah satu kabupaten
pemekaran di Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di peda
laman Pulau Kalimantan, tepatnya di bagian Timur Laut wilayah
Provinsi Kalimantan Tengah, yang meliputi seluruh bagian DAS
(Daerah Aliran Sungai) Barito. Sejak pemekaran dari Kabupaten
Barito Utara pada tahun 2002, Kabupaten Murung Raya
berkembang dengan pesat. Dengan mengusung slogan merdeka
dari kebodohan, ketertinggalan, dan keterisolasian, pemerintah

Gambar 2.1 Peta Murung Raya


Sumber: Profil Kesehatan Murung Raya 2014

Kabupaten Murung Raya secara kontinu meningkatkan sarana


dan prasarana infrastruktur yang menunjang taraf kehidupan
perekonomian masyarakat.
Kabupaten Murung Raya merupakan kabupaten terluas
di provinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai wilayah seluas
lebih kurang 2.370.000 Ha. Secara geografis Kabupaten Murung
Raya terletak yaitu pada posisi 004725,24 Lintang Utara
(Latitude North), 005151,87 Lintang Selatan (Latitude South),
1131240,98 Bujur Timur (Longitude East), dan 115086,52
Bujur Timur (Longitude East). Di Utara Kabupaten Murung Raya
berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan
Barat dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito Utara,
Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Gunung Mas. Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan
Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas
dan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat (Dinas
Kesehatan Murung Raya, 2013).
Wilayah administrasi Kabupaten Murung Raya terdiri 10
kecamatan, terbagi lagi dalam 115 desa dan 9 kelurahan. Yang
termasuk dalam kategori kelurahan adalah Tumbang Lahung dan
Muara Bakanon di Kecamatan Permata Intan, Kelurahan Beriwit
dan Puruk Cahu di Kecamatan Murung, Kelurahan Muara Laung
I, Batu Bua I dan Muara Tuhup di Kecamatan Laung Tuhup,
Kelurahan Tumbang Kunyi di Kecamatan Sumber Barito, dan
Kelurahan Saripoi di Kecamatan Tanah Siang (Dinas Kesehatan
Murung Raya, 2013).

10

Tira Tangka Balang

Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan


di Wilayah Kabupaten Murung Raya Tahun 2013
Kecamatan

Ibukota

Kel

Desa

(1)

(2)

(3)

(4)

Tumbang Lahung
Tumbang Bantian
Puruk Cahu
Muara Laung
Makunjung
Saripoi
Dirung Lingkin
Tumbang Kunyi
Muara Joloi
Tumbang Olong

2
0
2
3
0
1
0
1
0
0

10
6
13
23
11
26
6
8
7
5

xxx

115

Permata Intan
Sungai Babuat
Murung
Laung Tuhup
Barito Tuhup Raya
Tanah Siang
Tanah Siang Selatan
Sumber Barito
Seribu Riam
Uut Murung
Jumlah/Total

Luas
Wilayah
(km)
(5)
804
423
730
1.611
1.500
1.239
310
2.797
7.023
7.263
23.700

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2013

Kabupaten Murung Raya terletak pada daerah di sekitar


khatulistiwa beriklim tropis dan bercurah hujan tinggi, sehingga
panas matahari terasa menyengat dan udara terasa amat lembab.
Curah hujan meningkat pada daerah pedalaman, karena udara yang
lebih lembab yang disebabkan oleh kepadatan dan kerimbunan
tumbuh-tumbuhan. Menurut BMKG (Stasiun Meteorologi, Klima
tologi dan Geofisika) Beringin, Muara Teweh, Barito Utara, tahun
2012, suhu di Kabupaten Murung Raya berkisar 21,4 C 35,3 C
(Bapeda Kabupaten Murung Raya, 2013).
Kabupaten Murung Raya dialiri oleh sungai besar yang juga
digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan air bagi
masyarakat dan sarana transportasi air yaitu Sungai Barito dan

Tira Tangka Balang

11

beberapa sungai kecil lainnya yang bermuara di Sungai Barito.


Aliran sungai ini sampai sekarang masih digunakan untuk lalu
lintas pengangkut kayu / barang / hasil pertanian. Pengangkutan
penumpang melalui sungai di Kabupaten Murung Raya terutama
ke daerah pedalaman yang belum dilalui oleh jalan darat. Hidrologi
wilayah Kabupaten Murung Raya yang dilintasi oleh Sungai Barito
dan beberapa cabang anak sungainya mempunyai panjang dan
kedalaman dasar sungai yang sangat bervariasi, yaitu sekitar
1 - 11 meter dan kedalaman tersebut dapat bertambah seiring
dengan banyak sedikitnya debit air di sungai Barito. Sungai-sungai
tersebut berfungsi sebagai urat nadi transportasi untuk angkutan
barang dan penumpang. Beberapa cabang atau anak sungai yang
dapat dilayari yaitu: sungai Laung sepanjang 35,75 km, sungai

Gambar 2.2 Dermaga di Pinggir Sungai.


Sumber: Dokumentasi Peneliti

12

Tira Tangka Balang

Babuat sepanjang 29,25 km, Sungai Joloi sepanjang 40,75 km,


dan sungai Busang sepanjang 75,25 km. Kedalaman dasar sungai
berkisar antara 3 - 8 m dan lebar badan sungai lebih dari 25 m
(Bapeda Kabupaten Murung Raya, 2013).
Dermaga sungai dan dermaga penyeberangan yang ada di
Kabupaten Murung Raya umumnya berada dalam kondisi baik
dengan konstruksi terbuat dari kayu ulin dan besi. Dermaga
sungai yang terluas adalah dermaga Puruk Cahu (+100 m ). Kebe
radaan dermaga-dermaga sungai lebih bertujuan untuk mem
perlancar lalu lintas aliran penumpang, bukan aliran barang.
Dengan demikian, untuk pengangkutan barang akan masih tetap
mengandalkan pada angkutan sungai (Bapeda Kabupaten Murung
Raya, 2013).
Walaupun berguna untuk transportasi penduduk ke pe
dalaman, transportasi sungai ini mempunyai kelemahan, baik
pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada saat musim
kemarau, biasanya terjadi surutnya air sungai dan rendahnya
debit air. Dengan demikian terjadi turunnya permukaan air sungai,
dan menyebabkan munculnya batu-batu di dasar sungai ataupun
kayu-kayu yang tadinya tenggelam di dasar sungai, sehingga
mempertinggi risiko perjalanan kapal. Hal ini menghambat kapalkapal besar masuk ke daerah pedalaman. Sebaliknya pada musim
hujan, permasalahannya adalah bertambah banyaknya volume
air dan derasnya arus sungai akan menghambat laju kapal yang
menuju hulu sungai. Selain itu karena umumnya desa-desa di
pedalaman berkembang di pinggir sungai, masih ada desa-desa
yang mengalami banjir.

Tira Tangka Balang

13

2.2 Kependudukan, Suku, dan Sumber Daya Alam


Penyebaran penduduk di Kabupaten Murung Raya masih
tidak merata. Data tahun 2013 menunjukkan jumlah penduduk
terendah sebanyak 2360 (total laki-laki dan perempuan) di
Kecamatan Sungai Babuat dan tertinggi di Kecamatan Murung
sebanyak 33,716 (total laki-laki dan perempuan). Hal ini
kemungkinan dikarenakan kondisi sarana jalan darat yang meng
hubungkan antarkecamatan atau desa kadang-kadang tidak me
mungkinkan untuk dilalui kendaraan roda empat, sementara
sarana transportasi air masih terbatas, sehingga jumlah penduduk
terlokalisir pada daerah yang mudah askes transportasinya.
Sementara itu, jumlah desa yang terdapat di pinggiran sungai
cukup banyak. Seperti di Kecamatan Murung, Kecamatan Permata
Intan, Kecamatan Sumber Barito, bahkan sampai ke Kecamatan
Seribu Riam, dan Kecamatan Uut Murung yang medannya dikenal
sangat sulit, terlebih bila musin penghujan tiba. Di Kabupaten
Murung Raya juga ada wilayah yang belum bisa terjangkau oleh
akses jalan, bahkan oleh akses jalan perusahaan sekalipun,
sehingga masih ada penduduk di wilayah Kabupaten Murung
Raya yang terisolir.
Kepadatan penduduk amat kecil bila dibandingkan dengan
luasnya wilayah di Kabupaten Murung Raya, Tabel 2.2. di bawah
ini menggambarkan keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin
dan luasnya wilayah di Kabupaten Murung Raya tahun 2001, 2012,
dan 2013.

14

Tira Tangka Balang

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Dirinci Menurut Jenis


Kelamin per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya
Tahun 2011-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, thn 2014

Kepadatan penduduk dapat dinyatakan dalam 2 (dua) ben


tuk kepadatan yaitu kepadatan secara geografis dan kepadatan
secara agraris2. Kepadatan geografis membandingkan jumlah
penduduk terhadap luas wilayah keseluruhan, sedangkan kepa
datan agraris merupakan perbandingan antara jumlah pen
duduk dengan luas tanah atau lahan yang diusahakan baik oleh
pemerintah, swasta/perusahaan dan masyarakat sendiri termasuk
pemukiman penduduk. Lahan yang diusahakan bisa berupa
perkampungan, sawah, ladang/tegal, perkebunan, rawa/tambak,
serta semak belukar.

2 Data Pokok Pembangunan Kabupaten Murung Raya, Bapeda dan BPS


Kabupaten Murung Raya, 2013

Tira Tangka Balang

15

Kepadatan penduduk Kabupaten Murung Raya semenjak


mengalami pemekaran kabupaten sampai dengan tahun 2013
belum mengalami perubahan, yaitu 4 orang per 1 (satu) Km2.
Wilayah Kabupaten Murung Raya merupakan yang paling sedikit
penduduknya di antara semua kabupaten di Provinsi Kalimantan
Tengah. Penduduk yang masih jarang ini masuk ke dalam salah
satu program usaha peningkatan dan pengembangan daerah
Kabupaten Murung Raya misalnya program transmigrasi.
Tabel 2.3. Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Geografis per
Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011
2013

Rasio ketergantungan atau dependency ratio mengalami


sedikit penurunan. Dependency rasio merupakan rasio antara
banyaknya penduduk usia 0 - 14 tahun dan penduduk usia 65
tahun ke atas (yang merupakan penduduk yang ditanggung)
dibandingkan dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64

16

Tira Tangka Balang

tahun, yang dikenal sebagai penanggung). Dalam keterangan yang


diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya,
memperlihatkan bahwa di Kabupaten Murung Raya pada tahun
2011 sampai dengan tahun 2013, rasio ketergantungannya secara
berturut-turut adalah sebesar 62, 61, dan 61. Ini berarti dalam
tahun 2013 yang lalu, dari setiap 100 penduduk usia 15 - 64 tahun,
menanggung 61 orang penduduk usia 0 - 14 dan usia 65 tahun ke
atas. Ini berarti ada sedikit kenaikan dan peningkatan produktifitas
karena adanya penurunan relatif jumlah yang ditanggung oleh
kalangan usia produktif sejak tahun 2011. Semakin rendah nilai
rasio ketergantungan, maka akan semakin produktif masyarakat
di wilayah tersebut. Sebaliknya jika semakin tinggi nilai rasio
ketergantungannya, maka akan semakin banyak tantangan secara
ekonomi di wilayah tersebut.

Gambar 2.3. Aktifitas sebagian masyarakat di Murung Raya


Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM Kualitatif

Dari aspek karakteristik sosial, masyarakat Murung Raya


didominasi oleh suku Dayak. Lokasi geografis Kabupaten Murung
Raya yang terletak hampir di tengah-tengah pulau Kalimantan,
dapat dikatakan sebagai pusat berkumpulnya suku-suku Dayak di

Tira Tangka Balang

17

Kalimantan. Penduduk asli Kabupaten Murung Raya terdiri dari 3


suku besar, yaitu: Suku Dayak Bakumpai (yang bermukim di wilayah
sekitar Sungai Barito), Suku Dayak Uut Danum (yang bermukim di
wilayah sekitar Barito Hulu), dan Suku Dayak Siang (yang banyak
bermukim di sekitar wilayah Kecamatan Tanah Siang). Sementara
penduduk lain umumnya berasal dari suku Dayak Katingan, Dayak
Kahayan, dan Dayak Kapuas.
Kabupaten Murung Raya merupakan salah satu pilihan
destinasi bagi masyarakat Dayak yang ada di Kalimantan. Pilihan
ini tidaklah berlebihan karena Kabupaten Murung Raya adalah
wilayah yang mempunyai kekayaan alam yang cukup banyak
seperti batubara, emas, bentonit, dan kapur, serta kaya akan
potensi unggulan di bidang budaya dan pariwisata. Potensi wisata
tersebut antara lain adalah Riam Hatas, Panorama Pegunungan
Batu Ayu, Keminting, Tugu Katulistiwa, Air Terjun Sungai Bumban
di Desa Laas, Kecamatan Uut Murung, dan Cagar Alam Nasional
Pegunungan Muller yang telah ditetapkan oleh badan dunia
sebagai salah satu paru-paru dunia yang masih ada sampai
sekarang ini. Sedangkan tarian yang paling tersohor dari kabupaten
ini adalah tarian, Tira Tangka Balang, yang berarti Maju Terus
Pantang Mundur di mana kemudian motto Tira Tangka Balang
ini menjadi motto kabupaten pemekaran ini.
Gambaran karakterisitik penduduk dan sumber daya alam
ini secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian daerah
serta status kesehatan masyarakatnya. Kondisi Kabupaten
Murung Raya dengan jumlah penduduk yang penyebarannya
tidak merata di samping juga kepadatan penduduk yang bervariasi
dapat menjadi salah satu kendala dalam penempatan tenaga
kesehatan. Sementara dengan mayoritas penduduk adalah suku

18

Tira Tangka Balang

dayak, maka perlu mempelajari lebih lanjut budaya suku Dayak


sebagai salah satu aspek yang terkait dengan perilaku kesehatan
di masyarakat.

2.3 Sarana dan Prasarana


Kelancaran transportasi suatu wilayah sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Demikian
juga dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah Kabu
paten Murung Raya. Sebagai daerah yang banyak terdapat sungai,
Kabupaten Murung Raya tidak hanya mengandalkan transportasi
darat, transportasi sungai juga merupakan transportasi yang vital.
Hal ini dikarenakan masih terdapatnya kecamatan yang belum
terjangkau oleh prasarana jalan atau melalui daratan.

Gambar 2.4 Sarana dan prasarana transportasi sungai dan darat


Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM Kualitati

Tira Tangka Balang

19

Kondisi infrastruktur saat ini, terutama jalan darat masih


perlu mendapat perhatian, karena jalan darat pada saat ini meru
pakan sarana penunjang utama dalam kegiatan ekonomi daerah
serta mendukung kegiatan pembangunan terutama aktivitas
ekonomi masyarakat. Meskipun demikian, transportasi sungai
masih cukup dominan dalam penggunaannya, terutama untuk
menjangkau daerah-daerah yang tidak bisa dilalui jalan darat dan
daerah-daerah di tepian sungai. Kondisi perbaikan infrastruktur
sangat diharapkan untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan
yang ada di Kabupaten Murung Raya.
Berkaitan dengan infrastruktur jalan yang ada, di Kabu
paten Murung Raya terdapat jalan negara, jalan propinsi, dan
jalan kabupaten. Selebihnya merupakan jalan desa, jalan ke
perkebunan, jalan perusahaan batu bara, dan jalan HPH (Hak
Pengusahaan Hutan). Untuk kondisi jalan ini sangat tergantung

Grafik 2.1 Perubahan panjang jalan (Km) di Kabupaten Murung Raya


pada tahun 2007 dan 2013.
Sumber: Pemerintah Kabupaten Murung Raya, 2007; 2013

20

Tira Tangka Balang

dari musim, karena apabila musim hujan ada ruas-ruas jalan yang
mengalami banjir atau licin, sehingga tidak bisa atau sulit dilalui.
Perbaikan infrastruktur jalan terus dilakukan sebagai salah
satu upaya untuk peningkatan akses masyarakat terhadap fasilitas
kesehatan, sumber perekonomian, serta fasilitas umum lainnya
untuk perbaikan pembangunan daerah. Infrastruktur jalan meng
alami sedikit peningkatan pada tahun 2013 dibandingkan tahun
2007, terutama untuk jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan
desa.
Selain transportasi darat dan air, Kabupaten Murung Raya
juga memiliki transportasi udara. Terdapat satu bandar udara
(bandara) yang telah beroperasi secara rutin untuk melayani
penerbangan Palangka Raya - Puruk Cahu. Bandara ini merupakan
bandara peninggalan dari salah satu perusahaan pertambangan
yang dulu sempat beroperasi di wilayah Murung Raya. Bandara
ini letaknya di kecamatan Dirung Lingkin sekitar 15 km dari kota
Puruk Cahu, dengan kondisi akses jalan yang rusak, berlubang
sehingga perjalanan ditempuh dengan waktu sekitar satu jam.
Saat ini hanya ada satu perusahaan penerbangan nasio
nal yang beroperasi, dengan frekuensi dua kali seminggu pener
bangan dari Palangkaraya. Dengan adanya bandara ini, diharap
kan arus mobilitas masyarakat dari dan keluar Kabupaten Murung
Raya dapat meningkat, dan pada akhirnya mendorong pening
katan perekonomian baik dengan meningkatan pendapatan
daerah maupun peningkatan urbanisasi.
Sarana dan prasarana infrastruktur daerah berkaitan erat
dengan akses terhadap pelayanan kesehatan yang optimal. Dari
periode 2007 s/d 2013, meskipun tidak terlalu besar, telah terjadi
peningkatan infrastruktur. Hal ini dapat merupakan salah satu

Tira Tangka Balang

21

faktor yang turut mendukung peningkatan akses masyarakat


terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik.

2.4 Situasi Masalah Kesehatan


Pada negara berkembang seperti Indonesia, proses pem
bangunan pada hakikatnya termasuk juga pembangunan terhadap
manusianya, di mana kualitas kehidupan masyarakat menjadi tu
juan utama dari semua jenis pembangunan yang dilaksanakan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
Index (HDI) bisa digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur tingkat kualitas kehidupan yang ada di masyarakat.
IPM ini dapat dipakai dalam mengukur tingkat keberhasilan pem
bangunan di suatu wilayah. Salah satu yang tercantum dalam
Human Development Index adalah adalah indikator sektor kese
hatan, yang diukur dengan Umur Harapan Hidup (UHH).

Grafik 2.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Kabupaten Murung Raya 2006 2013
Sumber: Profil Kabupaten Murung Raya, 2013

22

Tira Tangka Balang

Grafik 2.3. Umur Harapan Hidup di Provinsi Kalteng


Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kalteng 2013

Angka IPM dapat menggambarkan bagaimana pembangun


an manusia tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi saja, tetapi juga
bagaimana manusia mempunyai lama hidup yang optimal dan
mempunyai pengetahuan atau pendidikan yang memadai. Dari
periode tahun 2006 sampai dengan 2013, telah terjadi pening
katan IPM di Kabupaten Murung Raya, dari 71.6 pada tahun 2006
menjadi 73.98 di tahun 2013 (Pemerintah Daerah Murung Raya,
2013). Meskipun demikian, angka IPM ini belum menggambarkan
indikator pembangunan kesehatan manusia secara spesifik.
Dengan demikian, dibutuhkan indeks khusus di bidang kesehatan
yang kemudian dikenal sebagai Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM) untuk dapat melihat sejauh mana kemajuan
pembangunan kesehatan manusia di suatu wilayah secara
spesifik.
IPKM dihitung berdasarkan beberapa indikator kesehatan
yang mencakup 1) kesehatan balita, 2) kesehatan reproduksi, 3)

Tira Tangka Balang

23

pelayanan kesehatan, 4) perilaku berisiko, 5) penyakit menular, 6)


penyakit tidak menular, dan 7) kesehatan lingkungan. Sumber data
yang digunakan dalam menghitung IPKM adalah dari RISKESDAS
dan survey Potensi Desa.
Meskipun terdapat kenaikan dibandingkan dengan IPKM
2007, hasil perhitungan IPKM 2013 Kabupaten Murung Raya
menunjukkan angka IPKM lebih rendah di bandingkan angka
provinsi maupun angka nasional. Apabila melihat rincian angka
IPKM 2013 untuk Kabupaten Murung Raya, maka dapat dilihat
bahwa angka tertinggi adalah indikator penyakit tidak menular
(PTM), penyakit menular (PM), dan kesehatan balita, sementara
nilai terendah adalah untuk indikator pelayanan kesehatan. Data
indikator kesehatan yang digunakan dalam perhitungan IPKM
2013 adalah dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 dan
survey Potensi Desa (PODES) 2011.
Secara lebih rinci data RISKESDAS menggambarkan beberapa
prevalensi status kesehatan yang menunjukkan hasil yang lebih
baik pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007 yang mencakup
prevalensi gizi buruk, cakupan penimbangan balita, cakupan
imunisasi lengkap, perilaku cuci tangan dengan benar, hipertensi,
kesehatan jiwa, penyakit gigi mulut, dan cakupan sanitasi. Per
baikan angka prevalensi dan cakupan tersebut menyebabkan
semakin baiknya nilai IPKM di Kabupaten Murung Raya.

24

Tira Tangka Balang

Tabel 2.4. Nilai Indeks Kelompok Indikator Kesehatan


Indikator Kesehata
Kesehatan Balita
Kesehatan Reproduksi
Pelayanan Kesehatan
Perilaku kesehatan
PTM
PM
Kesehatan Lingkungan
Indeks Pembangunan
Kesehatan Manusia

Indeks Kab
Murung
Raya
0.5975
0.3678
0.1598
0.3771
0.7181
0.7767
0.4477
0.4921

Indeks Provinsi
Kalimantan
Tengah
0.5861
0.2411
0.1665
0.2317
0.4242
0.4743
0.3261
0.5053

Indeks
Nasional
0.6114
0.4756
0.3808
0.3652
0.6267
0.7507
0.5430
0.5404

Sumber: Indeks Pembangunan Kesehatan, Badan Litbangkes 2015

Pada tabel 2.4 dapat dilihat bahwa nilai IPKM untuk beberap
indikator kesehatan di Kabupaten Murung Raya tampak lebih baik
dibandingkan dengan nilai IPKM di tingkat Provinsi Kalimantan
Tengah maupun Nasional untuk indikator penyakit menular,
penyakit tidak menular. Nilai indeks yang lebih baik dari nilai
provinsi, dapat berkaitan dengan variasi dan kesenjangan nilai
indeks kabupaten dalam Provinsi Kalimantan Tengah cukup tinggi.
Demikian juga dengan nilai nasional yang variasinya cukup tinggi
diantara 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Tira Tangka Balang

25

Tabel 2.5. Prevalensi Beberapa Indikator Kesehatan di Kabupaten


Murun Raya (RISKESDAS)
Indikator
Gizi burkur
Gizi pendek
Balita Gemuk
Gangguan kesehatan jiwa
Penyakit gigi dan mulut
Pnemonia
Hipertensi
Cedera

2007
27.02
38.53
9.57
8.00
26.34
1.03
28.06
4.29

2013
22.10
41.02
16.18
1.10
19.53
1.83
21.02
13.56

Sumber: Indeks Pembangunan Kesehatan, Badan Litbangkes 2015

Pada tabel 2.5 dapat dilihat prevalensi gizi pendek,


pneumonia, dan cedera mengalami peningkatan pada tahun 2013
dibandingkan tahun 2007. Di sisi lain, telah terjadi penurunan
prevalensi atau perbaikan kondisi di masyarakat untuk gizi buruk
dan kurang, kesehatan jiwa, penyakit gigi dan mulut, serta hiper
tensi. Pada tabel 2.6 tampak bahwa terjadi perbaikan angka
cakupan atau persentase masyarakat yang berpartisipasi dalam
program kesehatan dan berperilaku sehat seperti penimbangan
balita, imunisasi lengkap pada balita, mempunyai jamban sehat,
serta cuci tangan dengan benar. Angka cakupan yang membaik ini
berkontribusi terhadap kenaikan nilai IPKM Kabupaten Murung
Raya di tahun 2013. Meskipun telah terjadi perbaikan beberapa
indikator kesehatan, kondisi ini masih relatif rendah dibandingkan
dengan kondisi kabupaten lainnya dan gambaran secara nasional.
Hal ini tampak dari posisi nilai IPKM 2013 Kabupaten Murung
Raya yang masih dalam rangking 354 dibandingkan dengan total
497 kabupaten/kota di Indonesia. Artinya Kabupaten Murung

26

Tira Tangka Balang

Raya harus tetap segera mengejar ketertinggalan dengan ber


bagai keterbatasannya.
Tabel 2.6. Cakupan Beberapa Indikator Kesehatan di Kabupaten
Murung Raya (RISKESDAS)
Indikator
Cakupan Penimbangan Balita
Cakupan Imunisasi Lengkap
cakupan sanitasi
Perilaku cuci tangan dengan benar

2007
21.45
16.37
16.89
8.12

2013
53.19
50.38
38.85
61.25

Sumber: Indeks Pembangunan Kesehatan, Badan Litbangkes 2015

Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di fasilitas pela


yanan kesehatan, situasi kesehatan yang dituangkan dalam Profil
Kesehatan Provinsi tahun 2013 dan Profil Kesehatan Kabupaten
tahun 2013, menunjukkan beberapa peningkatan atau perbaikan
sebagian besar indikator kesehatan pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2007, seperti diantaranya angka kematian bayi. Pada grafik
2.4 tampak terjadi penurunan Angka Kematian Bayi pada tahun
2013, di mana terdapat 11 kematian bayi dari 2.030 kelahiran
yang hidup (5,4 per 1000 kelahiran hidup). Sementara apabila
dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan
Tengah berada di urutan ketiga terendah dari total 14 kabupaten/
kota pada tahun 2013 (Grafik 2.5).

Tira Tangka Balang

27

AKB

20
17.5
15

16.8

10
5

10.0
5.6

5.4

0
2009

2010

2011

2012

2013

Grafik 2.4. Angka Kematian Bayi 2009 2013


di Kabupaten Murung Raya
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Murung Raya 2013.

Grafik 2.5. Jumlah Kematian Bayi 2009 2012 di Provinsi Kalteng


Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kalteng 2013
Keterangan nama kabupaten dari kiri ke kanan:
Kotawaringin Barat, Lamandau, Sukamara, Kotawaringing Timur, Seruyan, Katingan,
Kapuas, Pulau Pisang, Gunung Mas, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Murung
Raya, Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah

28

Tira Tangka Balang

Jumlah kasus pneumonia di Kabupaten Murung Raya juga


menurun pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun 2009 (Grafik
2.6). Hal ini berbeda dengan hasil survey di masyarakat melalui
RISKESDAS yang menunjukkan sedikit kenaikan dari 1.03 di tahun
2007 menjadi 1.83 di tahun 2013. Untuk kasus diare, data dari
fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan jumlah kasus diare
tahun 2013 sebesar 2885 orang (Grafik 2.7), yang menunjukkan
penurunan jumlah kasus dibandingkan tahun 2010 (3.570 orang).

500

Pneumonia

451

450
400
350
300
250
200
150

110

74

100

48

33

50
0

2009

2010

2011

2012

2013

Grafik 2.6. Jumlah Kasus Pnemonia 2009 2013 di Kabupaten


Murung Raya
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Murung Raya 2013.

Tira Tangka Balang

29

Grafik 2.7. Jumlah Kasus Diare di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di


Kabupaten Murung Raya
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Murung Raya 2013.

Gambaran permasalahan status gizi (gizi buruk dan kurang)


yang dilaporkan dari fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan
adanya peningkatan persentase pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2009 (Grafik 2.8). Pada tahun 2009 terdapat 3 balita
dengan gizi buruk (0,08 %), tahun 2010 ditemukan 1 balita
dengan gizi buruk (0,01 %), pada tahun 2012 ditemukan 1 kasus
balita dengan gizi buruk (0,02 %) dan semua sudah tertangani
dan di tahun 2013 ada 2 balita (0,11%). Perhitungan persentase
status gizi adalah berdasarkan penemuan kasus di masyarakat
melalui kegiatan Posyandu dan menggunakan data jumlah balita
di wilayah setempat sebagai populasi balita. Jumlah populasi
balita dihitung berdasarkan pendataan langsung di wilayah kerja

30

Tira Tangka Balang

Puskesmas, tidak menggunakan data sensus penduduk Badan


Pusat Statisitik.

Grafik 2.8. Persentase Status Gizi Balita Tahun 2009 2013 di


Kabupaten Murung Raya
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Murung Raya 2013.

Dari laporan fasilitas pelayanan kesehatan, terlihat pening


katan persentase persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
dari 62.9% pada tahun 2009 menjadi 81.9% pada tahun 2013
(Grafik 2.9), meskipun persentase 2013 cenderung menurun
dibandingkan tahun 2011 (88.1%) dan 2012 (91.4%). Beberapa
faktor yang berkaitan dengan persalinan oleh nakes adalah
akses desa yang terbatas, ketersediaan sumber daya (fasilitas,
sarana, tenaga bidan desa ataupun perawat) di desa, serta
kepercayaan masyarakat terhadap dukun. Sementara data dari
survey di masyarakat (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan
persentase persalinan nakes sebesar 39.6% (Badan Litbangkes,
2013). Berkaitan dengan tempat persalinan, hasil RISKESDAS

Tira Tangka Balang

31

menunjukkan angka persalinan di rumah/selain fasilitas pelayanan


kesehatan di Kabupaten Murung Raya cukup tinggi (87.3%), yang
menunjukkan angka tertinggi nomor tiga di Provinsi Kalimantan
Tengah, setelah Barito Utara (89.7%) dan Barito Selatan (94.1%)
(Badan Litbangkes, 2013).
Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
100.0
90.0

88.7

91.4

2011

2012

81.9

80.3

80.0
70.0

62.9

60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

2009

2010

2013

Grafik 2.9. Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga


Kesehatan Tahun 2009 2013 di Kabupaten Murung Raya
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Murung Raya 2013

Cakupan imunisasi lengkap yang dilaporkan dari fasilitas


pelayanan kesehatan menunjukkan kecendurungan belum men
capai target Universal Child Imunization (UCI) di hampir semua
kecamatan di Kabupaten Murung Raya. UCI merupakan para
meter yang digunakan untuk menilai tercapainya imunisasi dasar
secara lengkap pada bayi (0 - 11 bulan), Ibu Hamil, WUS, dan
anak sekolah tingkat dasar. Desa dan kelurahan dikatakan UCI
apabila 80% jumlah bayi yang berada di wilayah desa/kelurahan
tersebut mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu

32

Tira Tangka Balang

tahun. Dari Grafik 2.10 tampak bahwa hanya satu kecamatan,


yaitu Muara Laung yang telah mencapai angka imunisasi dasar
lebih dari 80% (81.8%). Kecamatan lainnya masih sangat rendah,
bahkan ada dua kecamatan yang 0%, yaitu Tumbang Olong dan
Muara Tuhup. Sementara hasil RISKESDAS 2013 menunjukkan
persentase imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 12 - 59 bulan
di Kabupaten Murung Raya adalah sebesar 34.6%.

Grafik 2.10. Persentase Capaian Imunisasi Dasar Lengkap (UCI)


Tahun 2013 di Kabupaten Murung Raya
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Murung Raya 2013

Sementara itu, data terkait fasilitas kesehatan dari penca


tatan di Dinas Kesehatan pada tahun 2013, menunjukkan masih
ada satu Kecamatan (Tanah Siang Selatan) yang belum mem
Tira Tangka Balang

33

punyai Puskesmas (Tabel 2.7). Ketersediaan tenaga kesehatan


juga masih belum memadai untuk beberapa Puskesmas. Pada
tabel 2.8 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 masih ada empat
Puskesmas yang tidak mempunyai tenaga dokter dan farmasi,
yaitu Kecamatan Sungai Babuat, Kecamatan Tanah Siang Selatan,
Kecamatan Seribu Riam, dan Uut Murung yang tidak mempunyai
tenaga dokter.
Tabel 2.7. Fasilitas Kesehatan Menurut Jenis di 10 Kecamatan di
Kabupaten Murung Raya 2013

34

Tira Tangka Balang

Tabel 2.8. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis dan Kecamatan


di Murung Raya 2013

Selain dari sektor kesehatan, IPM juga sangat ditentukan oleh


tingkat dan kualitas pendidikan penduduk. Kualitas pendidikan
yang baik diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas dan pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
lapangan kerja yang semakin kompetitif. Fasilitas pendidikan
tingkat dasar dan menengah, yakni sekolah dasar (SD) dan
sekolah menengah pertama (SMP) sampai dengan sekolah me
nengah atas (SMA) merupakan kebutuhan dasar masyarakat
yang perlu untuk dipenuhi. Tabel 2.9 menyajikan ketersediaan
fasilitas pendidikan di Kabupaten Murung Raya tahun 2013.
Rata-rata lama sekolah masih rendah, meskipun terjadi sedikit
peningkatan rata-rata lama sekolah dari 7.1 tahun pada tahun
2007 menjadi 7.5 tahun pada tahun 2013. (http://murakab.bps.
go.id/linkTabelStatis/view/id/23).

Tira Tangka Balang

35

Tabel 2.9. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Murung Raya 2013

Kondisi pendidikan di Kabupaten Murung Raya yang masih


rendah, dengan rata-rata adalah lulus sekolah dasar, merupakan
salah satu tantangan ke depan dalam membangun manusia
yang berkualitas, termasuk dalam pembangunan kesehatan. Di
samping tingkat pendidikan dan kesehatan, pembangunan eko
nomi juga sangat berperan dalam membentuk manusia yang
berkualitas.

2.5 Gambaran Perekonomian Murung Raya


Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya
yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk men
ciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkem
bangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan
jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai
tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara

36

Tira Tangka Balang

bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh


karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya
dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mem
perkirakan potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang
dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 1999).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada
pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan
yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan
(endogenous development) dengan menggunakan potensi sum
berdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara
lokal (daerah). Sehingga perlu melakukan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut untuk merangsang kegiatan dan
pertumbuhan ekonomi. Hal inilah yang berpengaruh terhadap
indek pembangunan manusia di suatu daerah yang berpengaruh
pula pada tingkat kesehatan penduduk di daerah tersebut.
Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya Kabupaten Murung
Raya juga melakukan inisiatif-inisiati tersendiri untuk mening
katkan pertumbuhan perekonomiannya. Salah satu inisiatif yang
dilakukan oleh Kabupaten Murung Raya itu adalah menjadikan
sektor pertanian menjadi motor utama sampai sekitar tahun
2007. Tercatat 33,34 persen kontribusinya terhadap PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) tahun 2007 dan merupakan kontribusi
terbesar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Akan tetapi
mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 kontribusi sektor
pertanian terus menurun dan perekonomian utama kini dimotori
oleh sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading sector.
(BPS Kab. Murung Raya, 2013).

Tira Tangka Balang

37

Tabel 2.10. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Murung Raya atas
Dasar Harga Berlaku, 2009-2013 (Persen)
SEKTOR
(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan
dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan/Konstruksi
6. Perdag, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan dan Kom.
8. Keuangan, Persewaan &
J.Persh
9. Jasa-jasa
TOTAL

2009 2010
(2)
(3)
28.88 27.32

2011
(4)
25.72

2012*) 2013**)
(5)
(6)
24.49 23.75

33.99

37.14

36.84

34.97

3.11
0.44
4.88
9.52
6.36

3.13
0.44
5.35
9.89
5.89

2.40

2.33

36.26

2.97
3.00
3.05
0.43
0.45 0.52
5.57
6.06
6.42
9.86 10.42 10.93
5.49
5.42
5.18
2.28

2.41

2.54

10.41 10.68 10.54 10.92 11.36


100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara


Sumber: Analisis Pertumbuhan Ekonomi Murung Raya 2013. Badan Pusat Statistik dan
Bappeda Kabupaten Murung Raya

Perekonomian Murung Raya sampai dengan saat ini masih


sangat tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian dan
sektor pertambangan serta penggalian sumber daya alam. Sektor
perkebunan, yang masih merupakan mata pencaharian utama
sebagian besar penduduk Kabupaten Murung Raya, adalah per
kebunan karet. Sebagai bagian dari Indonesia yang merupakan
salah satu produsen karet terbesar di dunia di samping Malaysia
dan Thailand, pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten
Murung Raya perlu memikirkan strategi khusus untuk melindungi
petani karet agar tidak terlalu merasakan dampak dari harga karet

38

Tira Tangka Balang

dunia yang berfluktuasi sesuai mekanisme pasar global. (BPS Kab.


Murung Raya, 2013).
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian pada
tahun 2013 mencapai 36,26 persen, sedangkan kontribusi sektor
pertanian sebesar 23,75 persen. Sektor jasa di mana termasuk
jasa pemerintah selaku pemegang kendali memiliki peran sebesar
11,36 persen terhadap perekonomian Murung Raya (BPS Kab.
Murung Raya, 2013)
Kegiatan pertanian masih didominasi oleh sektor tanaman
pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan.
Potensi pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Murung
Raya sangat sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya. Lahan
yang sesuai untuk tanaman pangan terletak di sebagian kecil
Kecamatan Permata Intan, Kecamatan Murung, dan Kecamatan
Laung Tuhup. Komoditi potensial di Laung Tuhup antara lain padi
ladang, kacang tanah, tanaman kopi, lada, dan kelapa. Sedang di
Kecamatan Murung memiliki komoditi potensial antara lain padi
ladang, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, tanaman
karet, tanaman kopi, dan jambu mete (BPS Kab. Murung Raya,
2013). Bappeda Kabupaten Murung Raya menyampaikan bahwa
ke depannya pengembangan perkebunan diarahkan untuk
perkebunan karet dan gaharu, yang berpotensi besar untuk
kemajuan ekonomi daerah, karena harga yang cukup tinggi, seba
gai contoh satu kilogram gaharu bisa terjual seharga 400 juta
rupiah.
Kegiatan pertanian dan perkebunan sampai saat ini masih
memberikan peran terhadap perekonomian Kabupaten Murung
Raya. Sebagian penduduk di Kabupaten Murung Raya hidup dari
hasil perkebunan. Komoditi perkebunan seperti kopi, lada, dan

Tira Tangka Balang

39

sawit relatif masih dalam skala kecil diusahakan oleh masyarakat.


Komoditi ini terbatas pada lahan sekitar pemukiman atau lahan
pekarangan dan lahan usaha untuk daerah transmigrasi (Murung
Raya dalam Angka, BPS Kab.Murung Raya, 2013)
Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Murung
Raya sampai dengan tahun 2013 terus mengalami penurunan.
Penurunan tersebut diduga disebabkan karena adanya pelarangan
pembakaran lahan yang kerap melanda Kalteng hampir setiap
tahun. Menurut masyarakat setempat, mereka biasa membakar
hutan atapun lahan lain apabila akan memulai proses tanam
karena lahan yang baru dibakar dianggap lebih subur. Selain itu
juga karena turunnya harga rata-rata komoditas karet di tahun
2013. Rendahnya harga karet membuat para petani karet kurang
bergairah meningkatkan produksi mereka (BPS Kab. Murung Raya,
2013).
Sektor lain yang menjadi kontributor dalam peningkatan
perekonomian Murung Raya adalah sektor pertambangan dan
penggalian. Di tahun 2012 sektor ini menyumbang 36,84 persen
terhadap total perekonomian Murung Raya, dan pada tahun 2013
turun menjadi 35,67 persen disumbang oleh sektor pertambangan
non migas seperti emas, perak, dan batu bara. Dari beberapa
potensi yang terdapat di Kabupaten Murung Raya yang sudah
dimanfaatkan adalah batubara, emas, dan intan. Berdasarkan
sumber daya alam yang dimilikinya, Kabupaten Murung Raya
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah
yang memiliki potensi bahan galian strategis (golongan A) seperti
emas dan intan di Kecamatan Sumber Barito, Permata Intan,
Murung, dan Tanah Siang. Sedang bahan Galian golongan B,
seperti batu bara, terdapat di kecamatan Permata Intan, Laung

40

Tira Tangka Balang

Tuhup, Sumber Barito, dan Tanah Siang (Mura Membangun,


BPS,2013).
Tabel 2.11. Luas Areal (Ha) dan Produksi Tanaman Perkebunan (ton)

Menurut Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun


2013

Sektor yang tidak kalah penting dalam menunjang per


ekonomian Murung Raya adalah sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor pengangkutan mempunyai peran yang sangat
penting dalam menunjang sektor perdagangan di masyarakat.
Pada tahun 2013, sektor pengangkutan dan komunikasi mem
berikan kontribusi 5,18 persen bagi perekonomian Murung Raya.
Semakin mudahnya akses transportasi dari dan menuju Murung
Raya diduga sebagai salah satu faktor naiknya perekonomian di
Murung Raya. Jembatan Merdeka Murung Raya yang diresmikan
pertengahan tahun 2008 mampu sedikit mendongkrak kontribusi
angkutan jalan raya, namun sepertinya masyarakat masih enggan

Tira Tangka Balang

41

meninggalkan angkutan sungai yang selama ini biasa mereka


gunakan. Dengan semakin baiknya infrastruktur jalan raya yang
menghubungakan Murung Raya dan Barito Utara, mobilisasi
penduduk berkendaraan motor roda dua pun semakin meningkat
(Bappeda Kab Murung Raya, 2013).
Secara garis besar dalam kurun waktu 2008 sampai dengan
2013 telah terjadi kemajuan di bidang ekonomi dan pembangunan
infrastruktur di Kabupaten Murung Raya yang berkontribusi juga
pada perbaikan pembangunan kesehatan pada bidang tertentu.

42

Tira Tangka Balang

BAB III

GAMBARAN SUMBER DAYA DAN


MANAJEMEN KESEHATAN

3.1 Kebijakan dan Manajemen Kesehatan


Kebijakan dan manajemen program kesehatan di Kabu
paten Murung Raya, khususnya di Dinas Kesehatan dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, mengikuti kebijakan dan program di tingkat
nasional dan provinsi. Kesehatan diutamakan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan di masyarakat, terutama untuk kelompok
rentan (ibu dan balita) serta untuk pencegahan penyakit menular,
penyakit tidak menular, status gizi, serta penyakit yang bisa
ditangani dengan imunisasi.

Gambar 3.1. Lokmin sekaligus mensosialisasikan permasalahan


kemasyarakat, February 2015
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

43

Penentuan prioritas masalah kesehatan dilakukan secara


bottom up melalui kegiatan Musyawarah Rencana Pengem
bangan (Musrembang) di tingkat desa, kecamatan, kabupaten,
dan sampai di tingkat Provinsi. Di tingkat provinsi semua
permasalahan yang akan dijadikan prioritas akan disosialisasikan
dan disampaikan dalam Musrenbang Provinsi, di mana pada
pertemuan tersebut akan disusun rencana strategis Provinsi
Kalteng. Musrembang merupakan forum yang melibatkan semua
SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) di mana masing-masing
sektor menyampaikan prioritas pembangunan di bidangnya.
Musrenbang dilakukan setiap satu tahun sekali dan dalam forum
tersebut melibatkan juga tokoh masyarakat serta kelompok atau
organisasi masyarakat.
Keterlibatan semua sektor tidak hanya dilakukan di
tingkat kabupaten/kota, melainkan juga di tingkat provinsi. Hal
ini digambarkan dengan dilaksanakannya program Binwildu
(Pembinaan Wilayah Terpadu), yaitu pembinaan yang dilakukan
secara berjenjang dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, keca
matan, dan terakhir turun ke desa.
Di sektor kesehatan, sosialisasi permasalahan yang ada
disampaikan juga ke masyarakat dengan maksud agar masyarakat
lebih sadar terhadap permasalahan kesehatan mereka. Berdasar
kan pengamatan, tampak bahwa selama ini Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah melihat permasalahan kesehatan
dari hulu nya saja. Pemilihan daerah bermasalah hanya dilihat
dari Angka Kematian Ibu (AKI) /Angka Kematian Bayi (AKB), yang
sejauh ini dihitung atau ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah

44

Tira Tangka Balang

Berkaitan dengan masalah dana, sektor kesehatan mem


berlakukan kebijakan bahwa penerapan dana BOK digunakan
untuk kegiatan yang sifatnya preventif, promotif. Untuk itulah
pihak Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng melakukan monitoring
dana BOK yang penerapannya langsung ke masyarakat. Di samping
itu, Dinas Kesehatan juga mempunyai program-program prioritas
yang didukung oleh dana Pemerintah Daerah setempat.
Berkaitan dengan data kesehatan, selama ini puskesmas di
Kabupaten Murung Raya sudah cukup memahami tentang data,
meskipun masih terdapat berbagai keterbatasan. Dalam lokakarya
mini di tingkat Pusksemas, sudah tampak adanya pemanfaatan
data yang ada dari pencatatan dan pelaporan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Beberapa keterbatasan dalam pemanfaatan data rutin
di fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya adalah perubahan
pegawai penanggung jawab data, belum adanya system pencatatan
data secara online, keterbatasan jumlah dan kemampuan tenaga
penanggung jawab data di tingkat Puskesmas, serta keterbatasan
sarana penyimpanan data di tingkat Puskesmas. Berikut yang
dikatakan oleh beberapa informan:
Masih ada yang di atas meja tidak kita tutupi kadangkadang data tidak sinkron jumlah penduduk jumlah S di
SKDN lebih tinggi dari jumlah penduduknya kaget semua dan
memang kesalahan fatal (NM, Puskesmas)
Data imunisasi baru kita sinkronkan. Data berbeda dengan
bidang lain, dari bidan koordinator dan dari Bidang P2. Bulan
Maret akan mendapat data. kami menggunakan data riil
dari puskesmas mereka gak tahu(NM, Puskesmas).
Data BPS setelah kita pakai kurang tepat karena kenyataan
di lapangan berbeda sehingga bisa ada 400% capaian. Ini
permasalahan sudah kita sampaikan ke provinsi, data BPS

Tira Tangka Balang

45

misalnya 2400 data riill mencapai 3200. Penetapan target


terlalu kecil.(S, Kabid Yankes Dinkes Kabupaten Mura)
Sebenarnya kita ada baku dari BPS, tapi data BPS setelah kita
pakai ini yang seram bisa 400 - 500% pencapaian nilai kita
dengan data riil di lapangan memang lebih banyak sasaran dari
pada target jadi kami akhir memakai data riil.. (S, Kabid Yankes
Dinkes Kabupaten Mura)

Data riil langsung dikumpulkan dari Kepala Desa dan dila


kukan dari kunjungan rumah ke rumah oleh petugas Pustu. Para
petugas kesehatan tersebut melakukan seperti sensus, tapi hanya
jumlah balita saja, tidak sampai jenis kelamin atau umur. Untuk itu
tahun 2014 sudah dilakukan perbaikan data, sehingga sudah tidak
ada pencapaian lebih dari 100%. Kesulitan yang terjadi adalah para
petugas kesehatan tidak dapat mengontrol para pekerja tambang
yang sifatnya musiman. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah
seorang informan:
Untuk pekerja tambang kita sulit kontrolnya. Angka kelahiran
meningkat karena ada pendatang musiman, dan kalau tambang
tutup sudah pindah. Pustu dan puskesmas diminta untuk
memberikan catatan.(S, Kabid Yankes Dinkes Kabupaten Mura)
Target tetap penting tetapi riil bekerja penting(S, Kabid
Yankes Dinkes Kabupaten Mura)

Selama ini, sumber data diperoleh dari bidang-bidang


yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten maupun Puskesmaspuskesmas yang ada. Bila data tidak sama, maka akan konfirmasi
ke pemegang program yang ada.
Pada kenyaatannya, sumber data kabupaten sering sulit
didapatkan. Data-data kependudukan sering tidak sama, demikian
juga dengan data jumlah desa. Ketidaksanaan ini terlihat terutama
jika dibandingkan dengan data dari lintas sektor, seperti dengan

46

Tira Tangka Balang

data di Biro Pusat Statistik (BPS), data di Kecamatan, dan data di


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) setempat.
Untuk kepentingan program, selama ini lebih berpatokan pada
data dari masing-masing sektor dalam penggunaan data. Dinas
Kesehatan juga melakukan pendataan sendiri secara langsung
ke masyarakat (door to door) untuk data jumlah balita terkait
perhitungan pencapaian cakupan imunisasi.
Pihak Dinas Kesehatan menyatakan bahwa ketersediaan
dan pengelolaan data belum optimal. Informasi yang masih
menjadi kendala adalah mencakup data terkait Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Status Gizi Buruk dan
Cakupan Imunisasi. Dari hasil wawancara dan pengamatan, hal
ini terkait dengan keterbatasan kepasitas daerah dalam prosedur
perhitungan dan keterbatasan ketersediaan data dasar terkait
jumlah penduduk, jumlah kelahiran, jumlah kematian, serta
keterbatasan teknis dalam mengakses atau menjaring kasus gizi
buruk untuk wilayah dengan geografis yang sulit dan mobilitas
penduduk yang tinggi. Data AKI dan AKB di tingkat Provinsi yang
selama ini digunakan oleh daerah adalah mengacu pada Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan setiap tiga
tahun sekali dan hanya menggambarkan angka nasional. Dinas
Kesehatan Kabupaten Murung Raya telah berupaya menghitung
sendiri AKI dan AKB berdasarkan data yang terkumpul dari fasilitas
pelayanan kesehatan setiap tahun. Sementara terkait status gizi
buruk, masih ada perbedaan informasi antara laporan yang ada
di Dinas Kesehatan dan Puskesmas, meskipun pada akhirnya
dilakukan sinkronisasi dan konfirmasi kembali untuk informasi
yang benar. Untuk data cakupan imunisasi, kendala sering
muncul untuk menghitung jumlah balita yang terkini di tahun

Tira Tangka Balang

47

yang sama pada saat perhitungan cakupan dilakukan. Sejauh


ini Dinas Kesehatan lebih memilih untuk menggunakan data
yang dikumpulkan langsung oleh tim Dinas Kesehatan (bidang
pelayanan kesehatan) dibandingkan dengan menggunakan data
BPS yang mengacu pada sensus penduduk. Hal ini karena data
jumlah balita dari BPS sering kali berbeda jauh dari kondisi terkini
dan menyebabkan hasil perhitungan cakupan imunisasi yang
kurang tepat (angka cakupan bisa lebih dari 100%).
Terkait mekanisme pelaporan, dilakukan secara berjenjang
dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar (Puskesmas)
dan Rumah Sakit sampai ke tingkat Dinas Kesehatan Provinsi.
Dari Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan bahwa laporan
dari tingkat kabupaten pada dasarnya telah berjalan lancar,
meskipun ada beberapa kabupaten yang masih sering terlambat
melaporkan, diantaranya adalah dari Kabupaten Lamando,
Gunung Mas, Barito Timur, Sukamara. Beberapa hal yang ber
kaitan dengan keterlambatan pelaporan diantaranya adalah keter
batasan kapasitas tenaga di tingkat Puskesmas maupun di tingkat
kabupaten.
Banyaknya data yang sering bermasalah ini disebabkan
salah satunya karena selama ini di provinsi Kalimantan Tengah
belum punya road map data di pusatkan dan dikoordinir oleh
Provinsi Kalimantan Tengah. Kantor Bappeda merupakan instansi
pemerintah yang dapat mengkoordinir data setiap sektor.
Informasi dari Dinas Kesehatan Kabupate, menggambarkan bahwa
permasalahan data tersebut diperparah jika terjadi mutasi pegawai
di daerah kabupaten yang bersangkutan, tidak terlepas juga yang
terjadi di kabupaten Murung Raya. Jika pegawai yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab tersebut dipindah/dimutasi ke tempat

48

Tira Tangka Balang

lain, maka data-data di bagian di mana pegawai itu ditempatkan


sebelumnya dan menjadi tanggung jawab pegawai tersebut juga
akan dibawa pindah sehingga mengakibatkan data tidak tersedia.

3.2. Mekanisme Penentuan Masalah Kesehatan


Mekanisme penentuan masalah kesehatan yang selama
ini dilakukan melalui mekanisme lokmin (lokakarya mini) di
tingkat desa yang secara rutin dilakukan setiap tahun. Lokmin
tersebut selain dihadiri oleh para petugas Puskesmas berikut
tenaga medisnya, juga dihadiri oleh para wakil masyarakat dan
lintas sektor yang ada di desa, seperti halnya Kepala Desa, tokoh
masyarakat, kader, dll. Permasalahan yang sudah ditentukan
tersebut dibawa ke tingkat dinas kesehatan di kabupaten dan
selanjutnya dibawa ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu tingkat
provinsi yang akan diajukan dalam Rapat Koordinasi Daerah
(Rakorda), yang dilakukan 3 bulan sekali.
Pada kegiatan lokmin dilakukan penentuan prioritas
masalah dan perencanaan program kesehatan untuk kecamatan
yang bersangkutan.Puskesmas menampilkan data-data termasuk
program kegiatan Puskesmas, keadaan keuangan, sarana dan
prasarana Puskesmas yang ada dan yang akan dimintakan peng
adaannya. Juga usulan-usulan baik dari Puskesmas maupun dari
pihak lain yang sekiranya bisa membantu peningkatan kinerja
dan fungsi dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh beberapa informan sbb:
... permasalahan yang perlu diketahui itu menggali dari
bawah. Jadi usulan masyarakat memang benar2 usulan dari
masyarakat. Cuman itu bervariasi sekali. Ada yang infrastruktur.
Saya kira itu bagian manajemen masyarakat itu. Air bersih
kalau kita mengingini MDGs, saya kira 2015 harus berapa

Tira Tangka Balang

49

gitu, berapa persen pencapaian pencapaian air bersih. Jadi


selama ini kan dari program 1 M 1 Desa itu sebagian digunakan
untuk penyediaan sarana air bersih, walaupun memang tidak
semuanya. Ada yang untuk jalan. Listrik ada yang untuk air
bersih, tapi sebagian digunakan untuk ini. Penyediaan air
bersih jadi dari sumber, penyaringan sampai ke kampung
(Bappeda,Kabupaten).
Nanti musrembang kabupaten, di situ kita berbicara
dalam skop kabupaten dengan semua kepentingan, tokoh2
masyarakat, nanti misalnya LSM. Nanti kita ini musyawarah
di situ untuk menentukan skala prioritas. Prioritas semua
kecamatan itu nanti diprioritaskan lagi. Yang nanti prioritas
kita inikan ke musrembang Provinsi. Bisa diakomodir Provinsi
(Bappeda,Kabupaten).

3.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan


Melihat data dari Dinas Kesehatan, sumber daya manusia
(SDM) dari aspek jumlah sudah memadai, tetapi masih belum
merata dan efisien penyebarannya. Sebaran jumlah penduduk
yang bervariasi serta lokasi geografis merupakan kendala yang
menyebabkan penyebaran yang kurang efisien.Masih ada wila
yah dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit, tetapi tetap
membutuhkan tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan. Di
samping itu, masih ada desa yang belum ada bidan ataupun
perawat.
Keadaan ini memaksa tenaga kesehatan yang ada, bekerja
dengan lebih mengutamakan unsur kemanusiaan, dedikasi yang
tinggi, dan keikhlasan hati karena sering kali harus menempuh
jarak yang jauh dan sulit hanya untuk menjumpai satu orang
pasien. Dengan jarak yang jauh serta sulit untuk dilewati, ditambah
dengan kurangnya tenaga kesehatan yang ada, maka sering

50

Tira Tangka Balang

terlihat adanya kekosongan tenaga kesehatan di pos kesehatan


yang sudah ditetapkan. Seperti yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Saripoi, ada desa yang lokasinya cukup sulit dijangkau.
Bila menggunakan kendaraan bermotor, terutama pada saat
hujan, dapat menyebabkan tertundanya penanganan kasus-kasus
terkait kesehatan.
Dari pengalaman tim penulis, pada saat wawancara dengan
tenaga gizi di Puskesmas Saripoi yang berjarak sekitar 1,5 jam
dari ibukota Kabupaten Murung Raya (Puruk Cahu) dengan
menggunakan kendaraan bermotor, ada kasus gizi buruk yang
belum dikunjungi atau ditindaklanjuti karena lokasi yang
sulit dijangkau dan menunggu kendaraan bermotor roda
empat yang bisa digunakan dan cuaca tidak hujan. Sementara
kendaraan bermotor roda empat yang bisa digunakan untuk
opersional Puskesmas belum dapat digunakan. Tenaga gizi yang
bersangkutan bersama dengan tim penulis berkunjung ke desa
lokasi ditemukannya kasus gizi buruk yang ditempuh selama
kurang lebih satu jam dari lokasi Puskesmas dengan menggunakan
kendaraan bermotor roda empat milik Dinas Kesehatan. Akses
jalan masih terbatas menggunakan jalan yang dibuat oleh
perusahaan kayu milik swasta. Kondisi jalan dari tanah dengan
lebar jalan yang cukup dilalui oleh dua mobil ukuran sedang.
Jalan ini merupakan akses yang dibuat oleh perusahaan kayu
untuk dilalui kendaraan besar (truk) pengangkut kayu, sehingga
apabila berpapasan dengan mobil lain harus bergantian. Jalan
tanah ini juga sulit diakses oleh kendaraan roda dua, terutama
pada musim hujan. Sesampainya di lokasi, ternyata rumah
keluarga balita gizi buruk dalam keadaan kosong dan setelah
dikonfirmasi kepada tetangga rumah diketahui keluarga tersebut
pergi ke kecamatan lain untuk berobat. Selanjutnya semua bahan
makanan tambahan (biscuit dan susu bubuk) untuk balita gizi

Tira Tangka Balang

51

buruk diberikan kepada Bapak Kepala Desa yang baru saja terpilih
dan dilantik (beberapa hari sebelum kunjungan), dan Bapak
Kepala Desa juga tidak mengetahui kalau ada kasus gizi buruk
di wilayahnya. Tenaga kesehatan Puskesmas Saripoi selanjutnya
memberikan sedikit pengarahan dan pemahaman kepada
Bapak Kepala Desa terkait pentingnya memantau kesehatan
masyarakatnya serta mengaktifkan peran kader kesehatan untuk
kegiatan Posyandu balita dan monitoring kesehatan ibu hamil
dan ibu melahirkan, serta kesehatan masyarakat secara umum.

Di wilayah kerja Puskesmas Saripoi ini masih ada satu


desa yang belum mempunyai puskesmas pembantu (Pustu) atau
Poskesdes, dan ada tiga desa yang belum mempunyai bidan desa.
Sudah ada upaya permintaan tenaga dan saran Poskesdes ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya, dan sedang menunggu
untuk pemenuhan kebutuhannya.
Dengan keterbatasan alat transportasi, akses jalan serta
kondisi geografis yang sulit, upaya kesehatan di Kabupaten Murung
Raya juga dibantu oleh tenaga di luar pemerintah, khususnya dari
pemimpin agama tertentu (misionaris). Bantuan dari misionaris
yang sudah pernah didapatkan diantaranya adalah membawa
pasien yang tinggal di daerah sulit untuk bisa mendapatkan
perawatan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan ataupun
mengantar vaksin ke daerah sulit.
Misionaris juga membantu kami, karena kalau ada darurat dia
akan membawa pasien dengan biaya yg sangat murah. Kami
juga bisa titip vaksin karena dia mendarat di sungai. Orang
dapat datang untuk ambil (SS, Dinas Kesehatan Kabupaten
Murung Raya).

52

Tira Tangka Balang

Berkaitan dengan masalah KIA, dari observasi yang dila


kukan di lapangan, diketahui bahwa masih rendahnya persalinan
di fasilitas kesehatan, karena hanya ada dua puskesmas di wilayah
daerah Puruk Cahu yang memang cakupan lahir di puskesmasnya
cukup baik. Tetapi ini hanya terjadi pada masyaraat yang memang
tempat tinggalnya dekat atau masih tergolong dekat dengan
lokasi di mana puskesmas berada, dan bukan di daerah yang
lokasinya jauh dari puskesmas. Selama dua tahun belakangan ini,
ada beberapa ibu mau bersalin yang langsung dibawa/dirujuk ke
rumah sakit, tetapi dalam laporan yang ditulis, kelahiran tersebut
masuk di dalam laporan kelahiran di faskes/puskesmas.

3.4. Biaya Kesehatan


Pembiayaan kesehatan ibaratnya merupakan bahan bakar
bagi suatu kendaraan dalam sistem kesehatan. Kecukupan
pembiayaan daerah untuk kesehatan di Kabupaten Murung
Raya sangat penting, mengingat keadaan kesehatan dan deter
minannya serta karakteristik demografi serta geografi di daerah
ini membutuhkan pelayanan komprehensif yang banyak ber
tumpu pada pemerintahan.
Anggaran kesehatan di Kabupaten Murung Raya tahun
2013 diperoleh dari sumber APBD II, APBN (DAK), serta sumber
Pemerintah lainnya (Jamkesmas dan Dana BOK) dengan total
sebesar Rp 77.561.415.776,- (8,90%) dari total APBD Kabupaten
Murung Raya yaitu Rp 814.663.446.825,58. Dengan demikian
anggaran kesehatan per kapita penduduk Kabupaten Murung
Raya yakni sebesar Rp 774.839,32 per kapita penduduk. (Dinas
Kesehatan Kabupaten Murung Raya, 2014).

Tira Tangka Balang

53

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diperoleh


informasi bahwa untuk Provinsi Kalimantan Tengah sudah
disiapkan APBN 750 juta sampai dengan satu milyar per desa.
Sedangkan untuk dana BOK sendiri, penyerapan BOK dulu hanya
60% sekarang bisa 100% untuk promotif dan preventif. Anggaran
kesehatan tahun 2014 sebesar 48 milyar. Tahun 2015 diusulkan
60 milyar dengan serapan 90% dan tahun 2016 sebesar 70 milyar.
Permasalahannya jumlah yang didapatkan dari Bapeda selalu di
bawah dari yang diusulkan, karena belum ada ketetapan nasional
besaran anggaran kesehatan untuk daerah seperti yang sudah
ditetapkan untuk pendidikan.

3.5 Logistik/Obat/Sarana Prasarana


Keberadaan sarana kesehatan di Kabupaten Murung Raya
tahun 2011 meliputi 1 Rumah Sakit Umum, 1 Instalasi Farmasi, 6
Puskesmas Rawat Inap, 6 Puskesmas Non Perawatan, dan sebanyak
84 Puskesmas Pembantu. Sedangkan pada tahun 2013, sarana
kesehatan yang berada di Kabupaten Murung Raya meningkat
dengan rincian 1 Rumah Sakit Umum, 1 Instalasi Farmasi, 6
Puskesmas Rawat Inap, 8 Puskesmas Non Perawatan, dan seba
nyak 84 Puskesmas Pembantu. (Dinas Kesehatan Kabupaten
Murung Raya, 2014)

54

Tira Tangka Balang

Gambar 3.2. Papan Nama Salah sStu Puskesmas Pembantu


di Murung Raya
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Gambar 3.3. Beberapa Sarana dan Prasarana Puskesmas dan


Puskesmas Pembantu Beserta Kondisinya di KabupatenMurung
Raya, Februari 2015
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Tira Tangka Balang

55

Gambar 3.4 Salah Satu Kondisi Pustu di Murung Raya yang Terkena
Banjir, Februari 2015
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

3.6. Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat yang sangat menonjol di Pro
vinsi Kalimantan Tengah, salah satunya adalah yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan balita. Kegiatan yang melibatkan secara
langsung masyarakat untuk kesehatan ibu dan balita adalah
kegiatan Posyandu. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Murung
Raya sudah berkomitmen untuk menjadikan Posyandu tersedia
dan berfungsi aktif di setiap desa.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Imunisasi
merupakan bagian kegiatan Posyandu yang dapat meningkatkan
partisipasi ibu balita untuk mengikuti kegiatan Posyandu. Tenaga
kesehatan di wilayah kerja Poskesdes Puruk Cahu Sebrang
menekankan bahwa biasaya partisipasi ibu balita menurun
setelah anak mereka sudah mendapatkan imunisasi lengkap atau
tidak adanya kegiatan PMT. Sementara, dari pihak Puskesmas
menyampaikan juga bahwa alokasi dana PMT seharusnya tidak
selalu dari pemerintah, tetapi bisa dari anggaran desa ataupun
sukarela masyarakat.
kemudian kalau posyandu pun walaupun disensus
meningkat tapi kan agak susah karena kultur di sini. Jadi
posyandu itu, kadang habis imunisasi mereka banyak tidak

56

Tira Tangka Balang

datang lagi... Kendalanya lagi karena ini sifatnya yang UKBM


(upaya kesehatan berbasis masyarakat). Jadi kalau kita memberi
bantuan PMT biasanya banyak yang dating, tapi setelah itu kan
dana bisa berubah. Kita tidak mungkin menganggarkan ini...
Tidak ada kemandirian dari masyarakat. Kalau tidak ada PMT
kadang kurang.. (D, Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya).

Di samping itu, terdapat juga beberapa kegiatan yang me


libatkan perusahaan swasta setempat. Kegiatan yang didukung
oleh perusahaan swasta melalui program CSR (Community
Social Responsibility), diantaranya adalah pelatihan dukun dan
penyediaan sarana dan prasarana Posyandu. Sebagai contoh,
salah satu perusahaan emas, pernah memberikan pelatihan
dukun. Saat itu karena CSR perusahaan emas tersebut melatih
para dukun yang tinggal di sekitar perusahaan tersebut berlokasi,
di mana dalam satu desa bisa dilatih 10 dukun, hal ini membuat
para dukun semakin percaya diri. Program pelatihan dukun ini
sudah tidak ada lagi karena dianggap tidak efektif dan dapat
berdampak pada legalisasi peran dukun. Program yang ada saat
ini adalah kemitraan dukun dan bidan.
Pada tahun 2015 telah ada program kunjungan spesialis
kebidanan ke desa-desa dan ada paket bayi yang diberikan secara
gratis pada masyarakat yang kurang mampu dan yang telah
melakukan kunjungan ANC lengkap dan lahir di faskes. Hal ini
dilakukan untuk merangsang ibu melahirkan di faskes. Namun
demikian, meskipun para dukun sudah dijadikan mitra bidan desa,
tetapi memang pelaksanaanya belum maksimal. Harapannya nanti
dari kemitraan bergeser kepada nakes di faskes. Saat ini kasus
kematian paling banyak terjadi di rumah yang biasanya persalinan
tersebut ditolong oleh dukun.

Tira Tangka Balang

57

Secara garis besar, sumber daya kesehatan dan manajemen


program kesehatan berperan penting dalam peningkatan pem
bangunan kesehatan di Kabupaten Murung Raya, khususnya
di tahun 2013. Kuantitias dan kualitas sumber daya kesehatan
di kabupaten ini mungkin tidak berbeda jauh dengan kondisi di
kabupaten lainnya, hanya beberapa faktor yang membedakan
adalah dedikasi dan pengorbanan yang mungkin lebih tinggi
untuk terus bekerja dengan berbagai keterbatasan infrastruktur,
akses jalan dan transportasi. Sementara dari aspek manajemen
program kesehatan, semua strategi nasional yang juga samasama diterapkan oleh Kabuapten/Kota lain, dapat dijalankan
dengan optimal, seperti lokakarya mini dan musrembang di
tiap tingkatan pemerintahan. Meskipun demikian, masih tetap
terdapat kendala terkait outcome kesehatan yang belum baik dan
masih membutuhkan upaya dan pendekatan yang lebih efektif,
khususnya dalam meningkatkan persalinan nakes di faskes,
menurunkan prevalensi gizi buruk, meningkatkan imunisasi balita,
serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Dalam buku ini selanjutnya akan dibahas lebih dalam terkait
perilaku masyarakat serta budaya dan tradisi terkait kesehatan ibu
dan balita, termasuk peran dukun dan tenaga kesehatan, serta
jawaban mengapa masyarakat masih memilih bersalin dengan
ditolong oleh dukun di rumah.

58

Tira Tangka Balang

BAB 4

KESEHATAN IBU DAN ANAK

4.1. Tradisi yang Berkaitan dengan Kehamilan


Penduduk Kabupaten Murung Raya tidak mempunyai tradisi
khusus yang berkaitan dengan masa kehamilan, kecuali tradisi
terkait pantangan selama kehamilan. Hal ini tergambarkan dari
pendapat masyarakat dan tenaga kesehatan di salah satu desa,
yaitu di Desa Saripoi Kecamatan Tanah Siang, di mana penduduk
desa tersebut mayoritas berasal dari etnis Dayak Siang.
Dalam hal pekerjaan, perempuan yang sedang hamil di
Desa Saripoi memiliki kebebasan untuk memilih, tetap bekerja
atau tidak. Meski sebenarnya keluarga besar perempuan hamil
tersebut melarangnya untuk tidak bekerja, tetapi bila mereka
menginginkan tetap bekerja, maka tidak ada larangan dari pihak
keluarganya. Ada juga perempuan yang menuruti keinginan suami
dan keluarga untuk tidak bekerja. Berdasarkan hasil observasi
peneliti di lapangan, perempuan hamil yang ada di Desa Saripoi
tetap bekerja di masa kehamilan mereka.
Dari hasil wawancara dengan beberapa ibu, diketahui bah
wa mayoritas perempuan hamil di Desa Saripoi masih melakukan
aktivitas mantat atau menyadap karet yang merupakan mata
pencaharian utama bagi masyarakat Desa Saripoi. Mereka akan
tetap pergi ke ladang karet untuk mantat. Biasanya bersama
suami atau kerabat mereka. Ada beberapa diantara mereka yang
berangkat ke ladang seorang diri. Aktivitas menyadap getah karet

59

ini mereka hentikan pada waktu sudah mulai merasakan tandatanda akan melahirkan.
Alasan ekonomi adalah alasan paling umum diutarakan
para perempuan hamil tersebut, ketika mereka ditanya kenapa
mereka masih melakukan mantat. Para perempuan hamil itu me
nganggap bahwa mereka wajib mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari membantu para suami mereka. Alasan
lain yang diungkapkan adalah bahwa mereka tidak terbiasa diam
saja di rumah. Dengan bekerja, mereka memiliki kesibukan dan
masyarakat menganggap aktivitas tersebut bisa memperlancar
proses persalinan nantinya.
Namun ada sebagian ibu hamil yang memilih untuk ting
gal di rumah dan tidak bekerja ke ladang selama masa keha
milan, dengan alasan dilarang oleh keluarga dan dianggap bisa
membahayakan kehamilannya. Selain itu, faktor lain yang menye
babkan perempuan hamil dilarang untuk melakukan aktivitas
mantat, yaitu karena mereka pernah ada masalah atau kegagalan
pada masa kehamilan sebelumnya. Alasan mempunyai anak-anak
yang usianya masih dianggap kecil yang belum bisa ditinggalkan,
juga menjadi alasan mengapa perempuan hamil memilih tidak
melakukan mantat pada saat hamil.
Hal yang sama juga terjadi di lokasi lain dalam studi ini
yakni di Desa Puruk Cahu Seberang. Desa Puruk Cahu Seberang
ini merupakan daerah yang dekat dengan Sungai Barito. Letaknya
tidak jauh dari ibu kota Kabupaten Murung Raya yakni Puruk Cahu.
Desa Puruk Cahu Seberang dengan karakteristik masyarakatnya
sebagian tinggal di tepi Sungai Barito. Sebagian besar masyarakat
yang mendiami daratan desa ini mayoritas berasal dari etnis
Dayak Bakumpai. Etnis Dayak Bakumpai mayoritas pemeluk

60

Tira Tangka Balang

agama Islam, terutama yang berada dan tinggal di daerah tepian


sungai Barito. Sedangkan yang lainnya Kristiani, baik Katolik atau
Kristen Protestan. Para penganut Kristen ini lebih banyak menetap
di daerah pedalaman atau daerah daratan dari desa.
Pandangan masyarakat etnis Dayak Bakumpai tersebut ten
tang kehamilan sama dengan etnis suku Dayak Siang yang ada
di Desa Saripoi. Mereka menganggap kehamilan merupakan hal
yang wajar dan lumrah yang dialami oleh seorang yang sudah
menikah dan mempunyai suami, sehingga tidak ada yang perlu
diistimewakan.

4.1.1 Pantangan-pantangan yang Berlaku di Masyarakat


pada Masa Kehamilan
Meskipun tidak ada trasidi khusus atau perlakuan khusus
pada masa kehamilan, ibu hamil pada masyarakat etnis Dayak
Siang memiliki pantangan yang disebut pali. Mereka percaya jika
melanggar pali bisa mendatangkan kemalangan atau hal buruk
pada diri mereka pada saat proses persalinan atau pada bayi yang
mereka lahirkan nantinya. Pantangan yang ada di Dayak Siang
ini terdiri dari pantangan memakan makanan tertentu dan juga
pantangan berperilaku tertentu yang bukan saja harus dilakukan
oleh ibu hamil namun juga harus dilakukan oleh suaminya.
Perilaku yang menjadi pantangan itu diantaranya adalah
dilarang melilitkan handuk pada leher karena dikhawatirkan
bayi yang dikandungnya tersebut akan terlilit tali pusar, menjaga
perkataan agar tidak keluar kalimat-kalimat yang buruk karena
dikhawatirkan anaknya nanti akan berperilaku sama seperti yang
diucapkan oleh orangtuanya ketika sedang hamil.
Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat etnis Dayak
Bakumpai yang ada di Desa Puruk Cahu Seberang yang masih

Tira Tangka Balang

61

mempercayai adanya pantangan pada masa kehamilan. Bentuk


pantangannya ada yang dalam bentuk pantangan terhadap ma
kanan tertentu dan juga pantangan berperilaku tertentu seperti
pada masyarakat Desa Saripoi.

4.1.2 Pantangan Makanan dan Pola Makan pada Masa


Kehamilan
Dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat
di Saripoi diperoleh informasi mengenai adanya beberapa pan
tangan atau pali yang berlaku di masyarakat Desa Saripoi, khu
sunya bagi ibu-ibu yang sedang hamil sebagai berikut:
a. Larangan untuk makan sayur umbut yang memiliki duri,
karena membuat anaknya susah keluar pada saat persalinan.
b. Ibu hamil dilarang memakan ikan sejenis baung yang ber
sirip, karena dianggap bisa menyebabkan ruam di mulut bayi
ketika lahir dan juga kulit bayi bisa bersisik seperti ikan baung
dan korengan.
c. Tidak boleh makan tungkul pisang, karena dianggap bisa
mengakibatkan bayi akan menangis terus-menerus jika
sudah lahir, disebabkan sifat dari tungkul pisang yang relatif
lunak mengisyaratkan kelemahan.
d. Tidak boleh makan telur, karena dianggap akan membuat
lapisan selaput ketuban menjadi tebal seperti halnya telur
yang mempunyai lapisan pelindung, sehingga mempersulit
keluarnya bayi nantinya.
e. Tidak boleh memakan sayur-sayur yang merambat, karena
akan mengakibatkan tali pusat lengket dan mengakibatkan
lilitan pada tali pusat, mengingat sayuran rambat itu sifatnya
menempel pada dinding/tanaman lainnya.

62

Tira Tangka Balang

Sedikit berbeda dengan pantangan yang ada di Desa


Saripoi yang masyarakatnya sebagian besar adalah etnis Dayak
Siang, di Desa Puruk Cahu Seberang memiliki pantangan-pan
tangan dalam hal makanan sebagai berikut:
a. Tidak boleh makan jantung pisang, karena dianggap bisa
mengakibatkan bayi akan terbungkus saat lahir, sama seperti
jantung pisang yang terbungkus oleh lembaran-lembaran
kulitnya.
b. Ibu hamil pantang makan telur, karena dianggap akan mem
buat lapisan selaput ketuban menjadi tebal seperti halnya
telur, sehingga mempersulit keluarnya bayi
Pantangan-pantangan tersebut hingga kegiatan ini masih
dilakukan oleh sebagian besar ibu hamil di Desa Saripoi maupun di
Desa Puruk Cahu Seberang. Dilihat dari pengamatan, ada juga para
perempuan hamil yang sudah tidak menjalani semua pantangan
tersebut atau hanya menjalani beberapa pantangan saja. Mereka
hanya menjalani atau mempercayai beberapa pantangan makanan
saja. Pantangan makan telur saat ini sudah mulai ditinggalkan
oleh kebanyakan ibu hamil, karena mereka sudah menyadari dan
mengetahui bahwa telur merupakan salah satu sumber protein
yang dibutuhkan oleh ibu hamil. Hal ini seperti yang diungkapkan
salah seorang informan:
Nggak boleh makanan berminyak, hanya ikan haruang
sampai 40 hari, setelah itu baru bisa makan lain2. Sayurnya
cuman sayur katuk, pakis supaya tetap keluar air susunya biar
lancaar. Jadi makannya ikan kering... kalo telur sih boleh...

Dalam hal pola makan dan asupan makanan tambahan


untuk ibu hamil hampir tidak ada perbedaan dengan ketika

Tira Tangka Balang

63

seorang ibu tidak hamil. Seperti telah diuraikan sebelumnya, hal


ini disebabkan oleh anggapan bahwa hamil adalah hal yang biasa
dan tidak diistimewakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu
hamil, diantara mereka menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
menu makanan pada saat mereka hamil. Ada beberapa ibu hamil
yang percaya bahwa terlalu banyak makan bisa mengakibatkan
besarnya janin di dalam kandungan dan akan mempersulit proses
persalinan.
Pada saat wawancara dan observasi ditemukan para Ibu
hamil yang ada di Desa Saripoi tidak terbiasa minum susu, karena
menurut mereka harga susu mahal. Tetapi ada sebagian dari
mereka mengkonsumsi susu, biasanya hal ini dilakukan oleh ibu
hamil yang kondisi ekonominya baik.
Berdasarkan informasi dari ibu hamil, menu makanan
sehari-hari mereka terdiri dari nasi dan sayuran. Menurut mereka
lauk pauk, terutama yang berbahan ikan dan daging, bukan
sesuatu yang harus ada dalam menu makanan mereka. Beberapa
bahan lauk pauk yang mudah ditemui di sekitar lingkungan
tempat tinggal mereka menjadi pantangan selama masa hamil,
misalnya seperti konsumsi ikan baung sebagai pelengkap nasi
ketika makan. Hal tersebut membuat ibu hamil khususnya di Desa
Saripoi memperbanyak makan dengan sayur-sayuran, seperti
daun singkong atau pucuk jawau dan daun klakai yang paling
mudah ditemui di sekitar mereka. Ada yang percaya bahwa
dengan mengkonsumsi daun klakai dapat menambah darah bagi
yang memakannya, karena daun klakai ini jika direbus, air rebusan
daun tersebut akan berwarna merah seperti warna air yang telah
dicampurkan dengan darah sehingga daun klakai dianggap baik
untuk ibu hamil.

64

Tira Tangka Balang

Selain makanan yang telah diuraikan di atas, ada juga


minuman ramuan khas tradisional yang biasa dikonsumsi oleh
ibu hamil. Tidak banyak orang mengetahui jenis ramuan tersebut.
Ramuan tersebut biasanya terbuat dari akar-akaran dan menjadi
ramuan yang mujarab. Basi adalah orang yang memiliki keahlian
meracik ramuan tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa orang biasa pun memiliki kemampuan meracik ramuan
tersebut. Saat ditanya lebih dalam mengenai jenis akar-akaran
tersebut, semua informan mengatakan tidak tahu.

4.1.3 Pantangan Perilaku pada Masa Kehamilan


Masyarakat di wilayah Saripoi maupun di wilayah Puruk
Cahu mengenal dan sampai saat ini masih memegang pantanganpantangan yang berhubungan dengan perilaku pada saat hamil.
Perilaku tersebut dihindari karena bisa mendatangkan suatu hal
yang merugikan atau membahayakan bayi yang dikandung si ibu,
yang dalam istilah lokal disebut dengan alut pada saat proses
persalinan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, alut
adalah bentuk balasan dari Tuhan atas pelanggaran perilaku yang
dilakukan baik ibu maupun ayah dari sang calon bayi pada saat
kehamilan berlangsung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
salah seorang informan (ibu) yang bernama K:
Kita di sini menyebut alut. Itu istilahnya anak kualat atau
kena akibat kelakuan kita pas hamil. Jadi itu pas anak dalam
kandungan ibunya. Contohnya, kita nggak bisa berburu
atau bunuh hewan. Anaknya bisa sumbing. Itu nggak harus
bapaknya, ibunya yang hamil juga nggak boleh. Anak yang
dikandungan bisa meninggal. (K, masyarakat)

Di bawah ini beberapa pantangan perilaku yang harus di


hindari oleh pasangan suami-istri pada saat hamil:

Tira Tangka Balang

65

a. Ibu hamil beserta suaminya tidak boleh memancing dan


berburu. Hal ini akan mengakibatkan, jika nanti anaknya lahir
akan berpenampilan seperti hewan yang diburu oleh ibu
atau bapaknya.
b. Larangan melilitkan handuk atau kain di leher pada ibu yang
sedang hamil. Hal tersebut dipercaya mengakibatkan tali
pusat akan melilit di leher bayi yang ada dalam kandungan.
c. Ibu yang sedang hamil tidak boleh datang ke tempat orang
meninggal. Dalam kepercayaan mereka bahwa bayi yang
ada dalam kandungan bisa diganggu oleh arwah orang yang
meninggal.
d. Seorang suami dan ibu hamil dilarang melakukan kegiatan
sehari-hari yang sifatnya menutup seperti memaku atau
membuat peralatan yang tertutup, karena hal tersebut diper
caya bisa menutup jalan lahir sang bayi.

4.1.4 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pada saat penelitian ini dilakukan, ibu-ibu hamil yang ada
di Desa Saripoi sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas ataupun Puskesmas
pembantu yang ada di Desa Saripoi. Hal tersebut bisa dilihat dari
data cakupan kunjungan K1 tahun 2014 untuk Desa Saripoi adalah
100%, sedangkan untuk seluruh wilayah kerja Puskesmas Saripoi
cakupannya mencapai 89,12%. Waktu pemeriksaan kehamilan
untuk Puskesmas Saripoi bisa dilakukan kapan saja, selain pada
saat ada Posyandu, karena Puskesmas Saripoi membuka layanan
24 jam. Bidan desa pun kini mulai berupaya untuk melakukan
kunjungan ke rumah ibu yang sedang hamil.

66

Tira Tangka Balang

Tabel 4.1 Tabel Cakupan Kunjungan K1 & FE1 Tahun 2014

Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Saripoi Tahun 2015

4.1.5 Perilaku Menyusui


Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, mayoritas
ibu di Desa Puruk Cahu Seberang dan Desa Saripoi masih memiliki
keyakinan bahwa air susu yang pertama kali keluar berwarna
kuning (colostrum) adalah air susu yang kotor dan juga diang
gap basi, sehingga air susu tersebut selalu dibuang karena dapat
mengakibatkan bayi sakit perut. Di kedua desa ini masih banyak
ibu yang belum memahami pentingnya asi untuk anak atau bayi
mereka. Asi eksklusif tidak berjalan baik di Desa Saripoi dan
Desa Puruk Cahu Seberang. Kebanyakan dari ibu yang ada di
desa tersebut memberikan asi ke bayi mereka hanya sampai usia
kurang lebih 3 bulan. Hal ini bisa dilihat dari data cakupan ASI
eksklusif puskesmas Saripoi tahun 2014 di bawah ini.

Tira Tangka Balang

67

Tabel 4.2 Tabel Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Saripoi

Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Saripoi Tahun 2015

Berdasarkan data wawancara, bahkan ada ibu yang me


nyusui bayinya dalam beberapa hari saja. Alasan yang mendasari
hal tersebut adalah bayi tidak suka dengan ASI. Ada juga yang ASInya susah keluar seperti yang diungkapkan oleh informan yang
bernama Ibu G berikut ini:
Ga minum susu. Cuma beberapa waktu aja. Kadang ya dikasih
susu formula aja. Kalau yang besar (anak pertama) itu sukanya
minum teh manis, kalau yang terakhir ini ga minum ASI, ga
suka, dia suka minum kopi. Sampai sekarang. Sering sakit dia,

Sebagai pengganti ASI kebanyakan ibu di Desa Saripoi


dan Desa Puruk Cahu Seberang memberikan susu formula khusus
bayi, yang bisa dibeli di toko atau warung di sekitar tempat tinggal
mereka. Di Desa Saripoi dan Puruk Cahu Seberang, orang tua dan
mertua juga mempengaruhi pemberian ASI seorang ibu kepada
bayinya.

68

Tira Tangka Balang

Gambar4.1 Ibu Menyusui dengan ASI dan dengan Susu Formula


Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM Kualitatif Kab Mura, 2015

4.1.6 Makanan Tambahan Bayi Selain ASI


Seperti diuraikan sebelumnya, dari penelitian ini dipe
roleh informasi bahwa ternyata bayi di kedua wilayah (Saripoi
dan Puruk Cahu) tidak diberikan ASI Eksklusif. Selain ASI, para
ibu sudah biasa memberikan makanan lainnya pada bayinya.
Makanan bayi yang biasa diberikan adalah bubur nasi.
Bubur nasi ini diberikan kepada seorang bayi sejak usia
kurang lebih tiga hingga empat bulan. Biasanya penyajian bubur
nasi ini dicampur dengan sayur-sayuran yang mereka punya.
Selain itu, biasanya bayi diberikan biskuit yang dihancurkan,
kemudian dicampur dengan susu formula. Menurut mereka, hal
ini bisa membuat bayi cepat kenyang, selain itu terkadang bayi
tidak mau minum ASI.

4.1.7 Imunisasi Balita


Perilaku pemberian imunisasi pada balita di kedua wilayah
dari hasil penelitian ini ditemukan cukup baik. Kegiatan imunisasi
di wilayah Puskesmas Saripoi dan Puruk Cahu Seberang biasanya
bersamaan dengan kegiatan Posyandu. Kegiatan imunisasi
dilakukan di masing-masing Pustu dan juga Puskesmas oleh tenaga

Tira Tangka Balang

69

penyedap rasa yang langsung


ditambahkan dalam makanan
tambahan (bubur nasi) pada
kegiatan Posyandu

Gambar 4.2. Bubur Nasi dengan Penyedap Pengganti ASI


Sumber: Dokumentasi Peneliti

kesehatan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di salah satu


kegiatan Posyandu di Puskesmas pembantu Desa Bahitom, terlihat
antusiasme orang tua cukup baik. Hal itu terlihat dari ramainya
kunjungan bayi di Posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Hal
tersebut tidak terlepas dari peran aktif petugas kesehatan yang
melakukan pendekatan dan juga sosialisasi mengenai imunisasi.
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Menurut informasi yang diperoleh dari kader Posyandu
dan juga bidan yang ada di Desa Saripoi dan Desa Puruk Cahu
Seberang, memang sudah banyak balita dan anak yang diimunisasi,
akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak lengkap imunisasinya.
Hal tersebut dipengaruhi oleh mata pencaharian mereka, yakni
mantat yang mengharuskan mereka untuk tinggal di hutan atau
ladang karet mereka yang lokasinya jauh dari rumah mereka.
Ketika mereka menyadap karet, orang tua khususnya seorang ibu
biasanya membawa anaknya ikut pergi ke ladang atau hutan dan
mereka tinggal di dalam ladang tersebut untuk beberapa hari.

70

Tira Tangka Balang

Gambar 4.3 Gambar Bayi yang Sedang Diimunisasi di Puskesmas


Pembantu Desa Bahitom
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM Kualitatif Kab Mura, 2015

Sehingga ketika ada kegiatan pemberian imunisasi, sebagian dari


mereka tidak bisa mengikuti kegiatan imunisasi. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh salah seorang petugas kesehatan yang ber
nama Y berikut ini:
Orang sini ada yang anaknya tidak lengkap imunisasinya,
karena mereka kadang tidak ada di rumah. Kami sudah
berusaha mendatangi ke rumah mereka, tapi mereka ga ada,
mereka ke ladang. Kami kesulitan untuk memberi tahu mereka,
karena kami tidak tahu kapan mereka pulang dari ladang, ada
rumah juga di ladang. Ladangnya jauh, ga mungkin kami datangi
mereka satu-satu. Anak mereka juga di bawa. Itu yang bikin
imunisasi ga lengkap di sini

Selain alasan tersebut, masih ada beberapa ibu di wila


yah kerja Puskesmas Saripoi dan Puskesmas Puruk Cahu Sebe
rang tidak lagi membawa anaknya untuk mengikuti kegiatan
Posyandu, karena sebagian orang tua khawatir anaknya menjadi

Tira Tangka Balang

71

sakit setelah diimunisasi. Efek samping berupa demam pada anak


setelah diimunisasi membuat orang tua takut dan menganggap
bahwa imunisasi malah membuat anak mereka sakit. Bahkan
ada masyarakat yang takut anaknya menjadi lumpuh setelah
diimunisasi. Ketakutan seperti ini disebabkan oleh informasi dari
anggota masyarakat yang dulunya pernah mendapat pengalaman
yang kurang baik, yaitu anaknya lumpuh setelah diberi suntikan
imunisasi. Selain itu, mereka juga melihat tetangga atau masya
rakat lain yang anaknya tidak diimunisasi sama sekali, akan tetapi
anaknya tetap sehat. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang
informan yang anaknya tidak pernah diimunisasi di bawah ini:
Ga pernah mereka ikut imunisasi. Ga papa aja. Memang abis
sakit anak kami ini (anak terakhir). Takut aja (diimunisasi) .

Baiknya capaian imunisasi di Saripoi di atas didukung dengan


tabel imunisasi bayi yang diperoleh dari Puskesmas. Dari tabel
4.3 tersebut tampak bahwa persentase cakupan imunisasi masih
di bawah 80% untuk semua jenis imunisasi.
Tabel 4.3 Tabel Imunisasi Bayi Puskesmas Saripoi Tahun 2014

Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Saripoi Tahun 2015

72

Tira Tangka Balang

4.1.8 Poyandu Balita


Kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Saripoi
dan Puskesmas Puruk Cahu Seberang sudah berjalan dengan
baik. Desa Saripoi memiliki 18 Posyandu dengan jumlah kader
aktif sebanyak 5 orang di setiap posyandu, sedangkan di Puruk
Cahu Seberang terdapat 6 posyandu. Kegiatan posyandu di kedua
desa ini masih aktif hingga penelitian ini dilakukan. Posyandu
diadakan sekali dalam sebulan di Puskesmas dan atau di Pustu
yang tersedia di desa. Dalam kegiatan Posyandu ini, petugas kese
hatan yang ada di Puskesmas atau di Pustu tersebut dibantu oleh
kader-kader Posyandu yang jumlahnya kurang lebih 4 orang di
setiap Posyandu.
Kader Posyandu yang ada di setiap desa dilatih oleh tenaga
kesehatan dari Puskesmas setempat. Pelatihan tersebut dilakukan
kurang lebih 1 hingga 2 hari. Dana untuk pelatihan ini biasanya
diambil dari dana BOK. Tidak ada batasan kinerja untuk kader
Posyandu di Desa Saripoi dan juga Desa Puruk Cahu Seberang.
Ketika kader ingin berhenti menjadi kader Posyandu, maka kader
tersebut melapor kepada pihak Pustu atau Puskesmas setempat,
dan pihak puskesmas akan segera mencari penggantinya. Tidak
jarang, juga menurut mengakuan beberapa kader yang ditemui,
bahwa jika ada kader yang ingin mengundurkan diri, maka yang
bersangkutan harus mencari dan mendapatkan penggantinya
terlebih dahulu, sebelum benar-benar tidak mau ikut serta lagi
dalam setiap kegiatan yang diadakan, termasuk kegiatan posyandu
yang secara rutin diadakan.
Menurut penuturan dari ketua kader yang sempat ditemui
di Desa Saripoi dan di Puruk Cahu, setiap Kader Posyandu ini
mendapat gaji atau uang transportasi kurang lebih sebesar 25.000

Tira Tangka Balang

73

rupiah setiap bulan atau jika ada suatu kegiatan. Gaji kader ini bisa
dianggarkan dari dana BOK atau ada juga yang dialokasikan dari
dana desa atau ADD. Hal ini menunjukkan adanya kepedulian dari
Kepala Desa terhadap kesehatan. Dana untuk gaji para kader
juga biasanya didapat dari sumbangan para warga, terutama
yang mengadakan acara tersebut. Besarnya bervariasi tergantung
dari keikhlasan dari yang mempunyai acara. Para kader di daerah
Kabupaten Murung Raya, khususnya di wilayah desa Puruk Cahu
dan di desa Saripoi, memang lebih sering terlibat dalam kegiatan
posyandu ketimbang terlibat dengan kegiatan yang lainnya. Hal
ini karena kegiatan posyandu itu sudah terjadwal secara tetap
setiap bulannya, sehingga para kader lebih mudah mengatur
waktu untuk mengurusi kegiatan posyandu.
Kegiatan Posyandu di Puskesmas Saripoi dan Puruk Cahu
Seberang sama dengan Posyandu pada umumnya, yaitu melaku
kan penimbangan berat badan, pemberian vitamin A, pemberian
MP ASI, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi para bayi
dan balita. Makanan tambahan yang diberikan biasanya adalah
bubur kacang hijau, kolak mutiara, serta bubur nasi. Program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) diakui oleh para tenaga
kesehatan di kedua desa yang ditemui bahwa tidak bisa men
jangkau semua balita yang ada di kedua desa, karena masih
banyak masyarakat yang tinggal di ladang atau hutan yang jauh
dari Pustu atau Puskesmas setempat.

74

Tira Tangka Balang

Gambar 4.4 Kegiatan Posyandu di Salah Satu Puskesmas Pembantu


di Murung Raya
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kader Pos


yandu di Desa Saripoi, kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke
Posyandu bisa dikatakan meningkat dari tahun sebelumnya, yang
terlihat dari banyaknya jumlah kunjungan ke Posyandu. Peran aktif
kader dalam melakukan pendekatan dan sosialisasi ke masyarakat
adalah salah satu faktor yang mendorong meningkatnya kunjungan
ibu dan anak ke Posyandu, meski belum bisa dikatakan maksimal
karena kondisi perkampungan masyarakat tersebar dengan jarak
yang cukup jauh.
Permasalahan ini diperkuat dengan pernyataan salah
seorang informan petugas Puskesmas:
walaupun Posyandu disensus meningkat, tapi kan agak susah
karena kultur di sini. Di Posyandu itu, kadang habis imunisasi
mereka banyak tidak datang lagi. Kendalanya lagi karena ini
Tira Tangka Balang

75

sifatnya yag UKBM. Jadi kalau kita memberi bantuan PMT


biasanya banyak yang datang, tapi setelah itu kan dana bisa
berubah. kita tidak mungkin menganggarkan ini. Tidak ada
kemandirian dari masyarakat. Kalau tidak ada PMT, kadang
kurang

Keberadaan Pustu akan dapat lebih mendekatkan masya


rakat kepada pelayanan kesehatan dasar. Dari hasil wawancara
petugas kesehatan di Saripoi diperoleh informasi bahwa lokasi
Pustu sangat menentukan aktifnya masyarakat untuk berkunjung.
Ketidaktepatan lokasi, salah satunya, adalah keberadaan kuburan
di seberang lokasi pustu. Hal itu membuat masyarakat tidak datang
berkunjung, seperti dikatakan oleh salah seorang informan:
... depan pustu yang saya tinggal itu kuburan orang Kaharingan.
Pokoknya 20 langkah dari Pustu tempat saya itu memang
kuburan. Kondisinya waktu itu, Pustu saya berseberangan
dengan kuburan itu maslahnya. Dulu saya dari tidak punya
bangunan Pustu sampai punya. Makanya ibu hamil itu pasti kita
kunjungi, karena mereka tidak berani, apalagi sore-sore ke sini.
(petugas KIA Kabupaten Mura)
...dulu mereka bilang begini, kalau kami di tempatmu kami
susah bawa ini itu segala macam. Justru saya susah kalau
kalian panggil saya. Risiko barang tertinggal itu ada dan
saya harus bolak balik ambil. Kalau dekat sih tidak apa-apa.
Kalau rumahnya jauh-jauh, saya repot. Saya bilang begitu.
Ada beberapa kali itu yang memang harus ke faskes. Mereka
justru minta ke Rumah Sakit. Kondisinya waktu itu Pustu saya
bersebarangan dengan kuburan. Itu masalahnya. Dulu saya dari
tidak punya bangunan Pustu sampai punya. Makanya ibu hamil
itu pasti kita kunjungi, karena mereka tidak berani, apalagi soresore ke sana. (perawat di Kabupaten Mura)

Beberapa kendala masih terdapat dalam kegiatan Pos


yandu di Desa Saripoi dan Desa Puruk Cahu Sebarang. Ken
dala yang pertama adalah masih ada beberapa ibu yang belum

76

Tira Tangka Balang

menyadari pentingnya posyandu bagi kesehatan bayi dan


balita mereka. Beberapa diantaranya masih perlu untuk sedikit
dipaksa atau perlu dilakukan perhatian yang lebih untuk pergi
ke Posyandu. Kemudian keterbatasan dana terkadang membuat
kegiatan Posyandu ini kurang maksimal, sebagai contoh adalah
pemberian PMT. Untuk program pemberian PMT ini, masih
banyak peserta Posyandu yang diminta melakukan iuran tam
bahan kurang lebih Rp 2000 per orang. Walaupun sifat iuran ini
dari dan untuk ibu dan anak sendiri, terkadang hal tersebut juga
bisa menjadi masalah terkait dengan kunjungan ibu dan anak ke
Posyandu. Iuran tersebut terpaksa dilakukan karena dana yang
sudah ada belum cukup untuk kegiatan Posyandu selama 1 tahun.
Mengenai gizi atau PMT di wilayah ini, salah seorang informan
mengatakan:
di sini stunting yang jadi masalah. Kalau gizi buruk kita kena
kendala letak geografis di sini. Jadi kalau kita melacak pun
di suatu desa yang ada gizi buruk, kadang-kadang mereka
berpindah-pindah, bisa dari desa satu ke desa tetangga atau
di ladang-ladang. Mereka ada yang ditemukan, tapi saya yakin
masih banyak yang belum ditemukan. Karena untuk pelacakan,
baru 3 tahun terakhir ini menganggarkan dan dananya pun
masih kurang. Jadi per puskesmas kami bagikan dana untuk
melacak. Tapi tidak semua desa jadi prioritas, desa yang mana
ada permasalahan ekonomi atau yang sulit di jangkau, petugas
kesehatan di situ tidak aktif atau tidak ada diprioritaskan
dipantau di situ (petugas gizi di Kabupaten Mura).

4.1.9. Pemberian Makan Ibu Bersalin dan Asupan pada


Bayi
Berdasarkan hasil obrolan dengan para pemuka masya
rakat yang ada di wilayah Puruk Cahu dan wilayah Saripoi, secara
budaya pemberian makanan pada ibu bersalin di kedua wilayah

Tira Tangka Balang

77

ini tidaklah berbeda. Makanan yang diberikan kepada ibu bersalin


adalah nasi atau bubur hangat yang oleh masyarakat Dayak Siang
Desa Saripoi disebut dengan sahang. Sahang atau bubur nasi ini
disajikan ketika hangat dengan diberi garam dan merica serta bisa
diberi penyedap rasa. Menurut masyarakat setempat, bubur atau
sahang ini berguna untuk memberikan tenaga pada saat persalinan
berlangsung. Kegunaan lainnya adalah memberikan kehangatan
pada bayi di dalam perut serta membuat bayi lebih aktif sehingga
dipercaya bayi cepat keluar. Sedangkan, minuman untuk ibu
bersalin adalah kopi hangat atau kopi panas. Kopi ini dipercaya
memiliki fungsi yang sama dengan bubur atau makanan, yakni
bisa memberikan tenaga pada saat proses persalinan. Biasanya
pemberian makanan serta minuman ini dibantu oleh suami dan
juga keluarga dekat.
Ada kesamaan dalam memperlakukan bayi yang baru lahir
di masyarakat Desa Saripoi dan Desa Puruk Cahu Seberang yakni
diberikan santan kelapa yang diparut dan diperas. Selanjutnya
airnya diteteskan ke mulut bayi. Ada juga yang diminumkan dengan
menggunakan sendok. Santan tersebut juga bisa diberi tambahan
madu. Santan dipercaya untuk membantu melancarkan buang air
besar bayi, sehingga kotoran yang ada di dalam perut bayi cepat
keluar. Selain diberi santan, bayi yang baru lahir juga biasa diberi
minuman berupa kopi. Kopi dipercaya untuk menguatkan jantung
si bayi agar tidak mudah kejang.
ASI memang diberikan kepada para bayi, namun diberikan
colustrum yang berwarna kuning sudah habis dan berganti warna
putih. Selama masa menunggu ASI berubah menjadi putih yakni
kurang lebih 1 hingga 2 hari, biasanya bayi tersebut diberikan susu
formula terlebih dahulu.

78

Tira Tangka Balang

4.2. Bidan Kampung sebagai Tenaga Penolong


Persalinan
Perilaku lain yang berhubungan dengan kesehatan ibu
dan anak yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai per
salinan. Di kedua wilayah ini, masih ada masyarakat yang percaya
kepada bidan kampung atau dukun kampung. Ketika ditanyakan
lebih lanjut mengenai jumlah bidan kampung, masyarakat tidak
mengetahui secara persis berapa jumlah bidan kampung yang
ada di Desa Saripoi. Namun berdasarkan keterangan masyarakat
setempat, jumlah bidan kampung yang ada di Desa Saripoi bisa
lebih banyak dibandingkan jumlah bidan nakes dan melihat
persebarannya yang cukup merata di wilayah Saripoi menjadi
salah satu alasan untuk memeriksakan kehamilan pada bidan
kampung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang
informan petugas kesehatan di Dinas Kesehatan:
Kalau lihat masyarakatnya, kayaknya mesti kitanya yang
jemput bola. Mesti tinggal di sebelah aja kita mesti datang
terus untuk ngecek. Kalau nggak, ya itu dia, datangnya ke bidan
kampung. Sama seperti di NTT, juga gitu angka kematian ibunya
tinggi waktu itu. Akhirnya mereka bikin catatan di hp, dari
bidan sampai kepala dinas tahu siapa ibu yang akan melahirkan
bulan ini misalnya, atau minggu ini desa ini ibu ini melahirkan.
Jadi mereka semua punya jaringan dan mereka memonitor.
Kalau kita tunggu masyarakat, masyarakatnya milih ke dukun
kampung.
Selain takut disuntik, dia masih muda. Dia nggak tahu terus
dia nurut saja sama orangtuanya yang orang tuanya kasih tau
dia nurut aja. Kebetulan orang tuanya percayanya sama dukun .
jadi ini karena ketidaktauan itu.

Selain itu, masyarakat menganggap bidan kampung yang


memiliki usia tua dianggap memiliki banyak pengalaman dalam

Tira Tangka Balang

79

menolong persalinan. Hal tersebut yang juga mempengaruhi ibu


hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada bidan kampung.
Mereka datang ke bidan kampung mulai dari ingin mengetahui
mereka hamil atau tidak, hingga untuk melihat posisi bayi di
dalam perut seorang ibu. Mereka percaya Bidan kampung bisa
melakukan pemijatan yang berfungsi untuk mengembalikan posisi
bayi yang dianggap salah dalam perut. Mengenai kebiasaan dukun
kampung, salah seorang informan mengatakan sebagai berikut:
dukun biasanya kalau ada lagi kalau ngeluarin plasenta
didorong sebenarnya nggak kana rah ke belakang gini. Jadi
rahimnya ditekan ke belakang gini, biar isinya keluar. Kalau
di sini didorong begini. Jadi antara rahim sama plasentanya
sama-sama mau keluar. Di atas sering banyak kasus rahim itu
dikiranya tembuni, padahal itu lain. Banyak yang peranakannya
keluar (ibu dengan kasus anak meninggal).

Pada saat seorang ibu hamil sudah mengalami tanda-tanda


akan melahirkan, pihak keluarga yaitu suami maupun ibu atau
mertua akan menyiapkan tempat untuk persalinan. Biasanya
persalinan dilakukan di sebuah sudut ruangan, namun tidak ada
ketentuan khusus dalam pemilihan ruangan untuk proses per
salinan. Hal ini tergantung pada ketersediaan ruangan dalam
rumah tersebut. Hanya saja ketika proses persalinan itu dilakukan,
ruangan tersebut akan ditutup atau dibatasi dengan menggunakan
kain panjang atau tirai yang berfungsi untuk menutupi proses
persalinan ibu.
Proses pemilihan pelayanan persalinan yang akan dilakukan
oleh ibu hamil pada saat persalinan baik di Desa Saripoi atau
di Desa Puruk Cahu Seberang masih ada yang dipengaruhi oleh
keluarga, baik itu orang tua kandung atau dari pihak mertua. Hal
tersebut masih dilakukan baik oleh pasangan suami-istri yang

80

Tira Tangka Balang

masih tinggal bersama dengan orang tuanya, maupun pasangan


suami-istri yang sudah terpisah tempat tinggalnya dengan orang
tua mereka setelah menikah. Meskipun terpisah, namun ketika
mendekati proses persalinan, biasanya pasangan suami-istri akan
memberi tahu orang tua dari kedua belah pihak, lalu mereka
akan datang ke rumah untuk menemani dan juga membantu
menyiapkan segala proses persalinan. Pada saat itulah biasanya
pengambilan keputusan dalam pemilihan pelayanan persalinan
dilakukan, entah itu ditolong oleh bidan tenaga kesehatan atau
bidan kampung. Hal ini didukung dengan pernyataan salah se
orang informan:
Kalau di Tumbanglahu sama Makunjung itu kalau mau
melahirkan di Tumbanglahu ini memang terlambat ke
puskesmas karena menunggu orangtuanya turun dari ladang
dulu (salah seorang ibu di Puruk Cahu)

Alasan yang membuat sebagian masyarakat masih meng


gunakan jasa bidan kampung adalah karena kedekatan psikologis
dengan bidan kampung. Mayoritas bidan kampung adalah pen
duduk lokal atau penduduk asli bukan pendatang. Rumah yang
berdekatan serta adanya ikatan saudara membuat mereka merasa
lebih nyaman dengan bidan kampung. Selain itu karena bidan
kampung di desa kebanyakan adalah orang yang juga dituakan
dan dihormati oleh orang-orang di desa tersebut.

Tira Tangka Balang

81

Grafik 4.1 Grafik Cakupan Persalinan Dukun


Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Saripoi Tahun 2015

Grafik 4.2 Grafik Cakupan Persalinan Nakes


Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Saripoi Tahun 2015

Ibu hamil yang ada di Desa Saripoi dan juga di Desa Puruk
Cahu Seberang masih ada yang lebih memilih untuk melakukan
proses persalinan di rumah masing-masing, baik itu menggunakan
bidan tenaga kesehatan atau menggunakan bidan kampung.

82

Tira Tangka Balang

Dari wawancara dengan beberapa ibu diketahui bahwa alasan


mereka lebih memilih melahirkan di rumah adalah adanya rasa
nyaman dan aman. Jika persalinan dilakukan di rumah, mereka
merasa bisa lebih dekat dengan anggota keluarga dan juga para
tetangga untuk mememani ibu saat proses melahirkan. Hal yang
sedikit berbeda terjadi di Desa Saripoi, alasan pemilihan tempat
persalinan di rumah masing-masing adalah untuk mencegah
adanya kemungkinan gangguan seperti roh jahat dalam proses
kelahiran. Menurut mereka, ritual pengusiran roh jahat tersebut
dengan dukun yang disebut basi akan mudah dilakukan apabila
proses kelahiran tersebut dilakukan di rumah. Mengenai proses
persalinan di rumah dikuatkan oleh pernyataan salah seorang
informan (ibu di masyarakat) yang mengetahui persis salah satu
persalinan yang terjadi beberapa waktu sebelum adanya kegiatan
IPKM ini, berikut pernyataan beliau:
Kemarin sempat dibilang kepalanya di atas gitu. Kalau adat
kami kayak pakai piring untuk mutar kepalanya, supaya turun ke
bawah. Kalau umur kandungan 9 bulan tidak boleh diputar lagi,
sudah kebesaran anaknya. Pakai piring kan terus pakai pisau
ada berasnya di dalamnya kalau orang sini bilang penduduknya.
Di situ kan nada piringnya dikasih beras dikasih telor. Istilahnya
adat orang sini itu bu, diakan turun tangga biar letaknya normal
gitu kan pakai piring pisau gitu. Itu kebiasaan saja, kepercayaan
saja. Dilakukan oleh bidan kampung

Dalam proses persalinan secara tradisional yang dilakukan


oleh bidan kampung, bidan kampung akan memulai proses
kelahiran jika tanda-tanda lahir sudah terlihat, seperti halnya
pecahnya air ketuban. Jika tanda-tanda itu sudah muncul, maka
bidan kampung akan segera duduk di depan ibu yang hendak
melahirkan tersebut. Dalam menolong persalinan, kebanyakan
dukun di Desa Puruk Cahu Seberang dan Saripoi mencuci tangan
Tira Tangka Balang

83

dengan sabun terlebih dahulu, karena dalam menolong persalinan


mereka tidak menggunakan sarung tangan. Bidan kampung selalu
menemani ibu hamil yang mengalami kontraksi, terkadang bidan
kampung juga melakukan pijatan pada bagian tubuh yang dirasa
tidak nyaman pada ibu yang melahirkan.
Setelah tali pusat keluar, tali pusat biasanya akan diikat
dengan menggunakan benang jahit. Sedangkan alat yang digu
nakan dalam pemotongan tali pusat adalah sembilu. Namun ada
juga yang memotong tali pusat dengan menggunakan gunting
yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Pemotongan tali
pusat biasanya dilakukan setelah tembuni (plasenta) keluar. Hal
ini dilakukan untuk menghindari tembuninya akan masuk lagi
kedalam.
Masyarakat Desa Saripoi, khususnya masyarakat Dayak
Siang, mempunyai anggapan bahwa tembuni adalah sahabat
dari bayi, sehingga tidak diperbolehkan untuk dipisahkan sampai
keduanya keluar dari rahim ibu. Bila tembuni tidak bisa keluar
dalam waktu yang diperkirakan yakni setengah jam atau hingga
satu jam, maka bidan kampung akan memasukkan tangannya ke
dalam rahim untuk pengeluaran plasenta. Di Desa Saripoi tidak
semua bidan kampung berani melakukan pengeluaran tembuni
menggunakan tangan, hanya bidan kampung yang sudah senior
dan banyak pengalaman saja yang sanggup melakukan tindakan
tersebut, dan biasanya bidan kampung yang sudah tua. Mengenai
kemampuan ini salah seorang informan mengatakan sebagai
berikut:
Dibersihkan pakai air hangat. Sesudah itu diwudhu setelah
itu selesai pekerjaan kita. Kalau nggak penghuninya dibersihkan
lagi talipusar dibersihkan diwudhu juga kemudian dikasih

84

Tira Tangka Balang

ke ibunya. Kita ambil tali pusar pakai tangan, nggak tangan


nggak dimasukkan, kita pelan-pelan aja tarik jadi kendor kita
keluarkan bayinya.

Peran aktif tenaga kesehatan dan juga kader yang sudah


bagus tentu masih perlu diimbangi dengan biaya yang cukup
untuk bisa mencapai kegiatan posyandu yang baik. Selain itu,
kendala lain yang berhubungan dengan petugas kesehatan adalah
petugas sulit untuk melihat perkembangan anak di desa, karena
masih banyak orang tua yang membawa anaknya ke Posyandu,
akan tetapi mereka tidak membawa KMS.

4.3. Pilihan antara Bidan Kampung dan Tenaga


Kesehatan
Sulitnya akses untuk mendapatkan pelayanan tenaga kese
hatan dan keeratan hubungan antara ibu hamil dan dukun kam
pong merupakah dua dari sekian banyak alasan mengapa ibu
hamil memilih melahirkan di rumah dengan dukun kampong
dibandingkan melahirkan di fasilitas kesehatan. Akses di sini
adalah keterjangkauan lokasi pemukiman masyarakat dalam
hal faktor jarak, transportasi dan masalah ekonomi/keuangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, bagi
masyarakat yang lokasi pemukimannya ada di hulu atau jauh dari
lokasi pelayanan kesehatan, faktor jarak, transportasi, dan cuaca
menjadi alasan untuk tidak memeriksakan kehamilan mereka ke
Puskesmas atau puskesmas pembantu.
Dengan akses yang sulit membuat beberapa ibu hamil pada
masa kehamilannya ada yang memilih pergi ke bidan kampong
yang dianggap bisa melayani kapan saja, sebab sebagian besar

Tira Tangka Balang

85

bidan kampung tinggal berdekatan dengan ibu hamil, sehingga


mudah dihubungi.
Biasanya bidan kampung memberikan pelayanan berupa
pijat badan yang dapat membuat badan ibu hamil merasa enak.
Pelayanan tersebut bisa dilakukan kapan saja mereka mau, sehingga
masyarakat khususnya ibu hamil merasa puas memeriksakan
kehamilan kepada bidan kampung daripada memeriksakan
kehamilan pada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas atau
Puskesmas pembantu yang biasanya hanya diberikan obat. Faktor
lain adalah terkait dengan biaya pemeriksaan, bidan kampung
jarang mengenakan biaya bagi ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya. Mengenai pemijatan ini seperti yang dikatakan
oleh salah seorang informan:

Dipijit biar darah yang tertinggal cepat keluar, setelah


melahirkan 3 hari baru datang diurut. Seperti kemarin
melahirkan besok ke sana diurut pakai air hangat (Bidan
Kampung)
Adanya pengalaman masa lampau anggota keluarga atau ibu
hamil itu sendiri dalam proses kehamilan juga menjadi referensi
dalam menentukan pemilihan pemeriksaan kehamilan. Salah
satu contoh ada ibu hamil yang terdorong untuk memeriksakan
kehamilannya di fasilitas kesehatan karena memiliki pengalaman
yang tidak baik pada saat kehamilan pertamanya, baik itu
keguguran ataupun bayinya meninggal pada saat proses persalinan
yang ditangani oleh bidan kampung.
Berdasarkan penuturan informan (ibu), baik bidan kam
pung ataupun bidan tenaga kesehatan memiliki kemampuan
atau keahlian masing-masing. Jika pergi ke dukun kampung, ibu
hamil bisa meminta untuk dipijat badannya, dan dianggap selalu
ada setiap waktu atau setiap saat masyarakat membutuhkan

86

Tira Tangka Balang

pertolongan. Sementara jika ibu hamil memeriksakan keha


milannya kepada bidan tenaga kesehatan atau bidan desa,
masyarakat bisa mendapatkan keuntungan berupa obat-obat
medis yang tidak bisa diperoleh, ketika mereka memeriksakan
kehamilannya kepada dukun kampung

4.4 Kerja sama Bidan dan Dukun Kampung


Program kerja sama atau kemitraan antara bidan dan
dukun kampung sudah diterapkan di Kabupaten Murung Raya
sejak beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan hasil wawancara
dengan bidan nakes dan salah satu bidan kampung di Desa
Saripoi, kerja sama sudah terjalin kurang lebih sejak tahun
2012. Baik bidan maupun dukun kampung saling memberitahu,
sehingga keduanya hadir dalam menolong persalinan, walaupun
pihak keluarga ibu yang hendak melahirkan tersebut memanggil
salah satu diantara bidan nakes dan juga bidan kampung tersebut.
Bidan kampung di Desa Saripoi yang sudah bekerja sama dengan
bidan nakes ini adalah seorang laki-laki dan sudah dianggap
senior. Biasanya dalam kerja sama ini, bidan nakes yang akan
menolong persalinan, sedang bidan kampung akan membantu
dalam menyelesaikan ritual adatnya, karena Dayak Siang di Desa
Saripoi masih memegang kuat tradisi dan ritual yang berhubungan
dengan persalinan. Walaupun demikian di Desa Saripoi, ada juga
bidan kampung yang tidak bekerja sama dengan bidan nakes,
ketika menolong persalinan normal. Biasanya bidan kampung ini
akan menghubungi dan memanggil bidan nakes ketika dalam saat
ia menolong persalinan terdapat penghalang atau penyulit. Hal
tersebut diungkapkan oleh salah satu informan tenaga kesehatan
di Puskesmas:

Tira Tangka Balang

87

ga ada mereka panggil kami kalau mereka nolong persalinan


itu pang. Kalau mereka sudah merasa kesulitan, bayinya susah
keluar baru mereka datang ke kami. Kalau mereka sudah panggil
kita di sini, berarti mereka memang sudah nggak mampu lagi.

Hal serupa juga terjadi di Desa Puruk Cahu Seberang, di


mana di desa tersebut terdapat tiga bidan kampung, dari ketiga
bidan kampung tersebut ada 1 bidan kampung yang masih aktif
dalam menolong persalinan hingga saat penelitian ini berlang
sung. Bidan kampung ini mengaku sudah bermitra dengan bidan
nakes, akan tetapi masih kerap menolong persalinan sendiri
tanpa didampingi atau menghubungi bidan nakes. Menurut penu
turan bidan kampung ini, ia pernah mengalami kegagalan dalam
menolong persalinan, bayi yang ia tolong meninggal dunia saat
proses persalinan berlangsung.
Alasan bidan kampung menolong persalinan sendiri tanpa
didampingi bidan nakes karena sebenarnya ia sudah berusaha
menghubungi atau memberitahu bidan nakes, akan tetapi bidan
nakes yang ada di Pustu Puruk Cahu Seberang sulit dihubungi.
Sementara bidan yang ada di Pustu Desa Puruk Cahu Seberang,
mengatakan bahwa dukun kampung di desa ini tidak pernah
memberitahu bidan ataupun perawat yang ada di Pustu, padahal
mereka menetap di Pustu dan juga tinggal tidak jauh dari
lingkungan Pustu desa Puruk Cahu Seberang. Hal ini dikuatkan
oleh salah seorang informan (ibu masyarakat):
manggil dukunnya maksudnya tergantung cepatannya mau
melahirkan, kalau lama baru dipanggil, kalau lahirnya cepat gitu
dia yang nolongin. Nggak sempat panggil bidan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya ikut mendukung


program ini. Hal tersebut terbukti dengan diadakannya kesepakatan
antara bidan kampung dan bidan nakes yang ditandatangani oleh

88

Tira Tangka Balang

bidan kampung, bidan nakes, IBI, kepala desa, kepolisian, dan


juga Ka Dinas Kesehatan Kabupaten Mura. Harapannya setiap
melakukan pertolongan persalinan, ada kerja sama yang baik
antara bidan nakes dengan bidan kampung. Bila ada pihak keluarga
yang memanggil bidan kampung untuk membantu melakukan
persalinan, maka bidan kampung harus memanggil atau mengajak
bidan nakes untuk bekerja sama membantu persalinan, begitu
juga sebaliknya jika ada salah satu pihak keluarga yang memanggil
bidan nakes, maka bidan nakes juga harus memanggil bidan
kampung untuk menolong persalinan. Adapun isi kesepakatan itu
adalah sebagai berikut:

Pihak Pertama (Bidan kampung)


1. Bidan kampung wajib melaporkan ibu hamil baru di wilayah
tempat tinggalnya kepada Bidan Desa atau Bidan Puskesmas.
2. Bidan kampung wajib merujuk dan melaporkan kasus per
salinan pada ibu hamil ke Polindes atau Puskesmas.
3. Bidan kampung wajib merujuk kasus bayi umur di bawah 2
tahun yang bermasalah pada kesehatannya.
4. Setiap menolong persalinan, bidan kampung wajib memang
gil bidan atau tenaga kesehatan untuk menolong proses per
salinan dan sebaliknya.
5. Bidan kampung dilarang melakukan tindakan yang bukan
wewenangnya
Misalnya:
- Memasukan tangan ke jalan lahir
- Memecahkan ketuban
- Melakukan tarikan-tarikan

Tira Tangka Balang

89

6. Bidan kampung dilarang memandikan bayi segera setelah


lahir (harus > 6 jam) dan petugas kesehatan beserta bidan
kampung wajib memberikan motivasi dan arahan pada
keluarga pasien.
7. Bidan kampung dilarang menganjurkan kepada ibu untuk
memberikan makanan tambahan sebelum bayi berumur 6
bulan, hanya air susu ibu saja.
8. a. Bagi Bidan kampung yang tetap menolong persalinan akan
dikenakan sanksi berupa teguran dari Pemerintah Tingkat
Desa/Kelurahan.

b. Jika sampai 3 (tiga) kali teguran masih tetap menolong
persalinan sendiri, maka penyelesaian masalah diserahkan
kepada pihak yang berwenang.
9. Setiap bidan kampung yang merujuk ke petugas pustu/
polindes mendapat bantuan transport.

Pihak Kedua (Bidan)


1. Bidan wajib melakukan pencatatan sasaran KIA & KB di desa.
2. Bidan wajib melaksanakan ANC sesuai standar kepada setiap
ibu hamil di desa.
3. Bidan wajib melakukan pertolongan persalinan di desa
(Polindes/Poskesdes/ Pustu/Puskesmas).
4. Bidan wajib melaksanakan pemantauan dan pengawasan
pasca salin perawatan nifas.
5. Bidan wajib melakukankunjungann Neonatus I, II, III.
6. Bidan wajib melakukanpelayanan KB pada ibu pasca salin.
7. Bidan wajib membuat pencatatan dan pelaporan program.
8. Bidan tidak akan memberikan surat keterangan lahir bagi
pasien yang tidak ditolong proses persalinannya.

90

Tira Tangka Balang

9. Bidan wajib memberikan kompensasi kepada bidan kampung


sebesar 25% dari jasa pertolongan persalinan.
Seperti dikemukakan sebelumnya, program kemitraan
bidan dan dukun juga dikuatkan oleh komitmen dari tenaga
kesehatan di Dinas Kesehatan mengenai kemitraan ini. Dinas
kesehatan telah berupaya menerapkan beberapa strategi untuk
merubah perilaku persalinan dari persalinan oleh dukun menjadi
persalinan oleh tenaga kesehatan. Diantaranya, pada tahun
2015 ini adalah melalui pemberian reward berupa bingkisan
perawatan bayi bagi ibu hamil yang melahirkan di fasilitas kese
hatan. Diharapkan strategi ini dapat memotivasi ibu hamil untuk
melahirkan di fasilitas kesehatan. Hal ini seperti yang dikatakan
oleh salah seorang informan:

Untuk dukun yang khususnya dukun beranak yaitu tanda


tangan kalau dia tidak didampingi, sepakat. Jadi kita tetap ada
kemitraan, walaupun pelan-pelan kita mau rampas, kita mau
geser cuman untuk menggeser begitu saja, kepercayaan
masyarakat susah. Kerja sama kalau tidak ada hitam di atas
putihnya, jadi ada org hukum atau panggil polisilah. Kerja sama
bidan kampung, dengan petugas kita harus di atas kertas . Kalau
ada masalah dia tanggung jawab itu pertama yang akan kami
lakukan. Yang ke dua, setiap orang yang ke fasilitas kesehatan
kita beri paket, paketnya yang kemarin kita coba tidak tahu
berhasil apa tidak. Ada efeknya atau tidak kita belum tau. Kayak
setelah ibu melahirkan itulah mulai dari sabun apanya. Orang
kampung kan tidak pernah tahu itu. Mungkin kalau kita beri
sedikit walaupun sebenarnya murah, mudah-mudahan mereka
semangat, termotivasi kita dikasih ini kalau di sana. Banyak
yang kita pikirkan kalau di situ cuman kalau dukun-dukun ini
cara menghilangkannya rada susah, cara menghilangkannya
bikin kerja sama itu saja sementara (tenaga kesehaan, DInas
Kesehatan Kabupaten)

Tira Tangka Balang

91

Karena anaknya nanti jadi dukun lagi. Solusinya ya bagaimnana


meyakinkan bidan yang ada ini ternyata lebih pintar dari bidan
kampung. Itu aja sih. Memang harus butuh waktu. Bidannya
mesti percaya diri, juga kita sampaikan ke mereka dan mereka
kita ajari juga, kita kursuskan juga (tenaga kesehaan, DInas
Kesehatan Kabupaten).

Secara umum, program kesehatan ibu dan anak di Kabu


paten Murung Raya ini sudah berjalan dengan baik, meskipun
masih terdapat beberapa kendala, terkait keterbatasan sumber
daya kesehatan dan perilaku masyarakat. Keterbatasan sumber
daya termasuk diantaranya fasilitas kesehatan yang masih belum
terjangkau secara akses lokasi di beberapa desa, bahkan masih
ada desa yang belum mempunyai pos kesehatan desa. Di samping
itu, masih ada keterbatasan komunikasi antara bidan dan dukun
kampung. Sementara itu, masyarakat juga masih mempunyai
persepsi bahwa dukun kampung memberikan pelayanan yang lebih
atau ekstra setelah melahirkan dan ada kedekatan komunikasi
antara bidan kampung dan ibu hamil/bersalin.

92

Tira Tangka Balang

BAB 5

SANITASI LINGKUNGAN

5.1 Kebijakan dan Manajemen


Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, di samping perilaku dan pelayanan
kesehatan. Program Lingkungan Sehat yang digalakkan oleh
Bupati Murung Raya bertujuan mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat, melalui pengembangan sistem kesehatan
kewilayahan, untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor
berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi: (1) Penyediaan Sarana Air Bersih
dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas
Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4)
Pengembangan Wilayah Sehat.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Murung Raya, penyediaan sarana air bersih di Murung Raya
dilakukan sebagai bentuk pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan, dalam penggunaan prasarana dan sarana
yang dibangun. Hal ini merupakan suatu kebijakan mengenai
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, di mana kebijakan ter
sebut tercantum dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh
Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri,
serta Kementerian Pekerjaan Umum mengenai penyelenggaraan
kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi, khususnya di daerah.

93

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Murung Raya sendiri


mengakui bahwa di wilayah Kabupaten Murung Raya kemampuan
masyarakat untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum
yang memenuhi syarat masih terbatas. Padahal, berdasarkan UU
No. 7 Tahun 2004, pasal 10, negara menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal seharihari
guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Murung
Raya, air layak minum yang dapat diakses oleh masyarakat masih
sangat minim. Menurut beliau, masalah kemiskinan sebagai salah
satu penyebab rendahnya kemampuan penduduk di wilayah
Murung Raya mengakses air minum yang layak. Selain itu, masih
rendahnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan, rendahnya
kualitas bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pem
buangan limbah juga mempengaruhi ketersedian sumber air
minum.

Gambar 5.1. Sarana Pengolahan Air yang Terbengkelai


Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

94

Tira Tangka Balang

Pernyataan dari kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten


Murung Raya di atas sebenarnya cukup menggambarkan bahwa
memang masyarakat di Kabupaten Murung Raya ini merupakan
bagian dari gambaran Indonesia pada umumnya. Di mana dari
hasil Riskesdas 2013 mengenai penggunaan sumber air minum
didapati gambaran bahwa di Indonesia, dari sebanyak 464.062

keluarga yang diperiksa sumber air minumnya, ternyata


yang telah menggunakan sumber air minum terlindung
hanya sebanyak 227.232 (49%). Sedangkan keluarga yang
telah menggunakan sumber air minum terlindung tersebut,
terbanyak memanfaatkan sumur terlindung hanyalah se
banyak (12.5%).
Kepala Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Murung Raya dalam keterangannya sewaktu dilakukan wawancara
mendalam menyatakan bahwa dalam penyediaan air bersih dan
sanitasi di Kabupaten Murung Raya, dilakukan pemberdayaan
masyarakat dalam hal pemeliharaan dan pengawasan kualitas

Grafik 5.1 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi


Dasar di Kabupaten Murung Raya Kalteng Tahun 2013
Sumber: BPS Kab.Murung Raya

Tira Tangka Balang

95

lingkungan, serta pengendalian dampak risiko pencemaran ling


kungan yang digabungkan dalam pengembangan wilayah sehat
bagi masyarakat.

5.2 Sumber Daya Manusia


Dari hasil penelusuran data sekunder yang dibarengi dengan
observasi di lapangan, diperoleh informasi bahwa di Kabupaten
Murung Raya masalah jumlah sumber daya manusia (SDM) yang
berhubungan dengan sanitasi atau sanitarian bisa dikatakan
sudah cukup. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Mura, jumlah sanitarian di Dinkes berjumlah 10 orang. Dari hasil
wawancara dengan para kepala puskesmas, di Puskesmas Puruk
Cahu Seberang jumlah sanitarian ada 2 orang, sedangkan di
Puskesmas Saripoi belum ada tenaga sanitarian. Menurut petugas
sanitarian di puskesmas Purukcahu Seberang , tenaga sanitarian
yang ada sudah dirasa cukup, sebab kegiatan yang dilakukan
menurutnya juga tidak terlalu banyak, karena berhubungan
ketersediaan anggaran puskesmas untuk kesling yang juga tidak
terlalu banyak.

5.3 Biaya
Keberhasilan semua program tersebut didukung dengan
ketersediaan dana dari propinsi serta membentuk jejaring,
sehingga semua terlibat yaitu dengan dana APBD, wirausaha
sanitasi. Ada pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Jejaring tersebut salah satunya dengan Dinas Pekerjaan
Umum, dalam hal pembuatan jamban. Menurut Bappeda dan
kepala Dinas Pekerjaan Umum, semua program pemberdayaan
masyarakat yang penting dimulai dengan advokasi; lalu melihat

96

Tira Tangka Balang

potensi daerah; sesudah itu penggalanngan komitmen; mem


bentuk jejaring; diperkuat dengan adanya Peraturan Gubernur;
serta adanya fasilitator untuk pilot project; yang terakhir mem
buat proposal pengajuan jamban sehat.

5.4 Logistik/Obat/Sarana prasarana


Sarana Sanitasi Dasar merupakan faktor penting dalam
mengurangi angka kesakitan, salah satunya yang berhubungan
dengan sistem saluran pencernaan seperti penyakit diare, yang
dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kronik karena
sumber air yang tercemar. Sarana Sanitasi Dasar yang menjadi
syarat utama di lingkungan pemukiman adalah jamban, tempat
sampah, dan pengelolaan air limbah. Sedangkan sarana yang ber
hubungan dengan sanitasi lingkungan menurut para informan,
yang tersedia dapat digunakan untuk semua kegiatan, karena
pada dasarnya kegiatan di seksi sanitasi lingkungan tidak begitu
banyak menggunakan peralatan. Untuk pemeriksaan air misalnya,
nantinya akan langsung diperiksa ke kota Palangkaraya.
Sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi
jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Dari data
BPS Kabupaten Murung Raya didapati bahwa jumlah rumah
tangga yang telah memiliki jamban sehat 90.207 (66,5%), tempat
sampah sehat 61.397 (62.5%), dan pengelolaan air limbah sehat
44.185 (62.0%).

5.5 Pemberdayaan Masyarakat


Dari hasil wawancara diketahui bahwa masalah sanitasi
lingkungan memang masih menjadi masalah kesehatan di
Kalimantan Tengah, utamanya di Murung Raya. Hal ini kemung

Tira Tangka Balang

97

kinan disebabkan karena Murung Raya dilalui sungai besar Barito,


dan sebagian besar masyarakat tinggal di sekitar sungai Barito
tersebut. Dari observasi yang dilakukan, didapati bahwa dalam
menjalankan program sanitasi lingkungan di provinsi Kalimantan
Tengah, keterlibatan lintas sektor di luar sektor kesehatan, seperti
sektor pemerintahan tingkat kecamatan, Dinas Pekerjaan Umum
sudah sangat baik.
Masalah STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di
Kalimantan Tengah berhubungan dengan perilaku masyarakat.
Konon program CWSHP (Community Water Services and Health
Project) yang sudah dilakukan tidak dapat berkesinambungan. Hal
ini disebabkan kurangnya kesadaran atau awareness masyarakat
akan masalah sanitasi. Di satu sisi kegiatan STBM itu sendiri
sudah dilakukan sejak tahun 2008. Program Jamban Sehat sudah
dilakukan juga sejak 2010. Selain itu, menurut penuturan kabid
yang membawahi bidang sanitasi di Dinas Kesehatan Kabupaten
Murung Raya, sudah dilakukan juga deklarasi dengan pihak
swasta Adaro di 3 kabupaten berkaitan dengan masalah sanitasi
lingkungan.
Dalam hal sanitasi lingkungan, pihak kesehatan tidak hanya
bekerja sendiri. Hal ini sangat disadari mengingat masalah
sanitasi adalah masalah bersama. Untuk itulah kerja sama lintas
sektor dan pemberdayaan masyarakat lebih digiatkan. Pada
tahun 2012 dilakukan program pemberdayaan masyarakat yang
dinilai lebih berhasil, sebab menggerakan budaya lokal dengan
melibatkan lintas sektor. Sebenarnya selama ini sudah menjadi
komitmen Bupati dan kesepakatan bersama, melalui Pergub
tentang perilaku dan fokus pada masalah buang air. Lebih jauh lagi,
pemberdayaan masyarakat yang berhubungan dengan masalah

98

Tira Tangka Balang

sanitasi adalah dibentuknya kegiatan arisan jamban di tingkat


desa. Semua program pemberdayaan masyarakat yang berkaitan
dengan masalah sanitasi diperkuat dengan adanya Peraturan
Gubernur (Pergub) no 56, Desember 2014 yaitu Deklarasi Stop
BAB di Sungai.

Grafik 5.2. Persentase Rumah Sehat per Wilayah Puskesmas di


Kabupaten Murung Raya Tahun 2013
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab Murung Raya tahun 2014

Sementara data terakhir dari salah satu Puskesmas, yaitu


Puskesmas Puruk Cahu Sebrang tahun 2014 menunjukkan per
sentase rumah sehat yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun
2013 (39.8%).

Tira Tangka Balang

99

Tabel 5.1. Jumlah Rumah Sehat di Puruk Cahu Seberang Tahun 2014

Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Saripoi Tahun 2015

Tabel 5.2. Cakupan Akses Air Bersih Puskesmas Puruk Cahu


Seberang Tahun 2014

Sumber: Presentasi Lokakarya Mini Puskesmas Puruk Cahu Seberang Tahun 2014

100

Tira Tangka Balang

5.6 Sungai sebagai Bagian dari Kehidupan


Masyarakat
Dari data di atas terlihat bahwa hampir sebagian besar
rumah di wilayah Puskesmas Saripoi dan Puruk Cahu Sebrang,
yang menjadi lokasi studi dan bagian dari Kabupaten Mura, tidak
mempunyai jamban. Hampir sebagian besar wilayah di Mura
mengalami kesulitan air bersih. Bagi masyarakat, yang dina
makan air bersih itu yang tidak ada kotoran di airnya, dan tidak
berarti bening. Sehingga bagi mereka terutama yang tinggal di
sekitar sungai Barito, air bersih adalah air sungai yang tidak ada
kotorannya, meskipun warnanya coklat keruh. Akibatnya banyak
masyarakat yang masih minum air sungai, bahkan dengan tidak
direbus terlebih dahulu. Bagi mereka, air sungai tersebut terasa
lebih segar dan lebih manis. Padahal, di satu sisi pemerintah
telah membuat sistem perpipaan untuk sarana air bersih mereka,
terutama bagi mereka yang tinggal agak lebih jauh dari sungai.
Menurut keterangan yang didapat dari kepala PDAM Kabupaten
Murung Raya, program perpipaan tersebut bekerja sama dengan
PDAM daerah dan lintas sektor PU.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, diketahui bahwa
kesadaran masyarakat mengenai sanitasi lingkungan masih
kurang. Padahal, di satu sisi pemerintah sudah menggalakkan pro
gram sanitasi lingkungan baik melalui dana APBN maupun APBD
dan bekerja sama dengan lintas sektor dan swasta, seperti yang
sudah tercantum dalam pembahasan di atas
Dalam pembahasan di atas, telah dijelaskan bahwa komit
men pemerintah dalam sanitasi lingkungan juga didukung dengan
adanya Pergub yang menjelaskan stop BAB di sungai. Namun
demikian, masyarakat sepertinya masih tetap saja melakukan

Tira Tangka Balang

101

kebiasaan mereka seperti BAB di sungai, membangun jamban


di sungai, menggunakan air sungai sebagai air untuk masak, air
minum, bahkan juga untuk mandi, atau untuk kebutuhan seharihari. Sungai juga mereka gunakan untuk sarana transportasi
mereka menuju desa bahkan sampai ke Banjarmasin, karena
sungainya lebar dan panjang. Bagi mereka, sungai adalah peri
kehidupan mereka, dalam arti menunjang kehidupan sebagian
masyarakat di Mura. Hal ini dapat dilihat pada beberapa foto
berikut:

Gambar 5.2 Pemanfaatan Air Sungai Barito untuk Mandi.


Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

102

Tira Tangka Balang

Gambar 5.3 Pemanfaatan Air Sungai Barito untuk Mencuci dan


untuk Pemenuhan Air Bersih.
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Gambar 5.4. Lanting atau Rumah Apung di Pinggir Sungai Barito.


Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Tira Tangka Balang

103

Gambar 5.5 Kandang Ternak yang Terletak di Belakang Lanting.


Terlihat juga Sampah di Belakang Lanting tersebut.
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Pada saat musim hujan tiba, sering kali sungai Barito meluap
dan mengakibatkan banjir yang menggenangi wilayah sekitarnya,
sekitar 2 hingga 3 meter. Bahkan Pustu Puruk Cahu Seberang
yang sudah ditinggikan 1 meter dari tanah dan sudah diantisipasi
dengan membuat rak di bagian atas pustu, tetap saja kebanjiran
setiap banjir melanda pustu (lihat foto).

104

Tira Tangka Balang

Gambar 5.6 Gambar Puskesmas Pembantu Puruk Cahu Seberang


setelah Direnovasi.
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Gambar 5.7 Kondisi Puskesmas Pembantu Puruk Cahu Seberang


ketika Sedang Banjir.
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Tira Tangka Balang

105

Bagi masyarakat sekitar sungai, hal tersebut sudah biasa,


sehingga mereka pun sudah biasa mengantisipasi masalah banjir
tersebut. Apalagi sebagian dari mereka tinggal di atas sungai
Barito yang disebut dengan lanting. Salah satu bentuk antisipasi
masyarakat yang tinggal di daratan tepi Sungai Barito adalah
membuat tempat penyimpanan barang dari kayu yang diletakkan
di langit-langit rumah. Bagi mayarakat dengan kondisi ekonomi
bagus, mereka biasanya membuat rumah dengan 2 lantai. Lantai
atas atau lantai kedua digunakan untuk menyimpan barangbarang berharga mereka, ketika air Sungai Barito meluap.

Gambar 5.8 Kondisi Desa Puruk Cahu Seberang yang Sedang Banjir.
Terlihat Anak-anak Sudah Terbiasa dengan Kondisi Banjir Tersebut
Sumber: Dokumentasi Peneliti IPKM

Dari hasil penggalian, terkait aspek akses terhadap sanitasi


sehat, dari masyarakat maupun dari penyelenggaran kesehatan
dan lintas sektor, dapat diasumsikan bahwa beberapa faktor
yang mempengaruhi keterbatasan terhadap akses sanitasi sehat

106

Tira Tangka Balang

diantaranya adalah budaya dan nilai masyarakat yang cukup tinggi


terhadap peran air sungai bagi kehidupan sehari-hari. Merubah
budaya dan nilai ini memerlukan upaya tersendiri yang melibatkan
tokoh masyarakat dan tokok adat setempat, kesiapan sarana
prasarana pendukung, serta edukasi kesehatan di masyarakat
yang mudah diterima.
Faktor lain yang juga berpengaruh dalam askses sanitasi
sehat adalah peran lintas sektor, dalam hal ini sektor pemerintah
terkait, yang masih terkendala aspek biaya dan teknologi tepat
guna. Sektor pemerintah yang lebih berperan di sini diantaranya
adalah dari Pemerintah Daerah setempat, Pekerjaan Umum,
Perusahaan Daerah Air Minum, serta Lingkungan Hidup. Penye
diaan sarana dan fasilitas sanitasi sehat di tingkat rumah tangga
maupun komunal (bersama) untuk populasi pinggir sungai maupun
populasi umum, membutuhkan investasi biaya dan pengembangan
teknologi tepat guna yang cukup besar. Hal ini tidak saja terkait
pembangunan secara fisik, tetapi juga diperlukan dukungan
untuk pemeliharaan fungsi dan kualitas sarana, serta peningkatan
kapasitas sektor terkait dalam pengembangan teknologi tepat
guna. Teknologi tepat guna yang berpotensi mendukung pening
katan akses sanitasi sehat adalah teknologi pemanfaatan air
sungai untuk konsumis air bersih dan moda transportasi antara
desa yang lebih cepat sehingga dapat mendukung peningkatan
akses terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
Sungai dapat merupakan potensi alam yang besar untuk
dikembangkan menjadi moda transportasi cepat dan sumber air
bersih. Untuk itu, pemerintah mungkin perlu mempertimbangkan
untuk bekerja sama dengan pihak swasta ataupun organisasi
terkait yang dapat medukung inovasi pemanfaatan air sungai. Di

Tira Tangka Balang

107

samping itu, pengembangan teknologi serta pengawasan terpadu


juga diperlukan untuk mengatasi risiko pencemaran limbah di air
sungai. Pemda setempat bekerja sama dengan sektor lingkungan
hidup perlu bekerja sama untuk monitoring kualitas air sungai dan
memastikan tidak tercemar serta tidak mengganggu keseimbagan
ekosistem lingkungan sungai.

108

Tira Tangka Balang

BAB 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG


PENINGKATAN IPKM DI KABUPATEN
MURUNG RAYA

Kabupaten Murung Raya merupakan salah satu kabupaten


yang mengalami peningkatan indeks pembangunan kesehatan
masyarakat (IPKM) yang cukup signifikan, dari 0.3528 pada tahun
2007 menjadi 0.6228 berdasarkan perhitungan 24 indikator
pada tahun 2013. Meskipun terkait peringkatnya, pada tahun
2013 masih berada di peringkat yang tidak berbeda jauh, yaitu
peringkat 427 pada tahun 2007 menjadi 380 pada tahun 2013,
sementara bila dibandingkan antara kabupaten/kota di dalam
Provinsi Kalimantan Tengah bergeser membaik dari peringkat 14
menjadi peringkat 9.

Grafik 6.1. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Kabupaten


Murung Raya Tahun 2007 dan 2013

109

Dalam bagian ini akan dibahas lebih lanjut faktor-faktor


yang berkaitan dengan peningkatan nilai IPKM di Kabupaten
Murung Raya yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bagi
kabupaten lainnya. Hasil studi kualitatif dan analisis data sekunder
ini menunjukkan bahwa secara garis besar peningkatan IPKM di
Kabupaten Murung Raya ini sejalan dengan peran penting aspek
sumber daya kesehatan, peran kepemimpinnan daerah, dan lintas
sektor.

6.1. Sumber Daya Kesehatan


Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor yang
berperan besar dalam keberhasilan pembangunan kesehatan.
Sumber daya kesehatan mencakup tenaga, fasilitas pelayanan,
anggaran, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Dalam studi
ini akan disajikan bagaimana gambaran sumber daya kesehatan

Grafik 6.2. Perubahan Jumlah Tenaga Kesehatan dan Faslitas


Pelayanan Kesehatan pada Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten
Murung Raya.

110

Tira Tangka Balang

pada tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten Murung Raya, terutama


dalam aspek tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan,
serta anggaran kesehatan.
Pada grafik 6.2 dapat dilihat terdapat perubahan jumlah
tenaga, meskipun tidak meningkat secara drastis pada semua
jenis tenaga. Peningkatan jumlah tenaga cukup tinggi untuk bidan
dan perawat serta gizi pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun
2008. Sementara jumlah tenaga medis hanya bertambah satu
dokter dalam kurun waktu lima tahun.

Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Murung Raya tahun 2007


s/d 2013

Perubahan jumlah penduduk tidak terlau banyak berbeda


dari tahun 2007 sampai dengan 2013. Total jumlah penduduk
meningkat dari 89,716 pada tahun 2007 menjadi 105,100 orang
pada tahun 2013. Pada dasarnya, peningkatan jumlah penduduk
ini sudah diupayakan diiringi dengan peningkatan jumlah tenaga

Tira Tangka Balang

111

dan fasilitas pelayanan kesehatan serta jumlah alokasi dana untuk


kesehatan.
Di samping terjadi perubahan jumlah tenaga kesehatan
yang cukup tinggi untuk tenaga perawat dan bidan, secara
kualitatif tampak adanya perubahan terkait kompetensi dari
tenaga kesehatan. Kepala Dinas Kabupaten Murung Raya
menyampaikan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir
ini telah dilakukan upaya peningkatan kualitas tenaga kesehatan
berupa kegiatan pelatihan dan pendidikan lanjutan. Seperti
disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Murung
Raya sebagai berikut:
Kalau sekarang kemajuannya banyak, karena disekolahin
pemerintah. Kemarin semua D3 disekolahin, perawat, bidan,
dan spesialis. Kalau ke Palangkaraya dia harus tinggalin
kerjaannya, costnya terlalu tinggi kalau ke Palangkaraya, maka
dosennya yang datang. Kelas jauh namanya ya dr kementerian
selama 3 tahun dari poltekes. Spesialis disekolahin semua.
Dokter-dokter sudah pada datang sekarang , sekitar 14 -15
orang sudah kembali: ada paru, patologi klinik, THT, anestesi.
Ongkologi yang belum Lumayan sekarang. Kalau dulu
spesialis satu pun tidak ada, dokter cuman dua (SS, Ka Dinas
Kesehatan).

Di samping itu, komitment dan dedikasi dari petugas


kesehatan juga merupakan salah satu faktor pendukung yang
cukup penting dalam keberhasilan pembangunan kesehatan
di Kabupaten Murung Raya. Kondisi geografis yang cukup sulit
serta akses jalan yang terbatas menuju desa dan kecamatan,
tetap membuat tenaga kesehatan bersemangat dan tidak putus
asa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
menciptakan pelayanan kesehatan di tingkat dasar yang lebih
optimal baik di puskesmas, poskesdes maupun di posyandu.

112

Tira Tangka Balang

Seperti pengalaman tim penulis saat mengkuti kegiatan


lokakarya mini di salah satu Puskesmas Kecamatan, yang lokasinya
cukup sulit secara geografis. Perjalanan menuju lokasi Puskesmas
memerlukan waktu sekitar satu jam perjalanan darat, tetapi
medan jalan cukup sulit dan harus menggunakan kendaraan roda
empat yang memadai dengan kondisi yang mendaki, pada jalan
yang sebagian besar belum menggunakan aspal. Kondisi jalan bisa
semakin sulit apabila dalam kondisi hujan karena licin. Salah satu
Puskesmas harus ditempuh melalui sungai selama kurang lebih
tiga jam, untuk bisa mencapai ibu kota kabupaten. Sementara
puskesmas tersulit dan terjauh memerlukan perjalanan sungai
sekitar satu sampai dua hari, serta dengan biaya yang besar.

Berikut kutipan dari petugas kesehatan di Dinas Kesehatan:


Ada tiga desa yg belum tersentuh, karena ongkos ke sana
sekitar 30 juta, Desa Topus di kabupaten ini. Kalau kita ke
sana, kebarat sedikit Kutai Barat di perbatasan (SS, Ka Dinas
Kesehatan)
Banyak sekali daerah sini yang tidak terjangkau, butuh 1 2
hari untuk sampai, dan biaya besar. Itu kendala di sini (SS, Ka
Dinas Kesehatan).

Upaya petugas kesehatan terjun langsung ke lapangan


secara rutin merupakan salah satu kebijakan dari Dinas Kesehatan
untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan yang optimal,
meskipun harus dilakukan dengan berbagai keterbatasan. Berikut
kutipan Kepala Dinas Kesehatan:
Setiap petugas di desa dalam satu bulan minimum dua kali
ke sekolah untuk mengajar, walaupun mereka gak tahu ngajar.
Kita kasih dalam bentuk gambar untuk ngajar di sekolahsekolah. .Imunisasi di sini, meski kita kejar ke sekolah, belum
tentu mau. Kadang petugas mengeluh sudah jalan 7 km, tapi

Tira Tangka Balang

113

tidak ada orangnya. Kasihan karena luas sekali (SS, Ka Dinas


Kesehatan).
Daerah sini saja, paling dekat saja, untuk imunisasi masih
belum apalagi yang jauh. Akan tetapi memang tergantung
petugas. Ada petugas yang jauh, mungkin satu hari satu malam
baru sampai, dia tongkrongin dan hasilnya bagus lengkap. Di
sini kan penduduknya bisa kita hitung, berapa anaknya. Jadi kita
bisa hitung jumlahnya sekian. Kalau ada 1 anak tidak imunisasi,
saya suruh kejar anaknya(SS, Ka Dinas Kesehatan).

Beberapa petugas kesehatan harus mempunyai motivasi


dan kemauan yang tinggi untuk bisa bekerja di Kabupaten
Murung Raya, karena keterbatasan dalam akses atau kondisi geo
grafis yang sulit. Meskipun demikian, pemerintah setempat tetap
berupaya untuk mendukung.
Memang kemarin ada yang dari Kementerian mundur. Saya
mengerti gajinya empat juta. Yang paling jauh saya nawarin
tambahin dua juta dia tidak mau, kalau mau dia di atas sepuluh
juta. Jalan loskasinya susah, dua hari baru sampai. Jadi dia baru
datang kerja naik ke atas tiga bulan turun dia ambil gaji, habis
gitu dia berhenti. Gak bisa hidup. Bisa hidup untuk makan di
sana, tapi gajinya itu cuman dipake untuk ongkos. Itu problem
(SS, Ka Dinas Kesehatan).
Ada 5 lokasi yang memang sangat-sangat jauh. Saya salut
dengan teman teman yang tinggal di desa punya keluarga jauh.
Makanya, kita lokmin tidak harus di puskesmas. Kita kunjungi
yang terjauh. Kita kumpul semua biar teman-temanya lihat
begitu menderitanya dia. Mau tidak mau nanti daerah ini akan
tertinggal terus. Daerah ini termasuk daerah tertinggal (SS, Ka
Dinas Kesehatan).

114

Tira Tangka Balang

Grafik 6.4. Persentase APBD Kesehatan Kabupaten Murung Raya


terhadap APBD Total (2008 s/d 2013).
(Sumber: Pemerintah Kabupaten Murung Raya, 2007-2013)

Sementara terkait alokasi dana untuk kesehatan, terjadi per


sentase alokasi dana yang fluktutatif, meskipun terjadi pening
katan yang cukup tinggi dari 0.08% pada tahun 2008 menjadi
9.5% pada tahun 2013. Sementara dari jumlah alokasi dana
secara absolute, terus mengalami peningkatan seperti pada grafik
6.4.

Tira Tangka Balang

115

Grafik 6.5. Jumlah Alokasi Dana (Rupiah) untuk Kesehatan di


Kabupaten Murung Raya Tahun 2008 s/d 2013.
(Sumber: Pemerintah Kabupaten Murung Raya, 2007-2013)

Peningkatan alokasi dana kesehatan secara jumlah absolut


menunjukkan terjadinya peningkatan yang cukup tinggi pada
tahun 2013 dibandingkan pada tahun 2008, meskipun demikian
peningkatan tampak tidak terlalu tinggi pada tahun 2009, 2010,
2011 dan 2012. Tahun 2008 terlihat alokasi dana yang jauh lebih
kecil (Rp. 467,096,196).
Dengan peningkatan alokasi dana kesehatan, tampak bah
wa komitmen pemerintah daerah untuk pembangunan kesehatan
terus meningkat dan ini sejalan dengan hasil ataupun peningkatan
beberapa indikator kesehatan yang menjadi lebih baik. Hal
ini menunjukkan bahwa alokasi dana yang sangat kecil pada
tahun 2008, yang juga diasumsikan tidak berbeda jauh dengan
alokasi dana pada tahun 2007, menjadikan program kesehatan
yang berjalan di tahun 2007 masih terbatas dan menempatkan

116

Tira Tangka Balang

Kabupaten Murung Raya berada di kategori daerah bermasalah


kesehatan berdasarkan nilai IPKM.
Contoh Pembelajaran #1:
Peningkatan pembangunan kesehatan untuk aspek pelayanan
kesehatan melalui SUMBER DAYA KESEHATAN yang optimal
dalam kurun waktu 2008 2013
Faktor pendukung:
Dukungan alokasi tambahan insentif untuk tenaga PTT (dokter
dan bidan).
Peningkatan keterampilan nakes (dokter spesialis, pendidikan
bidan).
Peningkatan jumlah perawat, bidan, gizi, medis, dan kesmas.
Peningkatan presentase dan alokasi dana kesehatan dari APBD.
Melengkapi semua desa akan Puskesmas Pembantu.
Penambahan Puskesmas.
Komitment dan dedikasi yang tinggi dari petugas kesehatan
untuk bekerja dengan keterbatasan sarana prasarana dan ting
kat kesulitan geografis yang cukup tinggi.

6.2. Kepemimpinan dan Pemberdayaan Masyarakat


Peran kepemimpinan merupakan salah satu kunci keber
hasilan dalam mendapatkan komitmen pemerintah untuk pelak
sanaan program dan pegembangan kebijakan kesehatan di Kabu
paten Murung Raya. Kepemimpinan di sektor kesehatan maupun
di sektor non kesehatan menunjukkan adanya pengaruh yang
cukup kuat terhadap beberapa aspek berikut:
a. Pengembangan kebijakan.
b. Alokasi dana yang lebih optimal.

Tira Tangka Balang

117

c. Motivasi dan dedikasi tenaga kesehatan untuk memberikan


pelayanan kesehatan.
d. Keberlanjutan dari program.
e. Kekuatan peran lintas sektor.
Secara lebih detail, peran pemimpin baik di sektor kese
hatan maupun non-kesehatan dalam pengembangan kebijakan
kesehatan mencakup kebijakan terkait misi dan visi Kabupaten
Murung Raya yang sehat dan cerdas tahun 2013 (MURA 2013 sehat
dan cerdas). Para pemimpin memahami pentingnya peningkatan
kesehatan dan pendidikan masyarakat untuk dapat memajukan
kehidupan masyarakat Kabupaten Murung Raya.
Beberapa kebijakan yang telah dikembangkan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir di Kabupaten Murung Raya mencakup
kebijakan pemanfaatan tenaga PTT untuk dokter dan bidan,
pembangunan puskesmas pembantu di setiap desa, pembangunan
infrastruktur desa (Desa Gerbangmu, program PNPM Generasi),
penyediaan air bersih, dan sarana sanitasi (penyediaan jamban
sehat untuk masyarakat).
Kebijakan terkait dukungan pemberintah kabupaten dan
provinsi untuk tenaga Pegawai Tidak Tetap (PTT) dirasakan sangat
bermanfaat bagi Kabupaten Murung Raya. Kebijakan ini didukung
oleh Peraturan Gurbernur Kalimantan Tengah tahun 2013.
Disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa tenaga kesehatan PTT
termasuk dokter dan bidan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Murung Raya menyampaikan bahwa tersedianya PTT ini sangat
membantu dalam pelayanan kesehatan, karena tenaganya
dibutuhkan untuk kecamatan dan desa yang terpencil serta tidak
terlalu membebani anggaran daerah. Lamanya tenaga PTT bekerja

118

Tira Tangka Balang

di daerah adalah antara satu sampai tiga tahun. Satu tahun


untuk dokter spesialis dan dokter gigi spesialis, dua tahun untu
dokter dan dokter gigi di daerah terpencil dan sangat terpencil.
Sementara untuk tenaga bidan PTT ditetapkan penempatannya di
desa selama tiga tahun.
Dinas Kesehatan menetapkan bahwa setiap desa di Kabu
paten Murung Raya harus sudah mempunyai setidaknya puskes
mas pembantu dan poskesdes untuk pelayanan kesehatan masya
rakat. Prioritas pembangunan infrastruktur kesehatan difokuskan
pada pembangunan puskesmas pembantu di Kabupaten Murung
Raya.
Pemerintah Daerah, dalam hal ini di tingkat kabupaten,
berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati tahun 2013, juga telah
menetapkan program Gerakan Membangun Desa Manggatan Utus
(GERBANG DESAMU). Program ini mencakup salah satu upaya
dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan, kebodohan,
dan keterisolasian sesuai visi Kabupaten Murung Raya tahun
2008 2013 yang difokuskan pada delapan sektor, yaitu bidang
pendidikan, kesehatan, sarana prasarana, ekonomi dan produksi,
bidang administrasi dan pemerintahan desa, bidang lingkungan,
pariwisata, pemuda dan olah raga. Program Gerbanga Desamu ini
menerapkan konsep binaan yang melibatkan lintas sektor. Masingmasing sektor akan membina atau memfokuskan pembangunan
untuk lima desa. Program ini di bawah koordinasi dan pengeloaan
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD). Di samping
itu, pada tahun 2015 ini telah mulai diterapkan program PNPM
Generasi di Kabupaten Murung Raya yang merupakan program di
bawah BPMD Provinsi dengan sumber dana grant dari Australia
dan Amerika. Besarnya dana yang diberikan untuk Provinsi

Tira Tangka Balang

119

Kalimantan Tengah sebesar 43 milyar rupiah untuk delapan kabu


paten, termasuk Kabupaten Murung Raya.
Sementara itu, tedapat juga kebijakan terkait penyediaan
sanitasi sehat, khususnya jamban sehat bagi masyarakat, mencakup
kegiatan pembuatan jamban sehat untuk warga melalui dana desa
dan termasuk juga bagian dari program Gerbang Desamu. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya juga menyampaikan
bahwa pembuatan jamban sehat untuk warga merupakan bagian
dari kebijakan pemerintah daerah dan menganggap kegiatan ini
lebih efektif dibandingkan program penyuluhan atau edukasi
kesehatan terkait penggunaan jamban. Seperti disampaikan oleh
Kepala Dinas Kesehatan sebagai berikut:
Susah mengajari masyarakat buang sampah yang utama
sama budaya mereka menggunakan jamban. Sampai hari ini
saya bilang sama anak-anak ... kan kita ada lokmin saya bilang
sama anak-anak hentikan itu apa namanya pemicuan pakai
uangnya untuk bikinkan WC. Sudah 10 itu pemicuan saya
hitung kok pemicuan sudah 10 tahun yang lalu WC nya tetap
17 Kasih saja uangnya, kita buat WC walaupun itu salah ya ..
peraturan dari Kementrian. Tidak efektif mungkin ada daerah
yang bisa, kalau daerah ini tidak bisa. Ambil uangnya itu kita
pakai untuk beli ini, WC kita harus sedikit maksa (SS, Kepala
Dinas Kesehatan).

Dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) juga


menyampaikan bahwa penyediaan jamban sehat merupakan
salah satu program prioritas di kabupaten ini dan sangat didukung
oleh pemerintah daerah setempat termasuk oleh Bupati. Pada
tahun 2012/2013 telah ada program pembangunan sarana MCK
dan termasuk kegiatan-kegiatan untuk menghentikan kebiasaan
masyarakat untuk melakukan kegiatan mandi, cuci, dan buang
air di sungai. Program ini juga didukung oleh SKPD di Kabupaten

120

Tira Tangka Balang

Murung Raya serta didukung oleh swadaya masyarakat. Informan


dari BPMD menyampaikan:
Iya itu, tahun 2012/ 2013. Jadi kita ada 115 desa , 9 kelurahan.
Dananya tidak semua dari kita, ada dari masyarakat desa juga,
swadaya juga Tapi memang klosetnya, tong air, pipa, seng
juga untuk jamban sama atapnya , saluran pembuangannya,
memang dianggarkan oleh BPMD di Murung Raya . Itu memang
dibagikan ke semua desa, melalui SKPD yang ada di Murung
Raya untuk 115 desa 9 kelurahan (NN, Ka Sie BPMD Kabupaten
Murung Raya)

Contoh Pembelajaran #2:


Peningkatan pembangunan kesehatan untuk aspek pelayanan
kesehatan melalui KEPEMIMPINAN yang kuat
Didukung oleh:
Misi & Visi Kabupaten MURA: MURA 2013 Sehat dan Cerdas.
Program PNPM Generasi reward untuk kader kesehatan;
pemberian PMT untuk Posyandu balita; infrastuktur desa.
Program GERBANG DESAMU optimalisasi Posyandu, penge
catan rumah, sanitasi dasar.

6.3. Peran Lintas sektor


Komitmen nyata dan kontribusi aktif dari sektor di luar
kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung peningkatan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Murung Raya. Bebe
rapa aspek terkait dukungan lintas sektor mencakup aspek per
aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh lintas sektor untuk
mendukung program kesehatan, kegiatan bersama atau ter
padu, yang melibatkan multisektor untuk pengawasan dan
pembangunan infrasrtuktur daerah, serta penguatan di bidang
ekonomi dan pendidikan.

Tira Tangka Balang

121

Peraturan dan kebijakan terkait kesehatan yang dikeluarkan


oleh pemerintah di luar sektor kesehatan cukup berperan dalam
mendukung program kesehatan secara lebih nyata. Beberapa
kebijakan tersebut mencakup arah pembangunan daerah yang
terncantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) 2008 - 2028 mencakup beberapa aspek berikut:
a. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Sektor Pendidikan:
Peningkatan akses terhadap pendidikan yang berkualitas
untuk semua lapisan masyarakat.
Sektor Pemuda dan Olah Raga:
Peningkatan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba;
Pembinaan, pengembangan olah raga, dan pemasalahan
olah raga masyarakat.
Sektor Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera:
Pengingkatan penanggulangan narkoba, penyakit menu
lar seksual, HIV/AIDS; Pengembangan bahan informasi
tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang
anak; Penyiapan tenaga pendamping kelompok bina
keluarga; Pengembangan model opersional BKB-Pos
yandu-PAUD.
Sektor Kesehatan:
Penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau; Peningkatan pemerataan pembangunan
kesehatan; Peningkatan peran serta swasta dan masya
rakat dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam
penyediaan pelayanan medik; Distrbusi dan pemanfaatan
obat bermutu, efektif, dan aman bagi penduduk dengan
harga terjangkau; Peningkatan kualitas kesehatan masya

122

Tira Tangka Balang

rakat melalui perbaikan perilaku sehat masyarakat, pe


ningkatan kualitas gizi penduduk, terutama bayi, balita
dan ibu hamil; Penyediaan tenaga kesehatan dengan
jumlah, mutu, dan penyebaran yang merata sesuai
dengan kebutuhan; Peningkatan pelayanan kesehatan
dasar yang bermutu bagi masyarakat miskin; Peningkatan
kesehatan jasmani dan mental masyarakat melalui pem
binaan dan pemasyarakatan olah raga menuju pemben
tukan budaya olah raga; Peningkatan pembiayan melalui
alokasi pembiayaan kesehatan yang lebih memadai.
b. Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana umum
yang berkualitas
Sektor Pekerjaan Umum:
Pembangunan jalan dan jembatan yang membuka iso
lasi daerah; Pembentukan jaringan infrastruktur yang
terintegrasi, khususnya pelabuhan sungai, jalan, jem
batan, sarana penyeberangan, lapangan terbang, kereta
api dalam jaringan inter dan antar-moda, baik antar
kabupaten dalam provinsi maupun luar provinsi dengan
tingkat keselamatan, jaminan kelaikan prasarana dan
sarana sesuai standar; Penyediaan air bersih bagi masya
rakat sampai ke pedesaan; Penyediaan pasokan tenaga
listrik sesuai kebutuhan termasuk sebagian besar elek
trifikasi rumah tangga dan pedesaan.
Sektor Perumahan Rakyat:
Penyelenggaraan pembangunan kota tanpa pemukiman
kumuh; Pembangunan hunian yang layak dengan penye

Tira Tangka Balang

123

diaan listrik, gas, air bersih, sanitasi lingkungan yang


layak, dan penghijauan; Peningkatan proporsi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi dasar yang
layak; Pembangunan perumahan beserta prasarana dan
sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup.
c. Pembangunan Ekonomi dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Sektor Perhubungan:
Peningkatan kelaikan kendraan bermotor; Pengendalian
dan pengamanan lalulintas.
Sektor Pemberdayaan Masyarakat Desa:
Peningkatan partisipasi dalam membangun desa; Pening
katan peran perempuan di pedesaan; Pengembangan
bidang pertanian pedesaan yang mampu melayani
kegiatan agribisnis/agroindustri.
Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan:
Peningkatan ketahanan pangan; Peningkatan pasokan
pangan yang mampu membentuk ketahanan dan kecu
kupan pangan bagi penduduk; Peningkatan produktivitas
tanaman padi menuju swasembada beras; Peningkatan
produksi hasil peternakan; Peningkatan kualitas peternak;
Pengembangan budidaya perikanan; Pengembangan
kawasan budidaya air tawar.
Sektor Kehutanan dan Perkebunan:
Peningkatan kualitas pembangunan masyarakat di sekitar
kawasan hutan; Peningkatan kemampuan menghasilkan,

124

Tira Tangka Balang

mengolah, dan memasarkan berbagai jenis produk per


kebunan.
Sektor Pertambangan dan Energi:
Peningakatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan tambang; Peningkatan produksi dan
pemanfaatan energi alternatif baru dan terbarukan yang
ramah lingkungan hidup; Penyediaan pasokan energi
listrik yang cukup dan stabil ke seluruh wilayah kabu
paten.
Sektor Pariwisata:
Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berada di
dalam atau di luar kawasan pengembangan bidang pari
wisata; Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur
wilayah yang menunjang kegiatan investasi di bidang
pariwisata.
Sektor perdagangan:
Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan; Perlin
dungan konsumen dan pengamanan perdagangan.
d. Pembangunan Penyerasian Pemanfaatan Ruang dan
Pengembangan Wilayah
Sektor Penataan Ruang dan Wilayah Tertingal:
Peningkatan kualitas pemukiman penduduk melalui
pembangunan kawasan pemukiman yang tidak berada
di bantaran sungai; Peningkatan sinergisitas pemba
ngunan kota dan desa; Pengembangan wiayah tertinggal
di pedalaman; Penyedian pelayanan sosial dasar dan
sumber daya ekonomi kepada penduduk miskin; Pengem
bangan wilayah perbatasan dengan meningkatkan kondisi

Tira Tangka Balang

125

fisik lingkungan dan kesejahteraan masyarakat; Pengem


bangan fasilitas pemerintah daerah untuk mengem
bangkan wilayah perbatasan; Pengembangan sarana dan
pra-sarana dengan kualitas yang baik.
e. Pembangunan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik
dalam Rangka Meningkatkan Percepatan Pembangunan
Daerah
Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan; Pe
ningkatan kapasitas sumber daya aparatur melalui pen
didikan kedinasan; Peningkatan keterampilan dan pro
fesionalisme; Pembinaan dan pengembangan aparatur;
Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah kabu
paten; Pengembangan proses pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan pelaporan data/informasi/statistik daerah;
Peningkatan kualitas pelayanan informasi; Pengem
bangan komunikasi, informasi, dan media massa.
f.

Pembangunan Sosial Budaya, Politik dan Hukum

Penataan administrasi kependudukan; Peningkatan keta


hanan dan keberdayaan keluarga kecil yang berkualitas
sebagai pusat pembelajaran dan pembudayaan nilai-nilai;
Peningkatan kualitas hidup, perlindungan perempuan
dan anak; Penyerasian kebijakan peningkatan kualitas
anak dan perempuan; Peningkatan peran serta dan
kesehatan gender dalam pembangunan; Pencegahan dan
penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak; Pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial;
Pembinaan anak terlantar; Pembinaan para penyandang

126

Tira Tangka Balang

cacat dan trauma; Mengembangkan budaya membaca,


menulis, masyarakat pembelajar, masyarakat cerdas,
kritis dan kreatif; Pencegahan dini dan penangulangan
korban bencana alam; Peningkatan keamanan dan
kenyamanan lingkungan; Peningkatan pemberantasan
penyakit masyarakat.
g. Pembangunan Berkelanjutan agar Terwujud Kondisi
Geomorfologi yang Baik dan Kondisi Lingkungan Hidup
yang Lestari
Pengembangan kinerja pengelolaan sampah; Pengen
dalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
yang diprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan daya
dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan; Pengendalian kebakaran hutan; Penge
lolaan ruang terbuka hijau; Perluasan etika lingkungan
serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap;
Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pe
manfaatan tanah.
Berdasarkan pemaparan RPJPD tahun 2008-2013 di atas
dapat tergambarkan bahwa pemerintah daerah setempat sudah
memasukkan kebijakan terkait kesehatan di hampir semua sektor
atau SKPD. Hal ini menunjukkan adanya upaya dalam mewujudkan
misi dan visi Kabupaten Murung Raya tahun 2013, MURA Sehat
dan Cerdas.

Tira Tangka Balang

127

Contoh Pembelajaran #3:


Pembangunan Kesehatan dalam RPJPD 2008-2028:
Peningkatan pemerataan pembangunan kesehatan
Didukung oleh pembangunan di sektor non-kesehatan (multi
sektor) sebagai berikut:
Pemerataan akses untuk pendidikan berkualitas.
Pemerataan infrastruktur perhubungan/transportasi.
Pemerataan akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
Hunian yang layak bagi semua lapisan masyarakat.
peningkatan pasokan pangan yang mampu membentuk
ketahanan dan kecukupan pangan bagi penduduk.
Penyediaan pasokan energi listrik yang cukup dan stabil ke
seluruh wilayah kabupaten.
Peningkatan kualitas pemukiman penduduk melalui pemba
ngunan kawasan pemukiman yang tidak berada di bantaran
sungai.
Peningkatan sinergisitas pembangunan kota dan desa.
Pengembangan wiayah tertinggal di pedalaman.
Penyedian pelayanan sosial dasar dan sumber daya ekonomi
kepada penduduk miskin.
Pengembangan sarana dan pra-sarana dengan kualitas yang
baik.

128

Tira Tangka Balang

BAB 7

TANTANGAN SAAT INI DAN


ARAH KE DEPAN

Kabupaten Murung Raya telah menunjukkan adanya kema


juan dalam pembangunan kesehatan pada tahun 2013 diban
dingkan tahun 2007. Meskipun demikian, masih perlu dipelajari
lebih lanjut apakah peningkatan ini dapat terus bertahan atau
membaik atau bahkan menurun.
Pada saat penggalian informasi pada tahun 2015, tampak
beberapa kesenjangan dalam pelaksanaan program kesehatan,
partisipasi masyarakat, serta dukungan pemerintah setempat
atau lintas sektor. Beberapa tantangan yang dapat digali dari studi
ini adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Program Kesehatan
Sebagian besar indikator kesehatan di Kabupaten Murung
Raya membaik pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun
2007, baik berdasarkan data rutin Dinas Kesehatan maupun
dari hasi survey kesehatan RISKESDAS. Meskipun demikian, dari
penggalian informasi secara kualitatif dengan penyelenggara
kesehatan maupun dari masyarakat, masih terdapat beberapa
kendala dalam pelaksanaan program, seperti sebagai berikut:
- Penyelenggara pelayanan kesehatan:
o Pembinaan dan supervisi sampai ke tingkat desa
masih terkendala dengan akses transportasi yang

129

terbatas. Kondisi geografis yang sulit membutuhkan


alat transportasi yang khusus dan mahal.
o Dalam aspek ketenagaan, keterbatasan yang ada
mencakup kualitas dan jumlah serta mekanisme
penempatan pegawai. Mutasi pegawai yang cukup
sering menyebabkan proses peningkatan keteram
pilan menjadi kurang efektif. Petugas yang sudah
dilatih dapat pindah ke bagian lain. Tenaga kesehatan
baik doter, bidan, gizi, sanling, promosi kesehatan,
dan bagian pengelolaan data masih membutuhkan
peningkatan keterampilan untuk dapat lebih mampu
mengatasi permasalah kesehatan maternal serta
dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan
kematian ibu, di samping juga untuk membentuk
masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
o Kendala dalam bekerja sama dengan dukun kam
pung. Masih ada persalinan yang ditolong oleh
dukun kampong, meskipun sudah dilakukan per
janjian secara tertulis untuk kemtriaan dukun dan
bidan. Bidan desa masih ada yang merasa kesulitan
dalam merubah perilaku dukun dan ibu hamil untuk
proses persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan.
o Pencatatan, dokumentasi, dan pengelolaan data
masih terkendala dengan terbatasnya keterampilan
petugas dan dukungan sarana prasarana. Belum ada
mekanisme pooling data yang saling terintegrasi dan
komprehensif, baik dari tingkat puskesmas maupun
rumah sakit.

130

Tira Tangka Balang

b. Partisipasi Masyarakat
Meskipun telah terjadi perbaikan dalam aspek partisipasi
masyarakat seperti menimbang balita, imunisasi balita lengkap,
serta kebiasaan mencuci tangan pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2007, masyarakat Kabupaten Murung Raya masih belum
secara optimal mempunyai perilaku dan kesadaran untuk hidup
sehat. Populasi pinggir sungai masih menggantungkan hidupnya
pada sungai untuk mandi, cuci, dan buang air. Tantangan menjadi
lebih besar karena keterbatasan dukungan sarana dan prasarana
air bersih, terutama di daerah pinggir sungai. Di samping itu,
kepercayaan masyarakat terhadap dukun kampung dan kurang
nya pemahaman akan kelahiran berisiko, juga membuat kurang
optimalnya persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kese
hatan, di mana kondisi semakin menjadi lebih berat, karena
fasilitas transportasi yang kurang mendukung untuk lokasi yang
sulit dijangkau.
c. Dukungan Lintas Sektor dan Pemerintah Setempat
Pemerintah Kabupaten Murung Raya, dalam hal ini Pemda,
Bappeda, Bupati, dan SKPD terkait lainnya telah memberikan
kontribusi yang bermakna dalam pembangunan kesehatan
Kabupaten Murung Raya, meskipun masih belum optimal terkait
beberapa aspek seperti penyedian air bersih, sarana transportasi,
dan infrasruktur akses antardesa serta pembangunan pemukiman
masyarakat yang sehat. Beberapa desa masih dalam kategori
terpencil karena akses yang sulit dan mahal.
Ketersediaan air bersih menjadi salah satu kendala utama
untuk pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Murung
Raya ini. Meskipun sumber air cukup memadai, tetapi masih

Tira Tangka Balang

131

terkendala teknologi yang dapat menjadikan air sungai menjadi


air bersih. Untuk itu dinas PU, PDAM, serta pemerintah daerah
setempat harus dapat berupaya mengembangkan teknologi serta
sarana prasarana pendukung untuk ketersediaan air bersih yang
merata bagi semua warga dan lokasi.
Selain itu, tantangan berat ke depan adalah menjadikan
semua desa bisa mempunyai akses yang layak untuk mencapai
ibukota kabupaten serta untuk mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan dan pendidikan yang memadai. Wilayah Murung
Raya yang dikelilingi oleh sungai dan keterkaitan erat antara
masyarakat dan sungai, menjadikan tantangan tersendiri bagi
pemerintah dan lintas sektor terkait untuk menciptakan sungai
yang bersih, alat transportasi air yang memadai dan aman,
serta sebagai potensi sumber ekonomi melalui pengembangan
pariwisata sungai.
Di samping itu, potensi sumber daya alam dalam bidang
pertambangan dan perkebunan menjadi tantangan kesehatan
masyarakat, mengingat pekerja tambang dan perkebunan cen
derung berpindah tempat tinggal bersama keluarganya, sehingga
cukup sulit untuk memantau kesehatan keluarga penambang dan
petani hutan, terutama untuk kesehatan balita dan ibu hamil.

132

Tira Tangka Balang

Penutup

Kabupaten Murung Raya merupakan salah satu kabupaten


yang dapat dijadikan contoh pengalaman daerah dalam upaya
meningkatkan pembangunan kesehatan dengan berbagai keter
batasan kondisi sumber daya dan geografis serta budaya.
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Murung Raya ini
menunjukkan gambaran terjadinya perbaikan di beberapa aspek
utama kesehatan, meskipun perbaikan ini belum dapat menem
patkan kabupaten ini dalam lima besar di tingkat provinsinya
(masuk dalam urutan ke 6 dalam Provinsi Kalimantan Tengah).
Melihat kenaikan angka IPKM 2013 dibandingkan dengan
IPKM 2007 di Kabupaten Murung Raya, perlu dipahami bahwa
kemajuan yang sudah terjadi masih harus terus ditingkatkan
untuk dapat memperkecil kesenjangan diantara kabupaten lain
dalam Provinsi Kalimantan Tengah, maupun secara nasional
dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di Indonesi.
Gambaran data rutin pemerintah Kabupaten Murung Raya
baik dalam aspek kesehatan, ekonomi, sosial dan infrastruktur
menunjukkan adanya perbaikan atau kemajuan yang cukup
berarti. Khusus dalam aspek kesehatan, gambaran pembangunan
kesehatan dari hasil pencatatan di daearh atau dari fasilitas
kesehatan sudah seiring dengan hasil yang ditunjukkan oleh
RISKESDAS dan IPKM untuk sebagian besar indikator kesehatan.
Pembelajaran utama dari peningkatan pembangunan kese
hatan di Kabupaten Murung Raya ini mencakup peningkatan
sumber daya kesehatan baik dari aspek tenaga, dana dan sarana,

133

yang juga diiringi oleh perbaikan ekonomi, sosial, dan infrastruktur


daerah. Dedikasi dan motivasi kerja tenaga kesehatan yang cukup
tinggi serta peran kepemimpinan daerah yang tinggi dalam
berbagai keterbatasan menjadi modal penting Kabupaten Murung
Raya dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.
Meskipun demikian, masih terjadi beberapa kendala dan tantangan
yang perlu diatasi untuk lebih mengoptimalkan pembangunan
kesehatan masyarakat di kabupaten ini. Kendala yang muncul
termasuk aspek sumber daya kesehatan, peran serta masyarakat,
dan dukungan lintas sektor.
Dalam rangka menciptakan hasil yang lebih optimal, pem
bangunan kesehatan perlu diarahkan pada perbaikan infra
struktur daerah yang berkelanjutan dan pro kesehatan, penguatan
potensi alam daerah yang lebih spesifik seperti pemanfaatan
sungai, perkebunan gaharu, penambangan batubara serta
potensi alam lainnya, yang selanjutnya dapat lebih meningkatkan
ekonomi masyarakatnya. Di samping itu, diperlukan penguatan
kapasitas unsur aparatur dan masyarakat agar dapat mendukung
terciptannya Kabupaten Murung Raya Sehat dan Cerdas, sesuai
denga misi kabupaten.
Demikian, diharapkan ke depannya dapat terjadi perbaikan
pembangunan kesehatan yang lebih baik lagi di Kabupaten
Murung Raya serta dapat membuktikan bahwa keberhasilan ini
akan berkelanjutan secara positif dan tidak semata-mata dilihat
hanya dari angka saja, tetapi perbaikan pembangunan kesehatan
ini juga dirasakan oleh masyrarakat Kabupaten Murung Raya.
Slogan Kabupaten Murung Raya TIRA TANGKA BALANG, yang
berarti Maju Terus Pantang Mundur dapat menjadi semangat
bagi semua pihak untuk terus maju dan optimis dengan berbagai
keterbatasan untuk dapat mengejar ketertinggalan.

134

Tira Tangka Balang

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, Gary L., Ray Fitzpatrick., Susan C. Scrimshaw. 2003.


Handbook of Social Studies in Health and Medicine.
London EC2A 4PU: SAGE Publications Ltd. 6 bonhill Street.
Badan Litbangkes. 2015. Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat. Penerbit Badan Litbangkes.
Badan Pusat Statisitk Kabupaten Murung Raya. 2008. Murung
Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statisitik.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya. 2014. Murung
Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statisitik.
Badan Pusat Statistik. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi
Murung Raya 2013. Badan Pusat Statistik dan Bappeda
Kabupaten Murung Raya.
Bappeda Kabupaten Murung Raya. 2008. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2008 2028. Bappeda
Kabupaten Murung Raya.
Bappenas. 2008. Investing in Indonesias Health: Challanges and
Opportunities for Future Public Spending. Jakarta. Health
Public Expenditure Review 2008.
Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya. 2013. Profil Kesehatan
Kabupaten Murung Raya 2013. Dinas Kesehatan
Kabupaten Murung Raya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya. 2010. Profil Kesehatan
Kabupaten Murung Raya 2010. Dinas Kesehatan Kabu
paten Murung Raya.

135

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. 2013. Profil


Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2013. Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Durch, J., L. Bailey, and M.Shoto. Eds 1997, Improving Health
in Community; A Role for performance Monitoring.
Washington, D.C.: National Academy Press.
Green, Lawrence. 1980. Health Education Planning, A Diagnostic
Approuch. The John Hopkins University: Mayfield
Publishing Co.
Kalangi, Nico S., 1994. Kebudayaan dan Kesehatan. Jakarta:
Megapoin.
----------------- 1994. Antropological of Health Behavior. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kozier,B. 1997. Funcamental of Nursing: Concept and Procedures.
California: Anderson Wesley Publishing.
Mikkonen, J. Raphael, D. 2010. Social Deteriminants of Health:
The Canadian Facts. Toronto: York University of Health
Policy and Management.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Sosiologi Untuk Keperawatan:
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika Press.
Pemerintah Kabupaten Murung Raya. 2008. Rencana Pem
bangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2008 2028.
Pemerintah Daerah Kabupaten Murung Raya.
Scambler, Graham. 1991. Sociology As Applied To Medicine. Third
Edition. Bailliere Tindall.
Stewart, Moira and Buck, Carol. 1977. Physicians Knowledge of
and Response to Patiens Problems. NY.: The Free Press.

136

Tira Tangka Balang

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika.
United Nations Development Programme. 2014. Human
Development Report 2014. Sustaining Human Progress:
Reducing Vulnerabilities and Building Resilience. New York.
USA : United Nations Development Programe.
World Health Organization. 2008. Closing the gap in a genera
tion: health equaity through action on the social
determinants of health: Final Report of the commission
on social determinants of healh. Geneva: World Health
Organization.
W i n k e l m a n, Mi c h a e l. Culture and Health Applying Medical
Anthropology. San Francisco, CA 94103-1741: A Wiley
Imprint 989 Market Street.
Wolinsky, Fredric D. 1980. The Sosiology of Health, Principles,
Professions, and Issues. Boston-Toronto: Little brown and
Company.

Tira Tangka Balang

137

INDEKS

A
Akses - 51, 85, 100
Analisis - 7, 38, 135
Anggaran - 53-54
APBD - 53, 96, 101, 115, 117
Aspek - 3

Dokter 112

B
Balita - 25-27, 31, 69, 73
Bandara - 21
Barito - 9-12, 14, 18, 28, 32, 4042, 48, 60-61, 98, 101-104,
106
Bidan desa - 66, 130
Bidan Kampung - 79, 85-86
BPS - 15, 37, 39-41, 45-48, 95, 97
Budaya - 126

F
Faktor - 3, 86, 107, 117
Farmasi - 54

C
Cakupan - 27, 32, 47, 67-68, 82,
100
Capaian - 33
D
Data - 7, 14-15, 24, 45-47
Dayak - 17-19, 59-61, 63, 78, 84,
87
Dermaga - 12, 13
Dinas kesehatan - 91

E
Ekonomi - 3, 38, 124, 135
Energi - 125
Etnis - 60

G
Gaji - 74
Generasi - 118-119, 121
Geografis - 9, 16
Gizi - 26, 31, 47
H
Hamil - 32, 66
Hasil - 110
Hutan - 20
I
Ibu hamil - 62-64, 66, 82
Imunisasi - 27, 33, 47, 56, 69, 72,
113
Indikator - 2, 4-6, 25-27
Informan - 7, 121
Infrastruktur - 21

139

J
Jamban - 98
K
Kecamatan - 10-11, 14-16, 18, 3335, 39-41, 47, 59, 113
Kepadatan - 14-16
Kesehatan Lingkungan - 25
L
Lahan - 15, 39
Lingkungan - 25, 93, 107, 127
Lintas sektor - 121
Lokasi - 17
M
Makanan - 56, 62, 69, 74, 78
Masyarakat - 7, 23, 56, 61, 65, 84,
96-98, 101, 109, 117, 119120, 124, 131, 135
N
Nakes - 31, 82
Nilai - 25
Obat vii - 54, 97
PDAM - 95, 101, 132
Pelayanan Kesehatan - 25, 30, 43,
66, 110
Pencatatan - 130
Penduduk - 15, 16, 18, 59, 111
Penimbangan - 27
Perilaku cuci tangan - 27
Perilaku kesehatan - 25

140

Posyandu - 30, 52, 56-57, 66, 6971, 73-77, 85, 121-122


Potensi - 18, 24, 39
Prevalensi - 26
Puskesmas - 7, 31, 34, 45-49, 5152, 54-56, 66-75, 82, 85-87,
89-90, 96, 99-101, 105, 113,
117
Ramuan - 65
Risiko - 76, 93
Rumah Sakit - 48, 54, 76
S
Sakit - 48, 54, 76
Sanitasi - 93, 95-98
Sarana - 19, 21, 54-55, 93-95, 97
Sehat - 93, 98-100, 121, 127, 134
Suku - 14, 18
Sumber daya - 110
Sungai - 9, 11-14, 18, 34, 60, 99,
101-103, 106-107
T
Tantangan - 131
Tenaga Kesehatan - 31-32, 35, 85,
110
U
Umur - 22-23
W
WC - 120
Wilayah - 4, 10-11, 15-16, 44, 93,
99, 125, 132

Tira Tangka Balang

Anda mungkin juga menyukai