Oleh:
PUTRI KUMALASARI
22020115210050
Oleh:
PUTRI KUMALASARI
22020115210050
: PUTRI KUMALASARI
No.Telp
: 085741070006
: putri.kumalasari99@yahoo.com
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan saya ini bebas dari
plagiarism dan bukan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan
sebagian atau seluruh bagian dari penelitian dan karya ilmiah dari hasil-hasil
penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarism, saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan Akademik UNDIP.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa unsur paksaan dari
siapapun.
Putri Kumalasari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir dari perkembangan manusia.
Seseorang dikatakan lanjut usia jika seseorang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lanjut usia merupakan proses akhir dari
tumbuh kembang manusia, dimana di dalam proses tersebut terjadi penuaan
(Azizah, 2011). Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan
suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stres yang ada di lingkungan.
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individu (Efendi, 2009). Adapun masalah
kesehatan ataupun penyakit-penyakit yang sering muncul terjadi pada lansia
akibat dari penurunan fungsi organ tubuh (fisiologis) yaitu diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol, penyakit jantung, arthritis, dan asam urat.
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah yang disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007). Diabetes Mellitus (DM)
merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar glukosa dalam darah (hyperglikemia) yang terjadi akibat adanya
kelainan dalam sekresi insulin maupun keduanya (Smeltzer & Bare, 2008).
Diabetes mellitus terdiri dari beberapa jenis yaitu diabetes mellitus tipe I,
diabetes mellitus tipe II, diabetes mellitus tipe gestasional, dan diabetes
mellitus tipe lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak di derita
adalah diabetes tipe II.
Data dari WHO menunjukkan, bahwa Indonesia menempati peringkat
ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah
Amerika Serikat, China, dan India (PDPERSI, 2015). Data Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2013 juga menunjukkan angka prevalensi Diabetes Mellitus
di Indonesia adalah 2,1%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar
1,0% apabila dibandingkan dengan prevalensi tahun 2007 (1,1%) (Riskesdas,
2013). Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 4,9 juta kematian warga
Indonesia selama 2014. Hal ini berarti setiap 7 detik, ada penderita yang
meninggal karena diabetes. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun
2011 yang menyebabkan 4,6 juta kematian akibat diabetes mellitus. Selain itu
pengeluaran biaya kesehatan untuk perawatan diabetes mellitus telah mecapai
612 miliar USD (IDF, 2011 dalam Trisnawati, 2013). International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta penderita tidak
menyadari bahwa mereka mengidap DM. 80% penderita DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah (IDF, 2011 dalam Trisnawati, 2013).
Sedangkan data lain dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2014
menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus di Kota Semarang
sebesar 14.200 kasus (Profil Kesehatan Semarang, 2014).
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang menyebabkan gangguan
pada sirkulasi darah perifer yang dapat menyebabkan berbagai dampak secara
fisik maupun psikologis. Dampak fisik yang terjadi pada diabetesi seringkali
disebabkan oleh adanya komplikasi DM seperti ulkus pada kaki, kelemahan
fisik, penurunan sensasi nyeri pada kaki, penurunan berat badan, kesemutan,
gatal, mata kabur, stroke, gangren, serta timbulnya penyakit kronis lainnya
seperti penyakit jantung atau gagal ginjal, bahkan dapat menimbulkan
kecacatan fisik (Sari, 2012). Dampak fisik inilah yang dapat mempengaruhi
kondisi psikologis penderitanya. Dampak psikologis pada diabetesi ini antara
lain ketidakmampuan menerima keadaan sakitnya, merasa putus asa, dan tidak
berguna (Sukmaningrum, 2005). Selain itu berdasarkan hasil pengkajian pada
klien Ny. S didapatkan data jika pada awal masuk Panti Wredha klien tidak
memiliki nafsu makan sama sekali, sering merasa haus sehingga banyak
minum, sering mengalami kesemutan, kelemahan fisik dan penurunan berat
badan.
Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu
melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan masalah diabetes mellitus
b.
Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik
kepada lansia
2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
sesuai permasalahan keperawatan pada lansia
3) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan gerontik sesuai
permasalahan keperawatan pada lansia
4) Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah, tujuan dan kriteria
hasil pada asuhan keperawatan gerontik pada lansia
5) Mahasiswa mampu menyusun rencana dan mengimplementasikan
asuhan keperawatan gerontik pada lansia
6) Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi pada asuhan keperawatan
gerontik yang telah dilakukan pada lansia
7) Mahasiswa mampu merumuskan rencana tindak lanjut pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.
2.
Manifestasi Klinis
Gejala klasik Diabetes Mellitus seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan
penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita diabetes
mellitus karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang
batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin
bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus
terganggu seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga
lansia penderita diabetes mellitus mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar
akibat hiperglikemia berat (Burduli, 2009 & Mencilly, 2001).
Diabetes mellitus pada lansia umumnya bersifat asimptomatik,
kalaupun ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan,
letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan
fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan
inkontinensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis diabetes mellitus
pada lansia seringkali agak terlambat. Bahkan, diabetes mellitus pada lansia
seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakit lain (Kurniawan, 2010).
Sindrom Geriatri
Selain manifestasi klinik yang telah disebutkan, pada lansia juga
terdapat aspek khusus berkenaan dengan diabetes mellitus yang dikenal
dengan sindrom geriatri (Kurniawan, 2010).
1. Depresi
Pada lansia penderita DM yang mengalami depresi rekuren, perlu ditelaah
kembali obat yang diterimanya, adakah obat yang menyebabkan depresi di
antara obat-obatan tersebut. Mekanisme hubungan antara DM dan depresi
belum jelas, tetapi hiperglikemia dapat menyebabkan depresi dan
sebaliknya, depresi dapat menyebabkan hiperglikemia. Depresi tentu
meningkatkan biaya pelayanan kesehatan dan memberi pengaruh buruk
pada pengobatan DM karena tata laksana DM yang efektif memerlukan
partisipasi pasien (Kurniawan, 2010).
2. Gangguan Fungsi Kognitif
3.
Klasifikasi
c.
DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
Etiologi
a.
b.
5.
Patofisiologis
a)
Diabetes tipe I.
Penderita diabetes tipe satu memiliki ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati
Hiperglikemi puasa terjadi akibat. Di samping itu glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, klien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
asam
basa
tubuh
apabila
jumlahnya
berlebihan.
Untuk
mengatasi
resistensi
insulin
dan
untuk
mencegah
6.
Komplikasi
Komplikasi pada tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan menjadi dua
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007).
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
1) Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan.
Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus sopor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
2) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
bervariasi.
Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
1) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
2) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
3) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5) Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
7.
risiko
komplikasi
makrovaskular
dan
mikrovaskular
(Kurniawan, 2010).
c. Kontrol Lemak Darah
DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung
koroner, sehingga dislipidemia pada DM harus dikelola secara agresif
yaitu harus mencapai target kadar kolesterol LDL <100 mg/dl. Pada pasien
yang juga menderita penyakit pembuluh koroner atau mempunyai
komponen sindrom metabolik lain, maka dianjurkan kadar kolesterol LDL
<70 mg/dl. Banyak studi memperlihatkan bahwa penurunan kadar
kolesterol dapat mengurangi kejadian kardiovaskular pada lansia dengan
DM (Kurniawan, 2010).
d. Lain-Lain
Berhenti
merokok.
DM
dan
merokok
merupakan
faktor
risiko
mikroalbuminuria
yang
dapat
berkembang
ke
arah
Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >
200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit
darah:
Ht
meningkat
(dehidrasi),
leukositosis
dan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S (80 Tahun)
DENGAN DIABETES MELLITUS
A. DATA UMUM
1. Nama Lansia
: Ny. S
2. Usia
: 80 tahun
3. Agama
: Islam
4. Suku
: Jawa
5. Jenis Kelamin
: Perempuan
6. Nama Wisma
7. Pendidikan
:-
8. Riwayat Pekerjaan
9. Status Perkawinan
: Janda
: Ny.R
Klien mengatakan, Saya tuh tinggal di rumah juragan saya ning, lha terus
ndak tau tiba-tiba udah dibawa kesini, kemarin bilangnya mau diajak ke
puskesmas gitu buat berobat. padahal saya kerja disana sudah lama,
bertahun-tahun, terus saya diajak kesini tu saya dibohongi kok ning, kalau tau
mau diajak kesini ya saya ga mau lah ning.
Klien menjelaskan bahwa ia tidak memiliki keluarga, klien tinggal di rumah
juragan tempat ia bekerja di Semarang sebagai pembantu rumah tangga.
Karena sudah tua dan sudah tidak mampu bekerja lagi, ketua RT setempat
memasukkan Ny.S di Panti Wredha Harapan Ibu.
C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat Penyakit (dalam 6 bulan terakhir)
Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus.
Klien mengatakan, Pas dirumah yo sehat-sehat wae ning, orak pernah
sakit apa-apa, nah tapi pas diperiksa di nek kene katane sakit gula ngono,
padahal sak durunge orak ono loro opo-opo.
Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus. Klien mengatakan
ketika diperiksa kadar gula darahnya seringkali hasilnya tinggi lebih dari
normal. Selain itu menurut pengurus panti, terkadang tekanan darah klien
tinggi.
2. Riwayat monitoring TD
Tgl
08/02/2016 09/02/2016 10/02/2016
TD
100/70
100/70
90/60
3. Riwayat Vaksinasi
Klien mengatakan,Lah, orak pernah ig ning.
Klien tidak ingat riwayat vaksinnya. Pengurus panti juga tidak mengetahui
secara pasti riwayat vaksinasi klien. Selama di Panti, klien tidak pernah di
vaksin.
4. Skrining Kesehatan yang Dilakukan
Klien mengatakan, Paling saben dino di tensi iku ning, sing diukur
darahe iku, lha aku yo dikandani nek duwe penyakit gula ngono.
5. Status Gizi
BB
31 kg
TB (Tinggi Lutut)
147 cm (TL= 45 cm)
IMT (BB/TB2)
14,35
Status Gizi
Underweight
Mandiri
Tergantung
e. Personal Higiene
Klien mengatakan, Kalo nyuci aku yo mbayar mbak, tak kon
nyucike, wes rak kuat nek dienggo nyuci dewe awak, lha tangane ki
sok gringgingen ngene kok.
Klien berkata bahwa untuk mencuci pakaian klien meminta tolong
pada pegawai wisma.
f. Mandi
Klien mengatakan, Aku nek adus sedino ping loro (2) mbak, iso dewe
kok.
Klien dapat melakukan mandi secara mandiri, klien mandi 2 kali
sehari.
D. DIMENSI PSIKOLOGIS
1. Status Kognitif (Short Portable Mental State Quesionnare)
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jawaban
Betul
Salah
penyesuaian
Tidak
Jawaban
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Klien mengatakan, Nek aku bosen yo paling turu mbak. Yo nek nonton tv
yo jarang kok mbak, meh ngobrol karo kancane yo wegah. Akeh sing
sombong soale mbak.
Klien mengalami depresi, klien merasa jenuh berada dipanti. Klien tidak
suka berkomunikasi dengan penghuni panti yang lain, klien lebih suka
diam dan tidur.
6. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien mengatakan, Ya tinggal disini terpaksa mbak, wong saya
dibohongi dibilangnya mau diajak kemana gitu malah dibawa kesini. Saya
kalo disini ya cuma diam. Sama orang-orang disini ya tau tapi ga tau
namanya wong jarang ngobrol, koncone podho sombong mbak, nek orak
dijak ngobrol orak gelem ngajak disik soale.
Klien mengatakan, Nek dibilang stress ya stress mbak, kalo dibilang
stress ya gimana udah kepepet tinggal di sini.
Klien mengatakan dirinya merasa depresi di panti. Klien ingin menyusul
ibunya yang sudah meninggal. Klien hanya diam atau tidur jika merasa
jenuh dan depresi. Klien merasa tidak dapat mengerjakan apapun dan
merasa tidak dipedulikan oleh orang-orang di sekitarnya.
7. Keadaan Emosi
a. Anxietas
Klien mengatakan, Aku nek kene yo rak wedhi opo-opo kok mbak
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak takut dengan apaapun di panti.
Total skoring anxiety dengan kuesioner DASS : 18 (Cemas berat)
No.
PERNYATAAN
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
b. Perubahan Perilaku
Klien mengikuti rutinitas di panti. Klien hanya makan dan tiduran.
Klien terlihat lebih senang menyendiri.
c. Mood
Klien terlihat diam bila tidak ada yang mengajak bicara, jika ada yang
mengajak berbicara klien menjawab seadanya.
E. DIMENSI FISIK
1. Luas Wisma
Luas tanah 3.783 m2
Luas wisma 2.303 m2
2. Keadaan Lingkungan di Dalam Wisma
a. Penerangan
Wisma harapan ibu memiliki 2 kamar dengan penghuni masing-masing
19 orang. Setiap kamar memiliki 7 lampu. Ketika siang hari lampu
dimatikan dengan kondisi jendela/tirai dibuka sehingga ruangan
terang.
b. Kebersihan dan Kerapian
Kebersihan
kamar
dibersihkan
oleh
petugas
setempat.
Klien
Pemisahan ruang antara pria dan wanita dipisah dengan tembok, sesuai
dengan jenis kelaminnya.
d. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara setiap ruang baik, setiap jendela terdapat ventilasi
udara. Saat siang hari jendela dibuka sehingga udara dapat bertukar
dengan baik. Jendela kamar masing-masing terdapat 20. Cahaya
matahari dapat masuk.
e. Keamanan
Kondisi lantai sudah dikeramik, beberapa ruangan sudah terdapat
pegangan untuk pengamanan sebagai alat bantu mobilisasi.
f. Sumber Air Minum
Air bersumber dari air kemasan isi ulang. Kualitas air baik, jernih.
Pengelolaan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan
mencuci baju menggunakan air sumur. Jarak antara kamar dengan WC
10 m.
g. Ruang Berkumpul Bersama
Kondisi ruangan untuk berkumpul bersama baik dan luas, fasilitas
ruangan dilengkapi dengan tv, meja, kursi, microphone dan sound.
3. Keadaan Lingkungan di Luar Wisma
a. Pemanfaatan Halaman
Halaman diberikan banyak pohon-pohonan yang berbuah seperti
pohon mangga dan pohon nangka. Dihalaman depan dan samping
terdapat bunga dan tanaman lainnya. Bagian samping terdapat jemuran
baju.
b. Pembuangan Air Limbah
Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai, sehingga
tidak ada genangan air.
c. Pembuangan Sampah
suka
menghabiskan
waktunya
ditempat
tidur.
Ia
jarang
Klien mengatakan, Aku iki orak nduwe keluarga mbak, bojoku wes orak
ono, aku wes ditinggal wong tuwoku soko chilik. Soko mbiyen aku urip
karo juraganku, kangen karo ndoro putri, pengen telpon soko kene tapi yo
orak oleh sih mbak. Nek sing njenguk aku biasanya tonggo-tonggoku
mbak, gentian. Soale aku apikan karo wong liyo, dadine wong liyo juga
apikan karo aku.
Klien tidak memiliki keluarga namun ada tetangga yang mengunjungi
klien bergantian setiap bulannya.
4. Hubungan Lansia dengan Pengasuh Wisma
Klien mengatakan, Iyo ngerti aku mbak, Jenenge Bu Khani. Wonge
apikan og mbak. Nek bapake karo ibune sing liyone yoo ngerti tapi lali
jenenge sopo.
Hubungan klien dengan pengasuh wisma berjalan baik. penghuni wisma
kenal kepada pengasuh wisma.
5. Kegiatan Organisasi Sosial
Klien mengatakan, Aku arang melu mbak, wong awakku sering pegelpegel ngene dadine luwih sering lungguh nek orak yo turu wae mbak nek
kene.
Kelemahan fisik membuat klien jarang mengikuti kegiatan panti seperti
senam dan kerja bakti, kalaupun mengikuti kegiatan tersebut hanya
sebentar saja.
G. DIMENSI TINGKAH LAKU
1. Pola Makan
Klien mengatakan, Aku nek maem sedino ping 3 mbak, enjang, siang
kalih bengi, tapi aku paling maeme cuman sithik mbak, 5-6 sendok thok,
rasane ki males meh maem mbak. Aku luwih seneng minum kok mbak.
Pengurus panti berkata, Kalo disini menu makan sama semua mbak,
setiap minggu diberi kacang hijau dan susu juga. Buah palingan 3 hari
sekali. Menu makanan paling tempe, tahu, telor sama sayur. Untuk ayam
sama daging dikurangi mbak.
Frekuensi : tiga kali dalam sehari
Porsi makan : 3-4 sendok makan
Kesulitan makan : ketika makan terasa pahit sehingga tidak nafsu makan.
Pola diet : tidak ada.
2. Pola Tidur
Klien mengatakan, Aku biasane turu nek kancane wis turu mbak, yo jam
11an ngono, biasane yo sik tangi goro-goro pengen nek kamar mandi
ngono mbak.Nek tangi yo melu-melu kancane sih jam 3 nan ngono yo wis
tangi kok mbak.
Jam tidur jam 22.00 bangun pukul 03.00. Selalu tidur siang 1-2 jam.
Lama tidur : 6-7 jam /hari
Kesulitan dalam tidur : klien berkata sering terbangun karena ingin ke
kamar mandi.
Kualitas dan kuantitas tidur : klien berkata badannya segar ketika bangun
tidur.
3. Pola Eliminasi (BAK, BAB)
Klien mengatakan, Aku nek BAB karo BAK yo neng WC mbak. Aku ora
ngagem pampers kok. Aku nek meh nek mburi yo dewekan. Biasane 2
dino pisan nek BAB, nek BAK yo aku sering banget mbak 5-6 mbak.
a. BAK : tidak mengalami inkontinensia, frekuensi 5-6 kali/hari,
kemampuan menahan berkemih terbatas.
b. BAB : 2 hari sekali, konsistensi lunak
4. Kebiasaan Buruk Lansia
Berdasarkan observasi klien tidak memiliki kebiasaan buruk. Klien
tampak lebih sering tiduran di kasurnya daripada beraktivitas maupun
berinteraksi dengan temannya.
5. Pelaksaanaan Pengobatan
observasi
klien
diberikan
obat
metformin
dan
dexamethasone.
Petugas panti mengatakan, Kalo disini semua diberi vitamin dan
kalsium mbak. Tapi nek pasiennya tensinya tinggi apa gula darahnya
tinggi biasanya tak kasih captopril atau amlodipine sama metformin.
6. Kegiatan Olahraga
Klien mengatakan, Aku arang melu senam kok mbak wong badanku ki
rasane pegel-pegel dadine nek melu senam iso mung karo lungguh.
Klien jarang mengikuti kegiatan senam.
7. Rekreasi
Klien mengatakan, Aku paling nek ning kene yo nonton tv mbak karo
turu, aku rak terlalu seneng crito-crito ngono mbak. Enak nek turu wae
nek kasur mbak.
Klien tidak memiliki hobi/kegiatan yang dianggap bisa menjadi sarana
rekreasi /hiburan bagi klien. Sehingga klien tidak pernah memenuhi
kebutuhan rekreasinya.
8. Pengambilan Keputusan
Pengambil keputusan lebih dominan oleh pengasuh wisma.
H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Ketika klien sakit maka pengasuh wisma memberikan obat.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Fasilitas
puskesmas
pembantu. Jika
Bagian/region
Hasil Pemeriksaan
Masalah
Keperawatan yang
muncul
1.
Kepala
Mesochepal,
penyebaran
rambut
Wajah/muka
ada benjolan.
Tampak kerutan
3.
Mata
penuaan.
Sklera ikterik, kojungtiva anemis,
Ketidakseimbangan
tidak
katarak,
karena
isokor,
proses
rangsang
lapang
pandang
terbatas
Telinga
benda jauh.
Pendengaran
5.
serumen keluar
Mulut bersih, mukosa lembap, tidak
6.
Leher
normal,
tidak
ada
7.
Dada
8.
Jantung
terdengar wheezing/ronchi.
I: warna kulit sesuai dgn warna kulit
bagian tubuh lainnya.
P: tidak ada pembesaran jantung. IC
teraba di interkosta ke 5 mid
klavikula sinistra.
P: batas-batas jantung sesuai, suara
redup.
A: tidak terdapat bunyi jantung
9.
Abdomen
tambahan.
I: cekung.
A: bising usus 7x/menit.
P: timpani.
10.
Ekstrimitas Atas
11.
Ekstrimitas
Bawah
ekstrimitas
4. Pemeriksaan penunjang
GDS tanggal 25-01-2016 195 mg/dL.
PENGKAJIAN
Riwayat jatuh:
SKALA
Tidak
Ya
0
25
Tidak
Ya
0
15
NILAI
25
0
0
0
15
30
Tidak
Ya
20
bergerak sendiri)
10
20
Status Mental
- Klien menyadari kondisi dirinya
15
TOTAL NILAI
Keterangan:
0 24
15
40
25 50
51
Data
Skor (0-4)
2
4
Berdiri tanpa bantuan
3.
Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu ke lantai
4.
Duduk dari posisi berdiri
5.
Berpindah tempat
6.
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
7.
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan
8.
Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan lurus ke depan
9.
pada posisi berdiri
10.
Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri
11.
Menengok ke belakang melewati bahu kiri dan kanan ketika
berdiri
12.
Berputar 360 derajat
13.
Menempatkan kaki bergantian pada anak tangga/ bangku kecil
ketika berdiri
14.
Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain
15.
Berdiri dengan satu kaki
Total
Kesimpulan : Keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)
Keterangan:
0-20 = harus menggunakan kursi roda
21-40 = keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)
41-56 = keseimbangan baik
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
35
ANALISA DATA
Tanggal
Senin, 08
Data Fokus
DS:
Februari
2016
Klien mengatakan, Aku ki rasane kok nek mangan wegah mbak, paling mangan
yo 5-6 sendok tok, koyo mau isuk, rak tak entekke. Tapi aku luwih sering minum
melitus (00002)
Klien mengatakan,Aku paling cuman turu mbak, ki rasane kesel, mumet ngono
yo turu wae.
Klien mengatakan, Aku nek BAB karo BAK yo ning wc mbak. Aku ora ngagem
pampers kok. Aku nek meh nek mburi yo dewekan. Biasane 2 dino pisan nek
BAB, nek BAK yo aku sering banget mbak 5-6 mbak.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Pengurus panti berkata, Kalo disini menu makan sama semua mbak, setiap
minggu diberi kacang hijau dan susu juga. Buah palingan 3 hari sekali. Menu
makanan paling tempe, tahu, telor sama sayur. Untuk ayam sama daging
dikurangi mbak.
DO:
-
Konjungtiva anemis
Klien mengatakan, Saya tuh tinggal di rumah juragan saya nok, lha terus ndak
tau tiba-tiba udah dibawa kesini, kemarin bilangnya mau diajak ke puskesmas
gitu buat berobat. padahal saya kerja disana sudah lama, bertahun-tahun, terus
saya diajak kesini tu saya dibohongi kok mbak, kalau tau mau diajak kesini ya
saya ga mau lah nok.
Klien mengatakan, Nek aku bosen yo paling turu mbak. Yo nek nonton tv yo
jarang kok mbak, meh ngobrol karo kancane yo wegah. Akeh sing sombong soale
mbak.
Klien mengatakan, Nek ning kene aku luwih seneng dewekan, paling cuman
turu tok mbak. Karo condone ning kene aku sih ngerti mbak, tapi yo rak ngerti
jenenge, soale jarang ngobrol.
Klien mengatakan, Aku iki orak nduwe keluarga mbak, anakku nek demak,
bojoku wes orak ono, aku wes ditinggal wong tuwoku soko chilik. Soko mbiyen
aku urip karo juraganku, kangen karo ndoro putri, pengen telpon soko kene tapi
yo orak oleh sih mbak. Nek sing njenguk aku biasanya tonggo-tonggoku mbak,
gentian. Soale aku apikan karo wong liyo, dadine wong liyo juga apikan karo
aku.
DO:
-
Klien mengalami depresi, klien merasa jenuh berada di panti. Klien tidak suka
berkomunikasi dengan penghuni panti yang lain. Klien lebih suka menghabiskan
waktunya ditempat tidur.
Klien mengikuti rutinitas di panti. Klien hanya makan dan tiduran. Klien terlihat
lebih senang menyendiri.
DS:
Klien mengatakan, Iya ini Alhamdulillah kakinya masih sehat, bisa jalan-jalan
walupun kadang gemeteran mbak. Dulu pernah jatuh di kamar mandi juga
Klien mengatakan, Nek makan ya 3 kali mbak, isuk, awan karo bengi, tapi yo
kui aku nek makan orak tak habiske mbak, luwih akeh minume.
Klien mengatakan, Aku arang melu mbak, wong awakku sering pegel-pegel
ngene dadine luwih sering lunggu nek orak yo turu wae mbak nek kene.
Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering
gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak
sih.
Klien berkata,Aku mung turu mbak. Lah piye neh wong pegel kabeh awakku.
Lemes banget ngene. Ngko nek mlaku-mlaku malah tibo.
DO:
-
ki
Kategori
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continence
Feeding
Kekuatan otot:
Mandiri
Tergantung
ka
PRIORITAS MASALAH
Dx. Keperawatan
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan dengan faktor
biologis: diabetes melitus
Prioritas
High
priority
Ketidakefektifan
koping
individu berhubungan dengan
stress berkepanjangan
Medium
priority
Pembenaran
Urgency
Ny. S merupakan lansia berusia 80 tahun yang
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
Masalah utama pada Ny. S adalah IMT Ny. S
yang underweight dan tidak ada motivasi untuk
menghabiskan makanan yang diberikan. Selain
itu, Ny. S tidak memperhatikan 3 pilar diit DM
dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak
Jika masalah ketidakseimbanan nutrisi ini tidak
teratasi, hal tersebut akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang lain. Lansia dengan
penyakit DM juga rentan sekali mengalami
hipoglikemi atau komplikasi organ lainnya.
Selain itu, kondisi klien yang lemah juga
menghambat klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
Intervensi
Pendidikan kesehatan tentang diit DM yang
tepat perlu dilakukan karena ada hubungan yang
signifikan tentang pengetahuan diit DM dengan
kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita
diabetes melitus terutama pada klien Lansia
yang membutuhkan pendekatan mengenai
penyakit yang lebih (Purwanto, 2011)
Urgency
Stress yang berkepanjangan menjadikan Ny.S
sulit menentukan koping yang tepat untuk
dirinya. Klien merasa tidak berharga.
Dampak
Koping yang tidak efektif karena stress yang
berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan
kemampuan klien dalam melakukan kegiatan
sehari-hari, klien merasa tidak berharga dan
tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu, stress atau depresi dapat
mempengaruhi kadar gula darah Ny. S
Intervensi
Brain gym dapat menurunkan tingkat depresi
lansia pada lansia di panti wredha (Prasetya dkk,
2010). Selain itu melakukan terapi music
langgam jawa juga mampu menurunkan tingkat
kecemasan pada klien dengan masalah
kecemasan terutama pada Lansia di Panti
Wredha (Junaidi, 2010)
Low
priority
Urgency
Ny. S memiliki banyak faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya kelemahan pada
dirinya.
Dampak
Sindrom lemah dapat mengakibatkan resiko
jatuh pada Ny. S. Jika tidak diberikan intervensi
keperawatan bisa jadi Ny. S mengalami
penurunan tingkat kekuatan otot, gizi buruk
yang mengakibatkan ketunadayaan/kelemahan
sehingga timbul hambatan mobilitas fisik.
Intervensi
ROM dapat meningkatkan kekuatan otot lanjut
usia (Safaah, 2015)
RENCANA KEPERAWATAN
No
Dx. Keperawatan
Tujuan
Umum
Khusus
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan tindakan
tindakan asuhan
asuhan keperawatan selama
keperawatan selama 3
7 hari pada klien masalah
minggu masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
seimbang dengan kriteria dapat teratasi dengan
hasil :
kriteria hasil :
1. Berat badan klien
Nutritional Status:
meningkat 0,5-1kg.
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL
Intervensi
Hiperglycemia Management (2120)
1. Motivasi untuk meningkatkan intake
makanan
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
diit yang tepat untuk penderita DM
4. Berikan makanan kesukaan yang sesuai
dengan diit DM.
5. Tingkatkan intake cairan
6. Monitor kadar gula dalam darah
7. Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa
darah pada klien
8. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien
untuk mencegah komplikasi DM
9. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia
(polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise,
pandangan kabur, dan pusing)
Koping
individu
tidak
berhubungan
dengan
berkepanjangan.
efektif
stress
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu masalah
koping individu efektif
dengan kriteria hasil:
1.
2.
3.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 minggu
diharapkan sindrom
lemah dapat berkurang
dengan kriteria hasil:
1. Tidak ada kejadian
jatuh berulang pada
klien
2. Klien dapat
melakukan ADL
3.
dengan bantuan
ringan
Kategori risiko
jatuh bisa berkurang
dari risiko tinggi
menjadi rendah
mobilisasi
7. Monitor tanda-tanda vital
8. Monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat
9. Yakinkan
diet
yang
dimakan
mengandung tinggi serat agar tidak
konstipasi
10. Anjurkan untuk tempatkan klien
diposisi yang aman ketika tidur
11. Anjurkan untuk mengenakan baju yang
tidak ketat
12. Kaji
tingkat
kelemahan
dan
keseimbangan dengan instrument
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tujuan
Waktu
No. Dx
Sabtu, 13
Feb 2016
Umum
Khusus
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat badan klien
meningkat 0,5-1kg.
Implementasi
Evaluasi Fromatif
Menganjurkan
sering
makan
sedikit
tapi
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
2.
3.
4.
Senin, 15
Feb 2016
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1.
2.
3.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
tersebut.
Melakukan kegiatan rekreasi sederhana
dengan klien : menyanyi lagam jawa
Setelah
dilakukan Setelah dilakukan tindakan
tindakan
keperawatan keperawatan selama 7 hari
selama
3
minggu diharapkan klien
diharapkan
sindrom mengetahui cara
lemah dapat berkurang pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
1. Tidak ada kejadian 1. Kekuatan
otot
jatuh berulang pada
meningkat
dari
klien
kekuatan
pada
2. Klien
dapat
ekstremitas atas dan
melakukan
ADL
bawah meningkat dari
dengan
bantuan
kekuatan 4/4 menjadi
ringan
5/5
3. Kategori
risiko 2. Porsi makan klien
jatuh
bisa
bertambah dari porsi
berkurang
dari
risiko
tinggi
menjadi ringan.
3.
menjadi porsi
Total skor resiko jatuh
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)
4. Skala
keseimbangan
Berg 41-56 (baik)
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
Selasa/ 16
Feb 2016
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
1.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan
penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3
minggu
diharapkan
sindrom
lemah dapat berkurang
4. Skala
keseimbangan
Berg 41-56 (baik)
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
3.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
3.
Kamis/ 18
Feb 2016
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
1.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 minggu
diharapkan klien
diharapkan sindrom
mengetahui cara
lemah dapat berkurang
pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
1. Tidak ada kejadian 1. Kekuatan otot
jatuh berulang pada
meningkat dari
klien
kekuatan pada
2. Klien dapat
ekstremitas atas dan
melakukan ADL
bawah meningkat dari
dengan bantuan
kekuatan 4/4 menjadi
ringan
5/5
3. Kategori risiko
2. Porsi makan klien
jatuh bisa
bertambah dari porsi
berkurang dari
menjadi porsi
risiko tinggi
3. Total skor resiko jatuh
menjadi ringan.
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)
konstipasi
Memonitor TTV
S: -
4. Skala keseimbangan
Berg 41-56 (baik)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
Jumat/ 19
Feb 2016
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
3.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
Setelah
dilakukan Setelah dilakukan tindakan
tindakan
keperawatan keperawatan selama 7 hari
selama
3
minggu diharapkan klien
diharapkan
sindrom mengetahui cara
lemah dapat berkurang pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
1. Tidak ada kejadian 1. Kekuatan
otot
jatuh berulang pada
meningkat
dari
klien
kekuatan
pada
2. Klien
dapat
ekstremitas atas dan
melakukan
ADL
bawah meningkat dari
dengan
bantuan
kekuatan 4/4 menjadi
ringan
5/5
3. Kategori
risiko 2. Porsi makan klien
jatuh
bisa
bertambah dari porsi
berkurang
dari
menjadi porsi
risiko
tinggi 3. Total skor resiko jatuh
menjadi ringan.
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)
4. Skala
keseimbangan
Berg 41-56 (baik)
Memberi tahu
klien
bantuan saat mobilisasi
pentingnya
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
Sabtu/ 20
Feb 2016
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat badan klien
meningkat 0,5-1kg.
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL
Memotivasi makan sedikit tapi sering
Senin/ 22
Feb 2016
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1.
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
4.
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
5.
Klien dapat
Memberikan
(brain gym)
6.
melaporkan
penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan tindakan
tindakan keperawatan
keperawatan selama 7 hari
selama 3 minggu
diharapkan klien
diharapkan sindrom
mengetahui cara
lemah dapat berkurang
pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
4. Tidak ada kejadian 5. Kekuatan
otot
jatuh berulang pada
meningkat
dari
klien
kekuatan
pada
O: Klien mengangguk
Mengkaji tingkat kelemahan
keseimbangan dengan instrument
dan
Memberi tah
5. Klien
dapat
melakukan
ADL
dengan
bantuan
ringan
6. Kategori
risiko
jatuh
bisa
berkurang
dari
risiko
tinggi
menjadi rendah
EVALUASI SUMATIF
Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Evaluasi Sumatif
S:
Klien mengatakan, Nggih ning, mengke nyobo maem sing kathah nggih ning, rasane
wegah maem kok.
Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus ning, kathah pokoke nek ngunjuk
banyu ning.
Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus ning, kathah pokoke nek ngunjuk
banyu ning, lha nek mangan wes kebak wae niki wetenge.
Klien mengatakan, Kulo rasane toh ning, rodho lemes, ngelu sithik, karo sih gemeter
ki tangan tengene, opo goro-goro tensine nggih ning?.
O:
BB: 32 kg
GDS: 180 mg/dl
Klien terlihat memakan 3/4 porsi makan siangnya (6-7 sdm)
Klien makan 3 kali sehari
Klien tampak tidak bersemangat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
3. Monitor kadar gula dalam darah
4. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DM
S:
Klien mengatakan, Yo seneng ning, iso kumpul karo kanca-kancane.
Klien mengatakan, iya mengko nggih ngobrol kok ning karo kancane.
Klien mengatakan, Rasane pegel wae ning, opo goro-goro nyuci mau yo.
Klien mengatakan, Wis apik ning perasaane, seneng iso kaleh ninge.
O:
O:
Klien terlihat tiduran, tidak ada kejadian jatuh berulang
Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 4/4
Porsi makan klien menjadi 3/4 porsi
Morse fall risk scale 46
Skala berg 41
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot
2. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif (ROP)
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Beri tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasi
BAB IV
PEMBAHASAN
dengan
diabetes
mellitus
untuk
mencegah
munculnya
gejala-gejala
2.
3.
4.
5.
Nikmat & Almashoor (2013) yang menunjukkan bahwa senam otak akan
mampu meningkatkan fungsi kognitif dan daya ingat sehingga mampu
menurunkan gejala depresi pada lansia.
a.Grafik skala depresi Ny. S
masih sangat kurang, dimana klien lebih banyak asupan cairan dibandingkan
nutrisi. Hal tersebut dilakukan agar klien tidak mengalami penurunan otot,
memiliki energi untuk beraktivitas dan tidak ada kejadian jatuh berulang.
Berikut adalah grafik perkembangan Ny. S setelah diberikan implementasi
keperawatan.
a.
Ekstremitas Bawah
Pre-intervensi
4/4
4/4
Post-intervensi
4/4
5/5
Grafik
diatas
menunjukkan
bahwa
ada
peningkatan
skala
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Ny. S merupakan lansia (80 tahun) yang tinggal di Panti Wredha Harapan
Ibu. Klien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus (DM). Ketika
kebutuhan
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
koping
individu
berhubungan
dengan
stress
diagnosa
keperawatan
ketidakefektifan
koping
individu
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (ed.3).
Jakarta: EGC
Burduli M. The Adequate Control of Type 2 Diabetes Mellitus in an Elderly Age.
2009. Available from: http://www.gestosis.ge/eng/pdf_09/Mary_Burduli.pdf
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Dennison. 2009. Rain Gym (senam otak) edisi bahasa Indonesia cetakan.X.
Jakarta: Grasindo.
Djohan. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress.
Kurniawan, Indra.. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Lanjut Usia. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010; Vol. 60: 576-584.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Prasetya, dkk. Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia denganTerapi Kognitif
dan Senam Latih Otak di Panti Wredha. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2010
(13): 42-48.
Safaah, Nurus. Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Pasuruan)
Kec. Babat Kab. Lamongan. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2015. (1):1-4.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Action.
Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Profil Kesehatan Kota SMG 2014.pdf - Google Drive [Internet]. [cited 2015 Nov
2].
Available
from:
https://drive.google.com/file/d/0B-yoD_DDYqgWm9ZdGx0b2xYRGs/edit
Purwanto, Nasrul H. Hubungan Pengetahuan tentang Diet Diabetes Melitus
dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 2011 (01):1-9.
Rachmawati, A.M., Bahari, U., Rusli, B., Hardjoeno.2007. Tes Diabetes
Melitus.Dalam Hardjono dkk. Interpretasi Hasil Diagnostik Tes Laboratorium
Diagnostik. Cetakan 3. Lembaga Pendidikan Universitas Hasanudin Makasar
RI KK. Hasil Riset Kesehatan Dasar [Internet]. Jakarta; 2013 p. 87. Available
from: www.depkes.go.id/resources/download/.../Hasil Riskesdas 2013.pdf
Oleh
Putri Kumalasari
22020115210050
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir dari perkemabangan manusia.
Seseorang dikatakan lanjut usia jika seseorang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lanjut usia merupakan proses
akhir dari tumbuh kembang manusia, dimana di dalam proses tersebut
terjadi penuaan (Azizah, 2011). Lansia bukan merupakan suatu
penyakit, namun merupakan suatu tahap lanjut dari proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tuuh dalam beradaptasi
dengan stres yang ada di lingkungan. Lansia merupakan keadaan yang
ditandai
oleh
kegagalan
seseorang
untuk
mempertahankan
adanya
peningkatan
kadar
glukosa
dalam
darah
individu
berhubungan
dengan
stress
berkepanjangan (00069)
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi musik lagam jawa dan brain gym diharapkan
tingkat (skala) depresi klien berkurang.
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi terapi musik lagam jawa dan brain gym
therapy selama 30 menit, klien mampu :
a. Menjelaskan manfaat dari terapi musik dan brain gym therapy
b. Mempraktikkan brain gym therapy dengan benar
III.Rencana Kegiatan
1. Topik
Terapi musik lagam jawa dan Brain Gym
2. Metode Pelaksanaan
Demonstrasi
3. Sasaran dan target
Sasaran adalah Ny. S (80 Thn)
4. Srategi Pelaksanaan
Hari
: Senin, 22 Februari 2016
Waktu
: 09.30 WIB-10.00 WIB
Tempat : Ruang Mawar Panti Wredha Harapan Ibu
5. Media dan Alat bantu
a. Kursi
b. Leaflet
6. Setting tempat
Keterangan
: Lansia
: Mahasiswa
7. Susunan Acara
Waktu
09.30-09.35
09.05-09.10
Kegiatan Perawat
Persiapan:
a. Mempersiapkan klien,
Kegiatan Klien
alat
c. Kontrak:
Menjelaskan tujuan dan
manfaat terapi musik dan
nama
mahasiswa)
c. Memperhatikan penjelasan
Perawat
brain gym
Lama kegiatan selama 15
menit dan klien wajib
mengikuti kegiatan dari
d. Menjawab
pertanyaan
Perawat
a. Klien mengikuti gerakan
brain gym yang dipimpin
oleh mahasiswa
b. Klien tampak menikmati
dan
rileks
ketika
reinforcement
dari mahasiswa
09.25-09.30
Terminasi:
a. Evaluasi
perasaan
menanyakan
klien
setelah
dengan
terapi
b. Menjawab pertanyaan
musik.
b. Menanyakan kepada klien:
Tujuan dan manfaat brain
gym
yang
dipadukan
brain gym.
c. Perawat
memberikan
diapadukan
terapi
musik
lagam
dengan
jawa
berikutnya.
e. Kontrak waktu untuk kegiatan
c. Menerima
reinforcement
dari perawat
d. Mendengarkan
menerima
anjuran
akan datang
Penutup:
Mengakhiri
kegiatan
e. Menyepakati
selanjutnya.
mengucapkan salam.
8. Pengorganisasian
a. Instruktur: Putri Kumalasari
Menjawab salam
dan
dari
perawat
dan
kontrak
fokus
dari
otak
(memperbaiki
konsentrasi)
6) Menurunkan tingkat depresi dan kecemasan
7) Memberikan efek ketenangan pikiran
(Salve& Prabowo, 2007)(Prasetya, 2010)
c. Gerakan Brain gym therapy
Terlampir
Daftar Pustaka
2015
Nov
2].
Available
from:
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=618
Salve, H. R., & Prabowo, H. 2007. Treatment meta musik untuk menurunkan
stress (Tesis Pasca Sarjana). Jakarta : Universitas Gunadarma
Smeltzer, Suzanne C & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2.Ed.8. Jakarta:
EGC
: Putri Kumalasari
NIM
: 22020115210050
Minggu Hari/Tanggal/
kejam
I
Rencana Kegiatan
Tujuan Kegiatan
Kompetensi
Keterangan
Mahasiswa mampu
menjalin
komunikasi yang
baik dan sopan
dengan pengurus
Panti
Bertemu dengan
pengurus
Berkenalan dengan
penghuni panti
Mahasiswa mampu
menjalin hubungan
baik dengan para
lansia
Bertemu dengan
para lansia
penghuni Panti
Wredha Harapan
Ibu
11.00 WIB
Melakukan pengkajian
pada lansia
Mahasiswa mampu
melakukan
pengkajian lansia
secara holistik
Melakukan
pengkajian kepada
lansia
13.30 WIB
Membuat POA
Mengumpulkan
tugas dengan
Membuat targetan
yang telah
Selasa,
09 Februari
2016
08.00 WIB
09.00 WIB
Rabu,
10
Februari2016
dipanti
disiplin
ditetapkan
Mahasiswa dan
penghuni panti
mampu
bekerjasama dalam
kerja bakti
Melakukan kerja
bakti dengan para
lansia dan pengurus
panti
Mahasiswa mampu
merencanakan
tindakan sesuai
dengan masalah
yang dialami lansia
Membuat rencana
keperawatan
Melakukan implementasi
pada Ny. S (74 tahun)
Ny. S. mampu
mengurangi
ketidaknyamanan
(pusing) secara
mandiri
Ny. S melakukan
terapi napas dalam
secara mandiri
Mengumpulkan
tugas dengan
disiplin
Jika
memungkinkan
untuk langsung
dikumpulkan
08.00-14.00
Kamis,
11 Februari
2016
Mendampingi lansia
melakukan siraman rohani
dari departemen agama
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
terkait pelaksanaan
kegiatan spiritual
08.00 WIB
14.00 WIB
Melakukan implementasi
pada Ny. S.
Kegiatan siraman
rohani dari depag
diikuti hampir
seluruh lansia
muslim
Melakukan
implementasi
Mahasiswa
mengetahui apa
yang harus
diberikan kepada
Ny.S
Jumat,
Mengumpulkan seluruh
laporan BAB 1 3,
Preplaning, Preplaning
TAK.
Mahasiswa mendapatkan
masukan dari pembimbing
akademik
12 Februari
2016
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok
Kegiatan
berkelompok
dipandu seluruh
mahasiswa
08.00 WIB
14.00 WIB
Mengumpulkan
seluruh laporan
BAB 1 3,
Preplaning,
Mahasiswa
mendapatkan
masukan dari
pembimbing
Preplaning TAK
Sabtu,
13 Februari
2016
Melanjutkan implementasi
kepada Ny. S
08.00 WIB -
14.00 WIB
II
Senin,
15 Februari
2016 08.00
akademik
Mahasiswa dapat
mengurangi tingkat
depresi Ny. S
Melakukan
implementasi
Dapat dilanjutkan
ketika mahasiswa
tidak ada
Kegiatan
berkelompok
dipandu
sepenuhnya oleh
mahasiswa
Mengevaluasi perasaan
Melakukan teknik sharing
& forgiveness
12.00
Melakukan TAK: terapi
bermain musik dipadukan
dengan senam dan tebak
gerakan
Mahasiswa mampu
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok
Kegiatan dipandu
oleh mahasiswa
Mahasiswa mampu
melakukan TAK
sesuai dengan pre
palanning yang
telah disusun
Kegiatan dipandu
sepenuhnya oleh
mahasiswa
Melakukan implementasi
pada Ny. S
Klien menjadi
lebih tenang
- Tingkat depresi
klien berkurang
- Ny. S mengetahui
tentang
Melakukan
implementasi
Selasa,
16 Februari
yang sama
- Monitor TTV
Monitor nutrisi dan sumber
energi
penyakitnya dan
cara
mengatasinya
- TTV dalam
rentang normal
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok
Kegiatan
berkelompok
dipandu mahasiswa
Mahasiswa mampu
melakukan TAK
sesuai dengan pre
palanning yang
telah disusun
Kegiatan
berkelompok
dipandu mahasiswa
Melakukan implementasi
kepada Ny. S.
- Memberikan pendkes
2016 08.00
14.00
Rabu,
17 Februari
2016 08.00
14.00
Nafsu makan
Melakukan
tentang diit DM
bertambah
implementasi
- Menganjurkan intake
- Makan sesuai
makanan
dengan diit
- Melakukan rekreasi
- Klien tidak
sederhana
merasa kesepian
- Melakukan brain gym
- Tingkat depresi
menurun
Untuk mengurangi depresi Mahasiswa mampu Kegiatan
pada lansia
melakukan
TAK berkelompok
sesuai dengan pre dipandu mahasiswa
palanning
yang
telah disusun.
Melakukan implementasi
kepada Ny. S
Kamis,
18 Februari
2016 08.00-
Melakukan TAK:
Untuk melatih
terapi bermain musik
berpikir lansia
dipadukan dengan senam dan
tebak gerakan
Kekuatan otot
tidak berkurang
GDS terkontrol
Klien
tidak
mengalami
tanda-tanda
hiperglikemi
kecepatan Mahasiswa mampu
membimbing lansia
dalam
kegiatan
berkelompok
Melakukan
implementasi
Kegiatan dipandu
mahasiswa
14.00
Memandu lansia dalam
kegiatan pengajian dan doa
bersama
Jumat,
19 Februari
2016 08.00 -
Kegitan
berkelompok
dipandu
oleh
anggota kelompok
lansia
14.00
Mengumpulkan laporan Mahasiswa membuat laporan Mahasiswa berlatih
hasil praktik Individu tepat waktu
untuk disiplin
(BAB 4-5), Preplanning,
Sabtu,
20 Januari
Meningkatkan kebersihan
panti
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
Kegiatan dipimpin
oleh mahasiswa
2016 08.00
14.00
berkelompok
Dapat dilanjutkan
ketika mahasiswa
tidak ada
Melakukan implementasi
kepada Ny. S
III
Senin,
22 Februari
2016 08.00
12.00
Selasa,
23 Februari
Kegiatan
berkelompok
dipandu mahasiswa
Memberikan
pendidikan Lansia mengetahui Melakukan
kesehatan tentang diit dm tentang diit dm implementasi
yang tepat untuk klien
yang tepat baginya
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok
Kegiatan
berkelompok
dipimpin oleh
mahasiswa
Meningkatkan kebersihan
panti
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok
Kegiatan dipimpin
oleh mahasiswa
Mahasiswa dapat
melakukan
pendekatan lebih
Kegiatan dipandu
sepenuhnya oleh
lansia
2016 08.00
14.00
Rabu,
24 Februari
2016 08.00
14.00
Melakukan kegiatan karaoke
bersama lansia
Menghibur lansia
Mengisi waktu luang
mendalam dengan
lansia
Kamis,
25 Februari
2016 08.0014.00
Jumat,
26 Februari
2016 08.00 14.00
Melakukan
implementasi
Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok
Kegitan
berkelompok
dipandu oleh
anggota kelompok
Mendapat
kepercayaan meski
sudah tidak praktik
Perpisahan dengan
seluruh penghuni
panti