Anda di halaman 1dari 2

Tugas Reading Comments & Question

Mata Kuliah Pembangunan Politik dan Studi Demokratisasi


An Nisa Tri Astuti
1306459423
Bahan Bacaan : Blaug, Ricardo and John Schwarzmantel. 2001. Democracy: A
Reader, Part 2. Edinburg : Edinburg University Press. (Section 1 Freedom and
Autonomy)
Dalam bukunya Democracy: A Reader, bagian 2, Blaug dan Schwartzmantel
berusaha mengelaborasikan prinsip-prinsip demokrasi dengan menyebutkan dan
menjelaskannya dalam tataran filosofisdari berbagai perspektif seperti Rousseau,
Kant, Bakunin, De Tocqueville, dll. Dalam section 1 pada bagian kedua ini, Blaug
akan mengelaborasikan salah satu prinsip demokrasi yaitu mengenai kebebasan
dan otonomi. Dalam penjelasannya, Blaug mengacu pada beberapa gagasangagasan pokok dari kebebasan dan otonomiyaitu mengenai kontrak sosial, konsep
otonomi Kant, konsep kebebasan Berlin, dan relasi antara konsep otonomi dan
deliberasi moral oleh Wolff.
Elaborasi mengenai prinsip kebebasan dan otonomi dimulai oleh Blaug
dengan penjelasan mengenai teori kontrak sosial Rousseauyaitu bagaimana
kontrak sosial yang merupakan representasi kepentingan publik dapat memiliki
tendensi untuk menghilangkan kebebasan alamiah manusia untuk melakukan apa
yang dia mau, dan menggantinya dengan kebebasan sipil yang diikat dengan
sepaket aturan yang telah disepakati.
Setelah mengelaborasikan mengenai
bagaimana kontrak sosial telah mengonstruksikan adanya kebebasan sipil, Blaug
dan Schwarzmantel berusahan memperdalam penjelasan mengeni konsepsi
otonomi diri dan kaitannya dengan keberadaan negara sipildengan menggunakan
konsep otonomi Kant sebagai acuan. Kant Kant berusaha menjelaskan mengenai
otonomi diri dan kesetaraan atas aksesdan kesetaraan di bawah hukum. Kant
menyebutkan bahwa terdapat 3 prinsip dalam negara sipilyaitu kebebasan setiap
anggota masyarakat sebagai manusia, kesetaraan tiap-tiap individu di depan
hukum yang berlaku, dan kemerdekaan tiap-tiap individu dalam masyarakat
sebagai warga negara.
Sementara penjelasan Rousseau dan Kant berusaha mengejawantahkan
konsep kebebasan dan otonomi dalam kerangka acuan kehidupan berbangasa dan
bernegara, maka Isaiah Berlin menjelaskannya dalam dua konsep kebebasanyaitu
kebebasan positif dan kebebasan negatif. Berlin mengontraskan kedua kutub
kebebasan ini, yaitu freedom to atau kebebasan positif, dan freedom from atau
kebebasan dari. Kutub pertama berarti otonomi diri berdasar rasionalitas, dan kutub
kedua merupakan kondisi tidak adanya tekanan dari luar otonomi diri kita atas
individu kita sendiri. Menurut saya, Berlin mengimplikasikan pada esainya
mengenai kondisi ideal kebebasandi mana Berlin menekankan untuk berhati-hati
terhadap kebebasan positif. Hal ini didasarkan pada pengertian Kant mengenai

kebebasan dan otonomibahwa kondisi yang muncul atas keberadaan kebebasan


positif adalah banyak individu atau kelompok yang merasa superior terhadap
pihak eksternal di luar dirinyakarena memiliki pemikiran yang menurutnya lebih
rasional dibanding individu/kelompok lain diluar otonominya. Kondisi ini
memunculkan tindakan aktif dan akan melanggar kebebasan negartif orang lain
untuk bebas dari otonomi pihak eksternal terhadap dirinya. Maka dari itu, Berlin
secara pribadi menganggap konsep kebebasan negatif sebagai kondisi paling ideal
di mana tidak ada intervensi dari pihak eksternal berupa hambatan, paksaan,
atau pengaturan dari luar, serta tidak ada tendensi untuk mengganggu kebebasan
individu lainnya. Hal ini tentunya berkatan erat dengan konsep deliberasi moral
Wolffyang berpendapat bahwa setiap individu bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya. Kebebasan individu untuk memilih berimplikasi pada adanya
tanggung jawab yang terbentuk dari adanya konstruksi moral pada individu
tersebutyang oleh perspektif Kantian didefinisikan sebagai otonom.
Berdasarkan elaborasi Blaug dan Schwarzmantel mengenai kebebasan dan
otonomiterdapat beberapa kondisi yang belum dijelaskan secara elaboratif dan
memunculkan pertanyaan. Pertama, Menurut pendapat saya, adanya kebebasan
dan otonomi tentunya tidak serta merta mengonstruksikan perasaan bertanggung
jawabsebagaimana konsep deliberasi moral Wolff. Karena jika faktor utama yang
membentuk perasaan bertanggung jawab sebagai implikasi dari adanya
kebebasan untuk memilih tersebut adalah konstruksi moral dalam individu subjek
maka dapat dikatakan faktor ini tidak dapat diukur secara pasti pada setiap individu
yang menjadi subjek. Konstruksi mengenai moralitas seorang individu tidak
terbentuk secara by naturenamun cenderung by nurture. Sehingga, bagaimana
sebenarnya konsep kebebasan dan otonomi diri jika bukan hanya dilihat dari
keberadaannya yang membentuk perilaku individunamun juga
dilihat dari
perspektif proses konstruksi akan moralitas dari individu yang akan membentuk
kerangka acuannya sendiri mengenai kebebasan dan otonomi diri?

Anda mungkin juga menyukai