PENERBIT PT KANISIUS
Cetakan ke-
Tahun
3
17
2
16
1
15
Editor
: Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH
Dr. Trihono, M.Sc
Dr. Semiarto Aji Purwanto
Atmarita, MPH., Dr.PH
Desainer isi
: Oktavianus
Desainer sampul : Agung Dwi Laksono
ISBN
978-979-21-4412-3
DEWAN EDITOR
Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada
Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset
dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan
Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dr. Semiarto Aji Purwanto antropolog, Ketua Dewan Redaksi
Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar
pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia di Jakarta.
Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expert di bidang gizi.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan
dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri
hasil studi kualitatif di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,
Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,
Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)
di Indonesia, sebagai tindak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan
Kesehatan Masyarakat.
Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota
di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan
ataupun penurunan nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkan
dengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan
secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan
penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan
dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geografis
wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan
semangat ataupun pemikiran yang inovatif bagi Kabupaten/Kota
lokasi studi kualitatif dilakukan, dalam membangun kesehatan
secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat
memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.
Penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus kami
sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang optimal
kepada tim penulis buku, International Development Research
vi
DAFTAR ISI
iv
v
vii
x
xi
1
7
7
11
12
20
21
29
29
30
34
36
37
43
45
45
49
50
52
vii
Bab 6
viii
54
59
62
65
66
71
71
73
75
77
77
87
94
95
98
99
101
102
103
104
104
105
106
107
Bab 7
BAB 8
109
109
115
119
125
139
141
143
143
144
149
151
152
152
156
158
165
167
168
170
ix
DAFTAR TABEL
2
10
11
13
13
15
18
19
20
21
22
xi
xii
112
121
122
140
165
173
DAFTAR GAMBAR
8
8
10
25
34
51
55
56
57
58
61
63
64
67
68
69
xiii
xiv
74
75
124
142
152
154
157
164
166
171
173
Bab 1
PENDAHULUAN
2.
Kesehatan reproduksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sub Indikator
balita gizi buruk dan kurang
balita pendek dan sangat pendek
Balita gemuk
Penimbangan balita
Kunjungan neonatal
Imunisasi lengkap
penggunaan alat kontrasepsi
(MKJP)
pemeriksaan kehamilan (K4:1-1-2)
kurang energi kronik pada WUS
No Indikator
3. Pelayanan kesehatan
4.
5.
6.
7.
Sub Indikator
10. persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan
11. proporsi kecamatan dengan
kecukupan jumlah dokter
12. proporsi desa dengan kecukupan
jumlah posyandu per desa
13. proporsi desa dengan kecukupan
jumlah bidan per penduduk
14. kepemilikan jaminan pelayanan
kesehatan
Perilaku kesehatan
15. merokok
16. cuci tangan dengan benar
17. buang air besar di jamban
18. aktivitas fisik cukup
19. menggosok gigi dengan benar
Penyakit menular
20. hipertensi
21. cedera
22. diabetes melitus
23. gangguan mental
24. obesitas sentral
25. sakit gigi dan mulut
Penyakit tidak menular 26. pneumonia
27. diare balita
28. ISPA balita
Kesehatan lingkungan 29. akses sanitasi
30. akses air bersih
Metode
Tujuan umum dari penelitian kualitatif ini untuk menggali
latar belakang serta penyebab informasi tentang program dan
kebijakan di Kabupaten Wakatobi yang disinyalir mendongkrak
nilai IPKM 2013 dan variabel-variabel terkait lainnya. Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah 1) menggali lebih dalam informasi yang
berhubungan dengan berbagai program kesehatan yang sudah
ada (strength and weakness) dari perspektif kesehatan, nonkesehatan dan masyarakat; 2) mempelajari kontribusi lintas sektor
3) tantangan yang dihadapi serta terobosan yang dilakukan dalam
menghadapi tantangan.
Penelitian ini dilakukan selama 20 hari di Kabupaten
Wakatobi. Lokasi penelitian meliputi 1) Puskesmas Wangi-Wangi
Selatan dan Puskesmas Liya, Pulau Wangi-Wangi, 2) Puskesmas
Kaledupa, Pulau Kaledupa, 3)Puskesmas Usuku, Pulau Tomia, 4)
Puskesmas Popalia, Pulau Binongko.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif didapat dengan melakukan wawancara
mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD) dan pengamatan
lapangan. Informan berasal dari instansi pemerintah di bidang
kesehatan dan instansi pemerintah non kesehatan. Selain informan
yang berasal dari instansi pemerintah, ada juga informan dari
masyarakat. Informan dari masyarakat adalah tokoh masyarakat
formal dan non-formal, tokoh agama, kader kesehatan, dukun
Bab 2
Gambaran Umum
Kabupaten Wakatobi
Gambar 2.2 Posisi Wakatobi dalam Pusat Segi Tiga Karang Dunia
Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi
Persentase (%)
29,40
25,03
5,53
7,11
5,72
8,25
11,30
7,64
3,00
97,00
100,00
10
DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi pada tahun 2013
menurut proyeksi hasil survei penduduk tahun 2010 adalah 95.157
jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu
di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan sebesar 25.126 jiwa. Dengan
distribusi penduduk mencapai 26,4% dari seluruh penduduk di
Kabupaten Wakatobi.
Tabel 2.2 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk berdasarkan wilayah kecamatan
Kecamatan
Binongko
Togo Binongko
Tomia
Tomia Timur
Kaledupa
Kaledupa Selatan
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Selatan
Jumlah
93,1
62,9
47,1
67,9
45,5
58,5
242,0
206,0
Jumlah
Penduduk Tahun
2012
8.563
4.837
7.041
8.593
10.188
6.781
24.028
25.126
823,0
95.157
Luas (km2)
Kepadatan
Penduduk
92
77
149
127
224
116
99
122
116
11
SOSIAL EKONOMI
Pendidikan
Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah berupaya maksimal
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan
di bidang pendidikan, hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya
sarana pendidikan di masing-masing pulau, Pulau Wangi-Wangi,
Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Tabel berikut
adalah fasilitas pendidikan yang tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Wakatobi.
Jumlah fasilitas pendidikan dari jenjang pendidikan kelom
pok belajar/PAUD sampai jenjang sekolah menengah atas di
Kabupaten Wakatobi sebesar 329 buah. Fasilitas pendidikan paling
banyak adalah fasilitas pendidikan sekolah dasar (SD) umum
sebesar 110 buah dan fasilitas pendidikan paling sedikit adalah
madrasah ibtidaiyah (MI) sebesar 1 buah (Tabel 2.3).
12
KB
0
0
11
9
16
13
TK
8
4
10
11
16
9
10
16
12
10
22
22
8
7
2
4
2
0
0
0
1
0
0
1
75
80
110
39
15
13
14
2006
97,17
86,50
60,58
10,93
7-12
13-15
16-18
19-24
2007
98,00
87,10
63,16
4,38
Tahun
2008
2009
98,11
97,14
86,09
89,43
58,14
74,77
4,49
11,19
2010
96,34
91,07
75,42
9,73
2011
98,91
96,52
81,82
9,73
Pekerjaan
Pada tahun 2013, jumlah penduduk di Kabupaten Wakatobi
yang tergolong usia kerja (umur 15 tahun ke atas) sebanyak
62.522 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 29.069 jiwa atau
46,49 persen dan perempuan sebanyak 33.453 jiwa atau 53,51
persen. Dari jumlah tersebut, terdapat angkatan kerja sebanyak
40.766 orang terdiri dari yang bekerja 37.884 jiwa atau 61,65
persen terhadap penduduk usia kerja. Tingkat pengangguran
terbuka (rasio pencari kerja terhadap angkatan kerja) sebanyak
7,07 persen. Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja
sebanyak 20.675 jiwa atau 33,77 persen dari usia kerja.
Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan pada
tahun 2013 di Kabupaten Wakatobi mayoritas bekerja pada
sektor pertanian, yakni sebanyak 17.411 jiwa atau 45,95 per
sen, kemudian sektor perdagangan dan akomodasi 8.563 jiwa
atau 22,06 persen disusul sektor jasa kemasyarakatan sosial,
transportasi komunikasi.
Menurut pendidikan, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
dan kaitannya dengan tingkat pendidikan menunjukkan adanya
penurunan. Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan ber
turut-turut yaitu penduduk tidak pernah sekolah sebanyak 6.375
15
16
17
Kesejahteraan Masyarakat
Salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejah
teraan masyarakat ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM
daerah mengukur pencapaian rata-rata sebuah daerah dalam 3
(tiga) dimensi dasar pembangunan manusia yaitu: 1) hidup yang
sehat dan panjang umur yang diukur dengan umur harapan hidup
saat kelahiran; 2) pendidikan diukur dengan angka tingkat baca
tulis pada orang dewasa; dan 3) standar kehidupan layak diukur
dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita
dalam paritas daya beli (BAPPENAS, 2011/Ran-pg 2001-2015).
IPM selain menggambarkan tingkat kemajuan suatu daerah, juga
untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap
kualitas hidup.
Secara umum, IPM Wakatobi mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Namun, IPM Wakatobi lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata IPM Sulawesi Tenggara. Hingga tahun 2009, IPM
Kabupaten Wakatobi masih menempati urutan ke-11 dari 12
kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara (Tabel 2.6).
Tabel 2.6 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Wakatobi,
Tahun 2007 2009
Kabupaten
18
Tahun
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe
Selatan
Bombana
WAKATOBI
Kolaka Utara
Buton Utara
Konawe Utara
Kota Kendari
Kota Bau-Bau
Kolaka Timur
Konawe
Kepulauan
Sulawesi
Tenggara
Indonesia
68,59
66,04
68,93 69,00 69,52 70,00 70,55 71,05 71,73
70,59 71,17 69,52 72,27 72,77
19
INFRASTRUKTUR
Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat
kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun
terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infra
struktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam
menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur
jalan yang baik dan memadai.
Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategori
kan dengan jalan kondisi baik, sedang, sedang rusak, rusak, dan
rusak berat. Proporsi jalan dalam kondisi baik di Kabupaten
Wakatobi mengalami penurunan, dimana pada tahun 2008
proporsi jalan kondisi baik mencapai 45,82 persen namun pada
tahun 2010 kondisi tersebut menurun menjadi 32,77 persen
(Tabel 2.8). Sanitasi rumah tangga dan kawasan kumuh cenderung
membaik, namun masih diperlukan upaya-upaya perbaikan.
Tabel 2.8 Panjang jalan, sanitasi rumah tangga, dan kawasan
perumahan di Kabupaten Wakatobi, 2008-2010
Indikator
Panjang jalan
kabupaten
dalam
kondisi baik
(%)
Rumah
Tangga berSanitasi (%)
Kawasan
Kumuh (%)
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
2013
45,82
38,80
32,77
34,27
36,67
38,54
62,11
67,77
70,75
NA
NA
NA
0,02
0,01
0,01
NA
NA
NA
Sumber: BPS Kab. Wakatobi, 2007-2011 dan Wakatobi dalam Angka, 2014
20
KESEHATAN
Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita (AKI, AKB dan AKABA)
Angka absolut kejadian kematian ibu, bayi dan balita di
Kabupaten Wakatobi dalam rentang waktu tahun 2007-2013
terjadi secara fluktuatif (Tabel 2.9). Kasus kematian ibu paling
banyak terjadi pada tahun 2007 sebesar 6 kasus kematian. Untuk
kejadian kasus kematian bayi paling banyak terjadi pada tahun
2010 sebesar 40 kasus kematian, sedangkan kasus kematian anak
balita paling banyak terjadi pada tahun 2009 sebesar 28 kasus
kematian.
Tabel 2.9 Jumlah absolut kasus kematian absolut ibu, bayi dan
balita di Kabupaten Wakatobi, 2007-2013
Indikator
AKI
AKB
AKABA
2007
6
0
11
2008
1
25
7
2009
3
34
28
2010
5
40
10
2011
4
25
8
2012
2
35
4
2013
4
37
7
Status Gizi
Prevalensi balita gizi kurang di Kabupaten Wakatobi selama
kurun waktu 2007-2013 menunjukkan kecenderungan fluktuatif.
Kasus gizi kurang paling banyak terjadi pada tahun 2010 sebesar
468 kasus, diikuti pada tahun 2012 sebesar 349 kasus dan tahun
2013 sebesar 187 kasus. Untuk kasus gizi buruk kecenderungannya
dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kejadian gizi buruk
paling banyak terjadi pada tahun 2007 sebesar 78 kasus menurun
pada tahun-tahun selanjutnya. Kejadian gizi buruk paling sedikit
terjadi pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 7 kasus (Tabel 2.10).
21
Tabel 2.10 Jumlah absolut kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk di
Kabupaten Wakatobi, Tahun 2007-2010
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah Kasus
Gizi Kurang
122
154
98
468
120
349
187
Gizi Buruk
78
30
47
43
14
7
7
23
24
2007
2008
43.692
61.083
2009
2010
(Dalam jutaan rp)
2011*
2012
2013
24.677
14.774
20.172
425.725 537.823
Total
Anggaran
Kesehatan
Total APBD
Kabupaten
% APBD Kes
Thdp APBD
10,63
11,96
34.821
8,45
5,99
3,47
2,75
Kabupaten
Sumber data: Profil Dinas Kesehatan Kab, Wakatobi 2007-2013
Ket: *tidak ada data
25
sedikit, sebab listrik hanya ada malam hari dan jaringan internet
pun tak kalah susahnya.
Monitoring dan Evaluasi
Keberhasilan peningkatan peringkat IPKM di Kabupaten
Wakatobi tidak terlepas dari kegiatan yang dilakukan dalam
monitoring dan evaluasi. Sistem pengawasan yang dilakukan
oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Bupati benar-benar melekat,
misalnya mereka mempunyai informan yang melaporkan lang
sung segala sesuatu yang terjadi di masyarakat. Monitoring dan
evaluasi dilakukan secara berkala oleh Kadinkes.
Disisi lain, Kepala Dinas Kesehatan memberikan motivasi
untuk meningkatkan kinerja kepada seluruh jajaran kesehatan
pada saat pertemuan rutin. Motivasi yang diberikan antara lain
Teori 4 (empat) As, bahwa setiap individu itu harus bekerja keras
menggunakan otot, bekerja cerdas menggunakan otak, bekerja
ikhlas dengan hati, dan bekerja tuntas hingga selesai.
Selain pengawasan secara manajemen, pengawasan
kemampuan SDM kesehatan juga dievaluasi. Tidak hanya dalam
pertemuan rutin evaluasi tetapi juga pada acara-acara dimana
kepala dinas ada, misalnya dalam pertemuan, kepala dinas
langsung menunjuk salah satu puskemas yang hadir dan diberi
tugas untuk menyuluh dengan tema tertentu. Hal ini memicu para
SDM kesehatan agar mengetahui setiap tema kesehatan yang ada.
Evaluasi ketat juga berkisar tentang cakupan program, jika ada
yang memburuk maka akan dikejar habis-habisan mengapa bisa
terjadi dan apa saja yang dikerjakan selama ini.
27
Bab 3
29
31
taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, dan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan suaka alam (cagar alam) ditujukan untuk me
lindungi satwa tertentu (penyu dan satwa burung laut) di sekitar
Pulau Moromaho Kecamatan Togo Binongko. Kawasan pantai
berhutan bakau berfungsi perlindungan dan konservasi tersebar
di Pulau Kapota dan Desa Melai One (Kecamatan Wangi-Wangi),
Desa Waha (Kecamatan Wangi-Wangi Selatan), sebagian besar
Pulau Kaledupa, dan sebagian kecil Pulau Tomia dan Binongko.
Kawasan taman wisata alam laut terdapat hampir di seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Wakatobi.
Taman Nasional Laut Wakatobi adalah kawasan Kepulauan
Wakatobi dan perairan di sekitarnya seluas 1.390.000 Ha
ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menhut No.
393/Kpts-VI/1996, tanggal 30 Juli 1996 dan telah ditetapkan
berdasarkan SK Menhut No. 7651/Kpts-II/2002, tanggal 19
Agustus 2002, terdiri dari 4 (empat) pulau besar (Pulau WangiWangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko) yang
terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dalam wilayah administratif
Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Taman Nasional
Wakatobi (TNW) dikelola dengan sistem zonasi, yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam No. 198/Kpts/DJVI/1997 tanggal 31 Desember
1997, terdiri atas: zona inti (Core Zone), zona pelindung (No Take
Zone), zona pariwisata (Tourism Zone), zona pemanfaatan lokal,
zona pemanfaatan umum, zona daratan.
Kawasan Cagar Budaya di antaranya peninggalan sejarah
berupa kompleks bangunan peninggalan kerajaan yang mem
punyai nilai historis yang cukup tinggi dan perlu dipertahankan
33
34
35
36
Bab4
Kabupaten
Wakatobi
Sulawesi
Tenggara
Indonesia
0,7752
0,4783
0,3874
0,4384
0,6902
0,5979
0,2142
0,1691
0,2463
0,3847
0,6405
0,4756
0,3808
0,3652
0,6260
0,9117
0,6039
0,4751
0,4255
0,7507
0,5430
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Balita gemuk
Diare
Hipertensi
Pneumonia
Perilaku cuci tangan
Ganguan mental
Konsumsi tembakau
Sakit gigi dan mulut
Asma
Disabilitas
Cedera
Sakit sendi
ISPA
25
26
39
27
28
29
30
31
32
33
34
Nilai IPKM
Ranking nasional
Ranking di provinsi
Perubahan skor
Perubahan peringkat
0,4397
340
7
Naik
Naik
0,7768
18
1
40
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
41
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Nilai IPKM
Ranking nasional
Ranking di provinsi
Pemeriksaan kehamilan
(K4:1-1-2)
Kurang energi kronik (KEK)
pada WUS
Proporsi desa dengan
kecukupan jumlah posyandu
Kepemilikan Jaminan
Pelayanan Kesehatan
Buang air besar di jamban
Aktivitas fisik cukup
Menggosok gigi dengan
benar
Diabetes Mellitus
Obesitas sentral
0,4397 Nilai IPKM
340
Ranking nasional
7
Ranking di provinsi
66,37
18,14
4,00
99,40
90,28
12,85
7,24
1,85
29,51
0,6122
52
1
42
persen, 61,0 persen, 77,0 persen dan 62,2 persen. Selain itu hasil
kualitatif menunjukkan beberapa temuan kegiatan yang dapat
meningkatkan cakupan imunisasi di Wakatobi sepanjang tahun
2013 seperti ketersediaan vaksin untuk imunisasi, sweeping
imunisasi kepada balita yang tidak datang imunisasi ke posyandu
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya dan wisuda imunisasi
bagi balita yang telah menyelesaikan imunisasi lengkap.
Justifikasi Pemilihan Kasus
IPKM merupakan indeks komposit yang dirumuskan dari
beberapa indikator kesehatan, untuk Riskesdas 2007 meng
gunakan 24 indikator, sedangkan 2013 telah dilakukan perbaikan
dengan 30 indikator. Tiga puluh indikator tersebut dikelompokkan
menjadi 7 sub-indeks yaitu: Kesehatan Balita, Kesehatan Repro
duksi, Pelayanan Kesehatan, Perilaku Kesehatan, Penyakit Tidak
Menular, Penyakit Menular, dan Kesling.
Dari 7 kelompok indikator tersebut, di Kabupaten Wakatobi
ada 2 (dua) kelompok sub-indeks yang apabila dilihat dari nilainya,
diasumsikan telah mendongkrak kenaikan ranking, yaitu subindeks Kesehatan Balita dan Penyakit Menular. Namun, ada satu
sub-indeks lagi yang menjadi faktor pemicu di dalam mendukung
(konstruktif) pembangunan kesehatan di Kabupaten Wakatobi
yaitu Kesehatan Lingkungan. Tabel berikut menggambarkan
Indeks kelompok indikator pendongkrak IPKM 2013 di Kabupaten
Wakatobi.
Deskripsi penulisan narasi tersebut akan dilihat dari segi
geografis kepulauan yang terdiri atas 4 (empat) pulau besar,
yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI).
Empat pulau besar tersebut mempunyai kearifan lokal masing-
43
44
Bab 5
Terobosan dalam peningkatan
status kesehatan balita
45
2
3
4
5
46
Indikator
Prevalensi balita
gizi buruk dan
kurang
Prevalesi balita
pendek
Prevalensi balita
kurus
Kunjungan
neonatal
Cakupan imunisasi
lengkap
Persentase
2007
2013
30,21
4,09
Perubahan
26,12
Turun (+)
52,67
11,06
41,61
Turun (+)
7,55
3,28
4,27
Turun (+)
42,86
97,69
54,83
Naik (+)
26,99
7,45
19,54
Turun (-)
No
6
Indikator
Cakupan
penimbangan
anak
Prevalensi balita
gemuk
Persentase
2007
2013
17,73
93,92
Perubahan
76,19
Naik (+)
3,85
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Selain
lewat undangan, pemberitahuan kegiatan posyandu
Selain lewat
kegiatan
juga dilakukan
lewat undangan,
ronda yangpemberitahuan
dilakukan oleh 2 orang
anak
usia SD yang berkeliling kampung sambil berteriak mengenai
posyandujugadilakukanlewatrondayangdilakukan
agenda
esokusia
hari.SD
Anak-anak
ini diberi uang
lelah
2 posyandu
oleh
orang anak
yang berkeliling
kampung
sebesar Rp.10.000,- per sekali ronda.
sambilberteriakmengenaiagendaposyanduesokhari.
Dalam penyelenggaraannya posyandu didekorasi dengan balon
AnakanakinidiberiuanglelahsebesarRp.10.000,per
warna-warni yang dipasang di setiap sudut posyandu. Suasana
sekalironda.
meriah tergelar di sana, anak-anak balita datang bersama
orangtuanya dengan memakai
pakaian terbaik mereka, layak
nya menghadiri perayaan ulang tahun.
56
57
58
59
60
61
62
Gambar 5.7 Hadiah topi dan kaos untuk anak yang lulus imunisasi
Sumber: dokumentasi peneliti
63
daripadasebuahhadiah.Selainitu,kegembiraananak
anak juga terpancar ketika menerima hadiah hasil
kelulusan imunisasi mereka. Bagi ibu dan balita yang
belum wisuda imunisasi menjadi lebih termotivasi lagi
untuk datang ke posyandu dan menyempurnakan
imunisasi menjadi lebih termotivasi lagi untuk datang
wisuda
imunisasianaknya.
ke posyandu
dan menyempurnakan imunisasi anaknya.
Gambar5.8
Gambar
5.8
Proses
wisuda
imunisasi
di
Posyandu
Popalia,
Pulau
ProseswisudaimunisasidiPosyanduPopalia,PulauBinongko
Binongko
Sumber:dokumentasipuskesmasPopalia,PulauBinongko
Di Puskesmas Liya Pulau Wangi-Wangi,
kepala puskesmas
memiliki sebuah peraturan jika ibu tidak membawa balitanya
ke posyandu maka diberikan hukuman berupa denda sebesar
lima ribu rupiah per anak per kunjungan. Alasan pemberian
denda ini dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat
yang melarang ibu membawa anak keluar rumah di 40 hari
pertama kelahiran. Hal ini tentu menghambat pemantauan
pertumbuhan anak dan juga pemberian imunisasi pertama
yaitu BCG.
Denda ini sudah disosialisasikan kepada ibu balita saat kun
jungan posyandu. Pada bulan pertama denda ini diberlakukan
ada kenaikan kunjungan posyandu yang signifikan, ada satu
64
65
lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant), perut
cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi berulang.
Anak kwashiorkor memiliki ciri-ciri: edema pada punggung kaki
(dorsum pedis), wajah membulat dan sembab, pandangan mata
sayu, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah
dicabut tanpa rasa sakit, rontok, perubahan status mental, apatis,
rewel, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila
diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis),
sering disertai penyakit infeksi. Sedangkan anak marsmuskwashiorkor memiliki gambaran klinik campuran dari beberapa
gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U <60% baku
median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
Data profil kesehatan menunjukkan kejadian anak BGM di
Kabupaten Wakatobi terjadi secara fluktuatif (Gambar 4.11).
67
69
70
71
72
73
74
75
76
Bab 6
77
78
Bobot
Kategori bobot Kelompok
2007 2013 2007
2013
4
4
Penting Penting
VI
4
5
Penting Mutlak
VI
3
4
Perlu Penting
VI
79
-
-
-
Pneumonia:
Penduduk semua umur yang didiagnosis pneumonia atau
mengalami gejala pneumonia dalam 1 bulan terakhir.
Diare Balita:
Balita yang didiagnosis Diare atau mengalami gejala Diare
oleh tenaga kesehatan dalam 1 bulan terakhir.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) balita:
balita yang pernah didiagnosis menderita sakit ISPA oleh
tenaga kesehatan atau mengalami gejala sakit ISPA dalam
1 bulan terakhir.
80
Urutan ke
(dari 10 Penyakit)
Jenis Penyakit
ISPA
Diare
ISPA
Diare
ISPA
5
4
1
5
1
Jumlah Kasus
1.154
1.154
5.884
1.091
4.843
2009
2010
2011
2012
Diare
ISPA
Diare
ISPA
Diare
ISPA
Diare
ISPA
Diare
2.
1
5.
1.
5
1
8
1
8
2.305
11.122
2.159
10.257
2.268
6.320
853
3848
1651
Preval.
Pneumonia
2013
0,22
2,44
2,14
81
82
83
Penyelidikan Surveilans
Epidemiologi KLB
Pemantauan
Surveillance penyakit
potensial Wabah
Pengambilan Vaksin
Program/Kegiatan
Tersedianya Biaya
Perjalanan Dinas Dalam
Daerah Dinas Kesehatan
Selama Satu Tahun
Tersedianya biaya
perjalanan dinas Dalam
rangka surveilans epid
dan penanggulangan
wabah
Tersedianya biaya
perjalanan dinas Dalam
rangka penyelidikan
surveilans epid KLB
tersedianya biaya
Review AFP dan PD3I
bagi petugas Surveilans
Puskesmas
Indikator
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
8.305
9.136
10.049
7.550
Target 2012-2016
Anggaran (Rp. Juta) 2012 - 2016
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
100 100 100 100 100 15.400 16.940 18.634 20.497 22.547
Tabel 6.4 Program pemberantasan penyakit menular, promosi kesehatan di Wakatobi, 2012 2016
84
Pelacakan Penderita TB
dan Kusta
Pelatihan Tatalaksana
ISPA Pneumonia
Pengadaan sumbu
kulkas vaksin, termos
vaksin dan alat
pemantau suhu beku
vaksin
Pelatihan Tata laksana
Kasus Diare
Pelatihan Penanganan
Cold Chain
Mengantar Spesimen
AFP & Campak
Program/Kegiatan
Tersedianya Biaya
Perjalanan dinas dalam
rangka mengantar
Spesimen AFP dan
Campak
Tersedianya Biaya
Pelatihan Penanganan
Cold Chain
Tersedianya Biaya
Pengadaan sumbu kulkas
vaksin, termos vaksin dan
alat pemantau suhu beku
vaksin
Tersedianya Biaya
Pelatihan Tata laksana
Kasus Diare
Tersedianya Biaya
Pelatihan Tatalaksana
ISPA Pneumonia
Tersedianya Biaya
Pelacakan Penderita TB
dan Kusta
Indikator
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Target 2012-2016
2012 2013 2014 2015 2016
5.457
6.003
6.603
4.961
4.510
85
Pelatihan Sistem
Kewaspadaan Dini
Penyakit Campak bagi
petugas surveilans
Monev P3M
Tersedianya Biaya
Pelatihan tata laksana
malaria
Tersedianya biaya
perjalanan dinas dalam
rangka Monev P3M
Tersedianya Biaya
Pelatihan Sistim
Kewaspadaan Dini
Penyakit Campak bagi
petugas surveilans
Terlaksanannya Supervisi
dan OJT di Puskesmas
Tersedianya Biaya
Sosialisasi dan Advokasi
Program HIV/AIDS
Tersedianya Biaya
Perjalanan dinas
Koordinasi dan
Konsultasi Teknis
Program Pencegahan
dan Pemberantasan
Penyakit Menular
Pelatihan tata laksana
malaria
Indikator
Program/Kegiatan
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Target 2012-2016
2012 2013 2014 2015 2016
9.680
8.800
86
Indikator
Target 2012-2016
2012 2013 2014 2015 2016
Program/Kegiatan
87
2.Waetuno
161
364
261
Wangi3.Wangi270
Wangi
Wangi Selatan 327 236
Selatan
4.Lya
80
90
5.Kapota
24
184 121
KALEDUPA Kaledupa
6.Kaledupa
213
293 151
7.Hoga
24
32
22
8.Burangga
171
34
Kaledupa
9.Sandi
106
Selatan
144 87
10.Tampara
80
33
TOMIA
Tomia
11.Tomia
81
211 90
12.Waitii
39
19
51
13.Onemobaa
69
19
49
88
2012
Jml.
Kasus
264
525
506
170
145
364
46
205
193
113
171
90
118
285
PULAU
KECAMATAN
PUSKES
15.Kulati
BINONGKO Binongko
16.Binongko
17.Taipabu
18.Wali
Togo
Binongko
19.Popalia
WAKATOBI
DIARE
2009 2010 2011
Jml. Jml. Jml.
Kasus Kasus Kasus
85
212 127
35
12
58
42
134
26
114 77
90
160 99
2459 2171 1797
2012
Jml.
Kasus
212
93
176
103
189
3968
89
air dari mata air baik di darat maupun dilaut, untuk BAB dilakukan
di pinggir pantai atau di kebun. Hal seperti ini mereka lakukan
karena tidak ada air yang mengalir ke rumah-rumah penduduk.
Salah seorang informan menjelaskan bahwa tidak ada skala
prioritas untuk program pemberantasan penyakit menular dan
tidak menular di Kabupaten Wakatobi, namun bila dilihat trendnya,
penyakit diare menjadi salah satu icon penyakit rutin tahunan.
Ada kemajuan yang luar biasa dari kasus penyakit diare setelah
Kabupaten Wakatobi berdiri sendiri, memisah dari Kabupaten BauBau. Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Selatan sering dijumpai
kasus Diare terutama sehabis musim buah-buahan.
Menurut Pak Y (Kabid P2Promkes):
Faktor-faktor penyebab tingginya diare antara lain perilaku
kurang peduli terhadap lingkungan yang kotor dan masih
banyak masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat
...
91
92
93
94
KECAMATAN
Tomia
PNEUMONIA
2007 2008 2009 2010
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2011
3
4
41
2012
0
0
0
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia maupun di dunia serta muncul ke permukaan sebagai
penyebab utama kematian. Saat ini TB telah menjadi ancaman global
(Munir SM dkk., 2010). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis tipe
Humanus. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah
penyakit berat pada manusia dan juga penyebab terjadinya infeksi
tersering (Stanford S., 1994).
Di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2012 jumlah penderita
TB BTA+ sebanyak 118 kasus, mengalami peningkatan tahun 2013
dengan jumlah penderita BTA positif (+) sebanyak 176 orang.
Tabel berikut menunjukkan data TB di Kabupaten Wakatobi tahun
2007-2012.
95
KKECAMATAN
TB
PUSKES-MAS
Wangi-Wangi
KALEDUPA
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
35
10
31
31
19
Waetuno
19
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
17
14
30
31
31
21
Selatan
Selatan
Lya
Kaledupa
Kapota
Kaledupa
17
10
10
Waitii
Onemobaa
13
19
30
30
40
Kulati
Binongko
Taipabu
Wali
12
125
63
80
137
137
118
Hoga
Burangga
Kaledupa Selatan
Sandi
Tampara
TOMIA
13
Tomia
Tomia
12
Runduma
Tomia Timur
BINONGKO
Binongko
Togo Binongko
WAKATOBI
Usuku
Popalia
11
97
Kusta
Indonesia telah mengeliminasi kusta pada pertengahan
tahun 2000, walaupun demikian sampai saat ini penyakit kusta
masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal
ini terbukti dengan masih tingginya jumlah penderita kusta di
Indonesia yang merupakan negara ketiga dengan penderita kusta
terbanyak. Pada tahun 2013, jumlah penderita baru kusta di
Kabupaten Wakatobi sebanyak 7 orang dan yang telah keluar dari
pengobatan (RFT) yaitu penderita Kusta tipe PB sebanyak 2 orang
dan penderita Kusta tipe MB sebanyak 5 orang.
Penderita penyakit kusta di Kabupaten Wakatobi tahun
2013 cenderung menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012
sebanyak 12 orang. Hal ini disebabkan karena petugas kusta sudah
lebih aktif dalam upaya penanganan penderita baru sehingga
dapat ditangani lebih lanjut dengan tujuan akan menghentikan
angka penularan penyakit tersebut di masyarakat.
Tabel berikut cakupan penanggulangan Kusta di Kabupaten
Wakatobi.
99
100
Togo Binongko
Binongko
Tomia Timur
Tomia
Kaledupa Selatan
Kaledupa
0
1
0
0
1
0
KUSTA
2007
0
1
0
1
0
0
0
0
2008
1
2
1
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
2
1
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
0
0
0
3
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
1
0
0
0
0
0
0
10
0
2
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
1
2
0
3
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
3
0
0
0
2
4
0
5
0
0
0
0
0
0
0
2
0
2009
2010
2011
2012
2013
Pend. Pend. Pend. Pend. Pend. Pend. Pend. Pend. Pend. Pend.
PB
MB
PB
MB
PB
MB
PB
MB
PB
MB
JUMLAH
BINONGKO
TOMIA
KALEDUPA
Wangi Wangi
Selatan
Lya
Kapota
Kaledupa
Hoga
Burangga
Sandi
Tampara
Tomia
Waitii
Onemobaa
Runduma
Usuku
Kulati
Binongko
Taipabu
Wali
Popalia
Wangi-Wangi
Selatan
PUSKESMAS
Wangi Wangi
Waetuno
KECAMATAN
PULAU
Malaria
Perkembangan penyakit malaria ini dipantau melalui Annual
Parasite Incidence (API). Jumlah kasus positif malaria di Kabupaten
Wakatobi tahun 2013 sebanyak 161 kasus dengan pemeriksaan
darah tercatat ada 887. Jika dibandingkan dengan penemuan
kasus positif malaria tahun 2012 sebanyak 179 kasus dengan
pemeriksaan darah 769 kasus. Melihat data tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa kasus malaria cenderung menurun. Penemuan
kasus malaria di Kabupaten Wakatobi pada umumnya merupakan
kasus import yang berasal dari daerah endemis malaria. Petugas
malaria sudah lebih aktif dalam upaya penemuan penderita
malaria dengan melakukan surveilans imigrasi sehingga diharapkan
semua penderita malaria baik import maupun indigenous (asli)
terkonfirmasi laboratorium maupun RDT dengan tujuan dapat
101
102
Filariasis
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria
bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Di Kabupaten Wakatobi
tidak ditemukan kasus filariasis.
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
103
104
105
...kalau sekarang sudah banyak orang disini sakit stroke, garagara pola makan tidak teratur, orang bilang karena kebanyakan
makan nasi...mereka disini juga suka minum minuman manis
yang dikemasan itu... bisa dibilang setiap hari mereka minum
apalagi kalau kerja... disini juga masyarakat sering minum
minuman keras apalagi kalau ada joget ....
Hipertensi
Definisi hipertensi tidak berubah s esuai dengan umur: tekan
an darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/atau tekanan darah diasto
lik (TDD) > 90 mmHg. The joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC
VI) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines
subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk
klasifikasi hipertensi (Kuswardhani, 2006).
Prevalensi hipertensi hasil riskesdas tahun 2007 dan 2013 di
Kabupaten Wakatobi menunjukkan trend yang menurun (36,62%
ke 18,39%), sebaliknya kejadian hipertensi dari data fasilitas
106
107
108
Bab 7
Akses Sanitasi
109
2007 untuk akses air bersih didapatkan nilai 59,97 tetapi pada
tahun 2013 apabila mempergunakan rumus 2013 maka didapat
nilai 53,94 yang merupakan penurunan nilai. Hal ini disebabkan
dalam perhitungannya mempergunakan 30 indikator bukan 24
indikator seperti rumus 2007. Tetapi apabila dihitung dengan
mempergunakan rumus 2007, nilai yang didapat pada tahun 2013
adalah 99,19 yang merupakan sebuah peningkatan.
Sementara itu untuk akses sanitasi ada peningkatan dimana
pada tahun 2007, dengan mempergunakan rumus 2007 didapat
nilai 43,46. Pada IPKM 2013 dengan mempergunakan rumus
2013 didapatkan nilai 66,85. Perbandingan nilai IPKM kelompok
indikator kesehatan lingkungan dapat dilihat di tabel 7.1.
Tabel 7.1 Perbandingan Nilai Kelompok Indikator
KesehatanLingkungan pada IPKM 2007 dengan IPKM
2013.
Indikator IPKM 2007
Indikator
Akses air bersih
Akses sanitasi
Kabupaten/Kota
Buton
Muna
Konawe
Konawe selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka
Kolaka Utara
Kendari
Baubau
Akses
Akses air
Peringkat
Peringkat
Sanitasi
bersih
37,78
6
32,55
9
19,84
10
1,62
10
23,55
8
50,61
6
20,71
9
33,06
8
26,87
7
43,10
7
43,46
3
59,97
5
41,47
4
63,64
4
38,43
5
79,93
2
63, 27
1
81,08
1
57,35
2
76,25
3
111
Kabupaten/Kota
Buton
Muna
Konawe
Konawe Selatan
Konawe Utara
Bombana
Wakatobi
Kolaka
Kolaka Utara
Buton Utara
Kendari
Baubau
Akses
Sanitasi
57,21
37,28
66,56
42,94
58,70
46,09
66,85
63,89
62,35
50,26
76,92
59,26
Peringkat
8
12
3
11
7
10
2
4
5
9
1
6
Akses air
Peringkat
bersih
72,84
3
23,83
12
52,13
9
26,75
11
52,36
8
64,65
4
53,94
6
53,70
7
80,35
1
33,66
10
64,00
5
73,34
2
112
113
114
AKSES SANITASI
Pada awal pemekaran Kabupaten Wakatobi dari Kabupaten
Buton, sanitasi dalam hal ini adalah kepemilikan jamban rumah
tangga merupakan masalah. Pada waktu itu sedikit sekali rumah
tangga yang memiliki jamban, hal ini disebabkan masih kurangnya
warga yang memiliki akses air bersih yang masuk ke tempat
tinggal masing-masing. Jadi pada waktu itu banyak warga yang
melakukan buang air besar (BAB) di sembarang tempat seperti
di laut apabila warga tinggal di wilayah pesisir dan di kebun
1 Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Wakatobi, Pokja Sanitasi Kabupaten
Wakatobi 2013. Hal.1
115
117
6.
7.
8.
9.
Cukup penerangan.
Lantai kedap air.
Ventilasi cukup baik.
Tersedia air dan alat pembersih.
Dari hasil pengamatan di lapangan masih ada jambanjamban warga yang belum memenuhi syarat jamban sehat.
Selain itu, menurut keterangan narasumber muncul masalah pen
cemaran limbah dari septic tank pada sumber air milik warga. Hal
ini disebabkan ketidaktahuan warga mengenai jarak yang aman
antara septic tank dengan sumber air warga.
...sebelum ada jamban tidak ditemukan adanya pencemaran
air sumur. Tetapi setelah ada jamban dan pembangunan septic
tank ada keluhan dari warga karena ada pencemaran pada air
sumur. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui
jarak yang aman antara sumber air dengan septic tank. Selain
itu seperti di wilayah Wangi-Wangi masih banyak septic tank
yang menggunakan sistem gali tutup. Pada sistem ini akan
rentan pencemaran, karena mayoritas wilayah di Wakatobi
ini tidak memiliki sumber mata air dari kali/sungai, yang ada
adalah sumber air yang berasal dari hujan yang tertampung
di dalam bumi. Jadi apabila tidak dipikirkan sistem septic tank
yang baik maka kemungkinan besar akan terjadi pencemaran
air untuk konsumsi karena kotoran manusia.
(Wawancara dengan Bpk. KN, Ka. Dinas)
118
119
120
Tabel 7.4 Sumber air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum/
PDAM Kabupaten Wakatobi.
No
Sumber Air
Wa Gehe-Gehe
Tee Bete
3
Longa
Sub Total
4
Tee Liya
5
Huu
Pulau
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
6
7
Kampa (Kapota)
Betambawi
(Kapota)
Sub Total
8
Lenteaoge
9
Palea
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
Kaledupa
25
5
Kaledupa
15
Sub Total
10
Heulu (Kahianga) Tomia
Sub Total
11
Popalia
Sub Total
Total
Kapasitas
Air (Liter/ Daerah Pelayanan
detik)
Wanci dan
15
Mandati
Numana dan
10
Mola
5
Longa
30
5
Liya
Bandara,
10
Matahora dan
Melai One
5
Kampa
Kollowowa
Lenteaoge
Ambeua dan
sekitarnya
20
10
Tomia dan
sekitarnya
10
Binongko
10
Binongko dan
sekitarnya
10
95
121
Wakatobi dapat dilihat di Tabel 7.5 berikut. Dari tabel ini dapat
kita lihat bahwa mayoritas warga di Wakatobi menggunakan air
yang berasal dari pengelolaan PDAM.
Tabel 7.5 Jumlah dan Jenis Sarana Air Bersih di Wilayah Kabupaten
Wakatobi.
Thn
2007
2008
2009
2010
2011
2012
JumJumlah
lah KK KK
diperiksa
26.527 17.928
24.369 12.917
23.487 12.681
29.391 29.381
27.778 20.659
29.496 28.741
1
0
0
0
0
0
2.176
4.362
4.320
1.689
2.456
4.939
1.087
3.094
2.777
658
1.521
3.211
Total
Kemasan
0
0
4
15
0
0
Lainnya
6
6
26
15
22
22
3.274
12.183
13.620
7.449
9.520
22.316
Keterangan:
1. SPT : Sumur pompa tangan
2. SGL : Sumur gali
3. PAH : Penampungan air hujan
4. Lainnya : Perlindungan mata air
122
123
Gambar 7.2 Guci tanah liat untuk penampungan air hujan yang
digunakan warga di Desa Popalia, Kecamatan Togo Binongko Pulau
Binongko.
(Dokumentasi; Peneliti)
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
BAB 8
INOVASI PEMENUHAN
PELAYANAN KESEHATAN
139
Sub indikator
Pengembangan IPKM
2007 2013
2013
Persalinan
41,1 90,9 persalinan
43,9
oleh tenaga
oleh tenaga
kesehatan
kesehatan
di fasilitas
kesehatan
Rasio jumlah 0,4
1,4
proporsi
12,5
dokter dengan
kecamatan
jumlah
dengan
puskesmas
kecukupan
jumlah dokter
per penduduk
4,0
proporsi
desa dengan
kecukupan
jumlah
posyandu per
desa
1,1
proporsi
41
Rasio jumlah 0,5
desa dengan
bidan dengan
jumlah desa
kecukupan
jumlah bidan
99,4
kepemilikan
jaminan
pelayanan
kesehatan
Sub indikator IPKM
Perubahan*
Naik
Naik
Naik
140
141
143
144
145
146
147
148
149
150
151
Pelaksanaan Program
Kemitraan dukun dan bidan sebagai upaya meningkatkan
persalinan di tenaga kesehatan
Penolong persalinan memegang peran penting dalam ke
lancaran proses persalinan. Pemerintah menganjurkan agar
masyarakat melahirkan dengan ditolong oleh petugas kesehatan
di fasilitas kesehatan. Namun kenyataannya, peran dukun sebagai
penolong persalinan masih marak terjadi yang sering kali sulit
dielakkan. Tidak hanya di Kabupaten Wakatobi tetapi juga di
berbagai daerah di Indonesia. Beberapa daerah pun mengalami
kendala bagaimana mengurangi jumlah kelahiran yang ditolong
oleh tenaga tradisional tetapi tidak demikian yang terjadi di
Wakatobi. Jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan
meningkat dalam beberapa tahun.
153
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
Puskesmas Poskesdes
Polindes
Posyandu
2007 2013 2007 2013 2007 2013 2007 2013
2
2
8
14
4
2
26
31
2
3
4
13
5
5
19
24
Kecamatan
RSUD
1
2
Wangi-Wangi
Wangi-Wangi
0
1
3
4
Selatan
Kaledupa
Kaledupa
0
0
1
1
3
2
5
4
11
7
1
1
0
1
19
12
19
13
5
6
7
8
Selatan
Tomia
Tomia Timur
Binongko
Togo
0
0
0
0
1
1
2
1
3
2
3
1
1
4
5
1
7
9
7
2
1
1
1
1
0
1
1
1
17
24
26
11
21
19
13
11
Binongko
Total
11
19
32
70
15
11
154
153
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab Wakatobi Tahun 2007 dan 2013
165
166
167
169
Selain itu juga ada dana Block Grant yang berlaku dari Kemen
terian Dalam Negeri.
Block Grant dana dari Pusat dari Kemendagri untuk insentif
bidan desa sebesar 150 ribu/bulan. Hingga saat ini masih
berlangsung. (NM, Kepala Puskesmas Togo Binongko)
170
171
172
22,500
Jasa
pelayanan
70% (Rp.)
52,500
22,500
52,500
75,000
22,500
6,000
52,500
14,000
75,000
20,000
Total biaya
75,000
173
Persalinan normal
ANC atau PNC
Jasa Pelayanan Farmasi
Per resep (obat jadi)
Per resep (obat
racikan)
Ambulans Darat(BBM)
Dalam kota
Luar kota
50,000
6,000
450,000
14,000
500,000
20,000
1,000
3,000
1,000
3,000
56,000
70,000
44,000
55,000
100,000
125,000
Sumber: Perda No.2 Tahun 2013 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Pusat
Kesehatan Masyarakat
174
KESIMPULAN
KEBIJAKAN PROGRAM
1. Rekruitmen tenaga penunjang kesehatan/honorer dari
tingkat SMA - S1 SK Bupati
- Jumlah seluruh tenaga: 260 orang
- Honor: SMA 400ribu, D3 450ribu, S1 500ribu.
- Penempatan di: poskesdes, polindes, atau Puskesmas
- Tugas: sebagai cleaning service atau administrasi
sesuai tingkat pendidikannya
2. Menerima tenaga volunteer/sukarela dari D3- S1kebijakan
pimpinan puskesmas (kepala dinas mengetahui)
3. Sweeping penimbangan, sweeping imunisasi kebijakan/
dukungan pimpinan puskesmas
4. Pemberian reward UNTUK balita yang lulus imunisasi
kebijakan/dukungan pimpinan puskesmas
5. Posyandu bertema ulangtahun kebijakan/dukungan pim
pinan puskesmas
6. Program posyandu di Desa Popaliya Kec. Togo Binongko akan
diadopsi sebagai model kegiatan posyandu di tingkat Provinsi
Sulawesi Tenggara
7. Percepatan pembangunan sanitasi pemukiman SK Bupati
No. 462 tahun 2008, keluarnya tanggal 1 Agustus 2012 tentang
pembentukan tim koordinasi/pengarah dan pelaksana sanitasi
Kabupaten Wakatobi. SK diperbaharui: Nomor 292 Tahun 2013
Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten
Wakatobi Tahun 2013.
175
176
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Program Peningkatan
Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
Program Optimalisasi Perencanaan
dan Penganggaran SKPD
Program Obat dan Perbekalan
Kesehatan
Program UKM
Program POM
Program Promkes dan
Pemberdayaan Masyarakat
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Pengembangan Lingkungan
Sehat
Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular
Program Kemitraan Pelayanan
Kesehatan
Program Peningkatan Keselamatan
Ibu Melahirkan dan Anak
TOTAL
3.492.000
20.093.000
1.741.570.050
:
:
:
86.190.000
14.940.000
70.000.000
:
:
223.750.000
35.000.000
283.930.000
122.520.000
49.500.000
8.237.326.610
3. Sumber dana:
- APBD II
- BOK (untuk operasional =transport), pesan Ka. Pkm.
JANGAN DISTOP, LANJUTKAN!
- DAK (untuk pengadaan pembangunan infrastruktur
kesehatan, belanja bahan, obat)
- DAU (belanja pegawai, belanja langsung, belanja barang
dan jasa, penyediaan jasa administrasi keuangan, honorium
PNS)
Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi
177
178
air bersih, program pemasangan pipa air bersih ke rumahrumah secara gratis.
6. Motivasi dari kepala dinas dengan semboyan 4 as : bekerja
dengan cerdas, tuntas, ikhlas,
2007
11
154
15
2013
19
134
12
Poskesdes
32
70
Dokter
Dokter gigi
9
0
13
2
179
Bidan
Perawat
Farmasi
Kesmas
Kesling
Gizi
180
167
13
28
29
19
97
217
34
70
35
21
DAFTAR PUSTAKA
181
Dinas
182
183
Index
A
Acute Respiratory Infection - 104
administrasi - 9-10, 50, 175-177
administratif -33
agent - 77
akses - 3, 9, 37-39, 41, 77, 109113, 115, 119, 122-123, 128, 135,
151, 156, 167-168, 170
alergi - 106
alkes - 172
alluvial - 29
alokasi - 16, 132, 134, 136
alternatif - 170
alveoli - 94, 104
ambulans - 170-171, 174
AMH - 13
analisis - 6, 115
anggaran - 6, 16, 22-25, 49, 71-72,
83-87, 103, 135-136, 146, 162163, 168-169, 176
Annual Parasite Incidence - 101
apatis - 67
APBD - 22-25, 49, 131, 135-136,
162-163, 168, 177-178
APBN - 24, 178
API - 101
APS - 14
arisan - 51-52, 168
ASI - 66, 69-70
asisten - 129
Askes - 157
asma - 38-39, 41
B
BAB - 90, 93, 115-117, 139
back to nature - 36
baggy pant - 67
bahari - 9, 36
bahteramas - 157
balita - 2-3, 6, 21, 37-39, 41, 43,
45-54, 56-66, 68-71, 73, 75, 7982, 103-104, 106-107, 142, 149,
160, 168, 170, 175-176, 181
bantuan - 49, 72, 143, 169
Bapeda - 23
Bappeda - 72, 129-130, 144, 163,
182
BBM - 35, 174
BCG - 42, 64-65
bekas - 103
benih - 35
bentor - 170
bermasalah kesehatan - 4, 45, 182
berobat - 97, 101, 145, 157, 164
bertahan - 49
BGM - 66-68
bibit - 73-74
185
186
formal - 5, 14
frekuensi - 30, 87
G
galon aqua - 125
gangguan - 3, 37, 39, 41, 94, 105
gedung - 50, 72-73, 168-169, 179
gelombang - 30, 35
geografi - 7, 26
geografis - 8, 43, 87, 162, v
geologi - 29
gigi - 3, 37-42, 179
gizi - 2, 21-24, 37, 39, 41, 45-49,
51, 59-60, 62, 66, 68-70, 73-74,
76-77, 91, 142, 159, 177, 179-180,
183
gizi buruk - 2, 21-22, 37, 39, 41,
46-48, 51, 66, 68-69
goa-goa - 36
gratis - 123, 143, 145, 151, 157158, 163, 178-179
ground water - 119
grumosol - 29
guci - 124
gugusan - 1, 7
H
hadiah - 63, 150
hepatitis - 78
hiperglikemia - 107
hipertensi - 3, 37, 39, 41, 104-107,
182
hipotrofi - 67
historis - 33
187
holtikultura - 73
honor - 49, 161-162, 175
honorer - 50-51, 161-162, 175
hortikultura - 30-31
host - 77
hukuman - 64-65
Human Immunodeficiency Virus98
humanus - 95
hutan - 30, 32-34
I
ibu hamil - 51, 143, 156, 160, 170
ice gel - 171
icon - 90
iklim - 7, 29, 181
ilmu - 33, 52, 145, 155, 162, iii
import - 101
imunisasi - 2, 4, 37, 39-43, 46-48,
59, 61-65, 142, 149, 175, 179
imunologi - 94
inang - 77
indeks - 1, 4, 16, 18, 37-38, 43, 78,
109, 140-141, 153, 182, iv
indikator - 1-6, 18, 20-21, 37-43,
46-48, 79, 82-86, 104, 109-112,
139-142
individu - 27, 132, 147
infeksi - 67, 78-80, 94-95, 98, 104105, 181, 183
informan - 5-6, 27, 53, 62, 69, 87,
90, 93, 102, 104-107, 155
188
juru - 61, 85
justifikasi - 43, 109
kabupaten - 1, 4-5, 7-25, 27,
29-36, 38-46, 48-50, 52, 54-55,
59-61, 67-74, 76, 78-82, 87-90,
94-103, 105-106, 110-118, 120122, 126-131, 134-135, 140-146,
152, 157-159, 161-163, 165, 167,
171-173, 175, 181-182
kader - 5, 23, 51, 55-62, 72, 75-76,
92, 103, 169, 178
Kadinkes - 27, 144, 146-149, 151,
178
kambing - 31, 105
kamera - 6
kampanye - 135
kanker - 105
kapal - 9, 26, 30, 90, 163, 174
kapasitas - 16, 120-121, 176
kardiovaskular - 105
karst - 119-120
kasus - 6, 21-22, 43, 68, 70, 80,
82, 84, 87-91, 93-98, 101-103,
105, 109
kawasan - 7, 20, 30, 32-34, 36,
133-134
KB - 13, 72, 91, 129-130, 169
Kebidanan - 173
kebijakan -5, 22, 49-50, 52, 59,
62-63, 71, 114, 125-128, 142-145,
149, 161, 163-164, 168, 175-176
kebun - 90, 93, 115, 133
kebutuhan - 22, 30-31, 73, 120,
124, 172
kecamatan - 3, 9-13, 19, 31, 3334, 37-39, 41, 44, 52, 87-90, 94,
123-125, 132-133, 136, 139-140,
144, 165, 167-168, 179
kecukupan -3, 37-42, 139-141
kedap air - 117-118
kegiatan - 12, 22-24, 26-27, 32,
34, 36, 43, 50-51, 55-61, 63, 7172, 74-76, 83-87, 97, 112-115,
118-119, 123, 125, 127-128, 131137, 149, 167-169, 172, 175-176,
178
kehamilan - 2, 37-39, 42, 149, 155
kehidupan - 18, 20, 36, 45, 126
KEK - 37-38, 40, 42
kelambu - 102-103
kelamin - 11
kelautan - 7, 9, 34, 36
kemampuan - 16, 27, 75, 172
kemasan - 108, 123, 125
kematian - 21, 77, 95, 144, 158,
168
kemiskinan - 4, 46, 77-78, 183
kemitraan - 145, 152-153, 176177, 179
kenaikan - 4, 40, 43, 48, 60, 64-66,
97, 109, 111
KEP - 66
kepadatan - 11
kepentingan - 30
kepercayaan - 153, 176
kepulauan - 1, 19, 26, 33-36, 43,
49, 87, 110, 144, 174
keramba - 34
189
keriput - 66
kesehatan - 1-6, 21-27, 37-43, 4547, 49-56, 58-61, 67-75, 78, 8083, 86-87, 89, 91-100, 102-103,
109-110, 112-114, 116, 118-119,
125-128, 130-133, 136-137, 139179, 181-182
kesejahteraan - 1, 12, 18, 126, 145
kesenjangan - 4, 133
kesimpulan - 6, 175
kesling - 43, 180
kesmas - 180
kesuburan - 29
ketersediaan - 20, 35, 43, 128,
135, 143, 172
khatulistiwa - 7
KIA - 42, 51-52, 91
kimia - 94, 125
kinerja - 20, 27, 49, 72, 75, 134,
142, 147, 177
KLB - 83, 90
klimatologi - 29
KMS - 66
kompetensi - 6
komposisi - 15
komposit - 43
Komunal - 132
komunikasi - 15, 130, 148, 167
komunitas - 90
kondisi - 4, 9, 12, 20, 31, 48, 66,
73, 78, 82, 92-93, 115-116, 118,
127, 143, 170
konsumsi - 31, 39, 41, 74, 90, 98,
118, 123-125, 137
190
kontaminasi - 90
kontrak - 163
kontrasepsi - 2, 37-39, 41
kontrol - 70, 89, 132, 160
kotoran - 118, 137
kriteria - 2
kualitas - 18, 54, 123, 126, 137,
143, 167
kualitatif - 4-6, 43, 142, iv
kuantitas - 54, 142
kuantitatif - 5-6
kulit - 66-67, 77, 89, 116
kunjungan - 2, 37-39, 41, 46, 55,
64-66, 142
kurus - 38-39, 41, 46-47, 66
kusta - 84-85, 99-101, 103
kwashiorkor - 66-67
laboratorium - 101
lahan - 30-32, 134
laki-laki - 11, 15, 56
landai - 117
latosol - 29
laut - 1, 7, 9-10, 32-36, 90, 93,
107, 115, 117, 126, 137, 174
leadership - 144
leher angsa - 109, 116
lembaga - 6, 113, 130, 168-169,
178
limbah - 113, 116, 118-119, 128,
131-132, 136-137, 178
lindung - 30, 32
lingkungan - 3, 6, 37-38, 43, 8990, 94, 97, 103-104, 109-110,
191
192
pengalengan - 35
pengamatan - 5, 118, 172, 182
pengawasan - 27, 70, 127, 178
pengelolaan - 32, 34, 36, 113-114,
122-123, 126-128, 131-136, 178
pengembangan - 2, 30-32, 34-36,
38-41, 109-110, 140-141, 167,
177, 182
pengetahuan - 6, 33, 53, 66, 97,
116
penggerak PKK - 76
penimbangan - 2, 37, 39, 41, 4648, 57-62, 65-66, 75, 175
peningkatan - 1, 4, 6, 13, 16-18,
22-23, 27, 45, 49, 54, 59, 63, 70,
79, 95, 107, 110, 122, 128, 131,
133-135, 139, 142-143, 152-153,
155-156, 159, 166-167, 176-177,
179
penunjang - 49-53, 97, 145, 159162, 165, 175
penurunan - 15, 17, 20-21, 25, 48,
54, 60, 78, 98, 109-111
penyakit - 3, 6, 37-38, 43, 67, 70,
77-83, 85, 87, 90-96, 98-99, 101108, 137, 139, 143, 156, 177, 181183
penyakit tidak menular - 3, 6, 3738, 43, 77, 104-106, 182
penyuluhan - 26, 50-53, 57, 7071, 74-76, 86, 91-93, 102-103,
131-132, 145, 160-161, 171, 179
perairan - 32-34
193
peternakan - 31-32
petugas - 26, 49-53, 58-62, 70, 75,
83, 85, 91, 93, 96-99, 101-102,
114, 132, 143, 146, 148, 151-152,
154-155, 159-162, 167, 170, 178179
PHBS - 23, 86, 89, 94, 116, 128,
131
PHLN - 24
pilar - 1
PKK - 51-52, 71-72, 76, 91, 130,
167-169
plengsengan - 116
plus - 103, 153
PMT-PASI - 69
PMT-pemulihan - 69
pneumonia - 3, 37, 39, 41, 78-82,
84, 87, 94-95, 181
PNPM Mandiri - 73, 125
Podes - 2
podsolik - 29
pokja - 115, 117, 127-131, 135,
169, 179, 181
polindes - 144, 165-166, 173, 175,
179
polio - 42
pompa air - 93
populasi - 94
positif - 40, 47-48, 50, 71, 95, 97,
101, 143, 147, 153, 168, 170
poskesdes - 142, 144-145, 160,
165-166, 173, 175, 179
posyandu - 3, 23, 37-38, 40, 4243, 51, 53-66, 71-73, 75-76, 92,
194
195
196
197