Anda di halaman 1dari 21

PERMASALAHAN ASET

TETAP DAN SOLUSINYA


DALAM PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH

Disusun Oleh :
Dra. Sri Wiwik Hidayati
NIP. 19630307 200212 2 003

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Sejak terbitnya PP No. 24 tahun 2005, setiap unit pelaporan


pada instansi pemerintah wajib untuk menyusun neraca sebagai
bagian dari laporan keuangan pemerintah. Pengakuan/pencatatan,
pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan aset
tetap menjadi focus utama karena aset tetap memiliki nilai yang
sangat signifikan dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Pemahaman tentang aset tetap, permasalahan dan solusinya
menjadi hal yang sangat penting bagi penyusun laporan, karena
dengan pemahaman yang memadai tentang hal tersebut
diharapkan laporan keuangan akan menjadi lebih berkualitas
dengan opini wajar tanpa pengecualian.

B. PERUMUSAN MASALAH
solusi dan strategi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi
permasalahan aset tetap khususnya dalam hal pengambilan
kebijakan akuntansi dan peraturan daerah dalam rangka
penerapan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan
Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang SAP Standar Akuntansi
Pemerintah?
C. TUJUAN PENULISAN
memformulasikan solusi dan strategi dalam pengambilan kebijakan
akuntansi dan peraturan daerah yang telah disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun
2010 tentang SAP Standar Akuntansi Pemerintah untuk mengatasi
permasalahan aset.

D. METODE PENELITIAN

Penulis menggunakan dua jenis data :


1. Data Primer
2. Data sekunder

E. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV

PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
PENUTUP

BAB II
RUMUSAN MASALAH

A. GAMBARAN KONDISI YANG DIINGINKAN


Dapat memperbaiki/meningkatkan opini hasil pemeriksaan BPK
RI terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu menjadi Wajar
Tanpa Pengecualian
B. GAMBARAN KONDISI YANG SEBENARNYA
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu tahun 2008- 2010 oleh
Badan Pemeriksa Keuangan dinyatakan disclaimer/tidak memberikan
pendapat apapun dengan beberapa faktor antara lain:

Database Pemerintah
kebenarannya.

Kota

Batu

belum

dapat

diakui

Tanah Kas Desa masuk dalam Buku Induk Inventaris Pemerintah


Kota Batu.

Belum adanya peraturan daerah/Walikota tentang Kebijakan


Akuntansi Pemerintah.

Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu tahun 2011-2013


memperoleh peningkatan opini menjadi Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), dengan beberapa faktor antara lain :

Belum diterapkannya kebijakan akuntansi pemerintah yang


ada.

Belum terdatanya dengan baik tanah-tanah jalan milik


Pemerintah Kota Batu.

Belum adanya Surat Keputusan (SK) Pengguna BMD kepada


seluruh SKPD yang diterbitkan oleh Pengelola Barang melalui
BPKAD Kota Batu.

Belum adanya produk hukum yang mengatur tentang Pengelolaan


Aset berbasis akrual khususnya dalam penerapan dan pelaksanaan
Akuntansi Penyusutan terhadap BMD.

C. RUMUSAN PERMASALAHAN
Dalam pelaksanaan Penatausahaan BMD, Bidang Aset
sering mengalami hambatan khususnya dalam hal pembaruan
dan penerapan kebijakan akuntansi. Berikut penulis rangkum
beberapa permasalahan dan hambatan yang ada :
Permasalahan pertama:
bagaimana menentukan komponen biaya penunjang yang dapat
dikapitalisasi sebagai nilai aset tetap ?.Apakah honorarium
panitia pelaksana kegiatan, honorarium panitia pengadaan,
dan honorarium panitia pemeriksa, serta biaya lain yang
sifatnya menunjang pelaksanaan pengadaan dan/atau
pembangunan asset tetap, dapat dikapitalisasi?.

Permasalahan kedua:
apakah asset tetap yang dikuasai secara fisik namun bukti
kepemilikannya tidak ada dapat diakui sebagai aset tetap milik
pemerintah, dan sebaliknya ?.

Permasalahan ketiga:
bagaimana menentukan klasifikasi suatu asset tetap yang
lokasinya melekat pada aset tetap lain ?.

Permasalahan keempat:
bagaimana menentukan nilai perolehan awal, apabila dalam
perolehan aset tetap tersebut biaya penunjangnya tidak hanya
untuk aset tetap yang bersangkutan.

Permasalahan kelima:
bagaimana menentukan biaya pemeliharaan yang dapat
dikapitalisasi dalam nilai asset tetap.

Permasalahan keenam:
bagaimana penyajian dan pengungkapan aset tetap yang
pengadaan/pembangunannya diperuntukkan bagi pihak lain?

Permasalahan ketujuh:
bagaimana pengakuan dan penyajian serta pengungkapan
biaya pemeliharaan untuk penggantian atas kerusakan
yang diakibatkan dari suatu asset tetap milik pihak lain?

BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
A. ANALISIS PERMASALAHAN

Penulis menggunakan metode analisis 5W+1H :


What (apa penanggulangannya?)
Why (mengapa ditanggulangi?)
Where (dimana penanggulangannya?)
When (kapan penanggulangannya?)
Who (oleh siapa penanggulangannya?)
How (bagaimana penanggulangannya?)

B.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Dari permasalahan pada Bab II huruf C, penulis
mengemukakan beberapa alternatif pemecahan dan
pembahasan :
* Permasalahan pertama :
Bagaimana menentukan komponen biaya penunjang yang
dapat dikapitalisasi sebagai nilai aset
tetap ?.Apakah
honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium panitia
pengadaan, dan honorarium panitia pemeriksa, serta biaya
lain yang sifatnya menunjang pelaksanaan pengadaan
dan/atau pembangunan asset tetap, dapat dikapitalisasi?.
Pemecahan :
PSAP07 Paragraf 22 menyatakan bahwa aset tetap dinilai
dengan biaya perolehan. Apabila penilaian asset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Selanjutnya, dalam PSAP07 paragraf 5 dinyatakan bahwa
biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas

yang telah dan yang masih wajib dibayarkan atau nilai wajar
imbalan lain yang telah dan yang masih wajib diberikan untuk
memperoleh suatu asset pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dipergunakan. Artinya, biaya utama maupun biaya
penunjang yang diperlukan sampai asset tetap siap digunakan
dapat dikapitalisasi sebagai biaya perolehan.
Kesimpulan : honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium
panitia pengadaan, dan honorarium panitia pemeriksa, serta
biaya lain yang sifatnya menunjang pelaksanaan pengadaan
dan/atau pembangunan asset tetap, dapat dikapitalisasi.
* Permasalahan kedua :
Apakah asset tetap yang dikuasai secara fisik namun bukti
kepemilikannya tidak ada dapat diakui sebagai aset tetap milik
pemerintah, dan sebaliknya ?.

Pemecahan :
Permasalahan ini pada umumnya terkait dengan tanah. Dalam
Buletin Teknis No.9, dijelaskan perlakuan masalah tersebut dan
perluasannya sebagai berikut:
a. Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang
sah,
namun dikuasai dan/atau digunakan oleh
pemerintah, maka
tanah tersebut tetap harus dicatat
dan disajikan sebagai aset
tetap tanah pada neraca
pemerintah, serta diungkapkan
secara memadai
dalam Catatan Atas LaporanKeuangan.
b. Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai
dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka
tanah
tersebut tetap harus dicatat dan disajikan
sebagai aset tetap
tanah pada neraca pemerintah, serta
diungkapkan secara
memadai dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan, bahwa
tanah tersebut dikuasai
atau digunakan oleh pihak lain.

* Permasalahan ketiga :
bagaimana menentukan klasifikasi suatu asset tetap yang
lokasinya melekat pada aset tetap lain ?.
Pemecahan :
Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri dari komponen
bangunan fisik, komponen penunjang utama, dan komponen
penunjang lain .Masing-masing komponen mempunyai masa
manfaat yang berbeda, sehingga umur penyusutannya berbeda,
serta memerlukan pola pemeliharaan yang berbeda pula.
Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan menyebabkan
diperlukannya sub-akun pencatatan yang berbeda untuk masingmasing komponen gedung bertingkat, misalnya menjadi sebagai
berikut :

Gedung :
Bangunan Fisik
Taman, Jalan, Tempat Parkir dan Pagar
Instalasi AC
Instalasi Listrik dan Generator
Lift
* Permasalahan keempat :
Bagaimana menentukan nilai perolehan awal, apabila dalam
perolehan aset tetap tersebut biaya penunjangnya tidak hanya
untuk aset tetap yang bersangkutan.
Pemecahan :
Biaya penunjang
tertimbang.

tersebut

dialokasikan

dengan

rata-rata

Contoh :
Pada tanggal 20 April 20X1, Satker ABC melakukan pembelian sebuah
kompleks gedung perkantoran dengan rincian :
harga beli tanah Rp 8.000.000.000,-, dan harga beli gedung kantor Rp
12.000.000.000,-, biaya notaris dan balik nama Rp 60.000.000,-, dan pajak
Rp 2.000.000.000,-. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai melalui
SPM/SP2D LS.
Biaya perolehan gedung
sebesar :

perkantoran, termasuk nilai tanahnya adalah

Harga perolehan
- Harga beli tanah
- Harga beli gedung
- Biaya Notaris dan balik nama

Jumlah (Rp)
8.000.000.000,12.000.000.000,60.000.000,-

- Pajak

2.000.000.000,-

Total

22.060.000.000,-

Untuk mengalokasikan biaya notaris, balik nama, dan pajak


dapat dilakukan dengan rata-rata tertimbang, sehingga nilai
masing - masing tanah serta gedung/bangunan adalah:
- Tanah

= Rp. 8.000.000.000,- + (Rp 2.060.000.000X8/20)


= Rp 8.824.000.000,-

- Bangunan = Rp.12.000.000.000,- + (Rp2.060.000.000X12/20)


= Rp 13.236.000.000,* Permasalahan kelima :
Bagaimana menentukan biaya pemeliharaan
dikapitalisasi dalam nilai asset tetap.

yang

dapat

Pemecahan :
Biaya pemeliharaan yang dapat dikapitalisasi adalah kegiatan
pemeliharaan yang menunjukkan adanya suatu peningkatan
mutu/kualitas/kapasitas atas asset yang bersangkutan dan dapat
memberikan manfaat lebih dari satu tahun (memperpanjang

manfaat asset tersebut dari yang direncanakan semula atau


peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan
kinerja).
* Permasalahan keenam :
Bagaimana penyajian dan pengungkapan aset
tetap yang
pengadaan/pembangunannya diperuntukkan bagi pihak lain?
Pemecahan :
Aset tetap yang pengadaan/pembangunannya diperuntukkan bagi
pihak lain disajikan
sebagai persediaan. Pengadaan tanah
pemerintah yang sejak semula dimaksudkan untuk diserahkan
kepada pihak lain tidak disajikan sebagai asset tetap tanah,
melainkan disajikan sebagai persediaan.
Misalnya, apabila Kementerian Perumahan Rakyat mengadakan
tanah yang di atasnya akan dibangun rumah untuk rakyat miskin.
Pada Neraca Kementerian Perumahan Rakyat, tanah tersebut
tidak disajikan sebagai asset tetap tanah, namun disajikan
sebagai persediaan.

* Permasalahan ketujuh :
Bagaimana pengakuan dan penyajian serta pengungkapan biaya
pemeliharaan untuk penggantian atas kerusakan yang
diakibatkan dari suatu asset tetap milik pihak lain?
Pemecahan :
Suatu satuan kerja (pada K/L atau SKPD) dapat melakukan
pemeliharaan/perbaikan/renovasi asset tetap yang dimiliki
dan/atau dikuasainya. Renovasi dapat dilakukan terhadap semua
barang milik dalam kelompok asset tetap, namun demikian
renovasi terhadap akun tanah dan akun asset tetap lainnya
jarang ditemukan. Apabila asset tetap yang dimiliki dan/atau
dikuasai suatu K/L atau SKPD direnovasi dan memenuhi criteria
kapitalisasi asset tetap, maka renovasi tersebut umumnya
dicatat dengan menambah nilai perolehan asset tetap yang
bersangkutan.

Dalam hal asset tetap yang direnovasi tersebut memenuhi


kriteria kapitalisasi dan bukan milik suatu satker atau SKPD,
maka renovasi tersebut dicatat sebagai asset tetap lainnya.
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan renovasi umumnya
adalah belanja modal asset terkait. Biaya perawatan seharihari untuk mempertahankan suatu asset tetap dalam kondisi
normalnya, termasuk di dalamnya pengeluaran untuk suku
cadang, merupakan pengeluaran yang substansinya adalah
kegiatan pemeliharaan dan tidak
dikapitalisasi meskipun
nilainya signifikan.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Permasalahan aset tetap masih menjadi perhatian yang
serius karena nilainya sangat signifikan dan perannya sangat
penting bagi pelayanan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan
akuntabilitas asset tetap, penyajiannya dalam laporan keuangan
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Meskipun
beberapa permasalahan telah terinventarisir, tampaknya
masalah asset tetap akan terus berkembang sesuai dengan
kondisi di lapangan, terutama untuk pemerintah daerah hasil
pemekaran yang memperoleh asset tetap dari Pemda induk,
tetapi tanpa bukti kepemilikan atau asetnya hilang.

B. SARAN
Melihat permasalahan aset sebagaimana disebutkan dalam
bab bab sebelumnya , berikut beberapa saran terhadap
pelaksanaan pengelolaan BMD Pemerintah Kota Batu, sebagai
berikut :

Perlu melengkapi peraturan peraturan penunjang secara


teknis dalam pengelolaan BMD seperti : Perdes (Peraturan Desa),
Perwali (Peraturan Walikota), dsbnya, yang
berkaitan dengan
pengelolaan/penatausahaan BMD.

Melakukan revisi terhadap Peraturan Daerah Nomor 13


Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kota Batu.

Penerapan dan penegasan kembali peraturan tentang


Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR).

Anda mungkin juga menyukai