MATERI
I
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
I.4.
I.4.1.B.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
I.4.1.B.
1. Pendahuluan
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena
fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan distribusi
perlu dilengkapi dengan alat pengaman
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat
adanya gangguan listrik
2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
Sistem pengaman yang baik harus mampu :
1. Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI
2. Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan
3. Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan
4. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
5. Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan
6. Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1. Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga
listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan daerah pengaman tugas
suatu pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya harus
cukup sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT
atau Pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan pengamanan
bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan diusahakan
seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan demikian disebut pengamanan
selektif.
3. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat bekerja bila
diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-alat penga,man harus
dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan
perawatannya
4. Kecepatan. (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan
2. Pengaman Arus lebih
2.1. Fuse Cut Out
2.1.1 Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang
telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari
sebuah rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau
pemisahnya dan dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut
a. Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi
b. Utamanya digunakan untuk penyulang (feeders) TM dan proteksi trafo
c. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau pada crossarm
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
cut-out
bertabung
fiber
mempunyai
fuse
link
yang
dapat
diganti-ganti
(interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder) berbentuk tabung
yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out
terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out
terbuka dapat dilihat pada gambar 2.Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang
diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya
pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh
kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat
pada gambar 3
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim delta atau
jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada jaringan - jaringan yang
menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse cutout secara
individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah
sesuai dengan kebutuhan operasinya
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Gambar 2
Gambar 2.
Gambar. 4
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada
rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk
menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat fuse bekerja dan ini
dipakai karena kemampuan pemutusan pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse
cutout ini dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai
arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa pabrik menjadi lebih baik dari pada
yang dimiliki fuse link N.
Tabel 1. Arus Leleh Fuse Link Tipe K
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
Rasio
Kecepatan
6
10
15
25
40
65
100
12. 0
19. 5
31. 0
50
80
128
200
14. 4
23. 4
37..2
60
96
153
240
13. 5
22. 5
37
60
98
159
258
20. 5
34
55
90
146
237
388
72
128
215
350
565
918
1520
86
154
258
420
680
1100
1820
6. 0
6. 6
6. 9
7. 0
7. 1
7. 2
7. 6
140
200
310
480
372
576
430
760
650
1150
2470
3880
2970
4650
8. 0
8. 1
Arus
Pengenal
fuse link
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik 1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate
8
12
20
30
50
80
15
25
39
63
101
160
18
30
47
76
121
192
2
4
2. 4
4. 8
7. 2
2
3
18
29. 5
48
77. 5
126
205
27
44
71
115
188
307
10
Rasio
Kecepatan
97
166
273
447
719
1180
116
199
328
546
862
1420
6. 5
6. 6
7. 0
7. 1
7. 1
7. 4
.(2)
.(2)
58
58
.(2)
58
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik 1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate
8
12
20
30
50
80
15
25
39
63
101
160
18
30
47
76
121
192
1
2
3
2
4
6
2. 4
4. 8
7. 2
20. 5
31
166
34. 5
52
296
57. 0
85
496
93. 0
138
812
152
226
1310
248
370
2080
Arus Pengenal dibawah 6 Amper
.(2)
11
.(2)
.(2)
11
.(2)
.(2)
11
.(2)
199
355
595
975
1570
2500
Rasio
Kecepatan
11.1
11. 8
12. 7
12. 9
13. 0
13. 0
100
100
`
Tabel 4 Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate Tidak disarankan. [1]
Arus
Pengenal
fuse link
6
10
15
25
40
65
100
140
200
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik 1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
12. 0
19. 5
31. 0
50
80
128
200
310
480
14. 4
23. 4
37..2
60
96
153
240
372
576
15. 3
26. 5
44. 5
73. 5
120
195
319
520
850
23
40
67
109
178
291
475
775
1275
120
224
388
635
1010
1650
2620
4000
6250
144
269
466
762
1240
1975
3150
4800
7470
Rasio
Kecepatan
10
11. 5
12. 5
12. 7
13
12. 9
13. 1
12. 9
13. 0
Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam karakteristik
arus waktu adalah :
a. 300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik untuk fuse link 140
amper dan 200 amper
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
b. 10 detik
c. 0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan
tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T
Karakteristik arus waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat semestinya
tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan karakteristik lebur minimum
fuse link ini ditambah dengan toleransi dari pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai
maksimum seperti pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4
untuk fuse link tipe T
Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link dengan nilai
arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) :
6 - 10 15 25 40 65 100 140 dan 200 amper., nilai arus pengenal kontinyu 8 12
20 30 50 dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non
prefered countinues rating).sebagai standar intermediate.
Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus penganal
fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang disarankan
dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai arus pengenal fuse link yang
tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang tidak di sarankan
dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga
diperoleh antara fuse link yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan
Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi, nilai-nilai
arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi satu dengan yang lain
namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6 ampere atau diatasnya
Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H masing masing dapat dilihat pada
gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7 seperti berikut :
10
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Gambar 5 Kurva Karakteristik Arus Waktu Fuse link tipe K ( kerja cepat )
11
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
12
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jenis waktu
kerja
1-2-3-5-8
100
Sangat lambat
1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20
100
Sangat lambat
1 s/d 200
150
Cepat
6 s/d 8,1
6 s/d 100
100
Cepat
6 s/d 8,1
5 s/d 200
100
Cepat
6 s/d 11
1 s/d 200
150
Lambat
10 s/d 13.1
3 s/d 200
150
Sangat lambat
15 s/d 20
6 s/d 100
150
Cepat
6 s/d 100
150
Lambat
Arus Pengenal
(A)
Rasio Kecepatan
Kerja
6 s/d 18
7
s/d
46
s/d
8.1
10
s/d
13.1
100
Sangat lambat
13
Berbagi dan menyebarkan ilmu 1,2,3,5
pengetahuan serta
nilai-nilai
perusahaan
s/d 22
13
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
: 50 Hz
maks 37 0 C
5.
Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper : fuse link
Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10 Bagi
jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh
diambil dari seri R 20
Seri R 10. : 1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
14
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Seri R 20 : 1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55
4 4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9
6.
7.
8.
Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah terbakar uap
atau garam
9.
Tegangan pengenal : 24 KV
Frequensi pengenal : 50 Hz
15
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Tegangan pengenal : 24 KV
Tegangan pengenal : 24 KV
Arus maksimum
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9
Arus pengenal
16
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9
Tegangan maksimum : 24 kV
e. Karakteristik pelebur
Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out) dimana
tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan menggantung bila fuse
linknya telah bekerja (putus)
17
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
A.
B.
G.
H.
I.
D.
E.
K. Crank shaft.
F.
C.
18
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Gambar 9
A 36 AD
A 36 AD
A 12 AD
A 12 AD
19
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
20
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
21
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus harapan
perusahaan. Sering kerjanya (Trip) PMT Penyulang di Gardu Induk oleh karena sering
terjadi gangguan di saluran saluran cabang atau terutama saluran saluran anak cabang
perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang sesuai dengan kebutuhan
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO untuk
proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai arus beban
maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau anak cabang yang
dimaksud .
Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang diproduksi
oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan pada pemilihan arus
pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal (rating) fuse link yang
dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :
1.
Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal ini PLN dalam
SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H
2.
Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan kemampuan arus
kontinue fuse link
3.
Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT, PBO dan Fuse
Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber) dan sebelah hilirnya (beban)
4.
5.
Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya bagi FCO yang
terpasang dekat dengan sumber tenaga
Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap arus beban,
juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan mempunyai
kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau terjadi
kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena
recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa memutuskan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
22
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
fuse link Pada saat gangguan tetap fuse link pertama pada sebelah sumber dari gangguan
akan melebur dan membuka rangkaian setelah operasi recloser
2.9.
Protected
(Back up)
Fuse Link
Protecting
Fuse Link
Protecting
Fuse Link
Gambar 12
23
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion) tipe T
(lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :
a.
1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A sampai
dengan 100 A.
b.
1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 125 A sampai
dengan 160 A
c.
Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 200 A
d.
e.
f.
Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau lebih besar
dari arus beban maksimum terus menerus yang akan melewatinya
Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk dilasanakan
untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya pemutusan yang tidak di
inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse cut out dimana prinsipnya adalah :
Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi (protecting) pada sisi beban yang berada di
depan terdekat dari titik gangguan untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih
dahulu sebelum fuse sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai
cadangannya mulai bekerja.
Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal yang
memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan maksimum Fuse
pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu leleh minimum pelebur yang
diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan maksimum dari fuse pemroteksi
hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum fuse yang diproteksi
Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 6 dan tabel
7 dan 8 seperti berikut
24
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tabel 6
Tabel 7
Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout
Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T
Tabel 8
25
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K
26
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
b.
Dilihat dari karakteristik waktu arusnya proteksi trafo dibatasi dua garis kerja yaitu :
a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas ketahanan pelebur dimana
pelebur FCO tidak boleh bekerja pada beban lebih yang masih dan harus dapat
ditahan oleh trafo tersebut yaitu :
b Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas ketahanan trafo dimana pelebur
( FCO ) harus sudah bekerja / melebur
Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum ditentukan oleh titik titik
berikut :
2 x In
3 x In
6 x In
selama
12 x In
selama
25 x In
x In
x In
selama
10 x In
selama
1 detik ........
27
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
28
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
29
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Arus pengenal pelebur jenis pembatasan arus menurut berbagai merek dan buatan untuk
pengaman berbagai daya pengenal trafo dapat dilihat pada tabel.
Rekomendasi pemilihan arus pengenal anak pelebur 24 kv, jenis pembatasan arus, rujukan
plubikasi IEC 282-1(1974), VDE dan UTE (Perancis) di sisi primer 20 kV, berikut pelebur
jenis pembatasan arus rujukan IEC 269-2 (1973) di sisi sekunder (230/400 V) yang
diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi.
Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu di kombinasikan dengan nilai
maksium pelebur primer
*) diperoleh dengan pelebur paralel.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
30
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
x In
4.75 x In
6.7
x In
11.3 x In
25
x In
selama
I2 t
b.
Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over current
relay).
c.
Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over current relay).
31
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
I ampere
Gambar : Karakteristik Rele Arus Lebih Seketika
3.2.
.t detik
I ampere
Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertenu
32
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
t1
t2
I ampere
If1
Gambar :
If2
Karakteristik
Relai
Relai arus lebih waktu terbalik pada dewasa ini dalam suatu relai dapat memiliki
beberapa jenis kurva yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhannya berkat
kemajuan tekonologi elektronika dan micro prosesor Dimana kurva kurva tersebut
dapat diubah kedalam bentuk bentuk persamaan diantaranya adalah :
1. Kurva standar Inverse
0.14
tp TD.
0.02
1
M
( 3.1 )
( 3.2 )
33
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
80.0
tp TD.
2
M 1
( 3.3 )
( 3.4 )
Dimana
. tp
TD
34
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
1. Pengertian.
Jika suatu tegangan tersentuh tubuh manusia maka pada umumnya mengalir arus listrik
kedalam tubuh yang berbahaya bagi tubuh sebenarnya bukan tegangannya melainkan arus
listrilk yang mengalir didalam tubuh.
Tegangan akan berbahaya akibat sentuhan dengan tegangaan itu menyebabkan mengalirnya
arus listrik yang cukup besar didalam tubuh, jika tidak menyebabkan aliran arus tegangan
tidak berbahaya.
2. Akibat arus listrik dalam tubuh
Berdasarkan penelitian didapat kesimpulan bagaimana akibat arus mengalir dalam tubuh
manusia digambarkan sebagai berikut :
35
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
36
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
< 50
< 120
50
120
75
140
0,5
90
160
0,2
110
175
0,1
150
200
0,05
220
250
0,03
280
310
(detik)
37
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Pentanahan TR
Fungsi Pentanahan TR
Pentanahan TR berfungsi untuk menghindari bahaya tegangan sentuh bila terjadi
gangguan atau kegagalan isolasi pada peralatan atau pada instalasi Dalam SPLN 3 1978
pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah adalah pentanahan efektif yang
mempunyai tahanan pentanahan dibawah 5
Semua JTR dan instalasi harus menggunakan sistem pentanahan netral pengaman ( PNP)
PNP adalah sistem pentanahan dengan cara menghubungkan badan peralatan atau
instalasi dengan hantaran netral yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi
karena pemutusan arus oleh alat pengaman arus lebih
Tegangan sentuh yang timbul akibat gangguan atau kegagalan isolasi tergantung kepada
pentanahan. Bekerjanya peralatan pengaman juga ditentukan oleh sistim pentanahan yang
dipergunakan
38
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
a. Sambaran petir pada hantaran distribusi baik merupakan sambaran langsung atau
tidak langsung.
b. Surja hubung
Oleh sebab itu, kebutuhan tingkat ketahanan isolasi dari suatu sistem tenaga biasanya
ditentukan oleh tegangan lebih akibat sambaran petir (tegangan lebih atmosfir ) dan
tegangan lebih akibat transien pada waktu switching.
5.1.1. Tegangan lebih atmosfir ( petir )
Tegangan lebih ini timbul pada JTM karena JTM terkena sambaran petir baik
langsung ( jarang terjadi ) maupun sambaran tidak lansung ( sering terjadi ),
misalnya petir menyambar pohon atau benda lain yang lebih tinggi dari JTM lalu
menginduksi ke JTM yang ada di sekitar lokasi sambaran petir.
Teganganlebih atmosfir ini sekitar 345 kV.
5.1.2. Tegangan lebih hubung.
Di dalam jaringan listrik ada dua macam yang dapat dibedakan, yaitu keadaan
stasioner ( misalnya keadaan masa kerja suatu jaringan ) dan keadaan sementara
atau proses menuju keseimbangan ( transien ), yang timbul pada waktu switching
atau memutus arus. Proses transien adalah peralihan dari keadaan stasioner I ke
keadaan stasioner II, yang hampir selalu menyebabkan ossillasi tegangan dan arus,
39
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
karena
itu
dapat
menimbulkan
kenaikan
Trafo
Trafo
tegangan
G.
Karena adanya tahanan dalam jaringan, maka tegangan lebih diredam dan setelah
beberapa waktu tertentu tegangan itu menghilang. Dalam gambar 1 digambarkan
keadaan stasioner I dan II. Dalam keadaan I generator memberikan daya melelui
suatu penghantar trafo terus ke pemakai melalui penghantar, melainkan dalam
distribusi daya itu ada juga medan magnit yang mengelilingi penghantar-penghantar
dan medan listrik antara penghantar-penghantar sendiri dan penghantar-penghantar
dengan tanah.
Medan listrik dan medan magnet itu mengandung energi yang berpulsa sebesar
harga rata-rata dari frekuensi yang 2 x sebesar frekuensi jaringan. Selama keadaan
stasioner I, energi dari pembangkit itu disimpan pada trafo, penghantar dan
pemakai.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
40
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Karakteristik
Tegangan Lebih Atmosfir ( petir )
Teori yang dapat diterima tentang petir yaitu bahwa awan terdiri dari daerah
bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini menginduksikan muatan
berpolaritas berlawanan ke awan terdekat atau ke bumi. Gradien potensial di udara
antara pusat-pusat muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak seragam tapi
gradien tersebar timbul pada bagian konsentrasi muatan tinggi.
Dimana konsentrasi muatan tertinggi dan gradien tegangan tinggi dari awan ke
bumi, timbul muatan pelepasan yang secara umum terjadi di awan. Ketika gradien
mencapai batas untuk udara, udara di daerah konsentrasi stres tinggi mengionisasi
atau tembus ( break down ).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi, mempertahan-kan
gradien tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan proses tembus listrik.
Formasi suatu sambaran petir berikutnya adalah tembus listrik pro-gresif pada jalur
busur api lebih kecil dari pada tembus listrik sesaat dan komplit di udara sepanjang
kanal. Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan sepanjang pinggir awan
41
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
42
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
dari titik kontak sambaran, sebagian kawat jaringan dapat membentuk suatu bagian
dan jurus arus petir.
Arrester surja, dengan karakteristik tembus listrik terkontrol, loncatan listrik
(spark over) terjadi pada tegangan di bawah ketahanan isolasi sistem. Loncatan
listrik yang rendah, tahanan yang rendah selama arus surja mengalir menyebabkan
arrester surja begitu penting dalam sistem distribusi.
Tegangan yang dihasilkan oleh sambaran petir secara karakteristik naik mencapai
nilai puncak secara cepat dan kemudian menurun menuju nol pada laju yang sangat
lambat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tegangan puncak biasanya beberapa mikro
detik atau kurang. Waktu ekor gelombang dapat mencapai sepuluh atau ratusan
mikro detik. Tegangan pada penghantar jaringan distribusi yang tersambar petir
tidak seragam kenaikannya menuju puncak gelombang. Ketika lidah sambaran
mendekati penghantar, terjadi induksi muatan. Ketika lidah ini mendekati
penghantar pada kecepatan 0,3048 m / mikrodetik, terjadi kenaikan tegangan
induksi.
Bila sambaran petir mencapai penghantar, kenaikan tegangan menjadi lebih cepat.
Karena arrester yang biasa dipakai pada jaringan distribusi mempunyai tegangan
pengenal yang rendah, maka bisa saja arrester beroperasi pada tegangan terinduksi
tersebut.
Jadi perbandingan kenaikan tegangan terhadap beroperasinya arrester akan lebih
rendah pada JTM dari pada JTT. Untuk mengetahui ketahanan tegangan isolasi
terhadap tegangan petir, dilakukan uji tegangan impuls di laboratorium. Bentuk
gelombang tegangan impuls ini distandarisir (SPLN) 1,2 x 50 mikrodetik, seperti
terlihat pada gambar 6, bentuk gelombang dan besar arus sambaran petir juga
bervariasi. Hal ini juga telah distandarisir untuk gelombang arus uji yaitu naik dari
nol mencapai nilai puncak dalam 8 mikrodetik dan menurun mencapai nilai
puncak dalam 20 mikro detik sejak awal.
43
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
+
+ + +
+
++
+++++++++
+
+
+ +
++
++++++++
+
44
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
++++++++
++++++
6.2.
Karakteristik
Tegangan Surja Hubung
Ketika suatu sakelar dalam rangkaian listrik dibuka atau ditutup akan terjadi suatu
transien hubung. Hal serupa juga akan terjadi pada JTM atau JTT. Kombinasi dari
kapasitansi, induktansi dan resistansi JTM secara umum sedemikian rupa sehingga
teganga lebih surja hubung yang merusak isolasi sistem tidak terjadi. Akan tetapi
tegangan lebih surja hubung yang dapat merusak isolasi sistem dapat terjadi akibat dari
pukulan balik ketika proses buka/tutup (switching) saklar bangka kapasitor perbaikan
faktor daya. Pukulan balik yang terjadi pada saat buka/tutup saklar kapasitor
menunjukkan suatu pemakaian tidak sempurna dari saklar. Mengatasi masalah ini
sebaiknya dengan cara mendapatkan saklar yang bebas pukulan balik dan mencegah
tegangan lebih dari pada mencoba mempro-teksinya.
45
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Ferroresonansi dapat menghasilkan tegangan lebih merusak pada JTM. Tegangan lebih
ini tidak benar-benar transien ( peralihan ) karena bersiklus dan tetap ada dalam periode
panjang. Tegangan lebih ini dapat terjadi ketika kapasitansi dienerjais secara hubungan
seri dengan kumparan primer dari trafo tanpa beban atau berbeban rendah. Ini biasanya
terjadi ketika proses hubung ( switching ) sebagai akibat dari suatu pelebur putus atau
suatu penghantar JTM putus. Penyelesaian dari masalah ini adalah merubah hubungan
jaringan atau merevisi operasi saklar ( switching ) sehingga tegangan lebih tidak dapat
terjadi. Cara ini tidak dapat mengamankan isolasi terhadap tegangan lebih tersebut.
7. PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN LEBIH
7.1.
Pengaman Surja
dari Saluran Distribusi ( Metode Lama ).
Pengaman saluran distribusi menurut metode lama adalah merupakan pengembangan
dari metoda yang digunakan pada saluran transmisi. Ada beberapa metoda pengaman
yang digunakan metoda lama ini, yaitu kawat tanah, kawat netral dan sela batang.
7.1.1. Kawat Tanah ( Overhead Statics )
Metoda pertama yang digunakan untuk pengaman saluran distribusi adalah
kawat tanah. Metoda ini yang biasanya digunakan pada saluran transmisi,
memerlukan ketahanan impuls isolasi sangat tinggi. Untuk saluran distribusi hal
ini tidak mungkin dipenuhi, khususnya pada tempat-tempat peralatan seperti
transformator. Kriteria utama perencanaan dalam mengevaluasi kawat tanah
adalah persoalan back flash over ke tanah. Penggunaan kawat tanah
memerlukan tahanan pentanahan yang sangat rendah untuk setiap struktur dan
ketanahan impuls isolasi yang tinggi. Pada sistem multi grounded Y, kawat
netral dihubungkan pada banyak titik tanah, yang selanjutnya berlaku
mempengaruhi arus petir pada seluruh peralatan di saluran. Dan hasilnya tidak
seberapa untuk mengamankan saluran dari flash over bila arus petir yang besar
mengenai transformator dan peralatan-peralatan.
46
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
47
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
mempunya beda potensial terhadap tanah maka timbul beda potensial di antara
keduanya. Jika ditanahkan bersama seperti Gambar 8, maka akan menurunkan
drop tegangan pada impedansi tersebut. Sehingga menghilangkan beda
potensial yang dihasilkan drop tegangan pada impedansi tanah, lihat gambar 9.
Jika interkoneksi ( solid ) antara tangki dan titik pentanahan bersama tidak
diizinkan dapat digunakan cela antara titik pentanahan dan netral kumparan
sekunder, lihat gammbar 10. Hal ini menyebabkan arus surja dilewatkan melalui
beberapa impedansi pentanahan paralel. Dan bahaya terhadap kerusakan isolasi
diminimalkan walaupun dalam koneksi arus surja besar dan impedansi
pentanahan tinggi.
Arrester dipasang pada tiap-tiap penghantar baik pada trafo tiga fasa maupun
satu fasa untuk sistem Y ditanahkan, lihat gambar 11 untuk seistem delta
arrester pada jaringan tidak ditanahkan.
Tegangan pada arrester adalah tegangan fasa-fasa jika salah satu penghantar
mengalami gangguan fasa ke tanah dan arrester tetap harus dipasang tiap fasa.
Untuk trafo satu fasa juga memerlukan arrester pada tiap kawat fasa di sisi
primer seperti ditunjukkan pada gambar 12.
7.1.5. Arrester pada SUTM
Penempatan arrester pada jaringan dilaksanakan sebagai berikut :
Arrester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan dan pada ujungujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran percabangan,
jarak arrester yang satu dan yang lain tidak boleh lebh dari 500 meter. Jika
terdapat kabel tanah sebagai bagian dari sistem, arrester sebaiknya dipasang
pada ujung kabel. Arrester yang dipasang pada tiap kawat fasa.
7.1.6. Arrester SKTM
Saluran kabel bawah tanah tahan terhadap gangguan petir jika saluran kabel
bawah tanah mulai dari generator sampai pelanggan. Akan tetapi jika SKTM
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
48
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
digabung dengan SUTM, maka petir dapat masuk ke SKTM melalui SUTM
tiang naik.
Jadi arrester harus dipasang pada tiang naik dan di tiap kawat fasa.
Sambungan kawat arrester pada terminal arrester tidak baik ( tidak cukup
kencang )
Sambungan kawat arrester pada kawat fasa jaringan tidak baik ( tidak cukup
kencang )
49
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Sambungan kawat arrester ke terminal tanah arrester tidak baik (tidak cukup
kencang)
Jarak panjang arrester pada tiang yang satu dengan arrester pada tiang yang lain
terlalu jauh.
Arrester tidak bekerja optimal, yaitu walaupun tidak ada petir menyambar
langsung maupun tidak langsung, langsung arrester bekerja. Atau juka ada
sambaran dan arrester bekerja tapi alat yang diamankan juga rusak, ini
disebabkan oleh jarak celah arrester tidak sesuai atau arrester sudah rusak,
karena itu perlu diganti dengan yang baik/baru. Jika arrester meledak karena
terkena sambaran langsung atau tidak langsung baik pada JTM maupun pada
arrester maka berarti arrester tidak dapat bekerja, tidak dapat merubah dirinya
menjadi penghantar lagi jadi arrester harus diganti.
posisi dan jarak antara rod gap pada terminal sekunder trafo GI maupun pada
terminal primer trafo distribusi perlu dikembangkan ke posisi dan jarak semula
yang benar.
Rod gap perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran/polusi bushing : tua, kotor,
retak rambut dan lain-lain.
Isolator.
Kotor, jadi perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran / polusi.
Retak/pecah, perlu diganti.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
50
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Trafo :
Trafo sudah tua/isolasi kumparan menurun tahanan isolasinya.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan
karbon
dan uap/air.
Kawat tanah :
Jarak kawat tanah dari kawat fasa kurang dari standar ( sudut perlindungan
maksimum 45o ).
Terjadi perubahan konstruksi JTM karena gangguan alam, tiang miring, dll.
Pentanahan kawat tanah tidak sempurna ( lebih besar dari 1 ohm ) misalnya
sambungan pada konnektor longgar, elektroda bumi berkarat, perubahan kondisi
tanah, dll.
a. Perencanaan salah yaitu penempatan pengaman, jenis/ukuran pengaman,
koordinasi isolasi salah pemilihan dan survey tahanan tanah tidak akurat.
b. Pemeliharaan tidak baik pada jaringan, trafo, penghantar maupun pada alat
pengaman.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan
karbon
dan uap/air.
I. PENTANAHAN / PEMBUMIAN
I.1 Pengenalan Pentanahan/Pembumian.
51
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Pada bidang ketenaga listrikan bahaya didefinisikan sebagai bahaya terhadap kesehatan atau
terhadap kehidupan atau akibat sengatan listrik (shock), kebakaran atau luka lainnya pada
manusia / pekerja pada pembangkitan, transmisi, distribusi atau pada pemakai energi listrik
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua peraturan-peraturan keselamatan dari bahaya
listrik dirancang untuk mencegah timbulnya bahaya seperti itu dan salah satu faktor kunci
dalam
setiap
usaha
pengamanan
rangkaian
listrik
adalah
Grounding
(Pentanahan/Pembumian) .
Apabila suatu tindakan pengamanan akan dilaksanakan, terlebih dahulu perlu ada sistim
pentanahan yang dirancang dengan baik, agar sistem pentanahan dapat bekerja efektif, perlu
memenuhi syarat-syarat berikut
Sistem pentanahan yang dipasang dapat membuat jalur impedansi yang rendah ke tanah
untuk maksud pengamanan personil dan peralatan serta mengurangi gangguan interferensi
radio komunikasi.
Sistem pentanahan dapat menyebarkan arus surja dan arus gangguan yang berulang.
Sistem pentanahan yang dipasang menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai
kondisi kimiawi tanah untuk meyakinkan kontinuitas penampilannya sepanjang umur
peralatan yang diamankan.
Sistem pentanahan menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam
pemasangan.
52
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
53
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
orang yang kebetulan berada diatasnya, maka tegangan langkah itu dapat dikurangi
memasang elektroda pengontrol gradien tegangan.
f. Tahanan Elaktroda Pembumian (Earth Electrode Resistance).
Adalah tahanan dari tanah antara elektroda atau sistem pembumian dan tanah referensi.
g. Sistem Pembumian.
Untuk memperolah tahanan elektroda pembumian yang lebih rendah, dapat dipakai beberapa
elektroda pembumian yang dihubungkan satu sama lain (paralel) yang merupakan satu
sistem pembumian.
h. Tahanan Pembumian (Earthing Resistance).
Adalah jumlah dari hasil tahanan elektroda pembumian dan tahanan hantaran pembumian.
i. Tahanan Pembumian Total.
Adalah tahanan pembumian dari keseluruhan sistem pembumian yang terukur di suatu titik.
Contoh :
Sebagai contoh diambil sebuah elektroda pipa dengan diameter 2a = 5 Cm, panjang L = 5 m,
dan dimissalkan keadaan tanahnya homogen dengan tahanan jenis 4.000 -Cm. Pipa
tersebut ditanam tegak lurus kedalam tanah dengan ujungnya persis menyembul
kepermukaan tanah, maka untuk daerah disekitar pipa dan cukup dekat dengan pipa, arah
arusnya akan radial homogen, sehingga bidang-bidang ekipotensial disekitarnya akan
berbentuk silinder yang konsentris dengan poros pipa.
I.2. Tegangan Gangguan.
Dalam suatu motor yang di suplai dari sistem 3 phasa yang netralnya ditanahkan disumber.
Badan dari motor itu dihubungkan oleh hantaran pengaman ke elektroda pembumian.
Jika terjadi kegagalan isolasi pada motor itu (disebut terjadi gangguan tanah), maka
mengalirlah arus gangguan IF kebumi, sehingga timbulah tegangan gangguan (U F). Sedangkan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
54
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
badan dari lampu yang tidak dibumikan, sehingga jika terjadi kegagalan isolasi, maka badan
dari lampu itu (yang konduktif) akan bertegangan sama dengan tegangan sistem itu ke
tanah/bumi.
Jadi tegangan gangguan adalah tegangan antara bagian konduktif yang tidak merupakan bagian
sirkit, dan tanah referensi yang timbul karena terjadinya gangguan.
I.3. Daerah Tahanan/Daerah Gradien tegangan.
Di tempat orang berpijak pada jarak kurang dari 20 meter terhadap elektroda pembumian,
sehingga pada waktu ada gangguan (mengalir arus gangguan I F), pada tempat kaki berpijak atu
akan mengalami kenaikan tegangan pula terhadap tanah referensi.
Daerah demikian disebut daerah Tahanan atau Daerah Gradien Tegangan. Jadi daerah
Tahanan atau daerah gradien Tegangan suatu elektroda pembumian itu dan tanah referensi yang
akan mengalami kenaikan tegangan terhadap tanah referensi akibat mengalirnya arus melalui
elektroda itu ke tanah.
I.4. Tegangan Sentuh.
Jika orang itu kebetulan menyentuh badan dari motor itu pada waktu ada gangguan, maka
orang itu akan terkena Tegangan Sentuh (US) yang kurang dari tegangan gangguan.
Jadi tegangan sentuh adalah sebagian dari tegangan gangguan atau sebagai dari tegangan
elektroda pembumian yang dapat dijembatani oleh manusia. Dalam lantai tempat orang
berpijak terisolasi dari tanah, jadi tegangan sentuh terjadi antara badan dari alat yang terganggu
(lampu) dan benda lain (kran air) yang di bumikan.
Jika seorang manusia bersepatu/bersandal karet sehingga kaki orang itu terisolasi dari tanah
secara baik, maka orang itu tidak akan merasakan jika pada waktu yang bersamaan kebetulan
dia menyentuh benda lain yang dibumikan. Jika tahanan isolasi sepatu/sandal itu kira-kira sama
dengan tahanan tubuh orang, maka tegangan sentuh yang dia rasakan kira-kira separuhnya.
Tetapi dalam masalah tindakan pengamanan, pada umumnya yang diperhitungkan adalah
keadaan yang seburuk-buruknya, ialah orang tidak bersepatu, lantai tempat berpijak tidak
terisolasi dan diluar daerah tahanan dari elektroda pentanahan yang bersangkutan.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
55
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Dari tabel diatas dapat dilukiskan profil tegangan gradien. Dari profil tegangan gradien tersebut
dapat dicatat antara lain:
- Pada jarak kira-kira 1 meter dari pipa, tegangan terhadap tanah referensi sudah
tinggal kira-kira 50% UE.
- Pada jarak 2 meter dari pipa, tegangan tersebut tinggal 1/3 UE (66% UE).
- Pada jarak 6 meter dari pipa, tegangan tersebut tinggal 18% UE.
Catatan tersebut diatas hanya berlaku untuk elektroda pipa tunggal.
Tahanan elektroda pembumian :
2.000 dr
2.000
ln
RE =
2L 2 ,5 r
2L
2,5
RE =
1.000
x 6,685
2 500
RE = 8,5
Daya konduktif dari tanah pada dasarnya bersifat elektrolitis, oleh karena itu tahanan jenis
tanah, selain tergantung dari jenid tanahnya juga sangat tergantung pada banyaknya air yang
dikandungnya (kebasahannya), komposisi serta konsentrasi garam-garam yang larut
didalamnya.
Oleh karena itu tahanan pembumian suatu elektroda berubah-ubah tergantung pada keadaan
musim.
56
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tujuan Pembumian peralatan ialah untuk mengamankan manusia terhadap bahaya tegangan
sentuh.
Tujuan pembumian sistem kelistrikan ialah untuk mengamankan sistem tenaga kelistrikan dari
mulai pembangkitan sampai dengan pembebanan di konsumen.
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan unit-unit pembangkit yang mensuplai ke pusat-pusat
beban melalui sarana (transmisi, distribusi) dengan tegangan yang berbeda-beda.
Unit pembangkit dan pusat beban perlu ditanahkan/dibumikan karena untuk menghindarkan
bahaya-bahaya yang ditimbulkan dikemudian hari baik terhadap makluk hidup maupun
peralatan peralatan yang tersambung pada sistem tenaga listrik tersebut.
Sistem yang perlu dibumikan adalah:
-
Proteksi :
-
Relaying.
Grounding.
Surge protection.
Tegangan Rendah :
-
57
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
t msec
b
5000
1
1000
100
10
0,5
10
1000
mA
Keterangan :
-
Dalam suatu system tenaga listrik yang berbahaya adalah arusnya (selama tegangan saja yang
mengenai makluk hidup tsb tidak ada masalah, selama arusnya listriknya tidak mengalir ke
tubuh, maka makluk tersebut tidak apa-apa/selamat).
IEC (International Electric Comission); TC (Technic Comission).
58
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Time (sec)
~
DC (V)
50
120
50
120
75
140
0,5
90
160
0,2
110
175
0,1
150
200
0,05
220
250
0,03
280
310
Tahanan Tubuh
Tegangan sentuh (Volt)
25
Ohm ()
2500
50
2000
200
1000
asymtote
650
59
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
V
Ampere.
tahanan.tubuh
c2
c1
1.000
Tecnical feasibility.
Economic.
60
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sentuhan tak langsung : sentuhan pada badan peralatan yaitu bagian sirkit yang dalam keadaan
normalnya tidak bertegangan, tetapi bisa menjadi bertegangan bila terjadi kegagalan isolasi.
Selungkup.
c.Penghalang.
d.
e.Pengamanan tambahan dengan saklar pengaman arus tanah (spat), ELCB (Earth Leakage
Circuit Breaker).
2.
3. Isolasi pengaman yang mengisolir badan, sehingga orang yang bekerja tidak menyentuh.
Misal : peralatan kerja (Bor listrik, Gergaji listrik, gerinda listrik dll)
4. Alas isolasi
Semua lantai diberi alas karet agar supaya pekerja dengan tanah tidak berhubungan
langsung.
5. Earth Free Equipotensial Bonding.
Pada bodi peralatan langsung dihubungkan dengan tanah melalui kabel grounding dll.
6. Pemisahan pengamanan.
Digunakan Trafo dengan tegangan primer-skunder besarnya sama.
7. Pengamanan terhadap sentuhan langsung ataupun tak langsung.
Tegangan Extra Rendah.
Misal : 48, 24, 12, dan 6 Volt dibawah 50 Volt
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
61
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
220 Volt
terpisah
24 Volt
M
G
Dipakai pada : children toy, accumulator, pemeras susu, pemotong bulu domba dll.
Pentanahan Perlengkapan (Equipment grounding) adalah penghubungan ke tanah dari bagianbagian metal yang tidak bertegangan / tidak membawa arus pada semua perlengkapan yang
berhubungan dengan sistem tenaga listrik dan hal ini mutlak diperlukan tanpa memperdulikan
apakah titik netral sistimnya ditanahkan atau tidak baik pada stationer equipment atau portable.
Contoh Metal Equipment :
Lemari kontrol, Tangki trafo, Rangka motor, Tiang, PHB
62
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Elektrode
Penghantar Pentanahan
Pentanahan Netral Sistim ( Neutral Systim Grounding) adalah penghubungan netral ke tanah
Dilingkungan PLN pentanahan untuk sistim yang bertegangan rendah diatur pada suatu standar
SPLN no 3 tahun 1978 . Dimana pentanahan sistim yang dimaksud dalam hal ini adalah
pentanahan netral sistem dengan sistim Pentanahan Netral Pengaman yang disingkat dengan
istilah PNP yang didefinisikan sebagai suatu sistim pentanahan dengan suatu tindakan
pengamanan dengan cara menghubungkan instalasi yang diamankan atau badan peralatan
dengan hantaran netral yang ditanahkan ( disebut hantaran Nol ) dengan begitu rupa sehingga
jika terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi
karena pemutusan arus oleh alat pengaman arus lebih
Dalam SPLN No 3 tahun 1978 disebutkan standar tersebut dimaksudkan untuk melengkapi
peraturan listrik dan syarat-syarat sambungan listrik yang mencakup :
Jaring tegangan rendah fasa tunggal, bertegangan 220 v dan 2 x 220 volt fasa tunggal
Semua instalsi baik fasa tunggal 220 V fasa netral maupun fasa tiga 220 / 380 volt
Dimana tahanan jenis tanah suatu daerah akan menentukan kebijaksanaan PLN dalam
rangka merancang sistim pentanahan
Mengacu pada standar SPLN No 3 tahun 1978 ini semua JTR dan Instalasi harus
menggunakan pentanahan netral pengaman di mana :
63
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Titik netral sistim (titik netral kumparan tegangan rendah transformator atau kumparan
generator) di tanahkan dengan elektroda tanah sesuai sub ayat 24,6 ketentuan ini . Hantaran
pentanahan dapat dihubungkan pada titik netral sistem di gardu transformator, bila
elektroda tanah tidak mungkin di pasang di gardu transformator (misalnya dalam keadaan
dimana pentanahan sistem tegangan rendah harus terpisah dari pentanahan sistem tegangan
menengahnya), maka elektroda tanah dapat dipasang disetiap tiang pertama JTR.
Hantaran netral disemua tiang akhir JTR harus di tanahkan dengan elektroda tanah sesuai
sub ayat 24.6 ketentuan ini
Semua PHB harus ditanahkan sesuai dengan sub ayat 24.6 ketentuan ini
Interkoneksi hantaran netral dari gardu transformator yang satu dengan yang lainnya
diperkenankan. Interkoneksi ini menyebabkan nilai tahanan keseluruhan menjadi lebih
rendah.
Dalam ketentuan ini persyaratan pentanahan sistem ditentukan sedemikian rupa tergantung
pada penggunaan jenis jaringannya dan jenis jaringan tegangan rendah di wilayah PLN
dapat terbagai dalam 4 macam hal ini ditinjau dari
Jaringan dengan pentanahan pengaman JTR dan JTM terpisah dan tiang-tiang JTR dan
JTM terpisah (disebut type A)
Jaringan dengan pentanahan pengaman JTR dan JTM digabunghan dimana JTM adalah
Kabel tanah (disebut type B)
Jaringan dengan pentanahan JTR dan JTM yang digabungkan dimana JTR dan JTM
tepasang pada tiang tiang yang sama (disebut Type C)
Jaringan diaman JTR dan JTM mempunyai Hantaran netral bersama (type D)
64
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
jenis tanahnya tinggi sehingga sukar didapat harga 5 ohm tahanan menyeluruh diperkenankan
maksimum 10 ohm
Untuk macam B berlaku ketentuan :
Pada keadaan pentanahan bersama dari macam B ini dilepas nilai pentanhan JTR nya sama
dengan macam A
Untuk macam C berlaku ketentuan :
Nilai tahanan pentanahan menyeluruh maksimum 0,2 ohm . ketentuan ini hanya berlaku bagi
sistim dengan arus gangguan satu fasa ketanah di JTM tidak lebih besar dari 300 Amper Untuk
sistem dengan netral JTM di tanahkan dengan tahanan yang tinggi berlaku ketentuan macam
A
Untuk macam D berlaku ketentuan :
Bagi sistem yang hantaran netral JTR dihubungkan / dijadikan satu dengan hantarn netral JTM
berlaku ketentuan bahwa :
Hantaran netral yang dimaksud mempunyai pentanahan sekurang kurangnya 4 buah untuk
setiap mile (1,609 km ) dan besar tahanan pentanahan setiap elektrodanya adalah 25 ohm atau
dengan kata lain pentanahan menyeluruh dari hantaran netral tersebut adalah 6,25 ohm untuk
setiap milenya pentanahan ini tidak termasuk pentanahan yang terdapat pada masing-masing
PHB utama
Pada JTR interkoneksi hantaran netral JTR dari gardu yang satu dengan yang lain
diperkenankan dan interkoneksi ini dapat menurunkan nilai tahanan pentanahan menjadi lebih
rendah.
Hantaran netral untuk SLP dan SMP
65
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Jika Sambungan luar Pelayanan (SLP) bukan dari jenis hantaran terlindung baik secara elektris
maupun mekanis seperti hantaran terbuka atau NYA maka penampang minimum hantaran
netralnya sama dengan penampang minimum hantaran fasanya yaitu (6 mm2 tembaga).
Jika SLP menggunakan jenis hantaran terlindung seperti NYY , maka penampang minimum
hantaran netralnya sama dengan penampang minimum hantaran fasanya yaitu (4 mm 2
tembaga).
Jika digunakan hantaran Aluminium diatur dengan ketentuan tersendiri
Hantaran Netral untuk saluran masuk pelayanan (SMP) terdiri dari jenis hantaran terlindung
(seperti NYA) yang terpasang pada pipa instalasi penampang minimum hantaran netralnya
adalah sama dengan penampang minimum hantaran fasanya yaitu 4 mm2 tembaga
Khusus untuk Listrik Pedesaan dimungkinkan SMP dengan penampang 2,5 mm 2 yaitu jika
instalasinya hanya terdiri dari satu kelompok
V.2 Pentanahan Perlengkapan Lain
Kotak alat pembatas dan pengukur dari bahan logam harus diperlengkapi dengan terminal
pentanahan.
Kotak alat pembatas / Pengukur harus ditanahkan dengan cara menghubungkan kotak tersebut
dengan hantaran netral.
Hantaran Hubung.
Persyaratan hantaran hubung alat pembatas / pengukur sama seperti yang berlaku bagi saluran
masuk pelayanan.
PHB Utama.
PHB utama dari bahan logam harus dilengkapi dengan terminal atau jalur terminal pentanahan.
Pelaksanaan penyatuan hubungan antara :
Hantaran netral, hantaran pentanahan , hantaran pengaman instalasi dan PHB utama sendiri
harus dilakukan didalam PHB Utama pada terminal pentanahannya
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
66
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jika PHB bukan dari bahan logam maka kerangka yang terbuat dari logam harus ditanahkan
Terminal atau jalur terminal tersebut harus dilengkapi dengan mur baut agar hubungannya
dapat dilepas waktu pemeriksaan
Elektroda tanah yang digunakan untuk pentanahan titik netral transformator, tiang akhir , PHB
Utama dan Tiang-tiang JTR atau JTM lainnya harus memenuhi surat edaran No 024/PST/70
buku normalisasi No 03-1-92 dengan panjang 2,75 meter . Kemungkinan untuk menggunakan
bahan atau ukuran yang berlainan ditentukan oleh PLN Wilayah/ Distribusi masing-masing.
Khusus bagi sistem yang hantaran netral
JTR
Hantaran Pengaman
Instalasi dengan hantaran netral tidak lebih dari 10 mm2, maka hantaran netralnya dapat
dipergunakan sebagai hantaran pengaman.
Bila hantaran netralnya lebih kecil dari 10 mm2 diperlukan hantaran penagaman tersendiri yang
besarnya sama dengan penampang netralnya.
67
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Jika terdapat alat-alat khusus misalnya pemanas di kamar mandi sebaiknya dilakuka
pentanahan hantaran pengaman alat tersebut.
Jika instalasi dengan beberapa bangunan dimana masing-masing bangunan mempunyai satu
PHB atau lebih maka satu PHB dari masing-masing bangunan harus ditanahkan lengkap
dengan hantaran pentanahan dan elektroda tanah.
Hantaran pengaman harus dari jenis hantaran yang terlidung dan berisolasi seperti hantaran
fasanya.
Massa terbuka seperti tersebut dibawah ini harus disambung pada hantaran pengaman
- Pipa instalasi dari logam.
- Langit-langit rumah dari logam.
Armatur logam yang tergantung tidak perlu ditanahkan.
Kotak kontak (Stop kontak) harus dilengkapi kontak pengaman dengan sedemikian rupa
sehingga peralatan yang tersambung pada kotak kontak tersebut otomatis tersambung pada
hantaran pengaman.
Semua logam yang terhubung baik dengan tanah dan ada dibawah JTR terbuka antara lain
jaring pipa air pagar dsb. Harus tersambung pada hantaran netral atau hantaran pentanahan
terdekat.
68
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
VNE =
R NE
x 220Volt
R NE RG
69
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Pada umumnya harga tahanan gangguan yang kurang dari 17 ohm jarang terjadi, maka besar
kenaikan tgangan netral adalah :
V NE
5
X 220Volt 50Volt
5 17
Batas tegangan sentuh yang aman menurut PUIL atau IEC adalah 50 Volt.
VI.3 Sistem PNP untuk JTR dan Instalasi Pelanggan di PLN
Di JTR penghantar netral sekaligus berfungsi sebagai hantaran pengaman dan dibumikan
disepanjang saluran. Titik bintang trafo distribusi dibumikan. Di instalasi pelanggan, mulai dari
PHB utama penghantar pengamannya terpisah tersendiri dari netralnya pengamannya, bila
penampangnya kurang dari 10 mm2.
Setiap pelanggan diharuskan memasang sebuah elektroda pembumian yang melalui hantaran
pembumian tersambung ke rel / terminal pengaman ini dihubungkan dengan rel / terminal
netral PHB.
Maksud pembumian ganda pada penghantar netral sepanjang JTR dan pembumian disetiap
pelanggan adalah untuk :
-
Mencegah terjadinya tegangan yang terlalu tinggi pada hantaran netral termasuk juga
badan peralatan bila terjadi gangguan satu fasa ketanah ataupun hubungan singkat fasa
netral, ataupun kegagalan isolasi peralatan.
Mencegah kenaikan tegangan kawat netral, termasuk juga badan peralatan, dalam hal
ada arus netral akibat beban yang tak seimbang.
Untuk mencegah kenaikan tegangan yang terlalu tinggi pada kawat netralnya, bila
JTR yang ada dibawah JTM menyentuh JTM.
Dengan tersambungnya penghantar pengaman ke netral maka bila terjadi kegagalan isolasi
pada peralatan, maka arus gangguan akan lebih terjamin cukup besarnya sehingga alat selalu
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
70
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bekerja / putus dengan cepat, sebab dalam hal ini penghantar netral merupakan jalan kembali
yang baik, tidak hanya tergantung pada elektroda pembumian seperti dalam sistim PP.
Tegangan sentuh yang terjadipun relative lebih rendah dari sistim PP.
PHB
Rel pengaman
Pentanahan
pengaman
Peralatan
Electrode
pembumian
Gambar 3.2
Sistim PNP pada instalasi pelanggan.
71
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
adalah : VS
RE
X 220V
RE RB
Tegangan Vs diatas akan terasa pada semua alat yang badannya tersambung kenetral melalui
penghantar pengaman, baik yang dihidupkan maupun tidak,
Pelanggan sedang menghidupkan peralatan yang terdiri dari atas seterika 500 watt, pemanas air
700 watt dan mempunyai Rg = 20 ohm.
Maka :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
72
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2202
40,33
700 500
RB
20
X 220V 73Volt
20 40,33
VS
Tegangan sebesar ini akan terasa pada semua alat yang badannya terhubung terhu bung
kenetral melalui penghantar pengaman baik yang dihidupkan atau tidak.
Menurut ketentuan tegangan sentuh dibatasi sampai 50 Volt untuk waktu yang tak terbatas.
Untuk mendapatkan harga ini RE perlu diturunkan. Hubungan besar RE dan besar RB dapat
diturunkan dari persamaan diatas :
RE
X 220V 50Volt
RE RB
VS
50 RE RB 220 RE
RE
Atau
50
50
2202
RB
X
170
170
VA
RE x VA = 14235
RE ( Ohm )
31,6
900
15,8
1300
11
2200
6,5
4400
3,2
Hubungan antara besar daya tersambung pelanggan 1fasa dan tahanan pembumian agar
diperoleh tegangan sentuh yang aman pada saat sambungan pelayanan putus.
Dari table ini dapat dilihat makin besar daya pelanggan, harus semakin baik tahanan
pembumiannya agar pada saat netral putus tidak terjadi kenaikan tegangan badan peralatan.
Kasus c : Penghantar netral sambungan pelayanan terputus pada pelanggan tiga
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
73
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Fasa.
Bila beban pelanggan tiga fasa terbagi rata pada setiap fasa arus yang melalui penghantar
netral diterminal netral PHB akan saling menetralisir, sehingga arus netral yang keluar dari
terminal PHB akan = 0 . Tetapi hal seperti ini jarang terjadi.
Bila beban tidak seimbang kasus bahaya yang sama seperti butir b akan terjadi. Arus netral
yang diteruskan ketanah adalah :
IE = I R + I S + I T
Tegangan badan perlatan yang tersambung ke netral melalui penghantar pengaman adalah :
VE = IE X RE
Jadi semakin besar arus ketidak seimbangan akan semakin besar tegangan VE.
Bila putusnya netral ini terjadi pada pelanggan yang pentanahan netralnya tidak ada,
sedangkan netral instalasi dan penghantar pengaman tetap dihubungkan diterminal netral PHB,
maka bila bebannya tidak seimbang badan peralatan akan menjadi bertegangan. Disamping itu
sebagian peralatan akan tersambung pada tegangan yang lebih besar dari 220 Volt. Hal ini
tentu saja dapat merusak peralatan pelanggan yang bersangkutan.
Kasus d : Penghantar metral JTR tiga fasa didekat gardu distribusi putus.
Disebelah hilir dari titik putus terdapat sejumlah pelanggan. Arus balik yang melalui netral
akan melewati tahanan pembumian ekivalen RE, yang merupakan gabungan dari tahanan
pembumian (di PHB pelanggan dan di JTR) yang terdapat disebelah hilir titik gangguan. Bila
beban ada dalam keadaan seimbang, arus yang melalui netral ini kecil dan kondisi ini tidak
membahayakan.
Bila beban ada dalam keadaan tak seimbang bahaya yang sama seperti kasus c akan terjadi.
Hal yang sama akan berlaku juga bila kawat netral putus ditempat lain di JTR. Pada bagian
dibelakang netral yang putus tidak akan terjadi hal yang membahakan selama beban dalam
keadaan seimbang. Bila beban tak seimbang akan terjadi kenaikan tegangan pada badan
peralatan yang tersambung ke netral melalui penghantar pengaman sebesar :
VE = IE X RE
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
74
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
75
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
Hal seperti pada butir d diatas akan terjadi juga bila penghantar ditiang akhir dibumikan secara
baik.
76