Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN AKHIR PRAKTIK GERONTIK

DI PANTI WREDHA HARAPAN IBU NGALIYAN SEMARANG


Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa
Koordinator

: Rita Hadi W, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing : Ns. Artika Nurrahima, S.Kep, M. Kep


Ns. Nurullya Rachma, Sp.Kep.Kom

Oleh:
PUTRI KUMALASARI
22020115210050

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 26


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

LAPORAN PRAKTIK GERONTIK


ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN DIABETES MELLITUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa
Koordinator

: Rita Hadi W, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing : Ns. Artika Nurrahima, S.Kep, M. Kep


Ns. Nurullya Rachma, Sp.Kep.Kom

Oleh:
PUTRI KUMALASARI
22020115210050

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 26


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME


Nama

: PUTRI KUMALASARI

Tempat/ tanggal lahir : Grobogan, 15 Februari 1994


Alamat Rumah

: Ds. Ngembak RT:10/RW:06 Kec. Purwodadi Kab.


Grobogan

No.Telp

: 085741070006

Email

: putri.kumalasari99@yahoo.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan saya ini bebas dari
plagiarism dan bukan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan
sebagian atau seluruh bagian dari penelitian dan karya ilmiah dari hasil-hasil
penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarism, saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan Akademik UNDIP.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa unsur paksaan dari
siapapun.

Semarang, 13 Feb 2016


Yang menyatakan,

Putri Kumalasari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir dari perkembangan manusia.
Seseorang dikatakan lanjut usia jika seseorang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lanjut usia merupakan proses akhir dari
tumbuh kembang manusia, dimana di dalam proses tersebut terjadi penuaan
(Azizah, 2011). Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan
suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stres yang ada di lingkungan.
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individu (Efendi, 2009). Adapun masalah
kesehatan ataupun penyakit-penyakit yang sering muncul terjadi pada lansia
akibat dari penurunan fungsi organ tubuh (fisiologis) yaitu diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol, penyakit jantung, arthritis, dan asam urat.
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah yang disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007). Diabetes Mellitus (DM)
merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar glukosa dalam darah (hyperglikemia) yang terjadi akibat adanya
kelainan dalam sekresi insulin maupun keduanya (Smeltzer & Bare, 2008).
Diabetes mellitus terdiri dari beberapa jenis yaitu diabetes mellitus tipe I,
diabetes mellitus tipe II, diabetes mellitus tipe gestasional, dan diabetes
mellitus tipe lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak di derita
adalah diabetes tipe II.
Data dari WHO menunjukkan, bahwa Indonesia menempati peringkat
ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat, China, dan India (PDPERSI, 2015). Data Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2013 juga menunjukkan angka prevalensi Diabetes Mellitus
di Indonesia adalah 2,1%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar
1,0% apabila dibandingkan dengan prevalensi tahun 2007 (1,1%) (Riskesdas,
2013). Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 4,9 juta kematian warga
Indonesia selama 2014. Hal ini berarti setiap 7 detik, ada penderita yang
meninggal karena diabetes. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun
2011 yang menyebabkan 4,6 juta kematian akibat diabetes mellitus. Selain itu
pengeluaran biaya kesehatan untuk perawatan diabetes mellitus telah mecapai
612 miliar USD (IDF, 2011 dalam Trisnawati, 2013). International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta penderita tidak
menyadari bahwa mereka mengidap DM. 80% penderita DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah (IDF, 2011 dalam Trisnawati, 2013).
Sedangkan data lain dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2014
menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus di Kota Semarang
sebesar 14.200 kasus (Profil Kesehatan Semarang, 2014).
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang menyebabkan gangguan
pada sirkulasi darah perifer yang dapat menyebabkan berbagai dampak secara
fisik maupun psikologis. Dampak fisik yang terjadi pada diabetesi seringkali
disebabkan oleh adanya komplikasi DM seperti ulkus pada kaki, kelemahan
fisik, penurunan sensasi nyeri pada kaki, penurunan berat badan, kesemutan,
gatal, mata kabur, stroke, gangren, serta timbulnya penyakit kronis lainnya
seperti penyakit jantung atau gagal ginjal, bahkan dapat menimbulkan
kecacatan fisik (Sari, 2012). Dampak fisik inilah yang dapat mempengaruhi
kondisi psikologis penderitanya. Dampak psikologis pada diabetesi ini antara
lain ketidakmampuan menerima keadaan sakitnya, merasa putus asa, dan tidak
berguna (Sukmaningrum, 2005). Selain itu berdasarkan hasil pengkajian pada
klien Ny. S didapatkan data jika pada awal masuk Panti Wredha klien tidak
memiliki nafsu makan sama sekali, sering merasa haus sehingga banyak
minum, sering mengalami kesemutan, kelemahan fisik dan penurunan berat
badan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa diabetes mellitus akan


memberikan dampak yang besar baik dari aspek fisiologis maupun psikologis
terutama untuk lansia, maka dari itu perlu diadakan program pencegahan dan
pengendalian diabetes maupun komplikasi dari diabetes serta penatalaksanaan
aspek psikologis yang terjadi.
B. Tujuan
a.

Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu
melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan masalah diabetes mellitus

b.

Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik
kepada lansia
2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
sesuai permasalahan keperawatan pada lansia
3) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan gerontik sesuai
permasalahan keperawatan pada lansia
4) Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah, tujuan dan kriteria
hasil pada asuhan keperawatan gerontik pada lansia
5) Mahasiswa mampu menyusun rencana dan mengimplementasikan
asuhan keperawatan gerontik pada lansia
6) Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi pada asuhan keperawatan
gerontik yang telah dilakukan pada lansia
7) Mahasiswa mampu merumuskan rencana tindak lanjut pada lansia

BAB II
TINJAUAN TEORI
1.

Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart, 2008). Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relatif
insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Diabetes mellitus (DM)
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007). Sekitar 50% lansia
mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal
(Rochmah, 2007). Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi
Diabetes Melitus maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) meningkat
seiring dengan pertambahan usia, menetap sebelum akhirnya menurun
(Rochmah, 2007).
Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun,
kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg% tahun pada saat puasa dan akan naik
sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan (Subramaniam, 2005).
Seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan
mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Selain itu, kaum lansia juga
mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian antara lain lebih
rentan terhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular dari DM
dan adanya sindrom geriatri (Kurniawan 2010).

2.

Manifestasi Klinis
Gejala klasik Diabetes Mellitus seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan
penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita diabetes
mellitus karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang
batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin
bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus
terganggu seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga
lansia penderita diabetes mellitus mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar
akibat hiperglikemia berat (Burduli, 2009 & Mencilly, 2001).
Diabetes mellitus pada lansia umumnya bersifat asimptomatik,
kalaupun ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan,
letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan
fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan
inkontinensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis diabetes mellitus
pada lansia seringkali agak terlambat. Bahkan, diabetes mellitus pada lansia
seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakit lain (Kurniawan, 2010).
Sindrom Geriatri
Selain manifestasi klinik yang telah disebutkan, pada lansia juga
terdapat aspek khusus berkenaan dengan diabetes mellitus yang dikenal
dengan sindrom geriatri (Kurniawan, 2010).
1. Depresi
Pada lansia penderita DM yang mengalami depresi rekuren, perlu ditelaah
kembali obat yang diterimanya, adakah obat yang menyebabkan depresi di
antara obat-obatan tersebut. Mekanisme hubungan antara DM dan depresi
belum jelas, tetapi hiperglikemia dapat menyebabkan depresi dan
sebaliknya, depresi dapat menyebabkan hiperglikemia. Depresi tentu
meningkatkan biaya pelayanan kesehatan dan memberi pengaruh buruk
pada pengobatan DM karena tata laksana DM yang efektif memerlukan
partisipasi pasien (Kurniawan, 2010).
2. Gangguan Fungsi Kognitif

Hubungan gangguan fungsi kognitif pada lansia penderita DM cukup kuat,


dan wanita mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih bermakna
dibandingkan pria. Studi membuktikan bahwa lansia dengan kontrol gula
darah yang baik lebih lambat mengalami gangguan fungsi kognitif. Seperti
hal depresi, gangguan fungsi kognitif dapat menganggu kemampuan
pasien berpartisipasi dalam tata laksana DM, baik dalam hal modifikasi
gaya hidup maupun dalam minum obat (Kurniawan, 2010).
3. Keterbatasan Fisik dan Risiko Terjatuh
DM merupakan faktor risiko utama untuk gangguan fungsi tungkai bawah,
gangguan keseimbangan, dan kemampuan gerak. Dibandingkan dengan
lansia lainnya, risiko keterbatasan fisik 2-3 kali lipat pada lansia penderita
DM, dan risiko ini lebih besar pada wanita. Dampak semua ini adalah
lebih banyak lansia wanita penderita DM yang mengalami jatuh dan
fraktur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian berkala terhadap faktor
risiko terjatuh pada lansia penderita DM agar dapat diupayakan
pencegahannya (Kurniawan, 2010).
4. Polifarmasi
Polifarmasi adalah penggunaan 5 atau lebih obat-obatan sekaligus. Pada
penderita DM, polifarmasi mungkin tak dapat dihindari karena selain
diperlukan untuk pengendalian gula darah, obat juga diperlukan untuk
mengatasi gangguan tekanan darah, dispipidemia, dan komplikasi
vaskular. Pada kenyataannya, selain meningkatkan risiko terjadinya efek
samping obat, pada lansia polifarmasi meningkatkan kerentanan terhadap
depresi, gangguan fungsi kognitif dan risiko terjatuh. (Kurniawan, 2010)
5. Inkontinensia Urin
Kejadian inkontinensia urin meningkat pada lansia penderita DM, dan
wanita berisiko 2 kali lebih banyak daripada pria. Faktor yang berperanan
dalam hal ini antara lain poliuria, glikosuria, neurogenic bladder, infeksi
saluran kemih, efek samping pengobatan dan impaksi feses. Inkontinensia
urin persisten perlu dievaluasi dan diatasi karena dapat menurunkan
kualitas hidup dan memicu terjadinya isolasi sosial. (Kurniawan, 2010)

3.

Klasifikasi

American Diabetes Associations Expert Committee on the Diagnosis


and Classification of Diabetes Melitus (dalam Corwin, 2009), menjabarkan 4
kategori utama diabetes melitus, yaitu:
a.
Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes
Melitus tergantung insulin (DMTI)
Penderita diabetik 5-10% adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal
b.

tersebut terjadi secara mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.


Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Pada 90 sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Hal ini dikarenakan
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Diit dan olah raga merupakan
pengobatan pertama, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Hal ini sering terjadi
pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan mereka yang mengalami
obesitas.

c.

DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan

karakteristik gangguan endokrin.


d.
Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
4.

Etiologi
a.

Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)


Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran selsel beta pankreas yang disebabkan oleh:
Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah

terjadinya diabetes tipe I


Faktor imunologi (autoimun)

Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses


autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.

b.

Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik (Nurarif & Kusuma, 2013)

5.

Patofisiologis
a)

Diabetes tipe I.
Penderita diabetes tipe satu memiliki ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati
Hiperglikemi puasa terjadi akibat. Di samping itu glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, klien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan


lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam
keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan

asam

basa

tubuh

apabila

jumlahnya

berlebihan.

Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan


gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting.
b)

Diabetes tipe II.


Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk

mengatasi

resistensi

insulin

dan

untuk

mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah


insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol
dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

6.

Komplikasi
Komplikasi pada tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan menjadi dua
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007).
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
1) Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan.
Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus sopor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
2) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang


ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh : Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan
dosis yang dikurangi, Keadaan sakit atau infeksi, dan atau Manifestasi
pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/ HONK)
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan
sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati
350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada
umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1,
elektrolit natrium berkisar antara 100 150 mEq per liter kalium
b.

bervariasi.
Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
1) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
2) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
3) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5) Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

7.

Penatalaksanaan Untuk Komplikasi Kronik DM


Lansia merupakan populasi yang rentan terhadap terjadinya komplikasi
kronik DM yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Oleh sebab
itu, tata laksana komprehensif terhadap lansia penderita DM tidak dapat
terlepas dari upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik DM
(Kurniawan, 2010).

a. Kontrol Gula Darah


Dengan kontrol gula darah yang baik, risiko komplikasi makrovaskular
dapat dikurangi. Kontrol gula darah ini tidak perlu terlalu ketat pada lansia
mengingat risiko hipoglikemia pada lansia penderita DM. Target kontrol
gula darah ditentukan oleh status kesehatan serta kemampuan fisik &
mental (Kurniawan, 2010).
b. Kontrol Tekanan Darah
Kejadian hipertensi pada lansia penderita DM meningkat, prevalensi 40%
pada usia 45 tahun meningkat menjadi 60% pada usia 75 tahun. Hipertensi
merupakan salah satu faktor yang berperanan dalam terjadinya komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular pada DM. Studi UKPDS menunjukkan
bahwa kontrol tekanan darah yang baik dengan antihipertensi manapun
menurunkan

risiko

komplikasi

makrovaskular

dan

mikrovaskular

(Kurniawan, 2010).
c. Kontrol Lemak Darah
DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung
koroner, sehingga dislipidemia pada DM harus dikelola secara agresif
yaitu harus mencapai target kadar kolesterol LDL <100 mg/dl. Pada pasien
yang juga menderita penyakit pembuluh koroner atau mempunyai
komponen sindrom metabolik lain, maka dianjurkan kadar kolesterol LDL
<70 mg/dl. Banyak studi memperlihatkan bahwa penurunan kadar
kolesterol dapat mengurangi kejadian kardiovaskular pada lansia dengan
DM (Kurniawan, 2010).
d. Lain-Lain
Berhenti

merokok.

DM

dan

merokok

merupakan

faktor

risiko

aterosklerotik yang bersinergi. Selain itu, merokok dapat mempercepat


timbulnya

mikroalbuminuria

yang

dapat

berkembang

ke

arah

makroproteinemia. Manfaat dari berhenti merokok untuk mencegah


komplikasi kronik DM diperoleh setelah 3-6 bulan dan seterusnya
(Kurniawan, 2010).

Penggunaan aspirin. Aspirin sebanyak 75-162 mg dianjurkan untuk


digunakan sebagai pencegahan primer terhadap komplikasi kronik DM,
serta dianjurkan untuk pasien DM berusia >40 tahun dengan riwayat
keluarga menderita komplikasi DM atau mempunyai komponen sindrom
metabolik lain. (Kurniawan, 2010)
Penggunaan penghambat b-adrenergik. Studi UKPDS menunjukkan
bahwa setelah infark miokard, pasien yang menyandang kontraindikasi
relatif terhadap penghambat b-adrenergik (asma, penyakit paru obstruktif
kronik, tekanan darah rendah dan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang rendah)
ternyata dapat mentoleransi dan memperoleh manfaat kardioproteksi dari
penggunaan penghambat b-adrenergik. Berdasarkan studi ini, kecuali
adanya kontraindikasi absolut (bradikardia, blok jantung, hipotensi berat,
gagal jantung yang tidak terkontrol, penyakit paru berat), maka pasien DM
dengan riwayat infark miokard sebaiknya diberi penghambat b-adrenergik
(Kurniawan, 2010).
8.

Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >
200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit

darah:

Ht

meningkat

(dehidrasi),

leukositosis

dan

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.


h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif

k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan


infeksi luka.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S (80 Tahun)
DENGAN DIABETES MELLITUS
A. DATA UMUM
1. Nama Lansia

: Ny. S

2. Usia

: 80 tahun

3. Agama

: Islam

4. Suku

: Jawa

5. Jenis Kelamin

: Perempuan

6. Nama Wisma

: Panti Wredha Harapan Ibu

7. Pendidikan

:-

8. Riwayat Pekerjaan

: Pembantu Rumah Tangga (PRT)

9. Status Perkawinan

: Janda

10. Pengasuh Wisma

: Ny.R

B. ALASAN BERADA DI PANTI

Klien mengatakan, Saya tuh tinggal di rumah juragan saya ning, lha terus
ndak tau tiba-tiba udah dibawa kesini, kemarin bilangnya mau diajak ke
puskesmas gitu buat berobat. padahal saya kerja disana sudah lama,
bertahun-tahun, terus saya diajak kesini tu saya dibohongi kok ning, kalau tau
mau diajak kesini ya saya ga mau lah ning.
Klien menjelaskan bahwa ia tidak memiliki keluarga, klien tinggal di rumah
juragan tempat ia bekerja di Semarang sebagai pembantu rumah tangga.
Karena sudah tua dan sudah tidak mampu bekerja lagi, ketua RT setempat
memasukkan Ny.S di Panti Wredha Harapan Ibu.
C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat Penyakit (dalam 6 bulan terakhir)
Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus.
Klien mengatakan, Pas dirumah yo sehat-sehat wae ning, orak pernah
sakit apa-apa, nah tapi pas diperiksa di nek kene katane sakit gula ngono,
padahal sak durunge orak ono loro opo-opo.
Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus. Klien mengatakan
ketika diperiksa kadar gula darahnya seringkali hasilnya tinggi lebih dari
normal. Selain itu menurut pengurus panti, terkadang tekanan darah klien
tinggi.
2. Riwayat monitoring TD
Tgl
08/02/2016 09/02/2016 10/02/2016
TD
100/70
100/70
90/60
3. Riwayat Vaksinasi
Klien mengatakan,Lah, orak pernah ig ning.
Klien tidak ingat riwayat vaksinnya. Pengurus panti juga tidak mengetahui
secara pasti riwayat vaksinasi klien. Selama di Panti, klien tidak pernah di
vaksin.
4. Skrining Kesehatan yang Dilakukan
Klien mengatakan, Paling saben dino di tensi iku ning, sing diukur
darahe iku, lha aku yo dikandani nek duwe penyakit gula ngono.
5. Status Gizi

BB
31 kg

TB (Tinggi Lutut)
147 cm (TL= 45 cm)

IMT (BB/TB2)
14,35

Status Gizi
Underweight

6. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi


a. Masalah Pada Mulut
Klien mengatakan, Orak loro untu kok ning, cuman kok yo wes do
entek ngene untune ya ning.
Klien tidak ada masalah nyeri didaerah mulutnya.
b. Perubahan Berat Badan
Klien mengatakan,Aku kuru ngene ning, manganku yo sithik kok.
Padahal pas dogowo rene aku lemu lho.
Klien dulu badannya berisi, namun sekarang kurus karena makannya
sedikit. Klien tampak lemah, lebih suka untuk tiduran di kasur.
c. Masalah nutrisi
Klien mengatakan, Aku ki rasane kok nek mangan wegah mbak,
paling mangan yo 5-6 sendok tok, koyo mau isuk, rak tak entekke. Tapi
aku luwih sering minum mbak daripada makan.
Klien mengatakan bahwa tidak nafsu makan, makan hanya 5-6 sendok
dan tidak dihabiskan. Klien lebih sering minum.
7. Masalah Kesehatan yang Dialami Saat ini
Klien mengalami tidak enak badan. Klien mengatakan,Awakku rasane
lemes mbak, rodho mumet, terus sering gemeteran, ki tangan tengenku
pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak sih.
Klien mengatakan bahwa merasa pusing, badan sering gemetar, badan
pegal-pegal, lemas, tangan kanan terasa kaku.
8. Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat ini
Terdapat obat metformin dan dexamethasone tablet yang sudah tidak
dikonsumsi lagi. Klien mengatakan Iya ada obat, tapi sekarang sudah ga
diminum lagi mbak, biasane tiap hari diparingi karo bu Khani obat
vitamin mbak, ono loro siji putih siji kuning mba.
Klien diberi obat vitamin oleh pengurus panti setiap harinya. Klien sudah
tidak mendapatkan obat metformin dan captopril lagi.

9. Tindakan Spesifik yang Dilakukan Saat ini


Klien mengurangi aktivitas. Klien mengatakan,Aku paling cuman turu
mbak, ki rasane kesel, mumet ngono yo turu wae.
Klien tampak hanya tiduran saja, karena badannya terasa pegal-pegal dan
lemas.
10. Status Fungsional (AKS) (Dinilai dengan indeks KATZ)
Kategori
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continence
Feeding

Mandiri

Tergantung

Ideks KATZ dalam kategori B


11. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Mobilisasi
Klien mengatakan, Iya ini Alhamdulillah kakinya masih sehat, bisa
jalan-jalan walupun kadang gemeteran mbak. Dulu pernah jatuh di
kamar mandi juga mbak, tapi juga sering kesel mbak.
Klien mengatakan masih dapat berjalan kaki untuk beraktivitas namum
tidak kuat berdiri dalam waktu yang lama, klien pernah jatuh di kamar
mandi. Klien berjalan kaki untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Klien saat berjalan terlihat pelan-pelan dan hati-hati.
b. Berpakaian
Klien mengatakan, Aku nek ganti klambi yo saged dhewe mbak.
Klien masih dapat melakukan ganti pakaian secara mandiri. Klien
berganti pakaian sehari 1 kali ketika selesai mandi.
c. Makan dan Minum
Klien mengatakan, Nek makan ya 3 kali mbak, isuk, awan karo
bengi, tapi yo kui aku nek makan orak tak habiske mbak, luwih akeh
minume.

Klien masih dapat makan dan minum secara mandiri, mengikuti


kegiatan yang diberikan makan sehari 3 kali, minum 6 gelas/hari.
Klien tidak menghabiskan makanannya.
d. Toileting
Klien mengatakan, Iya nek aku pipis nopo BAB ke kamar mandi yo
dewe mbak, orak ngganggo pampers ngono, terus nek pas malem aku
yo berani keluar sendiri mbak.
Klien dapat melakukan BAK dan BAB secara mandiri.

e. Personal Higiene
Klien mengatakan, Kalo nyuci aku yo mbayar mbak, tak kon
nyucike, wes rak kuat nek dienggo nyuci dewe awak, lha tangane ki
sok gringgingen ngene kok.
Klien berkata bahwa untuk mencuci pakaian klien meminta tolong
pada pegawai wisma.
f. Mandi
Klien mengatakan, Aku nek adus sedino ping loro (2) mbak, iso dewe
kok.
Klien dapat melakukan mandi secara mandiri, klien mandi 2 kali
sehari.
D. DIMENSI PSIKOLOGIS
1. Status Kognitif (Short Portable Mental State Quesionnare)
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tanggal Berapa Hari ini ?


Hari apakah hari ini?
Apakah nama tempat ini?
Berapa no. Telpon rumah anda?
Berapa usia anda?
Kapan anda lahir?
Siapakah nama presiden sekarang?

Jawaban
Betul
Salah

8. Siapakan nama presiden sebelumnya?


9. Siapakah nama ibu anda?
10. 5+6 adalah

Keterangan : klien mengalami gangguan kognitif berat


2. Perubahan yang Timbul Terkait Status Kognitif
Perubahan yang timbul pada klien adalah pembicaraan yang inkoheren.
Jika diberi pertanyaan, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan.
Selain itu, klien sering mengatakan dirinya tidak berguna karena sudah
tidak ingat siapa-siapa lagi dan tidak memiliki sanak saudara maupun
keluarga. Klien juga sering mengatakan hal yang sama berulang-ulang.
3. Dampak yang Timbul Terkait Status Kognitif
Tidak ada dampak negatif pada status kognitif pada klien.
4. Status Depresi (pengukuran dengan skala Depresi)
Pertanyaan
1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan
anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat
anda?
3. Apakah anda merasa hidup anda kosong?
4. Apakah anda sering bosan?
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu?
8. Apakah anda merasa jenuh?
9. Apakah anda merasa lebih suka tinggal di rumah pada
malam hari, dari pada pergi melakukan sesuatu yang
baru?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak
mengalami masalah dengan ingatan anda daripada
yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup
sekarang ini?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi?
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih
baik dari anda?

Keterangan : nilai 11 menandakan depresi


5. Perubahan yang Timbul Terkait Status Depresi

penyesuaian
Tidak

Jawaban
Tidak

Ya

Ya

Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya

Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Ya
Tidak
Ya
Ya

Ya
Tidak
Tidak
Tidak

Klien mengatakan, Nek aku bosen yo paling turu mbak. Yo nek nonton tv
yo jarang kok mbak, meh ngobrol karo kancane yo wegah. Akeh sing
sombong soale mbak.
Klien mengalami depresi, klien merasa jenuh berada dipanti. Klien tidak
suka berkomunikasi dengan penghuni panti yang lain, klien lebih suka
diam dan tidur.
6. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien mengatakan, Ya tinggal disini terpaksa mbak, wong saya
dibohongi dibilangnya mau diajak kemana gitu malah dibawa kesini. Saya
kalo disini ya cuma diam. Sama orang-orang disini ya tau tapi ga tau
namanya wong jarang ngobrol, koncone podho sombong mbak, nek orak
dijak ngobrol orak gelem ngajak disik soale.
Klien mengatakan, Nek dibilang stress ya stress mbak, kalo dibilang
stress ya gimana udah kepepet tinggal di sini.
Klien mengatakan dirinya merasa depresi di panti. Klien ingin menyusul
ibunya yang sudah meninggal. Klien hanya diam atau tidur jika merasa
jenuh dan depresi. Klien merasa tidak dapat mengerjakan apapun dan
merasa tidak dipedulikan oleh orang-orang di sekitarnya.
7. Keadaan Emosi
a. Anxietas
Klien mengatakan, Aku nek kene yo rak wedhi opo-opo kok mbak
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak takut dengan apaapun di panti.
Total skoring anxiety dengan kuesioner DASS : 18 (Cemas berat)
No.

PERNYATAAN

Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal


sepele.

Saya merasa bibir saya sering kering.

Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.

Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali


terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.

Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau copot).

Saya merasa sulit untuk bersantai.

Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat


saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika
semua ini berakhir.

10

Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa


depan.

11

Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

12

Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa


cemas.

13

Saya merasa sedih dan tertekan.

14

Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika


mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).

15

Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16

Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.

17

Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang


manusia.

18

Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

19

Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan


berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20

Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21

Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22

Saya merasa sulit untuk beristirahat.

23

Saya mengalami kesulitan dalam menelan.

24

Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang


saya lakukan.

25

Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis


melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung
meningkat atau melemah).

26

Saya merasa putus asa dan sedih.

27

Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

28

Saya merasa saya hampir panik.

29

Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya


kesal.

30

Saya takut bahwa saya akan terhambat oleh tugas-tugas sepele


yang tidak biasa saya lakukan.

31

Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.

32

Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap


hal yang sedang saya lakukan.

33

Saya sedang merasa gelisah.

34

Saya merasa bahwa saya tidak berharga.

35

Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi


saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.

36

Saya merasa sangat ketakutan.

37

Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.

38

Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39

Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40

Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin


menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.

41

Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).

42

Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam


melakukan sesuatu.

b. Perubahan Perilaku
Klien mengikuti rutinitas di panti. Klien hanya makan dan tiduran.
Klien terlihat lebih senang menyendiri.
c. Mood
Klien terlihat diam bila tidak ada yang mengajak bicara, jika ada yang
mengajak berbicara klien menjawab seadanya.
E. DIMENSI FISIK
1. Luas Wisma
Luas tanah 3.783 m2
Luas wisma 2.303 m2
2. Keadaan Lingkungan di Dalam Wisma
a. Penerangan
Wisma harapan ibu memiliki 2 kamar dengan penghuni masing-masing
19 orang. Setiap kamar memiliki 7 lampu. Ketika siang hari lampu
dimatikan dengan kondisi jendela/tirai dibuka sehingga ruangan
terang.
b. Kebersihan dan Kerapian
Kebersihan

kamar

dibersihkan

oleh

petugas

setempat.

merapikan tempat tidurnya sendiri setiap pagi dan sore.


c. Pemisahan Ruangan Antara Pria dan Wanita.

Klien

Pemisahan ruang antara pria dan wanita dipisah dengan tembok, sesuai
dengan jenis kelaminnya.
d. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara setiap ruang baik, setiap jendela terdapat ventilasi
udara. Saat siang hari jendela dibuka sehingga udara dapat bertukar
dengan baik. Jendela kamar masing-masing terdapat 20. Cahaya
matahari dapat masuk.
e. Keamanan
Kondisi lantai sudah dikeramik, beberapa ruangan sudah terdapat
pegangan untuk pengamanan sebagai alat bantu mobilisasi.
f. Sumber Air Minum
Air bersumber dari air kemasan isi ulang. Kualitas air baik, jernih.
Pengelolaan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan
mencuci baju menggunakan air sumur. Jarak antara kamar dengan WC
10 m.
g. Ruang Berkumpul Bersama
Kondisi ruangan untuk berkumpul bersama baik dan luas, fasilitas
ruangan dilengkapi dengan tv, meja, kursi, microphone dan sound.
3. Keadaan Lingkungan di Luar Wisma
a. Pemanfaatan Halaman
Halaman diberikan banyak pohon-pohonan yang berbuah seperti
pohon mangga dan pohon nangka. Dihalaman depan dan samping
terdapat bunga dan tanaman lainnya. Bagian samping terdapat jemuran
baju.
b. Pembuangan Air Limbah
Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai, sehingga
tidak ada genangan air.
c. Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah tidak dipisah antara organik dan non-oraganik.


Di ruang berkumpul terdapat tempat sampah. Sampah kering di bakar
di halaman bagian samping kiri.
d. Sanitasi
Lingkungan wisma setiap pagi dibersihkan : di-pel dengan
menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor dicuci oleh penghuni
wisma yang bisa melakukan. Air yang digunakan untuk kebutuhan
MCK dengan menggunakan air sumur.
e. Sumber Pencemaran
Sumber pencemaran salah satunya dari sampah yang ditinggalkan
penghuni panti disekitar tempat tidur. Halaman samping kiri terkadang
dijadikan tempat pembakaran sehingga menimbulkan polusi asap.
Lingkungan berada dipinggir jalan raya, resiko pencemaran udara
akibat asap kendaraan bermotor.
F. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan Lansia dengan Lansia di Dalam Wisma
Klien mengatakan, Nek neng kene aku luwih seneng dewekan, paling
cuman turu tok mbak. Karo kondone ning kene aku sih ngerti mbak, tapi
yo rak ngerti jenenge, soale jarang ngobrol.
Hubungan antar lansia di dalam wisma cukup interaktif. Namun klien
lebih

suka

menghabiskan

waktunya

ditempat

tidur.

Ia

jarang

berkomunikasi dengan lansia lain. Klien tidak mengetahui nama-nama


lansia lain.
2. Hubungan Antar Lansia di Luar Wisma
Klien mengatakan, Aku rak tau metu soko panti mbak, wong yo ora intuk
metu yo nek kene wae. Jane aku pengen sih metu, lha bosen banget nek
njero wae.
Klien berkata tidak mengenal penghuni di luar wisma karena tidak pernah
berjalan keluar wisma.
3. Hubungan Lansia dengan anggota keluarga

Klien mengatakan, Aku iki orak nduwe keluarga mbak, bojoku wes orak
ono, aku wes ditinggal wong tuwoku soko chilik. Soko mbiyen aku urip
karo juraganku, kangen karo ndoro putri, pengen telpon soko kene tapi yo
orak oleh sih mbak. Nek sing njenguk aku biasanya tonggo-tonggoku
mbak, gentian. Soale aku apikan karo wong liyo, dadine wong liyo juga
apikan karo aku.
Klien tidak memiliki keluarga namun ada tetangga yang mengunjungi
klien bergantian setiap bulannya.
4. Hubungan Lansia dengan Pengasuh Wisma
Klien mengatakan, Iyo ngerti aku mbak, Jenenge Bu Khani. Wonge
apikan og mbak. Nek bapake karo ibune sing liyone yoo ngerti tapi lali
jenenge sopo.
Hubungan klien dengan pengasuh wisma berjalan baik. penghuni wisma
kenal kepada pengasuh wisma.
5. Kegiatan Organisasi Sosial
Klien mengatakan, Aku arang melu mbak, wong awakku sering pegelpegel ngene dadine luwih sering lungguh nek orak yo turu wae mbak nek
kene.
Kelemahan fisik membuat klien jarang mengikuti kegiatan panti seperti
senam dan kerja bakti, kalaupun mengikuti kegiatan tersebut hanya
sebentar saja.
G. DIMENSI TINGKAH LAKU
1. Pola Makan
Klien mengatakan, Aku nek maem sedino ping 3 mbak, enjang, siang
kalih bengi, tapi aku paling maeme cuman sithik mbak, 5-6 sendok thok,
rasane ki males meh maem mbak. Aku luwih seneng minum kok mbak.
Pengurus panti berkata, Kalo disini menu makan sama semua mbak,
setiap minggu diberi kacang hijau dan susu juga. Buah palingan 3 hari

sekali. Menu makanan paling tempe, tahu, telor sama sayur. Untuk ayam
sama daging dikurangi mbak.
Frekuensi : tiga kali dalam sehari
Porsi makan : 3-4 sendok makan
Kesulitan makan : ketika makan terasa pahit sehingga tidak nafsu makan.
Pola diet : tidak ada.
2. Pola Tidur
Klien mengatakan, Aku biasane turu nek kancane wis turu mbak, yo jam
11an ngono, biasane yo sik tangi goro-goro pengen nek kamar mandi
ngono mbak.Nek tangi yo melu-melu kancane sih jam 3 nan ngono yo wis
tangi kok mbak.
Jam tidur jam 22.00 bangun pukul 03.00. Selalu tidur siang 1-2 jam.
Lama tidur : 6-7 jam /hari
Kesulitan dalam tidur : klien berkata sering terbangun karena ingin ke
kamar mandi.
Kualitas dan kuantitas tidur : klien berkata badannya segar ketika bangun
tidur.
3. Pola Eliminasi (BAK, BAB)
Klien mengatakan, Aku nek BAB karo BAK yo neng WC mbak. Aku ora
ngagem pampers kok. Aku nek meh nek mburi yo dewekan. Biasane 2
dino pisan nek BAB, nek BAK yo aku sering banget mbak 5-6 mbak.
a. BAK : tidak mengalami inkontinensia, frekuensi 5-6 kali/hari,
kemampuan menahan berkemih terbatas.
b. BAB : 2 hari sekali, konsistensi lunak
4. Kebiasaan Buruk Lansia
Berdasarkan observasi klien tidak memiliki kebiasaan buruk. Klien
tampak lebih sering tiduran di kasurnya daripada beraktivitas maupun
berinteraksi dengan temannya.
5. Pelaksaanaan Pengobatan

Berdasarkan wawancara pada pengurus panti Pelaksanaan pengobatan


diawali dengan dibawa ke puskesmas atau poliklinik terdekat, jika perlu
perawatan lebih lanjut baru dibawa ke RS.
Klien mengatakan, Kalo disini suka dikasih obat itu tapi tidak tau untuk
apa.
Berdasarkan

observasi

klien

diberikan

obat

metformin

dan

dexamethasone.
Petugas panti mengatakan, Kalo disini semua diberi vitamin dan
kalsium mbak. Tapi nek pasiennya tensinya tinggi apa gula darahnya
tinggi biasanya tak kasih captopril atau amlodipine sama metformin.
6. Kegiatan Olahraga
Klien mengatakan, Aku arang melu senam kok mbak wong badanku ki
rasane pegel-pegel dadine nek melu senam iso mung karo lungguh.
Klien jarang mengikuti kegiatan senam.
7. Rekreasi
Klien mengatakan, Aku paling nek ning kene yo nonton tv mbak karo
turu, aku rak terlalu seneng crito-crito ngono mbak. Enak nek turu wae
nek kasur mbak.
Klien tidak memiliki hobi/kegiatan yang dianggap bisa menjadi sarana
rekreasi /hiburan bagi klien. Sehingga klien tidak pernah memenuhi
kebutuhan rekreasinya.
8. Pengambilan Keputusan
Pengambil keputusan lebih dominan oleh pengasuh wisma.
H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Ketika klien sakit maka pengasuh wisma memberikan obat.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Fasilitas

kesehatan terdekat yaitu

puskesmas

diharuskan dibawa ke RS maka akan dibawa.

pembantu. Jika

b. Jumlah tenaga kesehatan


Panti Wredha Harapan Ibu tidak memiliki tenaga kesehatan. Jika ada
penghuni wisma yang sakit biasanya diberi obat dari pengasuh wisma.
Jika ada praktikan perawat maka akan ikut membantu dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada para lansia.
c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Tindakan pencegahan penyakit tidak dilakukan, misal : penyuluhan
atau pendkes.
d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia, biasanya petugas dari
puskesmas datang untuk memeriksa tekanan darah para lansia. Apabila
ada yang memerlukan obat maka petugas posyandu akan memberikan
obat.
e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan
Posyandu lansia dilaksanakan 1 bulan sekali pada akhir bulan.
3. Pemeriksaan Fisik
No

Bagian/region

Hasil Pemeriksaan

Masalah
Keperawatan yang
muncul

1.

Kepala

Mesochepal,

penyebaran

rambut

merata, warna rambut putih, tidak


2.

Wajah/muka

ada benjolan.
Tampak kerutan

3.

Mata

penuaan.
Sklera ikterik, kojungtiva anemis,

Ketidakseimbangan

tidak

nutrisi dan cairan

katarak,

karena

isokor,

proses

rangsang

cahaya (+), pergerakan bola mata


baik,

lapang

pandang

terbatas

maksimal, tidak mampu melihat


4.

Telinga

benda jauh.
Pendengaran

5.

Mulut dan gigi

serumen keluar
Mulut bersih, mukosa lembap, tidak

6.

Leher

ada sariawan. Gigi tinggal 4.


Tidak ada benjolan/ pembesaran
kelenjar tiroid.

normal,

tidak

ada

7.

Dada

I: pengembangan dada kanan dan kiri


simetris, tulang dada terlihat jelas
P: taktil fremitus sama antara kanan
dan kiri, depan dan belakang.
P: perkusi dada redup.
A: bunyi nafas vesikuler, tidak

8.

Jantung

terdengar wheezing/ronchi.
I: warna kulit sesuai dgn warna kulit
bagian tubuh lainnya.
P: tidak ada pembesaran jantung. IC
teraba di interkosta ke 5 mid
klavikula sinistra.
P: batas-batas jantung sesuai, suara
redup.
A: tidak terdapat bunyi jantung

9.

Abdomen

tambahan.
I: cekung.
A: bising usus 7x/menit.
P: timpani.

10.

Ekstrimitas Atas

P: tidak ada nyeri tekan.


Akral hangat, kulit bersih, kuku
panjang berwarna kuning kecoklatan

11.

Ekstrimitas

kotor, kekuatan otot 4/4


Kulit disekitar jari

Bawah

berwarna kuning kecoklatan, tampak

ekstrimitas

kotor, kuku panjang, telapak kaki


pecah-pecah. Kekuatan otot 5/5

4. Pemeriksaan penunjang
GDS tanggal 25-01-2016 195 mg/dL.

Pengkajian skala jatuh (Morse fall risk)


No

PENGKAJIAN

Riwayat jatuh:

Apakah klien pernah jatuh?


Diagnosa sekunder:

SKALA
Tidak
Ya

0
25

Tidak
Ya

0
15

NILAI
25
0

Apakah klien memiliki


3

lebih dari satu penyakit?


Alat Bantu jalan:
Bed rest/ dibantu perawat
Kruk/ tongkat/ walker
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar

0
0
15
30

(kursi, lemari, meja)


Terapi Intravena: apakah saat ini klien terpasang infus?

Tidak
Ya

20

Gaya berjalan/ cara berpindah:


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat

bergerak sendiri)

- Lemah (tidak bertenaga)

10

- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)

20

Status Mental
- Klien menyadari kondisi dirinya

- Klien mengalami keterbatasan daya ingat

15

TOTAL NILAI

Keterangan:
0 24

: Tidak berisiko (Perawatan dasar)

15
40

25 50
51

: Risiko rendah (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)

: Risiko tinggi (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi)

Pengkajian skala keseimbangan Berg


No
1.

Data

Skor (0-4)
2

Berdiri dari posisi duduk


2.

4
Berdiri tanpa bantuan

3.
Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu ke lantai
4.
Duduk dari posisi berdiri
5.
Berpindah tempat
6.
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
7.
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan
8.
Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan lurus ke depan
9.
pada posisi berdiri
10.
Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri
11.
Menengok ke belakang melewati bahu kiri dan kanan ketika
berdiri
12.
Berputar 360 derajat
13.
Menempatkan kaki bergantian pada anak tangga/ bangku kecil
ketika berdiri
14.
Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain
15.
Berdiri dengan satu kaki
Total
Kesimpulan : Keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)

Keterangan:
0-20 = harus menggunakan kursi roda
21-40 = keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)
41-56 = keseimbangan baik

4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
35

ANALISA DATA
Tanggal
Senin, 08

Data Fokus
DS:

Februari

2016

Klien mengatakan, Aku ki rasane kok nek mangan wegah mbak, paling mangan

berhubungan dengan faktor biologis: diabetes

yo 5-6 sendok tok, koyo mau isuk, rak tak entekke. Tapi aku luwih sering minum

melitus (00002)

mbak daripada makan.


-

Klien mengatakan,Aku kuru ngene mbak, manganku yo sithik kok.

Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering


gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak
sih.

Klien mengatakan,Aku paling cuman turu mbak, ki rasane kesel, mumet ngono
yo turu wae.

Klien mengatakan, Aku nek BAB karo BAK yo ning wc mbak. Aku ora ngagem
pampers kok. Aku nek meh nek mburi yo dewekan. Biasane 2 dino pisan nek
BAB, nek BAK yo aku sering banget mbak 5-6 mbak.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Pengurus panti berkata, Kalo disini menu makan sama semua mbak, setiap
minggu diberi kacang hijau dan susu juga. Buah palingan 3 hari sekali. Menu
makanan paling tempe, tahu, telor sama sayur. Untuk ayam sama daging
dikurangi mbak.

DO:
-

IMT = 14,35 (underweight)

Klien tampak lemah dan kurus

Klien sering bolak-balik KM untuk BAK

Klien tidak menghabiskan makanan siangnya

Klien makan 5-6 sendok makan

Konjungtiva anemis

Klien memiliki riwayat penyakit DM

- GDS 195 mg/dL


DS:
-

Klien mengatakan, Saya tuh tinggal di rumah juragan saya nok, lha terus ndak
tau tiba-tiba udah dibawa kesini, kemarin bilangnya mau diajak ke puskesmas
gitu buat berobat. padahal saya kerja disana sudah lama, bertahun-tahun, terus
saya diajak kesini tu saya dibohongi kok mbak, kalau tau mau diajak kesini ya
saya ga mau lah nok.

Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering


gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak
sih.

Klien mengatakan, Nek aku bosen yo paling turu mbak. Yo nek nonton tv yo
jarang kok mbak, meh ngobrol karo kancane yo wegah. Akeh sing sombong soale
mbak.

Klien mengatakan, ya tinggal disini terpaksa mbak, wong saya dibohongi


dibilangnya mau diajak kemana gitu malah dibawa kesini. Saya kalo disini ya
cuma diam. Sama orang-orang disini ya tau tapi ga tau namanya wong jarang
ngobrol, koncone podho sombong mbak, nek orak dijak ngobrol orak gelem
ngajak disik soale.kalo dibilang stress ya stress mbak, kalo dibilang stress ya

Ketidakefektifan koping individu berhubungan


dengan stress berkepanjangan (00069)

gimana udah kepepet tinggal di sini.


-

Klien mengatakan, Nek ning kene aku luwih seneng dewekan, paling cuman
turu tok mbak. Karo condone ning kene aku sih ngerti mbak, tapi yo rak ngerti
jenenge, soale jarang ngobrol.
Klien mengatakan, Aku iki orak nduwe keluarga mbak, anakku nek demak,
bojoku wes orak ono, aku wes ditinggal wong tuwoku soko chilik. Soko mbiyen
aku urip karo juraganku, kangen karo ndoro putri, pengen telpon soko kene tapi
yo orak oleh sih mbak. Nek sing njenguk aku biasanya tonggo-tonggoku mbak,
gentian. Soale aku apikan karo wong liyo, dadine wong liyo juga apikan karo
aku.

DO:
-

Skala depresi: 14 (menandakan depresi)

Klien mengalami depresi, klien merasa jenuh berada di panti. Klien tidak suka
berkomunikasi dengan penghuni panti yang lain. Klien lebih suka menghabiskan
waktunya ditempat tidur.

Klien mengikuti rutinitas di panti. Klien hanya makan dan tiduran. Klien terlihat
lebih senang menyendiri.

Klien jarang berkomunikasi dengan lansia lain

Klien tidak memiliki hobi/kegiatan yang dianggap bisa menjadi sarana


rekreasi /hiburan bagi klien.

Hasil wawancara dengan kuesioner Geriatric Depression Scale menyatakan


bahwa klien jenuh dan tidak bahagia, hasilnya pun menunjukkan bahwa klien
mengalami depresi dan stress.

Klien tampak sering menyendiri.

DS:

Sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan


-

Klien mengatakan, Iya ini Alhamdulillah kakinya masih sehat, bisa jalan-jalan

penurunan kekuatan otot (sarcopenia), riwayat

walupun kadang gemeteran mbak. Dulu pernah jatuh di kamar mandi juga

jatuh dan malnutrisi.

mbak, tapi juga sering kesel mbak.


-

Klien mengatakan, Nek makan ya 3 kali mbak, isuk, awan karo bengi, tapi yo
kui aku nek makan orak tak habiske mbak, luwih akeh minume.

Klien mengatakan, Aku arang melu mbak, wong awakku sering pegel-pegel
ngene dadine luwih sering lunggu nek orak yo turu wae mbak nek kene.
Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering
gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak
sih.

Klien berkata,Aku mung turu mbak. Lah piye neh wong pegel kabeh awakku.
Lemes banget ngene. Ngko nek mlaku-mlaku malah tibo.

DO:
-

Klien saat berjalan terlihat pelan-pelan dan hati-hati

IMT = 14,35 (underweight)

Klien tampak lemah dan kurus

Frekuensi : tiga kali dalam sehari


Porsi makan : 5-6 sendok makan
Kesulitan makan : tidak nafsu makan
Pola diet : tidak ada.

ki

Klien berjalan tanpa menggunakan tongkat

Klien tampak lebih sering tiduran di kasurnya

Skala Jatuh Morse : 50 (resiko rendah)

Skala keseimbangan Berg: 35 keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)

Indeks KATZ dalam kategori B

Kategori
Bathing
Dressing
Toileting
Transferring
Continence
Feeding
Kekuatan otot:

Mandiri

Tergantung

ka

Klien memiliki riwayat jatuh di kamar mandi.

PRIORITAS MASALAH

Dx. Keperawatan
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan dengan faktor
biologis: diabetes melitus

Prioritas
High
priority

Ketidakefektifan
koping
individu berhubungan dengan
stress berkepanjangan

Medium
priority

Pembenaran
Urgency
Ny. S merupakan lansia berusia 80 tahun yang
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
Masalah utama pada Ny. S adalah IMT Ny. S
yang underweight dan tidak ada motivasi untuk
menghabiskan makanan yang diberikan. Selain
itu, Ny. S tidak memperhatikan 3 pilar diit DM
dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak
Jika masalah ketidakseimbanan nutrisi ini tidak
teratasi, hal tersebut akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang lain. Lansia dengan
penyakit DM juga rentan sekali mengalami
hipoglikemi atau komplikasi organ lainnya.
Selain itu, kondisi klien yang lemah juga
menghambat klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
Intervensi
Pendidikan kesehatan tentang diit DM yang
tepat perlu dilakukan karena ada hubungan yang
signifikan tentang pengetahuan diit DM dengan
kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita
diabetes melitus terutama pada klien Lansia
yang membutuhkan pendekatan mengenai
penyakit yang lebih (Purwanto, 2011)
Urgency
Stress yang berkepanjangan menjadikan Ny.S
sulit menentukan koping yang tepat untuk
dirinya. Klien merasa tidak berharga.
Dampak
Koping yang tidak efektif karena stress yang
berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan
kemampuan klien dalam melakukan kegiatan
sehari-hari, klien merasa tidak berharga dan
tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu, stress atau depresi dapat
mempengaruhi kadar gula darah Ny. S
Intervensi
Brain gym dapat menurunkan tingkat depresi
lansia pada lansia di panti wredha (Prasetya dkk,
2010). Selain itu melakukan terapi music
langgam jawa juga mampu menurunkan tingkat
kecemasan pada klien dengan masalah
kecemasan terutama pada Lansia di Panti
Wredha (Junaidi, 2010)

Sindrom lemah pada lansia


berhubungan
dengan
penurunan
kekuatan
otot
(sarcopenia), riwayat jatuh dan
malnutrisi.

Low
priority

Urgency
Ny. S memiliki banyak faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya kelemahan pada
dirinya.
Dampak
Sindrom lemah dapat mengakibatkan resiko
jatuh pada Ny. S. Jika tidak diberikan intervensi
keperawatan bisa jadi Ny. S mengalami
penurunan tingkat kekuatan otot, gizi buruk
yang mengakibatkan ketunadayaan/kelemahan
sehingga timbul hambatan mobilitas fisik.
Intervensi
ROM dapat meningkatkan kekuatan otot lanjut
usia (Safaah, 2015)

RENCANA KEPERAWATAN
No

Dx. Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan berhubungan dengan faktor
biologis.

Tujuan
Umum
Khusus
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan tindakan
tindakan asuhan
asuhan keperawatan selama
keperawatan selama 3
7 hari pada klien masalah
minggu masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
seimbang dengan kriteria dapat teratasi dengan
hasil :
kriteria hasil :
1. Berat badan klien
Nutritional Status:
meningkat 0,5-1kg.
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

Intervensi
Hiperglycemia Management (2120)
1. Motivasi untuk meningkatkan intake
makanan
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
diit yang tepat untuk penderita DM
4. Berikan makanan kesukaan yang sesuai
dengan diit DM.
5. Tingkatkan intake cairan
6. Monitor kadar gula dalam darah
7. Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa
darah pada klien
8. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien
untuk mencegah komplikasi DM
9. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia
(polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise,
pandangan kabur, dan pusing)

Koping
individu
tidak
berhubungan
dengan
berkepanjangan.

efektif
stress

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu masalah
koping individu efektif
dengan kriteria hasil:

Setelah dilakukan intervensi


keperawatan selama 7 hari
masalah koping individu
tidak efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

1.
2.

3.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

Mood Management (5330)


1.
2.

3.
4.

5.
6.
7.

8.

Sindrom lemah pada lansia berhubungan


dengan
penurunan
kekuatan
otot
(sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi.

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 minggu
diharapkan sindrom
lemah dapat berkurang
dengan kriteria hasil:
1. Tidak ada kejadian
jatuh berulang pada
klien
2. Klien dapat
melakukan ADL

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 7 hari
diharapkan klien
mengetahui cara
pencegahan jatuh dengan
kriteria hasil :
1. Kekuatan otot
meningkat dari kekuatan
pada ekstremitas atas
dan bawah tetap ataupun
meningkat dari kekuatan

Gali perasaan dan penyebab stres pada


klien
Berikan terapi untuk mengurangi
depresi klien (brain gym), terapi musik
langgam jawa, aroma therapy.
Dorong aktifitas sosial dan komunitas.
Berikan terapi aktivitas kelompok yang
sesuai : senam anti stroke, terapi music dan
games.
Identifikasi hobi dan minat klien
Lakukan kegiatan rekreasi sederhana
dengan klien
Kenalkan klien kepada seseorang yang
mempunyai latar belakang pengalaman
yang sama
Dorong berhubungan dengan seseorang
yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang
sama.

Energy Management & Excercise Therapy :


Ambulation dan Fall prevention
1. Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
2. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk
mengurangi ketegangan otot
3. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan
terapi relaksasi otot progresif (ROP)
4. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan
5. Bantu untuk merubah posisi
6. Beri tahu klien pentingnya bantuan saat

3.

dengan bantuan
ringan
Kategori risiko
jatuh bisa berkurang
dari risiko tinggi
menjadi rendah

4/4 menjadi 5/5


2. Porsi makan klien
bertambah dari porsi
menjadi porsi
3. Total skor resiko jatuh
berkurang menjadi 25-50
(risiko rendah)
4. Skala keseimbangan
Berg 41-56 (baik)

mobilisasi
7. Monitor tanda-tanda vital
8. Monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat
9. Yakinkan
diet
yang
dimakan
mengandung tinggi serat agar tidak
konstipasi
10. Anjurkan untuk tempatkan klien
diposisi yang aman ketika tidur
11. Anjurkan untuk mengenakan baju yang
tidak ketat
12. Kaji
tingkat
kelemahan
dan
keseimbangan dengan instrument

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tujuan
Waktu

No. Dx

Sabtu, 13
Feb 2016

Umum

Khusus

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat badan klien
meningkat 0,5-1kg.

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

Implementasi

Evaluasi Fromatif

Memotivasi untuk meningkatkan intake


makanan

S: Klien mengatakan, Iyo mbak putri, nggko yo


mangan kok, ndek isuk yo mangan tapi cuman 5
sendok tok, aku iki akeh ngombene mbak.
O: Klien lemas dan hanya tidur di kasur

Memonitor tanda dan gejala dari


hiperglicemia (polyuria, polydipsia,
polyfagia, malaise, pandangan kabur,
dan pusing)

S: Klien mengatakan Tanganku ki lho mbak, kaku wae


rasane awak yo lemes, rodho mumet sithik karo
ngome terus ki mbak.

Menganjurkan
sering

S: Klien berkata, Lha mbak aku nek mangan ki rodho


males, rasane wes kebak ki wetenge mbak, nek
ngombe yo sering banget.

makan

sedikit

tapi

O: Klien lemas, wajah pucat dan menggerak-gerakkan


tangannya.

O: Klien terlihat tenang dan kooperatif

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Menggali perasaan dan penyebab stres


pada klien

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

1.

Mendorong aktifitas sosial dan


komunitas

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang


tepat untuk penderita DM
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
3. Berikan makanan kesukaan yang sesuai dengan
diit DM.
4. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan
S: Klien mengatakan Aku nek ning kene meneng wae
mbak, kancane podho sombong dadi yo males meh
ngajak ngomong. Rasane pengen balik omahe
ndorone wae, ketemu ndoro putri.
O: Klien terlihat tenang dan kooperatif
S: Klien mengatakan, Iyo mbak putri, sek y oak njupuk
sandal, gelem aku melu kegiatan bareng-bareng
kancane.
O: Klien antusias untuk mengikuti TAK senam anti
stroke.

Memberikan terapi aktivitas kelompok


yang sesuai : senam anti stroke, terapi
music dan games.

S: Klien mengatakan, Yo aku seneng mbak, iso


bareng-bareng kancane. Aku nek isuk yo gerakgerakke awakku kok.
O: Klien kurang semangat, mengikuti gerakan yang
diistruksikan dengan baik.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.

Berikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai :

2.
3.
4.
Senin, 15
Feb 2016

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Memberikan terapi aktivitas kelompok


yang sesuai : senam anti stroke, terapi
musik dan games.

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

1.

Memberikan terapi untuk mengurangi


depresi klien (brain gym)

2.

3.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

senam anti stroke, terapi musik dan games.


Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien
(brain gym)
Kenalkan klien kepada seseorang yang
mempunyai latar belakang pengalaman yang
sama
Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan
klien

S: Klien mengatakan, Yo, seneng mbak, bahagia


banget iso bareng-bareng karo koncone karo
dikancani neng putri.
O: Klien terlihat senang dan tersenyum. Klien antusias
mengikuti terapi aktifitas kelompok.
S: Klien mengatakan, Nggih ning, purun kok tapi elonelon wae nggih, bareng-bareng, saiki rasane awake
luwih enak ning.
O: Klien antusias mengikuti rain gym. Klien tampak
masih bingung mengikuti gerakan, klien semangat,
klien tersenyum.

Mengenalkan klien kepada seseorang


yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama

S: Klien mengatakan, Lha mbak, koncone podho aku


rodho sungkan ning putri, ngobrol karo ning putri.
Sesuk wae yo ning ngorol karo kancane.
O: Klien terlihat malas untuk berkenalan dengan teman
sekamarnya.
Klien butuh motivasi lebih untuk melakukan hal

tersebut.
Melakukan kegiatan rekreasi sederhana
dengan klien : menyanyi lagam jawa

S : Klien mengatakan, lir-ilir iku tembang pas aku


chilik ning, seneng aku bar nyanyi lagu iku.
O : Klien tersenyum, klien menyanyi lagu lir-ilir.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.

Setelah
dilakukan Setelah dilakukan tindakan
tindakan
keperawatan keperawatan selama 7 hari
selama
3
minggu diharapkan klien
diharapkan
sindrom mengetahui cara
lemah dapat berkurang pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
1. Tidak ada kejadian 1. Kekuatan
otot
jatuh berulang pada
meningkat
dari
klien
kekuatan
pada
2. Klien
dapat
ekstremitas atas dan
melakukan
ADL
bawah meningkat dari
dengan
bantuan
kekuatan 4/4 menjadi
ringan
5/5
3. Kategori
risiko 2. Porsi makan klien
jatuh
bisa
bertambah dari porsi

Mengkaji adanya faktor penyebab


kelelahan

Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan


klien
2. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien
(brain gym)
3. Berikan terapi kelompok (senam anti stroke,
terapi musik dan games)
S: Klien mengatakan, Lha ning, aku nggih tilem tapi
yo orak koncho-koncho liyane, kancane wis tilem
kabheh, nah aku paling nek wes do tilem kabheh
ning.
O: Klien terlihat lemah, klien tampak memijat-mijat
tangan kanannya, klien tampak pucat.

Memonitor tanda-tanda vital

S: O: TD: 110/70 mmHg


HR: 82x/mnt

Membantu aktivitas sehari-hari sesuai


kebutuhan

S: Klien mengatakan, Aku mbok dijupukke ngombe

berkurang
dari
risiko
tinggi
menjadi ringan.

3.

menjadi porsi
Total skor resiko jatuh
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)

mbak, terus rewangi resik-resik kasur.


O: Klien minta dibantu mengambil air minum, dibantu
berih-bersih tempat tidur. Klien tampak lebih sering
tertidur di kasur. Klien masih mampu berjalan sendiri
tanpa bantuan.

4. Skala

keseimbangan
Berg 41-56 (baik)
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat

S: Klien mengatakan, Aku nek mangan nggih soko sing


diparinge kok panti ning, yo mangan sitik-sitik 5-6
sendok, rasane wetenge to kebak, akehe yo
ngunjukke ning.
O: Klien tampak sedikit jika makan 5-6 sendok. Makan
yang diberikan di panti tidak pernah habis.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Selasa/ 16
Feb 2016

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi

Memberikan pendidikan kesehatan


mengenai diit yang tepat untuk
penderita DM

1. Anjurkan untuk mengenakan baju yang tidak ketat


2. Bantu untuk merubah posisi
3. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk
mengurangi ketegangan otot
4. Anjurkan untuk tempatkan klien diposisi yang
aman ketika tidur
S: Klien mengatakan, Iyo piye yo ning, aku yo ngerti
kudhu mangan sithik tapi sering. Tapi aku ki rasane
nek maem meh akeh to wetenge ki kebak ngoten lho
ning, dadine mangane orak entek, tapi yo iku ning
kathah ngunjukke.

seimbang dengan kriteria


hasil :
Berat badan klien
meningkat 0,5-1kg.

kurang dari kebutuhan


dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

O: Klien tampak mengerti dan kooperatif


Menganjurkan makan sedikit tapi
sering

S: Klien mengatakan, Nggih ning, iki tak maem sik ya,


tak ntekke nek iso yo ning.
O: Klien tampak habis makan setengah porsi saat makan
siang yang diberikan oleh panti.

Memberikan makanan kesukaan yang


sesuai dengan diit DM.

S: Klien mengatakan, Aku pengen banyu putih mbak.


Nek ngombe teh berarti gulone tak kei sithik wae.
O: Klien tampak menganguk dan mengerti bahwa
dirinya harus diet gula agar tidak terjadi komplikasi
DM.

Memotivasi untuk meningkatkan intake


makanan

S: Klien mengatakan, Nggih mbak nanti tak maem


sing akih. Sak waregku yo mbak.
O: Klien terlihat antusias dan kooperatif
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

1. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan

Melakukan kegiatan rekreasi sederhana


dengan klien

mencegah komplikasi DM.


2. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia
(polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise,
pandangan kabur, dan pusing)
3. Tingkatkan intake cairan
S: Klien mengatakan, Lha ning nek kene kancane rak
pernah ngajak kulo ngobrol, dadine nek meh

selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

selama 7 hari masalah


koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

1.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan
penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

nagajak ngobrol disik rikuh ning.


O: Klien kooperatif, klien hanya berada ditempat
tidurnya saja untuk mengorol dengan teman butuh
motivasi lagi.
Memberikan terapi untuk mengurangi
depresi klien (brain gym)

S: Klien mengatakan, Dadi enak rasane ning, wis


rodho orak mumet iki, awake yo rodho enteng.
O: Klien mampu mengikuti brain gym, klien kooperatif.

Melakukan terapi aktivitas kelompok:


senam anti stroke, terapi musik dan
games.

S: Klien mengatakan, Nggih seneng to ning, iso karo


kanca-kancane, awake yo sehat, bahagia juga.
O: Klien antusias saat terapi senam anti stroke, terapi
musik dan games.

A: Masalah tertasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
Lakukan brain gym dan libatkan dalam terapi
kelompok
Rabu/ 17
Feb 2016

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3
minggu
diharapkan
sindrom
lemah dapat berkurang

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 7 hari
diharapkan klien
mengetahui cara
pencegahan jatuh dengan
kriteria hasil :

Memberikan ROM aktif maupun pasif


untuk mengurangi ketegangan otot

S: Klien mengatakan, Wah nggih rodho kepenak ning


bar digerak-gerakke mau, kakune wis ora patiko.
O: Klien mengikuti instruksi dengan baik.

Membantu untuk merubah posisi

S: Klien mengatakan, Manut nuwun nggih ning,


diewangi si mbahe, di ajari ben orak pegel-pegel.

dengan kriteria hasil:


1. Kekuatan
otot
1. Tidak ada kejadian
meningkat
dari
jatuh berulang pada
kekuatan
pada
klien
ekstremitas atas dan
2. Klien
dapat
bawah meningkat dari
melakukan
ADL
kekuatan 4/4 menjadi
dengan
bantuan
5/5
ringan
2. Porsi makan klien
3. Kategori
risiko
bertambah dari porsi
jatuh
bisa
menjadi porsi
berkurang
dari 3. Total skor resiko jatuh
risiko
tinggi
berkurang menjadi 25menjadi ringan.
50 (risiko rendah)

O: Klien minta bantuan untuk dibantu bangun dari


tidurnya dan mengambilkan air minum di meja.
Mnganjurkan untuk tempatkan klien
diposisi yang aman ketika tidur

S: Klien mengatakan, Nggih ning, nek tilem nggih


kulo orak minggir-minggir kok ning, ndak mengko
tio ning.
O: Klien tidur di tengah kasur.

Memberi tahu klien pentingnya


bantuan saat mobilisasi

S: Klien mengatakan, Nggih mbak, mengko nek


pengen direwangi nggeh mengke matur panjenengan
nggih ning.
O: Klien kooperatif

4. Skala

keseimbangan
Berg 41-56 (baik)

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Meningkatkan intake cairan

1. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi


serat agar tidak konstipasi
2. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi
relaksasi otot progresif (ROP)
3. Kaji tingkat kelemahan dan keseimbangan dengan
instrumen.
S: Klien mengatakan, Kulo nek ngunjuk ncen kathah
mbak, iso sak teko chilik niku lho ning, kadang
malah kurang ning.
O: Klien tampak minum menggunakan cangkir besar
800 cc

hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.

dapat teratasi dengan


kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

Mengajarkan dan latih senam DM


kepada klien untuk mencegah
komplikasi DM

S: Klien mengatakan, Kulo nek ngunjuk ncen kathah


mbak, iso sak teko chilik niku lho ning, kadang
malah kurang ning. Nggih ning laihan ben orak
kaku-kaku to awakke.
O: Klien tampak minum menggunakan cangkir besar
800 cc. Klien kooperatif, mengikuti senam DM.

Memotivasi untuk meningkatkan intake


makanan

S: Klien berkata, Maeme kulo nggih kadang telas


mbak tapi iki mau yo orak telas meneh mbak, rasane
wetenge kebak ngono mbak.
O: Klien tidak menghabiskan makannya, klien makan
hanya 7 sendok makan saja.

Menganjurkan makan sedikit tapi


sering

S: Klien mengatakan, Nggih ning.


O: Klien mengangguk saat diberi tahu untuk
meningkatkan nutrisinya dengan makan sedikit tapi
sering
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.
5.

Monitor kadar gula dalam darah


Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa darah
pada klien
Anjurkan makan sedikit tapi sering
Berikan makanan kesukaan yang sesuai dengan
diit DM.
Ajarkan dan latih senam DM kepada klien
untuk mencegah komplikasi DM

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan 1.


atau menerapkan koping
yang efektif.
2.

3.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

Melakukan terapi aktivitas kelompok:


senam anti stroke, terapi music dan
games.

S: Klien mengatakan, Rasane nggih seneng mbak,


bahagia iso kumpul ngene.

Mendorong klien berhubungan dengan


seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama

S: Klien berkata, Iya mbak mangke kulo ngobrol


meneh karo mba Atminah. Wonge apikan mbak, nek
liyane niku nek orak disapa riyen orak purun nyopo
mbak.

O: Klien kooperatif dan antusias saat terapi

O: Klien terlihat mengobrol masalah pribadi dengan


tetangga satu kamar.
Mengidentifikasi hobi dan minat klien

S: Klien berkata, Aku senenge crito mbak. Crito ning


sing ayu iki, putri. Nek karo kancane paling mba
atminah tok, lha liyane sombong-sombong ning.
O: Klien terlihat senang dan sedikit bersemangat setelah
terapi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.

3.

Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan


klien
Kenalkan klien kepada seseorang yang
mempunyai latar belakang pengalaman yang
sama
Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien
(brain gym)

Kamis/ 18
Feb 2016

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

Menganjurkan makan sedikit tapi


sering

S: Klien mengatakan, Lhah ning ning, aku ki nek


mangan akeh orak iso, wetenge khi lho rasane wis
kebhak tenan ning.
O: Klien terlihat lebih segar dari sebelumnya, klien
masih belum menghabiskan makannya.

Memberikan makanan kesukaan yang


sesuai dengan diit DM.

S: Klien mengatakan, Aku akeh ngunjukke ning iki, nek


ngunjuk kadhang tak paring gula sithik, soale yo aku
kan nduwe loro gula tho ning, dadine orak oleh akihakih legine.
O: Klien kooperatif

Melatih senam DM kepada klien untuk


mencegah komplikasi DM

S: Klien mengatakan, enak ning, iki wis rodho enteng


rasane awake.
O: Klien antusias dan melakukan demonstrasi senam
kaki dengan baik walaupun sedikit kesusahan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan

Melakukan kegiatan rekreasi sederhana


dengan klien

Motivasi untuk meningkatkan intake makanan


Anjurkan makan sedikit tapi sering
Berikan pendidikan kesehatan mengenai diit
yang tepat untuk penderita DM
S: Klien mengatakan, Yo seneng ning, iso nyanyinyanyi bareng ning.

selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

selama 7 hari masalah


koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

1.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

O: Klien ikut dalam program terapi kelompok menyanyi


bersama. Klien tampak senang.
Melakukan terapi aktivitas kelompok:
senam anti stroke, terapi musik dan
games.

S: Klien mengatakan, rasane seneng ning, awakku yo


jadi enak.

Mengenalkan klien kepada seseorang


yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama

S: Klien mengatakan, Niku mbak atminah ning, aku


paling nek ngobrol yo karo mbak atminah tok, soale
wonge apikan ning.

O: Klien kooperatif dan antusias saat terapi

O: Klien terlihat berbicara dengan teman sekamarnya


Memberikan terapi untuk mengurangi
depresi klien (brain gym)

S: Klien mengatakan, iyo ning iki enteng rasane


pikiranku, matur suwun yo ning.
O: Klien antusias dan terlihat senang dalam mengikuti
terapi.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 7 hari

Meyakinkan diet yang dimakan


mengandung tinggi serat agar tidak

Gali perasaan dan penyebab stres pada klien


Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien
(brain gym)
Dorong aktifitas sosial dan komunitas
Dorong berhubungan dengan seseorang yang
memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama.

S: Klien mengatakan, Lha ning, aku ki maeme ncen


sithik, nek akeh orak iso soale rasane wetenge

selama 3 minggu
diharapkan klien
diharapkan sindrom
mengetahui cara
lemah dapat berkurang
pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
1. Tidak ada kejadian 1. Kekuatan otot
jatuh berulang pada
meningkat dari
klien
kekuatan pada
2. Klien dapat
ekstremitas atas dan
melakukan ADL
bawah meningkat dari
dengan bantuan
kekuatan 4/4 menjadi
ringan
5/5
3. Kategori risiko
2. Porsi makan klien
jatuh bisa
bertambah dari porsi
berkurang dari
menjadi porsi
risiko tinggi
3. Total skor resiko jatuh
menjadi ringan.
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)

konstipasi

kebak. Oh ..yo ning? Aku yo nek ngunjuk ndak


manise dikurangi to. Maem buah yo paling kates
tok.
O: Klien kooperatif

Mengajarkan dan anjurkan klien


melakukan terapi relaksasi otot
progresif (ROP)

S: Klien mengatakan, nggih seneng oh ning, ben


awake ora kaku lan gemeter terus to.

Memonitor TTV

S: -

O: Klien antusias saat terapi. Klien tampak belum


maksimal dalam melakukan ROP

O: TD: 120/75 mmHg, HR: 88 x/mnt

4. Skala keseimbangan
Berg 41-56 (baik)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.
5.

Monitor tanda-tanda vital


Monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat
Bantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
Berikan ROM aktif maupun pasif untuk
mengurangi ketegangan otot
Beri tahu
klien pentingnya bantuan saat
mobilisasi

Jumat/ 19
Feb 2016

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan 1.


atau menerapkan koping
yang efektif.
2.

3.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

Menggali perasaan dan penyebab stres


pada klien

S: Klien mengatakan, Perasaane nggih apik ning, aku


seneng nek dikancani si ning, pokokke kudhu dolan
terus ning simbah yo ning.
O: Klien terlihat bahagia dan tersenyum

Memberikan terapi untuk mengurangi


depresi klien (brain gym)

S: Klien mengatakan kepenak ning awake si mbah,


tapi yo iki sok tangane sing tengen sih semuten
ngoten.
O: Klien kooperatif dan antusias saat terapi

Mendorong aktifitas sosial dan


komunitas

S: Klien mengatakan, Iyo seneng lah ning, iso barengbareng.


O: Klien terlihat senang saat aktivitas bersama temantemannya. Klien tampak dekat dengan klien mbah A.

Mendorong berhubungan dengan


seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama

S: Klien mengatakan, Lha nggih gampang ning, nek


ono opo-opo nggih kulo ngomong kalih kancane.
O: Klien mengangguk
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.

Gali perasaan dan penyebab stres pada klien


Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien
(brain gym)
Dorong aktifitas sosial dan komunitas
Dorong berhubungan dengan seseorang yang

memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama


3

Setelah
dilakukan Setelah dilakukan tindakan
tindakan
keperawatan keperawatan selama 7 hari
selama
3
minggu diharapkan klien
diharapkan
sindrom mengetahui cara
lemah dapat berkurang pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
1. Tidak ada kejadian 1. Kekuatan
otot
jatuh berulang pada
meningkat
dari
klien
kekuatan
pada
2. Klien
dapat
ekstremitas atas dan
melakukan
ADL
bawah meningkat dari
dengan
bantuan
kekuatan 4/4 menjadi
ringan
5/5
3. Kategori
risiko 2. Porsi makan klien
jatuh
bisa
bertambah dari porsi
berkurang
dari
menjadi porsi
risiko
tinggi 3. Total skor resiko jatuh
menjadi ringan.
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)

Memonitor tanda-tanda vital

S: Klien mengatakan, Kulo rasane toh ning, rodho


lemes, ngelu sithik, karo sih gemeter ki tangan
tengene, opo goro-goro tensine nggih ning?.
O: TD: 150/80 mmHg, HR: 90 x/mnt

Memberikan ROM aktif maupun pasif


untuk mengurangi ketegangan otot

S: Klien mengatakan, Rasane enakan sikil karo


tanganku ning, pegele wes gak patiko.
O: Klien dapat melakukan gerakan ROM walaupun harus
dibantu

Memonitor nutrisi dan sumber energi


yang adekuat

S: Klien mengatakan, aku nek maem yo sih sithik-sithik


ning, iki mau tapi ntek ning.
O: Klien terlihat lemas

Membantu aktivitas sehari-hari sesuai


kebutuhan

4. Skala

keseimbangan
Berg 41-56 (baik)

S: Klien mengatakan, Enakan nek kasur wae ning,


tanganku ki lho sih gemeter, padahal wes latihan
gerakan sing diajari ninge.
O: Klien meminta diambilkan minum air putih

Memberi tahu
klien
bantuan saat mobilisasi

pentingnya

S: Klien mengatakan, Iya ning. Ngko aku njaluk


tulung karo koncoku mbak atminah, wonge apikan
O: Klien kooperatif
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
1.
2.

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

Memotivasi untuk meningkatkan intake


makanan

Kaji adanya faktor penyebab kelelahan


Kaji tingkat kelemahan dan keseimbangan
dengan instrument
3. Beri tahu
klien pentingnya bantuan saat
mobilisasi
4. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi
relaksasi otot progresif (ROP)
S: Klien mengatakan, Iyo ning, iki mau ntek lho mbah
nek mangan.
O: Klien kooperatif

Menganjurkan makan sedikit tapi


sering

S: Klien mengatakan, Nggih ning tak coba, tapi rasane


wethenge kebhak wae, dadine maeme sithik.
O: Klien mengangguk mengerti

Memberikan pendidikan kesehatan


mengenai diit yang tepat untuk
penderita DM

S: Klien mengatakan, Aku ngerti ning nek ngurangi


gulo. Kan aku nduwe loro gulo toh ning, dadine en
orak kumat yo ning.
O: Klien menjawab pertanyaan perawat dengan benar
seputar materi pendidikan kesehatan yang diberikan

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
1.
2.

Sabtu/ 20
Feb 2016

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat badan klien
meningkat 0,5-1kg.

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien
meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan

Memonitor tanda dan gejala dari


hiperglicemia (polyuria, polydipsia,
polyfagia, malaise, pandangan kabur,
dan pusing)

Monitor kadar gula dalam darah


Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa darah
pada klien
3. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia
(polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise,
pandangan kabur, dan pusing)
S: Klien mengatakan, Aku rasane pengen mimi terus
mbak, nek maem sih ora, lemes, pengene turu terus,
wis raiso ndelok aku ki mbak. Mumet sithik.
O: klien terlihat tiduran di kasur

Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL
Memotivasi makan sedikit tapi sering

S: Klien mengatakan, nggih mbak, mangke kulo maem


ingkang kathah.

O: Klien terlihat makan 1/2 porsi makanannya, klien


makan maknan ringan roti yang diberikan panti.
2

Senin/ 22
Feb 2016

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

1.

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3
minggu masalah
kebutuhan nutrisi
seimbang dengan kriteria
hasil :
Berat
badan
klien
meningkat 0,5-1kg.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
2.
Klien dapat
melaporkan penurunan
stress/depresi
3.
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan
selama 7 hari pada klien
masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Nutritional Status:
1. Nafsu makan klien

Melakukan terapi aktivitas kelompok:


senam anti stroke, terapi musik dan
games.

S : Klien mengatakan, nggih seneng ning iso senam,


gerak-gerak, terus nyanyi bareng kancane kalih
ning. Awake dadi kepenak.
O : Klien terlihat tersenyum dan mengikuti terapi dengan
baik.

Memberikan pendidikan kesehatan


tentang diit yang tepat untuk klien

S: Klien mengatakan, Nggih ning, mengke nyobo


maem sing kathah nggih ning, rasane wegah maem
kok.
O: Klien tampak tidak bersemangat dan lemas

Memonitor tanda dan gejala dari


hiperglicemia (polyuria, polydipsia,
polyfagia, malaise, pandangan kabur,
dan pusing)

S: Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus


ning, kathah pokoke nek ngunjuk banyu ning.
O: BB: 32 kg, klien terlihat memakan 1 porsi makan
siangnya (6-7 sdm), makan 3 kali sehari

meningkat
2. Klien menghabiskan 1
porsi makanan
Nutritional Status :
Biochemical Measure
1. Glukosa darah dalam
rentang normal 80-140
mg/dL

Memonitor tanda dan gejala dari


hiperglicemia (polyuria, polydipsia,
polyfagia, malaise, pandangan kabur,
dan pusing)

S: Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus


ning, kathah pokoke nek ngunjuk banyu ning, lha nek
mangan wes kebak wae niki wetenge..

Menggali perasaan dan penyebab stres


pada klien

S: Klien mengatakan, Wis apik ning perasaane, seneng


iso kaleh ninge.

O: BB: 31 kg, klien terlihat memakan 1 porsi makan


siangnya (5-6 sdm), makan 3 kali sehari

O: Klien kurang kooperatif


A: Masalah teratasi sebagian
P: Rencana tindak lanjut
1.
2.
3.

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 minggu
masalah koping individu
efektif dengan kriteria
hasil:

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 7 hari masalah
koping individu tidak
efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan


atau menerapkan koping
yang efektif.

4.

Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab stress
5.
Klien dapat

Mendorong aktifitas sosial dan


komunitas

Motivasi untuk meningkatkan intake makanan


Anjurkan makan sedikit tapi sering
Ajarkan dan latih senam DM kepada klien
untuk mencegah komplikasi DM
S: Klien mengatakan, Yo seneng ning, iso kumpul karo
kanca-kancane.
O: Klien kurang kooperatif dan antusias saat bermain
sekelompok

Mendorong berhubungan dengan


seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama

S: Klien mengatakan, iya mengko nggih ngobrol kok


ning karo kancane.
O: Klien terlihat mengobrol dengan teman sekamarnya,
skala depresi =10

Memberikan
(brain gym)

6.

melaporkan
penurunan
stress/depresi
Skala depresi
berkurang menjadi
rentang nilai 1 8

Mendorong berhubungan dengan


seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama

S: Klien mengatakan, iya mengko nggih ngobrol kok


ning karo kancane.

Mengkaji adanya faktor penyebab


kelelahan

S: Klien mengatakan, Rasane pegel wae ning, opo


goro-goro nyuci mau yo.

O: Klien terlihat mengobrol dengan teman sekamarnya,


skala depresi =10

O: Klien terlihat tiduran, tidak ada kejadian jatuh


berulang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Rencana Tindak Lanjut
1.

Setelah dilakukan
Setelah dilakukan tindakan
tindakan keperawatan
keperawatan selama 7 hari
selama 3 minggu
diharapkan klien
diharapkan sindrom
mengetahui cara
lemah dapat berkurang
pencegahan jatuh dengan
dengan kriteria hasil:
kriteria hasil :
4. Tidak ada kejadian 5. Kekuatan
otot
jatuh berulang pada
meningkat
dari
klien
kekuatan
pada

Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien


(brain gym)
2. Dorong aktifitas sosial dan komunitas
3. Berikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai :
terapi tertawa
4. Dorong berhubungan dengan seseorang yang
memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama.
S: Klien mengatakan, Mengko nek aku ndak kuat
diewangi yo ning.

Mengkaji tingkat kelemahan dan


keseimbangan dengan instrument

O: Klien mengangguk
Mengkaji tingkat kelemahan
keseimbangan dengan instrument

dan

S: Klien mengatakan, kadang ngerasane lemes kadang


ora mbak.
O: kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah
4/4, porsi makan klien menjadi 1 porsi, morse fall

Memberi tah

5. Klien
dapat
melakukan
ADL
dengan
bantuan
ringan
6. Kategori
risiko
jatuh
bisa
berkurang
dari
risiko
tinggi
menjadi rendah

ekstremitas atas dan


bawah tetap ataupun
meningkat
dari
kekuatan 4/4 menjadi
5/5
6. Porsi makan klien
bertambah dari porsi
menjadi porsi
7. Total skor resiko jatuh
berkurang menjadi 2550 (risiko rendah)
8. Skala
keseimbangan
Berg 41-56 (baik)

scale 48, skala berg 41


Mengkaji tingkat kelemahan dan
keseimbangan dengan instrument

S: Klien mengatakan, awakku sih pegel ning, isih lemes


ki ning, pengen turonan ya ning.
O: kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah
4/4, porsi makan klien menjadi 1 porsi, morse fall
scale 48, skala berg 41

Mengkaji tingkat kelemahan dan


keseimbangan dengan instrument

S: Klien mengatakan, kadang ngerasane lemes kadang


ora ning.
O: kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah
4/4, porsi makan klien menjadi 1 porsi, morse fall
scale 48, skala berg 41

EVALUASI SUMATIF
Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Evaluasi Sumatif
S:

berhubungan dengan faktor biologis: diabetes melitus

Klien mengatakan, Nggih ning, mengke nyobo maem sing kathah nggih ning, rasane
wegah maem kok.
Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus ning, kathah pokoke nek ngunjuk
banyu ning.

Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus ning, kathah pokoke nek ngunjuk
banyu ning, lha nek mangan wes kebak wae niki wetenge.

Klien mengatakan, Kulo rasane toh ning, rodho lemes, ngelu sithik, karo sih gemeter
ki tangan tengene, opo goro-goro tensine nggih ning?.

O:

Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan stress


berkepanjangan

BB: 32 kg
GDS: 180 mg/dl
Klien terlihat memakan 3/4 porsi makan siangnya (6-7 sdm)
Klien makan 3 kali sehari
Klien tampak tidak bersemangat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
3. Monitor kadar gula dalam darah
4. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DM
S:
Klien mengatakan, Yo seneng ning, iso kumpul karo kanca-kancane.
Klien mengatakan, iya mengko nggih ngobrol kok ning karo kancane.
Klien mengatakan, Rasane pegel wae ning, opo goro-goro nyuci mau yo.
Klien mengatakan, Wis apik ning perasaane, seneng iso kaleh ninge.
O:

Sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan penurunan


kekuatan otot (sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi.

Klien cukup kooperatif


Klien terlihat kurang antusias dan senang saat ditemani
Klien kurang kooperatif dan antusias saat bermain berkelompok
Klien terlihat mengobrol dengan teman sekamarnya Ny. A
Skala depresi =10 (The Geriatric Depression Scale)
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)
2. Dorong aktifitas sosial dan komunitas
3. Berikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai : terapi tertawa
4. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang
sama.
S:
Klien mengatakan, awakku sih pegel ning, isih lemes ki ning, pengen turonan ya
ning.

Klien mengatakan, kadang ngerasane lemes kadang ora ning.

Klien mengatakan, Mengko nek aku ndak kuat diewangi yo ning.

O:
Klien terlihat tiduran, tidak ada kejadian jatuh berulang
Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 4/4
Porsi makan klien menjadi 3/4 porsi
Morse fall risk scale 46
Skala berg 41
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot
2. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif (ROP)
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Beri tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasi

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh


Klien Ny. S (80 Tahun) dilakukan pengkajian pada Sabtu tanggal 13
Februari 2016 dengan riwayat Diabetes mellitus sejak pertama masuk ke Panti
Wreda Harapan Ibu. Pada saat pengkajian ditemukan data bahwa Berat badan
klien 30 kg dengan IMT menunjukkan kategori underweirght (13,89),
pemeriksaan GDS terakhir yang dilakukan pada Ny. S menunjukkan nilai 206
mg/Dl, klien tidak nafsu makan, tidak pernah menghabiskan makanannya,
selama berada di Panti klien tidak melakukan diit DM dengan benar yang
harusnya mengacu kepada 3 pilar DM. klien mengeluh lemas, pusing, dan
tangan sebelah kanan terasa kesemutan dan pegal. Klien juga tampak
memijat-mijat tangan bagian kanannya. Berdasarkan data pengkajian pada Ny.
S, maka dapat diambil diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis : diabetes
mellitus. Prioritas intervensi yang diberikan adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.

Memotivasi untuk meningkatkan intake makanan


Menganjurkan makan sedikit tapi sering
Memberikan makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM.
Meningkatkan intake cairan
Mengajarkan dan melatih senam DM kepada klien untuk mencegah
komplikasi DM
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) mengenai

pemberian informasi yang tepat oleh tenaga kesehatan mengenai pelaksanaan


diit diabetes mellitus akan mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh pasien
dengan diabetes mellitus. Dengan adanya pengetahuan maka seseorang akan
mengetahui pelaksanaan diit diabetes mellitus yang baik dan benar. Pada klien
Ny. S diberikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang tepat untuk klien

dengan

diabetes

mellitus

untuk

mencegah

munculnya

gejala-gejala

hiperglikemi pada klien.


Selain memberikan pendidikan kesehatan terkait diit DM, implementasi
yang dilakukan yaitu mengajarkan klien untuk senam kaki DM dan melatih
klien untuk mempraktikkan senam kaki DM. Munculnya berbagai komplikasi
pada klien dengan diabetes mellitus terutama kasus ulserasi yang mengenai
tungkai bawah sering terjadi, bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan maka
kasus ulserasi akan berkurang (Decroli E, dkk, 2010).
Resiko ulkus kaki dapat dilakukan dengan latihan jasmani seperti senam
diabetikum. Berdasarkan penelitian dari Ilyas (2007) menjelaskan bahwa
latihan jasmani akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah
sehingga mampu mencegah dan mengatasi munculnya ulkus pada tubuh klien.
Selain itu, pemberian senam kaki diabetikum yang terdiri dari 11 gerakan
mampu meningkatkan kesegaran jasmani yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan penderita diabetes mellitus tanpa komplikasi-komplikasi yang berat
(Santoso, 2006). Setelah diberikan intervensi senam kaki diabetikum klien
merasa badan lebih enak dan tidak semutan lagi terutama dibagian kaki,
namun untuk bagian tangan terutama bagian kanan, klien masih merasakan
kesemutan.
Selain pemberian latihan senam DM, klien juga diberikan intervensi
keperawatan untuk menangani dan mencegah terjadinya keabnormalan kadar
gula darah klien yaitu dengan memotivasi klien untuk makan sedikit tapi
sering, memotivasi klien untuk meningkatkan intake makanan serta
memberikan makanan yang disukai klien. Setelah diberikan intervensi
tersebut, porsi makan klien bertambah dari yang awalnya hanya 5-6 sdm dan
tidak pernah menghabiskan makanan yang diberikan kemudian klien pada hari
ke 7 klien sudah menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan.
Meskipun klien sudah diberikan intervensi keperawatan untuk
menangani masalah kadar gula darah klien, namun klien masih mengeluh

merasakan gejala-gejala DM seperti rasa haus berlebih, merasa lemas dan


kesemutan terutaa diekstremitas atas. Hal ini dikarenakan, menurut Corwin
(2009) mengatakan bahwa pengontrolan kadar gula darah tidak hanya serta
merta dengan diit dan olah raga, jika kedua intervensi tersebut tidak mampu
dilakukan maka intervensi yang tepat yaitu dengan menggunakan obat otral
maupun suntikan insulin.
Berikut adalah grafik perkembangan Ny. S setelah diberikan implementasi
keperawatan
a. Grafik pertambahan berat badan Ny. S

Grafik diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar gula darah


Ny. S sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Kadar gula darah Ny.
S sebelum dierikan intervensi keperawatan adalah 195 mg/dL, setelah
dilakukan tindakan keperawatan, kadar gula darah klien adalah 180
mg/dL.

b. Grafik Berat Badan Ny. S

Grafik diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan berat badan Ny. S


sebelum dan sesudah diberikan inervensi keperawatan. Berat badan Ny. S
seelum diberikan tindakan keperawatan adalah 31 kg, setelah diberikan
tindakan keperawatan berat badan Ny. S adalah 32 kg. Selain itu terkait
dengan jumlah makanan Ny. S sebelum diberikan tindakan keperawatan
adalah porsi piring. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kadar
gula darah Ny.S adalah 3/4 porsi piring.
2. Ketidakefektifan Koping Individu
Pada hari Sabtu tanggal 13 Februari 2016 dilakukan pengkajian pada Ny. S
(80 tahun) dengan riwayat diabetes melitus, ditemukan data skala depresi
menunjukan skor 14 (menandakan depresi) dan hasil wawancara dengan
kuesioner Geriatric Depression Scale menyatakan bahwa klien merasa tidak
bahagia dengan kondisinya saart ini, hasilnya juga menunjukkan bahwa klien
mengalami depresi dan stress. Berdasarkan data pengkajian, maka dapat
diambil diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping individu berhubungan
dengan stress berkepanjangan. Adapun prioritas intervensi yang diberikan
adalah sebagai berikut.
1. Menggali perasaan dan penyebab stres pada klien

2.
3.
4.
5.

Memberikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)


Mendorong aktifitas sosial dan komunitas.
Memberikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai : terapi tertawa
Memonitor intake nutrisi klien
Psikososial seorang lansia yang tidak berjalan dengan semestinya akan

mengakibatkan lansia tersebut menjadi depresi serta akan merugikan kesehatan


baik secara fisik maupun kejiwaan lansia tersebut. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Panglipuretheias (2014) menunjukkan bahwa hasil penelitian
dengan judul Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat Depresi
Lansia di Posyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Taman Tirto Kasihan Bantul
terkait pengaruh senam otak (Brain gym) yang terdiri dari 7 gerakan memiliki
pengaruh yang signifikan pada otak untuk mengurangi tingka depresi lansia.
Selain dilakukan brain gym pada Ny. S juga dilakukan aktivitas komunitas
yaitu dengan melakukan Terapi aktivitas kelompok (TAK) seperti terapi senam
anti stroke yang dipadukan dengan terapi musik dengan bernyanyi bersama.
Penelitian yang dilakukan oleh Hardjana (2006) menunjukkan bahwa cara
pencegahan pada klien terutama lansia dengan cemas, stres dan depresi adalah
memberikan terapi meditasi hipnotis, terapi kognitif maupun terapi musik.
Secara psikologis musik dapat membuat seseorang menjadi rileks, mengurangi
stres, menurunkan depresi, menimbulkan rasaaman dan sejahtera, melepaskan
gembira dan sedih, dan menbantu melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006).
Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama satu minggu, maka
dapat dilihat hasil evaluasi skoring skala depresi klien yang menunjukkan
penurunan menjadi angka 11. Namun, terkadang dalam kesehariannya mood
atau perasaan Ny. S masih tampak labil, kadang senang, dan terkadang sedih.
Klien merasa senang ketika ditemani mengobrol, dan klien terlihat sedih ketika
tidak ada yang mengajak mengobrol. Untuk pemberian terapi brain gym pada
klien selama 1 minggu, dapat dilihat perubahan perasaan klien Ny. S, terlihat
klien merasa lebih tenang dan senang setelah dilakukan tindakan keperawatan
brain gym. Selain itu, pemberian terapi aktivitas kelompok juga memberikan
dampak terhadap mood klien, klien menunjukkan ekspresi senang dan merasa
tidak sendiri lagi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nikmat & Almashoor (2013) yang menunjukkan bahwa senam otak akan
mampu meningkatkan fungsi kognitif dan daya ingat sehingga mampu
menurunkan gejala depresi pada lansia.
a.Grafik skala depresi Ny. S

Grafik diatas menunjukkan bahwa ada penurunan skala depresi Ny. S


sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Skala depresi Ny. S sebelum
diberikan tindakan keperawatan adalah 14. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, skala depresi Ny.S adalah 11.
3. Sindrom lemah pada lansia
Pada hari Sabtu tanggal 13 Februari 2016 dilakukan pengkajian pada Ny. S
(80 tahun) dengan riwayat diabetes melitus, ditemukan data klien mengatakan
klien mampu berdiri namun tidak mampu berjalan lama, tidak dapat mencuci,
dan merasa tidak berdaya, selain itu didapatkan data IMT menunjukkan
underweight skala jatuh 50, skala keseimbangan Berg 35 dan indeks KATZ
dalam kategori B. Berdasarkan data pengkajian, maka dapat diambil diagnosa
keperawatan sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot (sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi. Adapun prioritas


intervensi yang diberikan adalah sebagai berikut.
1. Mengkaji adanya faktor penyebab kelelahan
2. Memberikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot
3. Mengajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif
(ROP)
4. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
Terkait dari faktor penyebab kelelahan perlu dilakukan pengamatan untuk
meminimalisir kelelahan yang terjadi pada Ny. S diiringi dengan perlakuan
tindakan Range of Motion (ROM) maupun Relaksasi Otot Progresif (ROP).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmadi (2008) menunjukkan bahwa
latihan ROM memiliki tujuan antara lain mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi kardiorespirasi, menjaga
fleksibilitas dari masing-masing persendian, mencegah kontraktur/kekakuan
pada persendian. Membantu klien dalam aktivitas sehari-hari perlu dilakukan
untuk menghindari adanya kejadian jatuh berulang karena klien memiliki
resiko dan riwayat jatuh. Selama proses diberikannya intervensi, klien cukup
kooperatif dan antusias mengikuti terapi, klien mampu berjalan sendiri dan
sudah mulai mampu untuk melakukan aktifitas secara mandiri seperti mencuci,
dan membersihkan tempat tidurnya. Selain itu, Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Safaah (2014) juga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan
Range of Motion (ROM) terhadap peningkatan kekuatan otot lanjut usia untuk
mencegah terjadinya kekakuan pada otot.
Setelah dilakukan implementasi selama seminggu lamanya, didapatkan
hasil bahwa klien merasa lebih nyaman setelah terapi ROP dan ROM, akan
meminta bantuan jika kesulitas dalam beraktivitas, tidak ada kejadian jatuh
berulang, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 4/4, porsi
makan klien menjadi 3/4 porsi dan pada 2 hari klien mampu mengahabiskan 1
porsi makanan dari Panti, morse fall risk scale 46 dan skala berg 41. Perlu
dibuat rencana tindak lanjut seperti melakukan terapi ROM dan ROP yang
berkala serta menjaga selalu nutrisi Ny. S, dikarenakan untuk nutrisi pada klien

masih sangat kurang, dimana klien lebih banyak asupan cairan dibandingkan
nutrisi. Hal tersebut dilakukan agar klien tidak mengalami penurunan otot,
memiliki energi untuk beraktivitas dan tidak ada kejadian jatuh berulang.
Berikut adalah grafik perkembangan Ny. S setelah diberikan implementasi
keperawatan.
a.

Tabel kekuatan otot Ny. S


Ekstremitas Atas

Ekstremitas Bawah

Pre-intervensi

4/4

4/4

Post-intervensi

4/4

5/5

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot


Ny. S sebelum dan sesudah diberikan intervensi keperawatan. Kekuatan otot
Ny. S sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah 4/4, 4/4. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, kekuatan otot Ny.S adalah 5/5, 4/4.
b.

Grafik skala keseimbangan Berg

Grafik

diatas

menunjukkan

bahwa

ada

peningkatan

skala

keseimbangan Berg Ny. S sebelum dan sesudah diberikan intervensi. skala


keseimbangan Berg Ny. S sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah
38. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, skala keseimbangan Berg Ny.S
adalah 41.
c.

Grafik skoring resiko jatuh

Grafik diatas menunjukkan bahwa ada penurunan skala resiko jatuh


Ny. S sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Skala resiko jatuh Ny. S
sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah 50. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, skala resiko jatuh Ny.S adalah 46.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Ny. S merupakan lansia (80 tahun) yang tinggal di Panti Wredha Harapan
Ibu. Klien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus (DM). Ketika

dilakukan pengkajian ditemukan beberapa masalah keperawatan. Masalah


keperawatan lain yang muncul adalah sebagai berikut.
1. Ketidakseimbangan

kebutuhan

nutrisi:

kurang

dari

kebutuhan

berhubungan dengan faktor biologis: diabetes melitus. Intervensi yang


telah dilakukan ialah memotivasi untuk meningkatkan intake makanan,
menganjurkan makan sedikit tapi sering, memberikan pendidikan
kesehatan mengenai diit yang tepat untuk penderita DM, memberikan
makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM dan melatih senam kaki
diabetik untuk mencegah komplikasi DM. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada klien, klien menunjukkan nafsu makan yang
meningkat ditandai dengan dapat menghabiskan 3/4 porsi makanan,
namun untuk porsi makan yang dikonsumsi klien perubahannya kadang
naik kadang turun. Namun pada Ny. S terjadi kenaikan berat badan 1 kg.
Namun kadar gula darah klien tidak stabil dan masih tinggi, yaitu 180
pada hari ketujuh intervensi. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi
sebagian.
2. Ketidakefektifan

koping

individu

berhubungan

dengan

stress

berkepanjangan. Intervensi yang telah dilakukan kepada klien ialah


menggali perasaan dan penyebab stres pada klien, memberikan terapi
untuk mengurangi depresi klien (brain gym), mendorong aktifitas sosial
dan komunitas dan memberikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai :
terapi tertawa Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama satu
minggu, dapat dilihat hasil evaluasi skoring skala depresi klien yang
menunjukkan penurunan menjadi angka 11. Walaupun terkadang dalam
sehari-harinya mood klien masih labil terkadang senang, terkadang sedih.
Klien senang apabila ada yang menemani, dan merasa sangat kesepian jika
tidak ada yang mengajak ngobrol dirinya. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa

diagnosa

keperawatan

ketidakefektifan

koping

berhubungan dengan stress berkepanjangan telah teratasi.

individu

3. Sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


(sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi. Intervensi yang telah dilakukan
kepada klien ialah mengkaji adanya faktor penyebab kelelahan,
memberikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot,
mengajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif
(ROP), membantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan dan memonitor
nutrisi/ intake makanan. Setelah dilakukan implementasi selama seminggu
lamanya, didapatkan hasil bahwa klien merasa lebih nyaman setelah terapi
ROP dan ROM, akan meminta bantuan jika kesulitas dalam beraktivitas,
tidak ada kejadian jatuh berulang, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5,
ekstremitas bawah 4/4, porsi makan klien menjadi 1 porsi, morse fall risk
scale 46 dan skala berg 41. Maka dari itu masalah resiko jatuh teratasi.
B. Saran
1. Lansia
Lansia mampu mandiri dalam melakukan aktivitas dan mampu melanjutkan
intervensi yang telah diajarkan sehingga tidak terjadi komplikasi penyakit
pada lansia dan masalah kesehatan terutama pada klien dengan diabetes
mellitus, sehingga resiko terkait dengan penyakit pun dapat teratasi.
2. Pengasuh Wisma
Pengasuh diharapkan memfasilitasi dan memotivasi lansia dalam
meningkatkan kesehatannya, terutama dalam mengatur pola makan klien
sesuai dengan 3 pilar diit DM. Pengasuh juga dapat melanjutkan intervensi
yang dilakukan oleh mahasiswa guna meningkatkan kesehatan lansia.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu lebih mendetail lagi dalam menyelesaikan
masalah kesehatan klien secara holistic. Bagi mahasiswa lain diharapkan
dapat melanjutkan atau memperbaharui intervensi yang sesuai dengan
masalah yang ada pada klien.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (ed.3).
Jakarta: EGC
Burduli M. The Adequate Control of Type 2 Diabetes Mellitus in an Elderly Age.
2009. Available from: http://www.gestosis.ge/eng/pdf_09/Mary_Burduli.pdf
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Dennison. 2009. Rain Gym (senam otak) edisi bahasa Indonesia cetakan.X.
Jakarta: Grasindo.
Djohan. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress.
Kurniawan, Indra.. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Lanjut Usia. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010; Vol. 60: 576-584.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Prasetya, dkk. Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia denganTerapi Kognitif
dan Senam Latih Otak di Panti Wredha. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2010
(13): 42-48.
Safaah, Nurus. Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Pasuruan)
Kec. Babat Kab. Lamongan. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2015. (1):1-4.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Action.
Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Profil Kesehatan Kota SMG 2014.pdf - Google Drive [Internet]. [cited 2015 Nov
2].
Available
from:
https://drive.google.com/file/d/0B-yoD_DDYqgWm9ZdGx0b2xYRGs/edit
Purwanto, Nasrul H. Hubungan Pengetahuan tentang Diet Diabetes Melitus
dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 2011 (01):1-9.
Rachmawati, A.M., Bahari, U., Rusli, B., Hardjoeno.2007. Tes Diabetes
Melitus.Dalam Hardjono dkk. Interpretasi Hasil Diagnostik Tes Laboratorium
Diagnostik. Cetakan 3. Lembaga Pendidikan Universitas Hasanudin Makasar
RI KK. Hasil Riset Kesehatan Dasar [Internet]. Jakarta; 2013 p. 87. Available
from: www.depkes.go.id/resources/download/.../Hasil Riskesdas 2013.pdf

RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia [Internet].


[cited
2015
Nov
2].
Available
from:
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=618
Rochmah W. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2007.p.1915-18.
Ruspawan, I Dewa Made. 2012. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar.
Poltekkes Denpasar. Diakses di www.portalgaruda.org pada tanggal 2 Februari
2016 pukul 12.00 WIB
Safaah, Nurus. Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Pasuruan)
Kec. Babat Kab. Lamongan. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2015. (1):1-4.
Smeltzer, Suzanne C & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2.Ed.8. Jakarta:
EGC
Subramaniam I, Gold JL. Diabetes Mellitus in Elderly. J Indian Acad Geri.
2005;2:77-81. Available from: http://www.jiag.org/sept/diabetes.pdf.

PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN


TERAPI MUSIK DAN BRAIN GYM
UNTUK MENGATASI DEPRESI PADA KLIEN Ny. S (80 Thn)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing : Ns. Nurullya Rachma, Sp. Kep. Kom

Oleh
Putri Kumalasari
22020115210050

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir dari perkemabangan manusia.
Seseorang dikatakan lanjut usia jika seseorang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lanjut usia merupakan proses
akhir dari tumbuh kembang manusia, dimana di dalam proses tersebut
terjadi penuaan (Azizah, 2011). Lansia bukan merupakan suatu
penyakit, namun merupakan suatu tahap lanjut dari proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tuuh dalam beradaptasi
dengan stres yang ada di lingkungan. Lansia merupakan keadaan yang
ditandai

oleh

kegagalan

seseorang

untuk

mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini


berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individu (Efendi, 2009). Adapun masalah
kesehatan ataupun penyakit-penyakit yang sering muncul terjadi pada
lansia akibat dari penurunan fungsi organ tubuh (fisiologis) yaitu
diabetes melitus, hipertensi, kolesterol, penyakit jantung, arthritis, dan
asam urat.
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah yang disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan

adanya

peningkatan

kadar

glukosa

dalam

darah

(hyperglikemia) yang terjadi akibat adanya kelainan dalam sekresi


insulin maupun keduanya (Smeltzer & Bare, 2008). Diabetes mellitus
terdiri dari beberapa jenis yaitu diabetes mellitus tipe I, diabetes
mellitus tipe II, diabetes mellitus tipe gestasional, dan diabetes mellitus
tipe lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak di derita
adalah diabetes tipe II.

Data dari WHO menunjukkan, bahwa Indonesia menempati


peringkat ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di
dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India (PDPERSI, 2015).
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 juga menunjukkan angka
prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia adalah 2,1%. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1,0% apabila dibandingkan
dengan prevalensi tahun 2007 (1,1%) (Riskesdas, 2013). Diabetes
mellitus telah menjadi penyebab dari 4,9 juta kematian warga
Indonesia selama 2014. Hal ini berarti setiap 7 detik, ada penderita
yang meninggal karena diabetes. Jumlah ini meningkat dibandingkan
dengan tahun 2011 yang menyebabkan 4,6 juta kematian akibat
diabetes mellitus. Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk
perawatan diabetes mellitus telah mecapai 612 miliar USD (IDF, 2011
dalam Trisnawati, 2013). International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta penderita tidak menyadari
bahwa mereka mengidap DM. 80% penderita DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah (IDF, 2011 dalam Trisnawati,
2013). Sedangkan data lain dari Dinas Kesehatan Kota Semarang
tahun 2014 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Kota
Semarang sebesar 14.200 kasus (Profil Kesehatan Semarang, 2014).
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi darah perifer yang dapat menyebabkan
berbagai dampak secara fisik maupun psikologis. Dampak fisik yang
terjadi pada diabetesi seringkali disebabkan oleh adanya komplikasi
DM seperti ulkus pada kaki, kelemahan fisik, penurunan sensasi nyeri
pada kaki, penurunan berat badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
stroke, gangren, serta timbulnya penyakit kronis lainnya seperti
penyakit jantung atau gagal ginjal, bahkan dapat menimbulkan
kecacatan fisik (Sari, 2012). Dampak fisik inilah yang dapat
mempengaruhi kondisi psikologis penderitanya. Dampak psikologis
pada diabetesi ini antara lain ketidakmampuan menerima keadaan

sakitnya, merasa putus asa, dan tidak berguna (Sukmaningrum, 2005).


Selain itu berdasarkan hasil pengkajian pada klien Ny. S didapatkan
data jika pada awal masuk Panti Wredha klien tidak memiliki nafsu
makan sama sekali, sering mengalami kesemutan, kelemahan fisik dan
penurunan berat badan. Selain itu Ny. S tampak lebih suka menyendiri
dan hanya tidur saja dengan skala depresi klien nilai : 11.
2. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
Data yang perlu dikaji lebih lanjut adalah skala depresi klien (The
Geriatric Depresion Scale) setelah klien diberikan terapi musik dan
Brain Gym Therapy. Untuk melihat apakah ada perubahan skala
depresi pada klien sebelum dan sesudah terapi dilakukan.
3. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan koping individu
II. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan koping

individu

berhubungan

dengan

stress

berkepanjangan (00069)
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi musik lagam jawa dan brain gym diharapkan
tingkat (skala) depresi klien berkurang.
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi terapi musik lagam jawa dan brain gym
therapy selama 30 menit, klien mampu :
a. Menjelaskan manfaat dari terapi musik dan brain gym therapy
b. Mempraktikkan brain gym therapy dengan benar

III.Rencana Kegiatan
1. Topik
Terapi musik lagam jawa dan Brain Gym
2. Metode Pelaksanaan
Demonstrasi
3. Sasaran dan target
Sasaran adalah Ny. S (80 Thn)
4. Srategi Pelaksanaan
Hari
: Senin, 22 Februari 2016

Waktu
: 09.30 WIB-10.00 WIB
Tempat : Ruang Mawar Panti Wredha Harapan Ibu
5. Media dan Alat bantu
a. Kursi
b. Leaflet
6. Setting tempat

Keterangan
: Lansia
: Mahasiswa

7. Susunan Acara
Waktu
09.30-09.35

09.05-09.10

Kegiatan Perawat
Persiapan:
a. Mempersiapkan klien,

Kegiatan Klien
alat

dan tempat pertemuan


Orientasi:
a. Memberi salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri

a. Menjawab salam Perawat


b. Menyebutkan
nama
mahasiswa (meminta klien
menyebutkan

c. Kontrak:
Menjelaskan tujuan dan
manfaat terapi musik dan

nama

mahasiswa)
c. Memperhatikan penjelasan
Perawat

brain gym
Lama kegiatan selama 15
menit dan klien wajib
mengikuti kegiatan dari

awal hingga akhir.


d. Evaluasi:
menanyakan
09.10-09.25

perasaan klien saat ini.


Tahap kerja :
a. Mahasiswa memandu brain
gym

d. Menjawab

pertanyaan

Perawat
a. Klien mengikuti gerakan
brain gym yang dipimpin

b. Memutar lagu lagam jawa


ketika melakukan brain gym
c. Memberikan
reinforcement
untuk klien.

oleh mahasiswa
b. Klien tampak menikmati
dan

rileks

ketika

mendengar musik lagam


jawa
c. Menerima

reinforcement

dari mahasiswa
09.25-09.30

Terminasi:
a. Evaluasi
perasaan

menanyakan
klien

a. Mengobservasi respon klien

setelah

mengikuti brain gym yang


dipadukan

dengan

terapi

b. Menjawab pertanyaan

musik.
b. Menanyakan kepada klien:
Tujuan dan manfaat brain
gym

yang

dipadukan

dengan terapi musik.


Langkah-langkah gerakan

brain gym.
c. Perawat

memberikan

reinforcement untuk klien


d. Menganjurkan klien untuk
mengikuti kegiatan brain gym
yang

diapadukan

terapi

musik

lagam

dengan
jawa

berikutnya.
e. Kontrak waktu untuk kegiatan

c. Menerima

reinforcement

dari perawat
d. Mendengarkan
menerima

anjuran

akan datang
Penutup:
Mengakhiri
kegiatan

e. Menyepakati
selanjutnya.

mengucapkan salam.
8. Pengorganisasian
a. Instruktur: Putri Kumalasari

Menjawab salam
dan

dari

perawat

brain gym berikutnya yang


10.50-10.55

dan

kontrak

1) Memimpin jalannya kegiatan Brain Gym yang dipadukan


dengan terapi musik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan manfaat Brain Gym dan terapi musik
4) Memberikan contoh gerakan Brain Gym
5) Memotivasi klien untuk mempraktikkan Brain gym dengan
benar.
6) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan kegiatan
7) Mendokumentasikan kegiatan
9. Kriteria evaluasi
a. Struktur
1) Menyiapkan pre planning
2) Kontrak waktu dengan klien
3) Perlengkapan dan peralatan sudah siap
b. Proses
1) Klien kooperatif
2) Klien antusias mengikuti kegiatan
3) Klien dapat mengikuti gerakan yang diajarkan oleh mahasiswa
c. Hasil
1) Klien dapat mengikuti kegiatan dengan antusias
2) Klien dapat menyampaikan perasaan saat melakukan kegiatan
3) Klien dapat menjelaskan tujuan dan manfaat Brain gym dan
terapi musik
4) Klien dapat mempraktikkan langkah-langkah gerakan Brain
gym dengan benar.
10. Materi
a. Definisi
Senam latih otak atau Brain gym merupakan kegiatan melatih otak
sehingga otak akan tetap bekerja dan aktif dengan aktifitas fisik
melalui gerakan-gerakan tubuh yang sederhana (Denisson, 2009).
Melalui kegiatan senam latih otak atau brain gym ini maka akan
meningkatkan aliran darah ke otak sehingga akan meningkatkan
persediaan oksigen di otak yang dapat mempertahankan organ agar
tetap sehat (Yanuarita, 2012).

Terapi musik merupakan suatu kegiatan mendengarkan musik


tertentu dengan tempo tertentu yang digunakan untuk menurunkan
kecemasan pada klien, terutama pada lansia. Musik lagam jawa
merupakan musik dengan tempo lamban atau sekitar 60 beat per
menit yang berfungsi untuk menyeimbangkan gelombang otak agar
fikiran menjadi tenang.hal ini dapat terjadi karena adanya stimulasi
binatural-beat dapat mendorong seseorang untuk kembali kedalam
kesadaran (Salve & Prabowo,2007)
Pada intinya penggabungan antara brain gym yang diiringi dengan
musik lagam jawa ini digunakan untuk memberikan respon
ketenangan pada otak sehingga fikiran menjadi lebig rileks dan
tenang.
b. Manfaat
1) Memperlancar persediaan oksigen ke otak
2) Merelaksasi otak (menghilangkan pikiran-pikiran negatif, iri,
dengki dan lain-lain)
3) Mengurangi kelelahan
4) Melepaskan ketegangan
5) Melepaskan hambatan

fokus

dari

otak

(memperbaiki

konsentrasi)
6) Menurunkan tingkat depresi dan kecemasan
7) Memberikan efek ketenangan pikiran
(Salve& Prabowo, 2007)(Prasetya, 2010)
c. Gerakan Brain gym therapy
Terlampir

Daftar Pustaka

Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Dennison. 2009. Brain Gym (senam otak) edisi bahasa Indonesia ctk.10. Jakarta :
Grasindo
Junaidi & Zulkhan Noor. 2010. Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia
Melalui Terapi Musik Langgam Jawa. Jurnal Keperawatan Indonesia.
November 2010, Vol : 13 No: 3. 195-201. Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Maryam, R.S., et all. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Panglupurethias, Dwi Ayu. 2014. Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym)
Terhadap Tingkat Depresi Lansia di Posyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel
Tamantirto Kasihan Bantul. Naskah publikasi Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diunduh Pada
tanggal 16 Februari 2016.
Prasetya, Anton Surya. 2010. Pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak
terhadap tingkat depresi dengan harga diri rendah pada klien lansia di
Panti Tresna Wreda Bakti Yuswa Natar Lampung. Tesis. Jakarta : Univesitas
Indonesia.
RI KK. Hasil Riset Kesehatan Dasar [Internet]. Jakarta; 2013 p. 87. Available
from: www.depkes.go.id/resources/download/.../Hasil Riskesdas 2013.pdf
RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia [Internet].
[cited

2015

Nov

2].

Available

from:

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=618
Salve, H. R., & Prabowo, H. 2007. Treatment meta musik untuk menurunkan
stress (Tesis Pasca Sarjana). Jakarta : Universitas Gunadarma
Smeltzer, Suzanne C & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2.Ed.8. Jakarta:
EGC

Yanuarita, Franc. A. 2012. Memaksimalkan senam otak melalui senam otak


(Brain gym). Yogyakarta : Teranova Books

Media Implementasi Brain Gym

POA (Plan Of Action)


Praktik Keperawatan Gerontik
NAMA

: Putri Kumalasari

NIM

: 22020115210050

Minggu Hari/Tanggal/
kejam
I

Rencana Kegiatan

Tujuan Kegiatan

Kompetensi

Keterangan

Menemui dan berkordinasi


dengan pengurus dan
pembimbing Panti Wredha
Harapan Ibu

Untuk meminta ijin praktik


dan pengarahan selama
praktik di Panti Wredha
Harapan Ibu

Mahasiswa mampu
menjalin
komunikasi yang
baik dan sopan
dengan pengurus
Panti

Bertemu dengan
pengurus

Berkenalan dengan
penghuni panti

Untuk membina hubungan


saling percaya antara
mahasiswa dengan lansia

Mahasiswa mampu
menjalin hubungan
baik dengan para
lansia

Bertemu dengan
para lansia
penghuni Panti
Wredha Harapan
Ibu

11.00 WIB

Melakukan pengkajian
pada lansia

Untuk mengetahui masalah


kesehatan dan psikososial
yang dialami lansia

Mahasiswa mampu
melakukan
pengkajian lansia
secara holistik

Melakukan
pengkajian kepada
lansia

13.30 WIB

Membuat POA

Untuk menjadwalkan rencana


kegiatan mahasiswa selama

Mengumpulkan
tugas dengan

Membuat targetan
yang telah

Selasa,
09 Februari
2016
08.00 WIB

09.00 WIB

Rabu,
10
Februari2016

dipanti

disiplin

ditetapkan

Melakukan kerja bakti


kepada seluruh penghuni
panti

Untuk membersihkan seluruh


ruangan dan halaman panti
agar bersih dan nyaman

Mahasiswa dan
penghuni panti
mampu
bekerjasama dalam
kerja bakti

Melakukan kerja
bakti dengan para
lansia dan pengurus
panti

Membuat rencana asuhan


keperawatan

Untuk merencanakan dan


tindakan untuk mengatasi
masalah yang dialami lansia

Mahasiswa mampu
merencanakan
tindakan sesuai
dengan masalah
yang dialami lansia

Membuat rencana
keperawatan

Melakukan implementasi
pada Ny. S (74 tahun)

Mengajarkan teknik napas


dalam

Ny. S. mampu
mengurangi
ketidaknyamanan
(pusing) secara
mandiri

Ny. S melakukan
terapi napas dalam
secara mandiri

Mengumpulkan POA pada


dosen pembimbing

Mahasiswa membuat laporan


sesuai buku panduan

Mengumpulkan
tugas dengan
disiplin

Jika
memungkinkan
untuk langsung
dikumpulkan

08.00-14.00

Kamis,
11 Februari
2016

Mendampingi lansia
melakukan siraman rohani
dari departemen agama

Memberikan terapi terkait


aspek spiritual agar terjalin
kerukunan antar lansia

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
terkait pelaksanaan
kegiatan spiritual

08.00 WIB
14.00 WIB
Melakukan implementasi
pada Ny. S.

Melakukan sharing atau cerita Ny. S menceritakan


mengenai kesehatan dengan
kondisi fisik,
Ny. S
psikologis sehingga

Kegiatan siraman
rohani dari depag
diikuti hampir
seluruh lansia
muslim

Melakukan
implementasi

Mahasiswa
mengetahui apa
yang harus
diberikan kepada
Ny.S
Jumat,

Melakukan senam lansia

Untuk memberikan olahraga


pada lansia

Mengumpulkan seluruh
laporan BAB 1 3,
Preplaning, Preplaning
TAK.

Mahasiswa mendapatkan
masukan dari pembimbing
akademik

12 Februari
2016

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok

Kegiatan
berkelompok
dipandu seluruh
mahasiswa

08.00 WIB
14.00 WIB

Mengumpulkan
seluruh laporan
BAB 1 3,
Preplaning,

Mahasiswa
mendapatkan
masukan dari
pembimbing

Preplaning TAK
Sabtu,
13 Februari
2016

Melanjutkan implementasi
kepada Ny. S

Melibatkan klien dalam


kegiatan support grup :
mengaji
-

08.00 WIB -

14.00 WIB
II

Senin,
15 Februari

Memandu lansia untuk


melakukan latihan
konsentrasi

2016 08.00

akademik

Mahasiswa dapat
mengurangi tingkat
depresi Ny. S

Melakukan
implementasi

Dapat dilanjutkan
ketika mahasiswa
tidak ada

Kegiatan
berkelompok
dipandu
sepenuhnya oleh
mahasiswa

Mengevaluasi perasaan
Melakukan teknik sharing
& forgiveness

Mengajarkan kepada lansia


cara melatih konsentrasi
Mengisi waktu luang lansia

12.00
Melakukan TAK: terapi
bermain musik dipadukan
dengan senam dan tebak
gerakan

Mengajarkan kepada lansia


untuk berlatih fokus dan
bersosialisasi dengan
penghuni panti yang lain

Mahasiswa mampu
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok

Kegiatan dipandu
oleh mahasiswa

Melakukan TAK: terapi


bermain musik dipadukan
dengan senam dan tebak
gerakan

Mengurangi depresi pada


lansia

Mahasiswa mampu
melakukan TAK
sesuai dengan pre
palanning yang
telah disusun

Kegiatan dipandu
sepenuhnya oleh
mahasiswa

Melakukan implementasi
pada Ny. S

Melakukan terapi senam


kaki diabetes mellitus, terapi
relaksasi
- Mengenalkan klien kepada
seseorang yang mempunyai
latar belakang pengalaman

Klien menjadi
lebih tenang
- Tingkat depresi
klien berkurang
- Ny. S mengetahui
tentang

Melakukan
implementasi

Selasa,
16 Februari

yang sama
- Monitor TTV
Monitor nutrisi dan sumber
energi

penyakitnya dan
cara
mengatasinya
- TTV dalam
rentang normal

Memandu lansia dalam


kegiatan pengajian dan doa
bersama

Untuk membimbing lansia


dalam mendekatkan diri
kepada Tuhan

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok

Kegiatan
berkelompok
dipandu mahasiswa

Melakukan TAK: terapi


bermain musik dipadukan
dengan senam dan tebak
gerakan

Untuk mengurangi depresi


pada lansia

Mahasiswa mampu
melakukan TAK
sesuai dengan pre
palanning yang
telah disusun

Kegiatan
berkelompok
dipandu mahasiswa

Melakukan implementasi
kepada Ny. S.

- Memberikan pendkes

2016 08.00
14.00

Rabu,
17 Februari
2016 08.00
14.00

Melakukan TAK: terapi


bermain musik dipadukan
dengan senam dan tebak
gerakan

Nafsu makan
Melakukan
tentang diit DM
bertambah
implementasi
- Menganjurkan intake
- Makan sesuai
makanan
dengan diit
- Melakukan rekreasi
- Klien tidak
sederhana
merasa kesepian
- Melakukan brain gym
- Tingkat depresi
menurun
Untuk mengurangi depresi Mahasiswa mampu Kegiatan
pada lansia
melakukan
TAK berkelompok
sesuai dengan pre dipandu mahasiswa
palanning
yang
telah disusun.

Melakukan implementasi
kepada Ny. S

Kamis,
18 Februari
2016 08.00-

- Memberikan ROM aktif


- Bantu klien mobilisasi
- Melaksanakan senam kaki dm
- Monitor nutrisi

Melakukan TAK:
Untuk melatih
terapi bermain musik
berpikir lansia
dipadukan dengan senam dan
tebak gerakan

Kekuatan otot
tidak berkurang
GDS terkontrol
Klien
tidak
mengalami
tanda-tanda
hiperglikemi
kecepatan Mahasiswa mampu
membimbing lansia
dalam
kegiatan
berkelompok

Melakukan
implementasi

Kegiatan dipandu
mahasiswa

14.00
Memandu lansia dalam
kegiatan pengajian dan doa
bersama
Jumat,

Melakukan senam lansia

19 Februari
2016 08.00 -

Untuk membimbing lansia Mahasiswa dapat


dalam
mendekatkan
diri membimbing lansia
kepada Tuhan
dalam
kegiatan
berkelompok
Mengajarkan
latihan gerak

Kegitan
berkelompok
dipandu
oleh
anggota kelompok

lansia

untuk Dapat dilanjutkan Mengumpulkan


ketika mahasiswa dalam
bentuk
tidak ada
hardfile
Mengisi waktu luang lansia

14.00
Mengumpulkan laporan Mahasiswa membuat laporan Mahasiswa berlatih
hasil praktik Individu tepat waktu
untuk disiplin
(BAB 4-5), Preplanning,
Sabtu,
20 Januari

Memandu lansia dalam


kegiatan bersih-bersih panti

Meningkatkan kebersihan
panti

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan

Kegiatan dipimpin
oleh mahasiswa

2016 08.00
14.00

Mengajak lansia untuk


berkegiatan jika mampu

berkelompok

Mengajarkan lansia untuk


latihan gerak

Dapat dilanjutkan
ketika mahasiswa
tidak ada

Melakukan implementasi
kepada Ny. S
III

Senin,
22 Februari
2016 08.00
12.00

Memandu lansia untuk


melakukan senam lansia

Mengisi waktu luang lansia


Melakukan implementasi
(supervisi individu dan
kelompok)

Selasa,
23 Februari

Kegiatan
berkelompok
dipandu mahasiswa

Memberikan
pendidikan Lansia mengetahui Melakukan
kesehatan tentang diit dm tentang diit dm implementasi
yang tepat untuk klien
yang tepat baginya

Membimbing lansia dalam


melakukan kegiatan dzikir
bersama

Untuk membimbing lansia


dalam mendekatkan diri
kepada Tuhan

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok

Kegiatan
berkelompok
dipimpin oleh
mahasiswa

Memandu lansia dalam


kegiatan bersih-bersih panti

Meningkatkan kebersihan
panti

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok

Kegiatan dipimpin
oleh mahasiswa

Mahasiswa dapat
melakukan
pendekatan lebih

Kegiatan dipandu
sepenuhnya oleh
lansia

2016 08.00
14.00
Rabu,
24 Februari

Mengajak lansia untuk


berkegiatan jika mampu

2016 08.00
14.00
Melakukan kegiatan karaoke
bersama lansia

Menghibur lansia
Mengisi waktu luang

mendalam dengan
lansia
Kamis,
25 Februari
2016 08.0014.00

Jumat,
26 Februari
2016 08.00 14.00

Melakukan terapi senam


rematik

Untuk mencegah rematik d an


mengurangi rasa nyeri bagi
penderita rematik

Rasa nyeri pada


klien berkurang

Melakukan
implementasi

Memandu lansia dalam


kegiatan pengajian dan doa
bersama

Untuk membimbing lansia


dalam mendekatkan diri
kepada Tuhan

Mahasiswa dapat
membimbing lansia
dalam kegiatan
berkelompok

Kegitan
berkelompok
dipandu oleh
anggota kelompok

Menjaga komunikasi dengan


lansia dan pembimbing klinik

Mendapat
kepercayaan meski
sudah tidak praktik

Perpisahan dengan
seluruh penghuni
panti

Perpisahan dengan Panti


Wreda Harapan Ibu

Anda mungkin juga menyukai