Materi Teknis
BAB VII
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
WILAYAH KABUPATEN BIREUEN
7.1 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KABUPATEN
Pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Bireuen bertumpu pada tiga bagian
wilayah, yang masing-masing wilayah tersebut adalah kawasan bagian hulu (Selatan),
bagian tengah dan bagian hilir (Utara). Dari skenario yang ingin dikembangkan
tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Bireuen merujuk pada ketentuan
peraturan zonasi yang telah di sempurnakan dari Kementerian Pekerjaan Umum.
Indikasi arahan peraturan zonasi kabupaten digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah Kabupaten Bireuen dalam menyusun peraturan zonasi peruntukan ruang.
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten, meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.
7.1.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang, terdiri atas:
A. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem pusat kegiatan;
B.
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana kabupaten; dan
VII
MATERI
TEKNIS
syarat maksimum
pengembangan 30 persen;
b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;
c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi
sebagai kawasan perkotaan; dan
d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana
sesuai skala kegiatan.
(3) Peraturan zonasi untuk PKLp disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak
termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan
syarat maksimum
pengembangan 35 persen.
b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya.
c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi
sebagai kawasan perkotaan. dan
d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana
sesuai skala kegiatan.
(4) Peraturan zonasi untuk PPK disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak
termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan
syarat maksimum
pengembangan 35 persen;
b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;
c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi
sebagai kawasan perkotaan; dan
d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana
sesuai skala kegiatan.
(5) Peraturan zonasi untuk PPL disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak
termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan
syarat maksimum
pengembangan 40 persen;
b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;
c. tidak boleh dilakukan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan; dan
Laporan Akhir
VII- 2
MATERI
TEKNIS
j.
Laporan Akhir
VII- 3
MATERI
TEKNIS
orang
dilarang
menggunakan
ruang
pengawasan
jalan
yang
orang
dilarang
menggunakan
ruang
pengawasan
jalan
yang
Laporan Akhir
VII- 4
MATERI
TEKNIS
orang
dilarang
menggunakan
ruang
pengawasan
jalan
yang
Laporan Akhir
VII- 5
MATERI
TEKNIS
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportsi laut keselamatan dan keamanan
pelayaran, meliputi:
a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan kawasan
pelabuhan perikanan dan pendaratan ikan dengan tingkat intensitas menengah
hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi.
b. pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang kawasan
sempadan pantai.
c. pelarangan untuk membuang limbah dan limbah B3 pada media lingkungan
hidupan. dan
d. pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi lindung sebagai sarana
fasilitas umum.
(5) Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportasi kereta api meliputi:
a. pembatasan pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi.
b. pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api.
c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan.
d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan;
dan
Laporan Akhir
VII- 6
MATERI
TEKNIS
e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api minimal 30 m
dari as jalur kereta api.
(6) Ketentuan umum zonasi kawasan disekitar stasiun kereta api disusun dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan untuk peningkatan pelayanan sarana dan prasarana stasiun kereta
api;
b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta
api; dan
c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta
api.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana pelabuhan
pengumpan, pelabuhan khusus dan PPI disusun dengan ketentuan:
a. penetapan batas daerah lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan
Pelabuhan sesuai ketentuan;
b. diperbolehkan
pemanfaatan
ruang
untuk
kebutuhan
operasional
dan
Laporan Akhir
VII- 7
MATERI
TEKNIS
e. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber daya air,
daerah irigasi, waduk, sekitar pengendali banjir.
f. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai, waduk,
pengendali banjir agar tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan fungsi
lindung kawasa. dan
Laporan Akhir
VII- 8
MATERI
TEKNIS
j.
g. Jarak antar tiang telepon pada jaringan umum tidak melebihi 40 meter; dan
h. Dilarang mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi/tower dalam
radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Laporan Akhir
VII- 9
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 10
MATERI
TEKNIS
rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; dan
g. pembangunan instalasi pengolahan air minum tidak diizinkan dibangun langsung
pada sumber air baku;
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan persampahan, meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang diperbolehkan di kawasan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) meliputi kegiatan bongkar
muat sampah;
b. pemilahan dan pengolahan sampah, kegiatan budidaya pertanian dan kegiatan
lain yang mendukung;
c. pemanfaatan ruang di sekitar di kawasan TPA dan TPST sebagai ruang terbuka
hijau;
d. pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan di sekitar kawasan TPA dan TPST
adalah permukiman;
e. pelarangan kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan di kawasan TPA
dan TPST;
f. dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan air limbah;
g. penetapan batas kawasan pengelolaan limbah dengan kawasan permukiman; dan
h. diperbolehkan membangun fasilitas untuk pengolahan dan pemanfaatan energi
limbah.
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan air limbah dan limbah beracun,
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah domestik yang
terdiri atas:
1. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona
ruang penyangga;
2. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan penunjang dan instalasi
pengolahan limbah;
3. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu fungsi
pengolahan limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat;
4. persentase ruang terbuka hijau di zona manfaat minimal 20 %;
Laporan Akhir
VII- 11
MATERI
TEKNIS
zona limbah Industri terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga;
2.
3.
zona ruang penyangga adalah untuk kegiatan budidaya pada radius minimal
300m untuk fasilitas umum; pantai; sumber air; kawasan lindung dan jalan
serta dilarang untuk permukiman dan pariwisata;
4.
5.
6.
setiap
kawasan
industri
harus
menyediakan
sarana
IPAL
dengan
teknologimodern; dan
7.
Laporan Akhir
VII- 12
MATERI
TEKNIS
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) diarahkan dengan ketentuan:
1.
zona ruang limbah B3 terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga;
2.
3.
zona ruang penyangga adalah untuk kegiatan budidaya pada radius minimal
300m untuk fasilitas umum; pantai; sumber air; kawasan lindung dan jalan
serta dilarang untuk permukiman dan pariwisata;
4.
5.
6.
7.
8.
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem pengembangan dan peningkatan drainase,
meliputi:
a. diizinkan bangunan yang mendukung fungsi drainase;
b. dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan drainase;
c. pembuatan jalan inspeksi disepanjang jalur drainase;
d. pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase
wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak
mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas
saluran yang ada;
e. setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau
sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai
ketentuan teknis yang berlaku;
Laporan Akhir
VII- 13
MATERI
TEKNIS
g. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan;
h. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan dan pemeliharaan
jaringan; dan
i.
Laporan Akhir
VII- 14
MATERI
TEKNIS
2.
3.
4.
5.
pemanfaatan
ruang
kawasan
rawan
tsunami
mempertimbangkan
Laporan Akhir
VII- 15
MATERI
TEKNIS
2.
Laporan Akhir
VII- 16
MATERI
TEKNIS
Fasilitas peribadatan dengan skala pelayanan lebih besar atau sama dengan
tingkat kecamatan dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan kolektor;
dan
Laporan Akhir
VII- 17
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 18
MATERI
TEKNIS
e. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budi daya hanya diperbolehkan bagi
penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan,
dan di bawah pengawasan ketat;
f. pencegahan kegiatan budi daya baru dan budi daya yang telah ada di kawasan
lindung yang dapat mengganggu fungsi lindung dan kelestarian lingkungan
hidup; dan
g. pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, meliputi:
a. pemanfaatan secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. pelarangan pemanfaatan ruang secara eksploitatif yang dapat merusak fungsi
lindung;
c. pemanfaatan ruang kawasan kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk
asli dengan luasan tetap tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah
pengawasan ketat;
d. dibolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
e. setiap kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan lindung yang dikelola oleh
masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah perlindungan dan kaidah-kaidah
konservasi;
f. pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang dikelola oleh masyarkat hanya
dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang tidak mengganggu
fungsi lindung dan bentang alam;
g. penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung yang dikelola oleh
masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan dan tidak boleh mengganggu
fungsi alam, tidak mengubah bentang alam, dan ekosistem alami; dan
h. dilarang kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap
keutuhan kawasan dan ekosistemnya.
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat, meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi sempadan sungai meliputi:
1. dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai;
2. dilarang melakukan kegiatan yang mengancam kerusakan dan menurunkan
kualitas sungai;
Laporan Akhir
VII- 19
MATERI
TEKNIS
3. dibolehkan aktivitas wisata alam dengan syarat tidak mengganggu kualitas air
sungai;
4. diizinkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
5. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi pengelolaan
sungai dan taman rekreasi;
6. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
7. diizinkan kegiatan pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan
peringatan, rambu-rambu pengamanan; dan
8. diizinkan kegiatan pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa
air minum.
9. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan meliputi :
a) pada sungai besar berupa sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 kilometer
b) persegi atau lebih dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas
daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan;
c) pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
d) pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan.
10. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan meliputi :
a) pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan;
b) pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan
20 meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
c) pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu yang ditetapkan.
11. garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah
mengikuti ketentuan garis sempadan bangunan, dengan ketentuan konstruksi
dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai
serta bangunan sungai;
Laporan Akhir
VII- 20
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 21
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 22
MATERI
TEKNIS
pemasangan
pengumuman
lokasi
dan
jalur
evakuasi
dari
Laporan Akhir
VII- 23
MATERI
TEKNIS
j.
Laporan Akhir
VII- 24
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 25
MATERI
TEKNIS
2. pada kawasan yang memiliki kelerengan diatas 25 % (dua puluh lima persen)
diarahkan untuk budidaya tanaman tahunan;
3. diizinkan mendirikan rumah tunggal dengan syarat sesuai dengan rencana rinci
tata ruang; dan
4. diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani.
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perkebunan, meliputi:
a. diizinkan pengembangan budidaya tumpang sari dengan peternakan dan
perikanan;
b. dilarang melakukan melakukan peremajaan secara bersamaan untuk mengurangi
erosi lapisan atas tanah;
c. pemanfaatan ruang untuk permukiman masyarakat setempat dengan kepadatan
rendah diperbolehkan pada lahan dengan kelerengan kurang dari 25% (dua puluh
lima per seratus) dan pada hamparan yang menyatu dengan permukiman yang
telah ada;
d. pembangunan
sarana
dan
prasarana
pendukung
perkebunan
termasuk
agrowisata hanya diperbolehkan pada lahan dengan kelerengan kurang dari 25%
(dua puluh lima per seratus);
e. budidaya perkebunan diarahkan pada jenis tanaman tahunan produktif dengan
memperhatikan aspek konservasi lingkungan; dan
f.
ketentuan pelarangan alih fungsi lahan perkebunan menjadi lahan budidaya non
pertanian harus mengacu Peraturan Perundang-undangan.
Laporan Akhir
VII- 26
MATERI
TEKNIS
kegiatan peternakan tidak boleh dilakukan di daerah dekat sungai dan di daerah
permukiman kegiatan peternakan diarahkan pada daerah padang rumput; dan
g. khusus peternakan yang diharamkan oleh agama tidak akan diberikan izin
perternakannya.
(6) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perikanan, meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi budidaya perikanan, perikanan organik,
perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, penelitian dan
wisata;
b. pelarangan kegiatan perusakan lingkungan hidup dalam budidaya perikanan yang
tidak ramah lingkungan;
(7) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertambangan, meliputi:
a. menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) sesuai ketentuan perundangundangan;
b. mengarahkan dan mengendalikan kegiatan penambangan melalui perizinan;
c. mengatur rehabilitasi kawasan bekas penambangan sesuai dengan kaidah
lingkungan; pengawasan secara ketat terhadap kegiatan penambangan untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan;
d. wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian/penambangan;
e. pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi bahan tambang, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan
kelestarian lingkungan;
f. pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi sesuai dengan zona
peruntukan yang ditetapkan;
g. kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan selama dan setelah berakhirnya
kegiatan penambangan;
h. tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya terdapat
mata air penting atau pemukiman;
i. tidak diperbolehkan menambang bongkah-bongkah batu dari dalam sungai yang
terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan;
j. percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain diperbolehkan
sejauh mendukung atau tidak merubah fungsi utama kawasan;
k. Penambangan pasir atau sirtu di dalam badan sungai hanya diperbolehkan pada
ruas-ruas jalan tertentu yang dianggap tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan; dan
Laporan Akhir
VII- 27
kegiatan
usaha
pertambangan
untuk
MATERI
TEKNIS
menyimpan
dan
mengamankan tanah atas (top soil) guna keperluan rehabilitasi lahan bekas
penambangan.
(8) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan industri, meliputi:
a. diizinkan mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri;
b. diizinkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau (green belt)
dan RTH;
c. diizinkan mengembangkan perumahan karyawan, fasum skala lokal sebagai
pendukung kegiatan industri;
d. diizinkan mengembangkan IPAL;
e. dilarang pengembangan kegiatan yang tidak mendukung fungsi industri;
f. pengelolaan limbah B3 di kawasan industri;
g. larangan melakukan kegiatan dan/atau usaha yang menimbulkan terjadinya
pencemaran lingkungan.
h. kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum diperbolehkan
berkembang di sekitar dan pada kawasan peruntukan industri dengan persyaratan
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
i. permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum yang dikembangkan
adalah permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja dan kebutuhan industri yang dibatasi pengembangannya;
dan
j. kegiatan industri wajib melakukan pengelolaan sampah, limbah dan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
(9) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pariwisata, meliputi:
a. diizinkan pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan skala daya tarik
pariwisatanya;
b. diizinkan secara terbatas pengembangan aktivitas perumahan dan permukiman
dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan tidak mengganggu bentang alam
daya tarik pariwisata;
c. diizinkan terbatas pendirian bangunan untuk menunjang pariwisata;
d. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
e. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
Laporan Akhir
VII- 28
MATERI
TEKNIS
2.
3.
4.
5.
6.
7.
setiap kawasan permukiman harus tersedia ruang terbuka yang terdiri dari
ruang terbuka hijau dan ruang terbuka nonhijau;
8.
9.
Laporan Akhir
VII- 29
MATERI
TEKNIS
pengembangan
pada
permukiman
hirarki
rendah
dengan
Laporan Akhir
VII- 30
MATERI
TEKNIS
7.2 PERIZINAN
Secara lebih rinci berkenaan dengan perizinan ini, pada Undang-Undang Penataan
Ruang Nomor 26 Tahun 2007, terdiri atas:
A. Jenis-jenis Perizinan; dan
B.
Ketentuan Perizinan
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaturan perizinan, meliputi:
Laporan Akhir
VII- 31
MATERI
TEKNIS
Qanun Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Izin Pengelolaan Sarang Burung Walet;
2.
Laporan Akhir
VII- 32
MATERI
TEKNIS
Naskah Qanun Tahun 2010 Tentang Retribusi Izin Penggunaan Ruang Milik
Jalan.
Laporan Akhir
VII- 33
MATERI
TEKNIS
Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh
Perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh
Rencana penanaman modal perusahaan lain tersebut sepanjang jenis
c)
Peruntukannya sama, dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi
yang berwenang;
Tanah yang akan diperoleh berasal dari otoritas atau badan penyelenggara
pengembangan suatu kawasan pengembangan tersebut;
f)
Tanah yang diperoleh diperuntukan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan
dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin perluasan usaha sesuai ketentuan
yang terlalu, dan letak tanah itu berbatasan dengan lokasi usaha yang
bersangkutan.
Izin lokasi mempunyai masa berlaku berbeda-beda, tergantung luas tanah yang
dimohonkan izinnya. Izin lokasi berlaku satu tahun untuk tanah yang luasnya
sampai dengan 25 hektar. Izin lokasi berlaku dua tahun untuk tanah yang luasnya
lebih dari 25 hektar sampai 40 hektar. Untuk tanah yang luasnya diatas 50 hektar,
Izin lokasi berlaku selama tiga tahun.
Bila jangka waktu izin habis, izin dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu
selama satu tahun dengan ketentuan tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari
50% dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi. Untuk memperoleh izin lokasi,
pihak yang mengajukan permohonan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu:
1.
Laporan Akhir
VII- 34
MATERI
TEKNIS
otomoni
daerah. Izin
pemanfaatan tanah
tidak dikenakan
untuk
2.
3.
4.
5.
Laporan Akhir
VII- 35
MATERI
TEKNIS
6.
Gambar kasar letak tanah/denah lokasi letak tanah yang dimohonkan izinnya;
7.
8.
9.
non
pertanian
guna
pembangunan
rumah
tempat
tinggal
Laporan Akhir
VII- 36
MATERI
TEKNIS
tanah itu juga tercantum pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Hal-hal
yang dipersyaratkan bagi pemohon IPPT, antara lain:
1. Fotocopy KTP pemohon;
2. Fotocopy sertifikat tanah;
3. Fotocopy surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) dan pelunasan pajak bumi
dan bangunan (PBB);
4. Sketsa letak/lokasi tanah yang dimohonkan izinnya;
5. Surat kuasa bermaterai cukup bagi pemohon yang mewakilkan kepada orang lain;
Dalam penerbitan IPPT, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan
beberapa hal, seperti:
a) Aspek rencana tata ruang;
b) Letak tanah termasuk dalam wilayah ibu kota Kecamatan yang bersangkutan;
c) Letak tanah berbatasan langsung dengan permukiman yang telah ada dan
termasuk daerah pertumbuhan permukiman;
d) Letak tanah dilokasi yang mempunyai aksesibiltas umum jalan dan fasilitas
umum lainnya, antara lain fasilitas listrik, PAM dan telepon;
e) Luas tanah yang diberi izin sebanyak-banyaknya dua kali luas rencana bangunan
yang akan dibangun, ditambah luas untuk sempadan jalan sesuai dengan
peraturan perundang-udangan yang berlaku;
f) Tanah sudah bersertifikat;
g) Tanah yang dimohonkan izinnya tidak termasuk tanah pertanian subur/sawah
irigasi teknis;
h) Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemondahan hak, dan
penggunaan tanah;
i) Setiap perubahan penggunaan tanah harus selalu memperhatikan fungsi tanah
dan daya dukung lingkungan disekitarnya.
7.2.5 Izin Konsolidasi Tanah
Izin konsilidasi tanah adalah peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki
kumpulan orang pribadi dan atau badan yang akan melaksanakan penataan kembali
penguasaan tanah, penggunaan tanah, dan usaha pengadaan tanah untuk
kepentingan
pemeliharaan
pembangunan
sumber
daya
guna
alam
meningkatkan
dengan
kualitas
melibatkan
lingkungan
dan
partisipasi
aktif
Laporan Akhir
VII- 37
MATERI
TEKNIS
tata ruang. Izin konsolidasi tanah mempunyai jangka waktu berlaku satu tahun.
Untuk mendapatkan izin konsolidasi tanah, pemohon diwajibkan memenuhi
persyaratanpersyaratan tertentu, yaitu:
1. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;
2. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya bila pemohon
berbadan hukum;
3. Sketsa dan luas rencana lokasi sebelum dan sesudah penataan;
4. Surat permohonan konsliadasi tanah;
5. Sita plan sementara;
6. Daftar nominatif calon peserta;
7. Surat pernyataan kesediaan;
8. Bukti
penguasaan
tanah/pemilikan
tanah
tiap-tiap
calon
peserta
(sertifikat/letter C/D/E);
9. Bila pemohonnya koperasi, dilengkapi surat keterangan bahwa pemohon
adalah anggota koperasi;
10. Denah lokasi;
11. Surat kuasa bermaterai cukup bila diurus orang lain.
Izin konsoliadasi tanah dapat diberikan kepada pemohon oleh instansi yang
berwenang dengan mempertimbangkan:
a. Aspek rencana tata ruang
b. Apabila sekurag-kurangnya 85% dari pemilik tanah yang luas tanahnya,
meliputi sekurang-kurangnya 85% dari luas seluruh areal tanah yang akan
dikonsolidasikan menyatakan persetujuannya dalam surat pernyataan
persetujuan;
c. Status tanah sudah dikuasi oleh peserta konsolidasi tanah;
d. Letak tanah tidak beraturan/tidak ada jalam penghubung antar penghuni;
e. Adanya kesediaan dari para peserta konsolidasi tanah untuk merelakan
sebagian tanahnya untuk sumbangan pembangunan/fasilitas umum;
f.
Letak tanah di daerah perkotaan dan merupakan tanah non pertanian atau
letak tanah di daerah pedesaan dan merupakan tanah pertanian.
Laporan Akhir
VII- 38
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 39
MATERI
TEKNIS
j. Tanah yang dikosongkan untuk rencana jalan dan sarana utilitas umum lain, dan
sebagainya.
Penting untuk dicermati bahwa IMB dimaksudkan sebagai perangkat yuridis untuk
mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan,
kenyamanan, sekaligus kepastian. Dengan adanyan IMB atau IMBB, pemegang izin
mendapatkan pegangan ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
bangunan, misalnya bangunan didirikan sesuai dengan perencanaan penataan ruang,
sehingga tidak mungkin ada penggusuran karena dinilai tidak sesuai dengan rencana
kawasan.
Di samping itu, IMB juga digunakan dalam rangka mengatur bangunan sehingga
bahan sesuai dengan standar, juga pendiriaannya akan diupayakan agar tidak
menganggu lingkungan sekitar, misalnya lalu lintas jalan, tidak merusak benda cagar
budaya, konstruksi dan bahannya memenuhi standar keselamatan dan sebagainya.
Untuk itu persyaratan-persyaratan yang ditetapkan mengarah kepada berbagai
kebutuhan tersebut. Untuk mendapatkan IMB harus dipenuhi persyaratan dan
ketentuan berikut
1. Persyaratan Administrasi
a) Mengisi blangko permohonan yang disediakan Dinas Perizinan dan
disetujui tetangga serta dilegalisir/diketahui Kepala Dusun, lurah, dan
camat setempat;
b) Salinan surat bukti hak tanah/sertifikat tanah (rangkap dua);
c) Surat kerelaan pemilik tanah jika tanah itu bukan milik pemilik bangunan
dengan materai Rp. 6.000,00
d) Melampirkan surat pernyataan menanggung risiko konstruksi bangunan
bermaterai Rp. 6.000,00
e)
j)
Laporan Akhir
VII- 40
MATERI
TEKNIS
2. Persyaratan Teknis
1. Bangunan bertingkat, syarat umum bangunan bertingkat, antara lain:
a. Site plan / gambar situasi dan tata letak bangunan
b. Gambar rencana denah, rencana fondasi, rencana atap, rencana titik
lampu, sanitasi dan detail sanitasi, potongan melintang dan potongan
memanjang, tampak depan, tampak samping, gambar pagar, gambar
kontruksi (kolom/kolom praktis, sloof, ring balok, balok lintel, kudakuda beton, detail, plat lantai, tangga dan lain-lain)
c. Tanda tangan tetangga pada gambar rencana
d. Hitungan konstruksi (rangkap dua);
e. Penyelidikan tanah rangkap;
f.
Laporan Akhir
VII- 41
MATERI
TEKNIS
Amdal;
Site plan yang menjadi satu kesatuan dengan IPL harus disetujui oleh
Bappeda dan dinas kimpraswil kabupaten/kota.
5. Legalisasi
a. Mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Perizinan/Instansi lain
yang berwenang;
b. Melampirkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian RI;
c. Melampirkan fotocopy KTP pemohon;
d. Melampirkan sketsa/dengan lokasi
Berikut dibawah ini bagan alir prosedur izin mendirikan bangunan dapat dilihat
pada Gambar 7.1
Laporan Akhir
VII- 42
MATERI
TEKNIS
GAMBAR 7.1
Prosedur Izin Mendirikan Bangunan
Laporan Akhir
VII- 43
MATERI
TEKNIS
2.
Laporan Akhir
VII- 44
MATERI
TEKNIS
Syarat umum
E. Syarat perpanjangan
Syarat umum dan syarat perpanjangan
1. Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup;
2. Fotocopy SK HO dilampiri SK HO asli;
3. Situasi gambar (GS) IMB
F. Syarat pencabutan dan badan hukum
Syarat umum dan pencabutan badan hukum
1. Surat permohonan
2. Fotocopy SK HO dilampiri SK HO asli atau surat kehilangan dari
Kepolisian RI;
3. Akta pencabutan
G. Syarat pencabutan perorangan
Syarat umum dan syarat pencabutan perorangan
Syarat permohonan;
H. Syarat duplikat
Surat permohonan
I. Syarat sewa
Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat atau bukti sewamenyewa.
untuk
mengendalikan
aktivitas
masyarakat
dan
mencegah
Laporan Akhir
VII- 45
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 46
MATERI
TEKNIS
7. Gambar teknis yang meliputi gambar situasi, denah bangunan dengan skala
1:100,
8. Gambar potongan, rencana fondasi 1:100, dan perhitungan struktur;
9. Persyaratan lain yang disesuaikan dengan situasi daerah
Kepada pemegang izin pembangunan menara telekomunikasi seluler, baik itu
perorangan maupun badan dibebani kewajiban-kewajiban tertentu, misalnya:
a. Bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan oleh pelaksanaan
izin yang telah diberikan;
b. Melaksanakan
ketentuan
teknik,
kualitas,
standar
keamanan
dan
Laporan Akhir
VII- 47
MATERI
TEKNIS
GAMBAR 7.2
Prosedur Izin Gangguan
Laporan Akhir
VII- 48
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 49
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 50
MATERI
TEKNIS
Laporan Akhir
VII- 51
MATERI
TEKNIS
dalam
berinvestasi,
memberikan
kemudahan
untuk
berinvestasi,
Laporan Akhir
VII- 52
MATERI
TEKNIS
4. Kawasan Wisata
Selain potensi kelautan dan perikanan, terdapat berbagai jenis yang juga dapat
diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen. Untuk
itu diperlukan berbagai insentif agar sektor ini dapat tumbuh serta berembang dan
menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi, diantara insentif yang dapat diterapkan
adalah pembangunan prasarana dan sarana perhubungan, penataan lingkungan
dan bangunan, penyediaan berbagai fasilitas penunjang pariwisata, promosi dan
pemasaran.
5. Kawasan Stategis Kabupaten
Kawasan strategis Kabupaten yang telah ditetapkan menurut nilai strategis
Ekonomi dan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, Pendayagunaan
Sumber Daya Alam dan Pembangunan Wilayah Kabupaten. Sehingga lokasi
pengembangan tersebut dapat membantu pergerakan dan perkembangan wilayah
Kabupaten Bireuen.
Kawasan yang perlu dikendalikan dan dibatasi perkembangnnya dan sekaligus
disinsentif yang mungkin diterapkan pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Lindung
Kawasan ini sangat mempengaruhi perubahan iklim dan kondisi alam, sehingga
diperlukan ketegasan dari pihak-pihak yang terkait agar kelestarian ekosistem
keseluruhan yang ada bisa dilestarikan dan dipertahankan.
2. Kawasan Pertanian dan Perkebunan
Pengendalian pada kawasan ini terkait dengan kegiatan pertanian dan perkebunan
pada kawasan lindung. Hal ini sudah berlangsung lama dan momentum
penyusunan RTRW ini adalah awal untuk menetapkan tata guna lahan hutan
dengan luasan yang sesuai dengan peruntukkannya dan tidak berada pada
kawasan lindung. Agar hal ini dapat berjalan, diperlukan adanya disinsentif pada
pekerja kebun seperti tidak dilakukannya pembinaan pada petani kebun yang
mempunyai kegiatan perkebunan pada kawasan lindung.
3. Kawasan Pertambangan
Kabupaten Bireuen sebagai umumnya kegiatan pertambangan bertentangan
dengan konservasi namun pada sisi lain kegiatan pertambangan berkontribusi
secara signifikan bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Oleh
akrena itu kegiatan pertambangan dapat dikembangkan namun perlu dikendalikan
atau dikembangkan secara terbatas, dimana batasan dalam pengembangan kegiatan
Laporan Akhir
VII- 53
MATERI
TEKNIS
yang
memberitahukan
berwenang
kepada
melakukan
pelanggar
tindakan
penertiban
dengan
mengenai
pengenaan
sanksi
Laporan Akhir
VII- 54
MATERI
TEKNIS
sampai
dengan
pelanggar
memenuhi
kewajibannya
untuk
Laporan Akhir
VII- 55
MATERI
TEKNIS
yang
berwenang
melakukan
tindakan
penertiban
dengan
Laporan Akhir
VII- 56
MATERI
TEKNIS
penertiban
mengeluarkan
surat
Laporan Akhir
VII- 57
MATERI
TEKNIS
penertiban
mengeluarkan
surat
sampai
jangka
waktu
yang
ditentukan
pelanggar
belum
fungsi
ruang,
pemerintah
dapat
mengajukan
penetapan
Laporan Akhir
VII- 58
MATERI
TEKNIS
hasil
Laporan Akhir
VII- 59
MATERI
TEKNIS
7.6
7.6.1
hukum berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 . Bupai
dan Wakil Bupati berperan sebagai Penanggung jawab BKPRD, yang diketuai oleh
Sekretaris Daerah Kabupaten Bireuen dengan sekretaris dipimpin langsung oleh
Kepala Badan perencanaan pembangunan daerah (BAPPEDA) Bireuen sedangkan
anggotanya adalah SKPD Dinas terkait.
7.6.2
Laporan Akhir
VII- 60
RPJP/M
dengan
RTRW
Kabupaten
MATERI
TEKNIS
Bireuen
serta
memaduserasikan,
dan
mengharmonisasikan
RTRW
Laporan Akhir
VII- 61
MATERI
TEKNIS
7.6.3
1.
2.
3.
4.
GAMBAR 7.3
Struktur Kelembagaan BKPRD Kabupaten Bireuen
Laporan Akhir
VII- 62
MATERI
TEKNIS
KELEMBAGAAN ADAT
Kelembagaan Mukim
Mukim adalah sebutan untuk satu wilayah kesatuan masyarakat hukum adat, yang
mempunyai batas-batas tertentu, memiliki perangkat dan simbol-simbol adat, hakhak pemilikan dan penguasaan atas suatu sumber daya dan prasarana serta
mempunyai tatanan sosial yang spesifik lokal. Mukim terdiri atas gabungan
beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu dan memiliki harta
kekayaan sendiri. Mukim berkedudukan langsung di bawah kecamatan/Sagoe Cut.
Ada lima unsur pokok dalam jenjang struktur kepemerintahan pada masa Kerajaan
Aceh yaitu : Sultan, Panglima Sagoe, Uleebalang, Imeum Mukim dan Keuchiek
Salah satu alasan dibentuknya mukim adalah karena kebutuhan skala ekonomis
dan beberapa persyaratan administrasi untuk melakukan suatu kegiatan. Pada
masa itu, wilayah teritorial mukim adalah seluas radius orientasi jangkauan mesjid
untuk shalat jumat. Jumlah penduduk mukim berkisar antara 200 300 jiwa.
Mukim dipimpin oleh seorang Imeum Mukim, yang statusnya mengalami
perkembangan sebagai berikut:
1. Sebutan imam diperoleh dari perannya sebagai imam shalat Jumat.
2. Dalam perkembangannya peran Imeum Mukim berkembang dalam sistem
pemerintahn formal dengan kedudukan diantara Uleebalang dan Keuchiek
(Kades).
3. Kemudian Imeuem Meukim lebih berspesialisasi dalam pemerintahan,
dengan sebutan lainnya dalah Imeum Adat. Sedangkan imam shalat Jumat
disebut dengan Imeum Mesjid atau Teungku Imeum.
Unsur-unsur lembaga, seperti mukim, yang terdapat dalam masyarakat Aceh
adalah:
1. Tuha Peut atau Tuha Lapan: orang yang paling paham dan berpengalaman di
bidang adat, agama, dan kehidupan Gampong
bidang tertentu.
2. Keujreun: pejabat pengatur tanaman pangan dan irigasi (Keujreun Blang) dan
pengatur pertambangan (Keujreun Meuih).
3. Panglima Kawom: kepala/kepemimpinan suatu keluarga besar.
4. Panglima Lhok/Laot: pejabat koordinator kegiatan mata pencaharian di laut
5. Petua Seunebok: pejabat pengatur sistem perladangan dan pembukaan lading
baru.
Laporan Akhir
VII- 63
MATERI
TEKNIS
6. Pawang Glee: Pejabat pengatur pemanfaatan areal hutan dan penjaga ekologi
hutan.
7. Raja Kuala : Pejabat pengatur tambatan perahu dan pukat di muara.
8. Haria Peukan : Pejabat pengelola pasar/pengutip retribusi pasar.
Sebagai lembaga masyarakat, mukim dapat dikembangkan secara bertahap, yaitu
dengan cara dikembangkan menjadi lebih terorganisasi dan dibina menjadi lebih
mandiri. Untuk menjalankan hal tersebut, maka hal yang penting adalah
memberdayakan Imeum Mukim untuk: (a) Meningkatkan fungsi mukim sebagai
suatu kesatuan masyarakat; (b) Menata lembaga-lembaga kelengkapan mukim dan
mengefektifkan peran dan fungsinya seperti Majelis Musyawarah Mukim dan
Rapat Adat Mukim; (c) Mengelola harta kekayaan dan pendapatan mukim untuk
kepentingan masyarakat.
GAMBAR 7.4
Struktur Kelembagaan Mukim Kabupaten Bireuen
Laporan Akhir
VII- 64
MATERI
TEKNIS
Kelembagaan pemerintah, adat dan agama pada tingkat mukim terdiri atas
lembaga-lembaga sebagai berikut:
Dewan Ulama Mukim terdiri dari Imeum Chik, Tengku Dayah, tengku Dayah
Chik, Tuha Peut/Tuha Lapan Mukim. Dewan ulama mukim merupakan badan
konsultatif Imeum Mukim bidang pemerintahan, pelaksanaan syariat dan adat
istiadat.
7.7.2
Kelembagaan Gampong
Gampong adalah kesatuan msyarakat hukum yang merupakan organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang dipimpin oleh Keuchik.
Kelembagaan pemerintah, adat dan agama pada tingkat Gampong terdiri atas
lembagalembaga sebagai berikut:
1. Dewan Penasehat Gampong
2. Geuchik
3. Imeum Meunasah
4. Tuha Peut/Tuha Lapan Gampong
5. Teungku Rangkang/Dayah
6. Sekretariat Gampong
7. Keujreun Blang/Peutua Seuneubok/Panglima Glee/Panglima Uteun/Panglima
Laot/
8. Panglima Lhok.
Setiap desa memiliki satu meusanah atau lebih yang berfungsi sebagai tempat
ibadah, pusat komunikasi dan informasi, balai musyawarah, tempat penyelesaian
perkara, dan pusat kegiatan-kegiatan lainnya.
Laporan Akhir
VII- 65
MATERI
TEKNIS
GAMBAR 7.5
Struktur Kelembagaan Gampong
Kabupaten Bireuen
Laporan Akhir
VII- 66