Anda di halaman 1dari 93

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM MATA


PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IS SEMESTER I SMA
NEGERI 9 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005/2006

SKRIPSI
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi Dan Antropologi Pada
Universitas Negeri Semarang

Oleh
Nuniek Diana Lestari
3501401056

FAKULTAS ILMU SOSIAL


JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
2006
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Sudarno W; Ph.D Dra. Elly Kismini, M.Si


Nip. 130444325 Nip. 131570079

Mengetahui

Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi

Dra. Rini Iswari, M.Si


Nip. 131567130

ii
Pernyataan

Saya menyatakan bahwa yang ditulis di dalam skripsi ini benar-benar

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau

keseluruhannya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2006

Nuniek Diana Lestari

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“ Hati adalah raja maka berilah ia makanan dengan ilmu, sebab jika lewat tiga hari

ia tidak di isi oleh makanan berupa ilmu, maka ia akan mengeras dan akhirnya

mati. Sekuat apapun manusia pasti ada kelemahannya “ (MQ AA Gym).

“ Bahwasannya seorang manusia yang beriman harus sabar dan bertaqwalah

kepada Allah supaya kamu beruntung “ (Ali Imran: 200).

Persembahan

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah Swt,

penulis persembahkan karya ini kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta terima kasih untuk

segala cinta, kasih sayang dan doanya.

2. Buat teman spesial penulis (Mas

Kusmindarwanto) terima kasih atas bantuan

dan dukungannya

3. Teman-teman kost NU terima kasih untuk

persahabatan kalian selama ini.

4. Teman-teman seperjuangan pendidikan

sosiologi dan antropologi “01” terima kasih

atas persahabatan dan keikhlasan kalian.

v
PRAKATA

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas karunianya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kreativitas Mengajar

Guru Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi

Di Kelas XI IS Semester I Tahun Pelajaran 2005/2006”. Skripsi ini disusun

dalam rangka untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) Jurusan Sosiologi dan

Antropologi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, dukungan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. H. A.T. Soegito, SH. M.M. Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang

(UNNES)

2. Drs. H. Sunardi, M.M. Dekan FIS yang telah memberikan ijin

mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi.

3. Dra. Rini Iswari, M.Si Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas bimbingan dan saran-

sarannya dalam penyusunan skripsi.

4. Prof. Sudarno Wh, Ph.D sebagai Pembimbing I atas motivasi, bimbingan

dan saran-sarannya.

5. Dra. Elly Kismini, M.Si sebagai Pembimbing II atas motivasi, bimbingan

dan saran-sarannya.

vi
6. Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M.si selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Slamet Panca, S.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 9 Semarang yang

telah memberikan ijin penelitian.

8. Hj. Marlina, BA selaku guru sosiologi yang telah membantu penulis untuk

melakukan penelitian di SMA Negeri 9 Semarang.

9. Orang tua penulis, seseorang yang ada dihatiku, sahabat-sahabatku yang

telah memberikan banyak kasih sayang, dukungan serta motivasi dan

dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebut namanya satu persatu yang telah

membantu kelancaran dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi

ini.

Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat dan berguna khususnya bagi semua

pihak yang membaca skripsi ini.

Semarang, April 2006

Penulis

vii
SARI

Lestari, Nuniek Diana. 2006. Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Terhadap


Tingkat Pemahaman Siswa dalam Mata pelajaran Sosiologi di Kelas XI IS
Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Jurusan
Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
(UNNES). 133 halaman. 14 tabel. 1 bagan. 1 gambar.

Kata Kunci: Kreativitas mengajar, Tingkat pemahaman siswa.


Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus memperhatikan strategi
pembelajaran yakni serangkaian tindakan efektif, terencana dan terarah, agar
dapat mencapai sasaran maupun tujuan dari kegiatan belajar mengajar. Secara
umum hasil belajar sosiologi pada siswa SMA masih rendah, untuk itu sebagai
guru yang baik harus bisa membangkitkan semangat belajar siswa, untuk itu
guru harus bisa mengembangkan ide ketika mengajar. Jenis jenjang
pemahaman ini menuntut siswa untuk memiliki pengertian yang cukup
tentang materi sosiologi yang dipelajari, kemudian mampu mengorganisir dan
menyusun materi-materi yang telah diketahui secara mantap, untuk itu sangat
diperlukan kreativitas seorang guru.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah
kreativitas mengajar guru di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9 Semarang
Tahun Pelajaran 2005/2006, (2) Seberapa besar tingkat pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9
Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006, (3) Seberapa besar pengaruh
kreativitas mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa dalam mata
pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun
Pelajaran 2005/ 2006.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kreativitas mengajar
guru dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9
Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006, (2) seberapa besar tingkat pemahaman
siswa terhadap mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri
9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006, (3) besarnya pengaruh kreativitas
mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran
sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran
2005/ 2006.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IS Semester I SMA
Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 yang berjumlah 140 siswa.
Pengambilan sampel yang berjumah 34 siswa dilakukan dengan proporsional
random sampling. Ada dua variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1)
Variabel bebasnya adalah Kreativitas mengajar guru, (2) Variabel terikatnya
adalah Tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sosiologi di kelas
XI IS Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, angket dan tes. Data yang dikumpulkan dianalisa dengan regresi
linear sederhana.

viii
Hasil penelitian mengenai kreativitas mengajar guru pada mata
pelajaran sosiologi adalah 70,82%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria
persentase hasilnya tergolong tinggi. Sedangkan data mengenai hasil
pemahaman siswa pada materi sosiologi pada kelas XI IS telah mendapat nilai
antar 70-79 dengan kategori lebih dari cukup. Korelasi positif antara
kreativitas mengajar guru dengan tingkat pemahaman siswa artinya setiap
kenaikan variabel X akan diikuti oleh penambahan variabel Y sebesar 30,5%.
Mengenai pengaruh antara kreativitas mengajar guru terhadap tingkat
pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I
SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 dengan nilai f hitung =
14,027 kemudian dikonsultasikan dengan f tabel = 4,06 dengan dk pembilang
= 1 dan dk penyebut = 34 - 2 = 32. Pada taraf signifikan 5% adalah sebesar
4,06 karena f hitung > f tabel maka ho ditolak dan ha di terima, hal ini berarti
ada pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa
dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9
Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 sebesar 30,5%. Selain faktor dari guru
ada juga faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa yaitu
faktor fisiologis siswa, (kondisi badan siswa, keadaan fungsi-fungsi jasmani
tertentu terutama fungsi panca indra) serta motivasi dari diri siswa itu sendiri.
Agar pelajaran bisa diterima baik oleh siswa, guru ketika mengajar
tidak hanya menggunakan ceramah saja tetapi guru juga bisa menggunakan
metode yang bervariasi agar siswa lebih dapat memahami pelajaran sosiologi
yang telah disampaikan oleh guru.

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

PERNYATAAN....................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... v

PRAKATA............................................................................................... vi

SARI...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI......................................................................................... x

DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN………………………………………………………xiv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................…. xvi

BAB I : PENDAHULUAN…................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ….................................................. 1

B. Penegasan Istilah….............................................................. 3

C. Identifikasi Masalah …........................................................ 4

D. Rumusan Masalah …........................................................... 5

E. Tujuan Penelitian…............................................................. 5

F. Manfaat Penelitian…........................................................... 6

G. Sistematika Skripsi….......................................................... 6

BAB II : LANDASAN TEORI…....................................................... 9

x
A. Pengertian Kreativitas…..................................................... 9

B. Pengertian mengajar…........................................................ 9

C. Kreativitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar…................ 13

D. Perbedaan Mengajar biasa Dengan Mengajar Kreatif….... 16

E. Pengertian Pemahaman….................................................. 24

1. Pengertian Belajar….................................................... 26

2. Teori-teori Belajar ….................................................. 26

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ….......... 27

4. Komponen Pembelajaran …........................................ 28

F. Pengertian Sosiologi…...................................................... 30

1. Fungsi dan Tujuan ….................................................. 30

2. Kompetensi Mata Pelajaran Sosiologi….................... 31

3. Materi Pokok Sosiologi….......................................... 31

4. Pendekatan dan Organisasi Penyajian Sosiologi….... 32

G. Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Terhadap Tingkat

Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi…... 32

H. Kerangka Berfikir…......................................................... 34

I. Hipotesis…....................................................................... 35

BAB III : METODE PENELITIAN…................................................ 38

A. Metode Penelitian …........................................................ 38

B. Metode Penggunaan Instrumen….................................... 42

C. Metode Pengumpulan Data….......................................... 48

D. Metode Analisis Data…................................................... 49

xi
BAB IV : HASIL PENELITIAN….................................................... 54

A. Hasil Hasil Perhitungan Penyajian Hipotesis….............. 54

B. Pembahasan….................................................................. 72

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN…............................................. 76

A. Simpulan…..................................................................... 76

B. Saran….......................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA….................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN…............................................................ 80

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel Populasi…............................................................................ 39

2. Tabel Perhitungan …..................................................................... 41

3. Tabel Kriteria Hasil Pemahaman Yang dicapai ………………… 44

4. Analisis Varian Yaitu Keberatian Linearitas Regresi…………….. 52

5. Tabel Distribusi Frekuensi Kreativitas Mengajar Guru…............. 55

6. Tabel Persiapan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar….......... 56

7. Tabel Metode Dan Teknik Pembelajaran Kreatif…....................... 57

8. Tabel Variasi Gaya Mengajar Guru…............................................ 60

9. Tabel Penyampaian Materi Pelajaran…........................................ 61

10. Tabel Teknik Penggunaan Media…............................................... 63

11. Tabel Perilaku Guru Dalam Layanan Pembelajaran…................. 65

12. Tabel Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi… 68

13. Tabel Tabulasi Silang Antara Kreativitas Mengajar Guru Terhadap

Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi…... 70

14. Tabel Uji Kebermaknaan Model Regresi…................................... 73

xiii
DAFTAR BAGAN

. Bagan proses belajar…………………………………………………….. 13

xiv
DAFTAR GAMBAR

Diagram pencar pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap tingkat

pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi…………………………. 73

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-kisi Angket Penelitian................................................................. 80

2. Soal Angket ........................................................................................ 81

3. Data Hasil Uji Coba Angket .............................................................. 88

4. Perhitungan Validitas Angket............................................................. 90

5. Perhitungan Reliabilitas Angket ......................................................... 91

6. Daftar Nama Responden Siswa .......................................................... 92

7. Kisi-kisi Tes........................................................................................ 93

8. Pengantar Tes..................................................................................... 95

9. Naskah Soal Tes ................................................................................. 97

10. Kunci Jawaban.................................................................................... 107

11. Data Hasil Uji Coba Tes ..................................................................... 108

12. Perhitungan Validitas Tes................................................................... 110

13. Perhitungan Reliabilitas Tes ............................................................... 111

14. Hasil Penelitian Angket ...................................................................... 112

15. Hasil Penelitian Tes ............................................................................ 113

16. Analisis Regresi .................................................................................. 114

17. Analisis Diskriptif Persentase kreativitas mengajar guru ................... 118

18. analisis diskriptif persentase persispan guru dalam kegiatan

belajar mengajar.................................................................................. 119

19. analisis diskriptif persentase metode dan teknik pembelajaran

kreatif ................................................................................................. 120

xvi
20. analisis diskriptif persentase variasi gaya mengajar guru................... 121

21. analisis diskriptif persentase penyampaian materi pelajaran.............. 122

22. analisis diskriptif persentase teknik penggunaan media ..................... 123

23. analisis diskriptif persentase perilaku guru dalam layanan

pembelajaran....................................................................................... 124

24. Rencana Pembelajaran........................................................................ 125

25. Surat Ijin Penelitian ........................................................................... 131

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian

lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis jenjang

masing-masing satuan pendidikan (Pasal 37 UU No.2 tahun 1989 tentang

sistem pendidikan nasional).

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus memperhatikan strategi

pembelajaran yakni serangkaian tindakan efektif, terencana dan teraranh, agar

dapat mencapai sasaran maupun tujuan dari kegiatan belajar mengajar. Guru

merupakan komponen penting yang berperan sebagai penanggung jawab

dalam proses pembelajaran yang bertanggung jawab dalam proses penyerapan

bahan pelajaran. Perangkat pelajaran komponen yang ikut menentukan proses

alih pengetahuan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa.

Keberhasilan proses pembelajaran sosiologi pada sekolah umum

ditentukan oleh beberapa faktor yang penting adalah guru, siswa dan

ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Kita mengenal lembaga

pendidikan formal dan nonformal, kita pun mengetahui pula bahwa

pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, pemerintah, sekolah dan

masyarakat. Secara umum hasil prestasi belajar sosiologi pada siswa disetiap

1
2

jenjang pendidikan negeri maupun swasta rata-rata masih rendah dan siswa

banyak yang tidak tertarik dengan pelajaran sosiologi (Suharyono dkk,1999:

16-19). Untuk itu sebagai guru yang baik harus bisa membangkitkan semangat

belajar siswa, guru harus kreatif untuk menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan. Sebagai pengajar seseorang harus dapat merangsang

terjadinya proses berpikir, harus dapat membantu tumbuhnya sikap kritis,

serta harus mampu mengubah pandangan muridnya dan seorang pengajar

harus mempunyai tujuan dalam kegiatan mengajarnya. Setiap pengajar tentu

menginginkan pelajaran dapat diterima dan dipahami oleh murid atau siswa

sejelas-jelasnya. Untuk mengerti ini berarti seorang pengajar mempunyai

tugas merangsang serta meningkatkan kreativitas mengajar, karena proses

belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang siswa untuk

mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Seseorang yang

melakukan kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal atau sudah

paham. Jenis jenjang pemahaman ini menuntut siswa untuk memiliki

pengertian yang cukup tentang materi sosiologi yang dipelajari, kemudian

mampu mengorganisir dan menyusun materi-materi yang telah diketahui

secara mantap. Dalam pemahaman ini siswa tidak hanya dituntut untuk hafal

konsep-konsep tersebut sehingga mampu menguraikan dengan kalimatnya

sendiri, untuk itu sangat diperlukan kreativitas seorang guru.

Namun pada kenyataannya sekarang ada kecenderungan di mana guru

kurang kreatif dan variatif menyajikan materi, tidak tepatnya guru

menggunakan metode akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam


3

pembelajaran yang diharapkan karena siswa tidak bisa memahami apa yang

dijelaskan oleh guru, dan seringnya guru menekankan agar siswa banyak

membaca dan menghafalkan materi oleh siswa, untuk itu kreativitas guru

sangat penting.

Kreativitas guru dalam memahami berbagai jenis karakteristik dan

prosedur penggunaan berbagai metode mengajar, serta menyadari bahwa dari

dalam suatu peristiwa belajar mengajar dan seberapa hasil yang telah

dicapainya, dua permasalahan tersebut mengacu pada tingkah laku guru

sebagai organisator belajar mengajar. Maka timbullah asas-asas mengajar,

ialah prinsip-prinsip kaidah mengajar kalau dilaksanakan oleh guru secara

maksimal ia akan lebih berhasil (Suharyono dkk,1999: 16-19).

Dengan dasar pemikiran tersebut di atas maka penulis terdorong

mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru

Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa dalam Memahami Mata Pelajaran

Sosiologi Di Kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun

Pelajaran 2005/2006” .

B. Penegasan Istilah

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang atau

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang (Poerwadarminta,1976: 73).

2. Kreativitas mengajar guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh

guru untuk mencipta dan membuat kombinasi baru serta bisa

memodifikasi pembelajaran (Munandar,1996: 47).


4

3. Tingkat pemahaman adalah jenis jenjang dalam aspek kognitif yang

memiliki tujuan agar peserta didik dapat memahami atau menguasai

arti pelajaran yang dapat berupa terjemahan, penafsiran atau

pengertian untuk menguasai pelajaran tersebut (Adi Purnomo,1993:

2).

4. Mata pelajaran sosiologi adalah bahan pengajaran yang disiapkan

dan disajikan oleh guru kepada siswa berupa materi tentang interaksi

manusia.

5. Siswa kelas XI IS adalah sekelompok siswa SMA yang dinyatakan

naik kelas dari kelas X ke kelas XI yang mengambil jurusan IPS.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas timbul

beberapa masalah antara lain:

1. Rendahnya kualitas pendidikan nasional akan menghambat laju

pertumbuhan kecerdasan bangsa.

2. Salah satu yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan nasional

adalah kurang berhasilnya proses pembelajaran bagi siswa di sekolah

3. Banyak siswa yang hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa

melibatkan secara aktif dalam mengikuti pelajaran tersebut. Akibatnya

tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut rendah. Hal ini

akan berpengaruh terhadap prestasi siswa.

4. Penggunaan metode penyampaian materi dengan hanya mentransfer

informasi tanpa memberikan pemahaman secara konkrit mengenai


5

keadaan masyarakat di lingkungan siswa, dan menjadikan siswa hanya

dapat mengimajinasikan, tetapi tidak dapat menerapakan konsep yang

didapat dari guru ke dalam pergaulan masyarakatnya, menjadi suatau

pengalaman pribadi yang akan lebih meningkatkan pemahaman siswa.

Hal ini tentunya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan penulisan judul di atas maka timbul permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kreativitas mengajar guru siswa kelas XI IS Semester I

SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006.

2. Seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran

sosiologi di kelas XI IS Semerter I SMA Negeri 9 Semarang Tahun

pelajaran 2005/2006.

3. Seberapa besar pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap tingkat

pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS

Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan penelitian tersebut maka tujuan yang

ingin diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ingin mengetahui kreativitas guru dalam mengajar mata pelajaran

sosiologi di kelas IX IS Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun

Pelajaran 2005/2006
6

b. Ingin mengetahui besarnya tingkat pemahaman siswa terhadap

mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9

Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 .

c. Ingin mengetahui besarnya pengaruh kreativitas mengajar guru

terhadap tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi

di kelas XI Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran

2005/2006.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan masukan kepada para pendidik khususnya guru

sosiologi untuk selalu memiliki kreativitas dalam mengajar dan

menambah pengetahuan, pemahaman materi yang akan diajarkan.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pemahaman siswa

dalam mata pelajaran sosiologi

c. Memberikan informasi kepada sekolah yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan mengajar guru.


7

F. Sistematika Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi berisi tentang sampul, lembar berlogo, halaman

judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, penyataan

motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi terdiri dari

Bab I: Pendahuluan berisi uraian singkat semua hal yang berkaitan

dengan penelitian yang meliputi: latar belakang masalah,

identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian dan sistematika skripsi.

Bab II: Landasan Teori

Landasan teori penelitian berisi tentang pengertian

kreativitas, pengertian mengajar, perbedaan mengajar

kreatif dengan mengajar biasa, konsep tingkat pemahaman

siswa dalam mata pelajaran sosiologi, pengaruh kreativitas

mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa dalam

mata pelajaran sosiologi.

Bab III: Metode Penelitian berisi tentang populasi, sampel dan

pengambilan sampel, variabel penelitian, instrumen

penelitian, instrumen penelitian disertai penentuan

validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan dan analisis data.


8

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi kreativitas

mengajar, tingkat pemahamanan siswa, pengaruh

kreativitas mengajar guru.

Bab V: Penutup

Merupakan bagian akhir isi skripsi yang berisi kesimpulan

hasil penelitian dan saran-saran yang diajukan oleh peneliti

kepada guru atau pengajar instansi terkait dan saran bagi

peneliti lain.

3. Bagian akhir dalam penulisan ini meliputi: daftar sumber pustaka

dan lampiran-lampiran yang berkaitan dengan penulisan skripsi.


BAB 1I

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas Mengajar Guru

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas bersumber dari kata bahasa inggris “to create” yang dapat

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan istilah mencipta yang berarti

mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda bentuk susunan atau gayanya

dari pada yang lazim dikenal oleh orang banyak. Jadi kreativitas adalah

kemampuan yang efektif untuk mencipta seperti dimaksud itu (Alisabana, 1997:

87). Beberapa ahli psikologi percaya bahwa kreativitas harus terbatas pada

penemuan atau penciptaan suatu ide atau konsep baru yang sebelumnya tidak

diketahui oleh manusia. Dengan kata lain bahwa kreativitas dapat diartikan

sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif yang

mencirikan hasil-hasil artistik penemuan-penemuan istilah dan penciptaan-

penciptaan secara mekanik (Munandar, 1988: 6 ).

2. Pengertian Mengajar

Mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana

pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri

(Mustakim, 2001: 91). Sedangkan menurut Muhamad Ali mengajar merupakan

suatu proses yang komplek, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari

guru kepada siswa (Ali, 1983: 11). Secara global mengajar bisa dibedakan

menjadi dua yaitu:

9
10

a. Mengajar menurut faham lama atau kuno

Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi atau

fakta-fakta agar dikuasai, siswa-siswa sendiri hanya menerima atau pasif dan

menganggap siswanya sebuah wadah kosong yang harus diisi pengetahuan,

kegiatan belajar mengajar harus didomonasi oleh guru.

b. Mengajar menurut faham baru atau modern

Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan,

materi, metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif. Jadi pengertian

kreativitas mengajar adalah guru senantiasa menguasai bahan atau materi

pelajaran dan mampu menciptakan suasana yang menarik dan bisa memodofikasi

pembelajaran dan akan selalu menciptakan iklim yang segar dan kondusif bagi

anak didiknya agar mereka memiliki kemerdekaan, keberanian dan percaya diri

untuk menyampaikan ide, gagasan, pemikiran dan pendapat mengenai

pemahaman suatu materi pelajaran (KBBI,1991:530). Yang menjadi petunjuk

bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran sosiologi yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK)

telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.

Tingkat keberhasilan mengajar adalah sebagai berikut:

1) Maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai

oleh siswa.
11

2) Baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran

yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3) Baik minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja

dikuasai oleh siswa.

4) Kurang: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh

siswa.

Penyajian materi pelajaran sosiologi sangat didominasi oleh hafalan-

hafalan dan uraian-uraian yang berupa pengertian dari tokoh penting dalam

sosiologi hal tersebut selalu berjalan berulang-ulang dan bersifat monoton tentu

akan berakibat pada siswa timbulnya rasa bosan, kurang tertarik dan ada kalanya

siswa mengantuk di kelas dan akhirnya siswa tidak memahami apa yang

dijelaskan oleh guru. Apabila guru akan mengajar harus melihat siswa yang akan

diajar karena kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas

berbeda-beda. Anak pada jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi, memiliki

kemampuan lebih tinggi dari yang di bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan

metode mengajar guru harus mengerti benar tentang adanya keragaman ciri-ciri

siswa ini. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam

memberikan tugas-tugas dan pembimbingan, guru hendaknya menyesuaikan

perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam model pengajaran terprogram atau modul

penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini sepenuhnya dapat

dilakukan, karena belajarnya individual. Dalam pengajaran bersifat klasikal

seperti yang umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah, penyesuaian pelajaran

dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.


12

Selama mengajar seorang guru mengamati apakah penjelasannya cukup

baik atau tidak, apakah masalah yang diterangkan dapat dimengerti oleh para

siswa atau belum. Penjelasan yang kurang jelas memberi akibat negatif pada

para pelajar khususnya anak SMA, karena siswa menjadi tidak bergairah lagi

untuk memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh pengajar, karena mereka

tidak mengerti hal yang diajarkan kurang jelas, maka guru yang kreatif akan

melakukan umpan balik kepada siswa untuk mengetahui bahwa apakah siswa

telah mengerti atau paham dengan penjelasan guru tadi. Berikut ini dapat

ditempuh untuk memeperoleh umpan balik menurut (Rooijakkers, 1991: 53-54)

antara lain:

1) Mengamati sikap dan wajah murid, kalau seluruh pendengar memandang

pengajar dengan sikap tidak percaya tentu ada sesuatu yang tidak beres.

2) Mengusahakan agar selalu ada kontak pandangan antara pengajar dengan

murid, untuk itu pengajar berbicara dengan selalu mengarahkan pandangannya

ke murid.

3) Guru membagikan diktat supaya murid tidak terlalu banyak mencatat karena

siswa tidak sempat memikirkan hal-hal yang dijelaskan oleh pengajar.

Agar pelajaran sosiologi bisa dipahami oleh siswa, guru bisa

menggunakan diskusi untuk mengetahui sejauhmana masalah yang berkaitan

dengan pelajaran sosiologi dapat diserap dan dimengerti oleh murid, bisa juga

dengan menggunakan media gambar untuk memberikan penjelasan kepada siswa,

karena siswa belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu. Berikut menunjukkan

bagan proses belajar (Rooijakkers, 1991: 52-53).


13

Bagan 1.

Tidak tahu

Proses belajar

Motivasi
Perhatian pada pelajaran
Menerima dan mengingat
Reproduksi
Generalisasi
Melaksanakan latihan dan umpan baliknya

Mengerti

Sumber: (Rooijakkers, 1991: 14-15)

Agar penjelasan kepada murid dapat tersampaikan dengan baik adalah

sebagai berikut:

1) Guru menentukan hal-hal pokoknya dan hubunganya satu sama lain.

Menunjukkan kepada murid hal-hal pokok tersebut dengan begitu struktur

pelajaran diperjelas dan proses belajar dapat diharapkan.

2) Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana. Umpamanya memberi

contoh yang diambil dari kejadian sehari-hari.

3) Menghindari berbicara dengan bahasa muluk dan menyusahkan, berbicara

dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pendengar.

Sumber: (Rooijakkers, 1991: 64)

3. Kreativitas Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Guru

Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah mengusahakan suatu

hubungan di mana setiap anak didik diberi kesempatan untuk mewujudkan bakat

dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan

berfungsi sepenuhnya, sesuai baik dengan kebutuhannya maupun dengan


14

kebutuhan masyarakat (Munandar, 1988: 23). Selanjutnya dikatakan bahwa untuk

menunjang tujuan tersebut maka dibutuhkan pribadi guru yang kreatif.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,

informasi atau unsur-unsur yang ada. Yang dimaksud dengan data atau unsur-

unsur yang ada, dalam arti sudah ada sebelumnya atau sudah dikenal sebelumnya,

adalah semua pengalaman yang diperoleh seseorang selama di bangku sekolah

maupun yan dipelajari dalam keluarga atau masyarakat. Salah satu hal yang

menentukan sejauh mana seseorang itu kreatif adalah kemampuanya untuk dapat

membuat kombinasi baru dengan hal-hal yang ada.

Karya-karya unggul hasil pemikiran para ilmuwan dan penemu pada

dasarnya tidak merupakan sesuatu yang baru sama sekali, tetapi merupakan

kombinasi dari gagasan-gagasan atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Kreativitas mereka terletak pada keberhasilan membentuk kombonasi-kombinasi

baru dari hal-hal yang ada sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna dan

bermanfaat. Merujuk pada pernyataan di atas maka guru dalam melaksanakan

tugas profesinya dituntut untuk kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan iklim yang

kondusif dalam kelas akan tercipta dan mendorong siswa ikut belajar secara

kreatif.

Sebagai guru yang kreatif ketika mengajar bisa dengan cara-cara sebagai

berikut:

a. Guru dalam megajar menggunakan alat dan media pengajaran. Penggunaan

media dan alat-alat pelajaran dapat membantu siswa –siswa yang mempunyai
15

kelemahan-kelemahan tertentu. Anak yang kemampuan berfikir abstraknya

kurang dapat dibantu dengan alat peraga yang konkrit, anak yang

pendengarannya kurang dapat dibantu dengan penglihatan. Adapun teknik

penggunaan media belajar meliputi:

1) Pengaturan tempat duduk dapat diatur secara fleksibel untuk keperluan

diskusi, kelompok.

2) Menjadikan ruang kelas sebagai ruang sumber yang mengundang para

siswa untuk membaca, menjajaki dan meneliti, misal dipasang gambar-

gambar, alat-alat peraga yang sesuai.

3) Diciptakan Ruang kelas yang santai, tenang dan menyenangkan.

b. Persiapan guru dalam kegiatan belajar mengajar antara lain

1) Menyusun Satpel

2) Mempersiapkan media atau peraga yang dibutuhkan

3) Menguasai materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa

4) Menyusun dan mempersiapkan evaluasi pengajaran

c. Guru memberikan bantuan dan bimbingan khusus kepada anak-anak yang

kurang cepat atau lambat dalam belajar. Bantuan atau bimbingan dapat

diberikan pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran (Ibrahim, 2003: 25).

Perilaku guru dalam layanan pembelajaran meliputi:

1) Guru berperan sebagai fasilitator yaitu guru mempunyai tugas untuk

mengembangkan ide atau inisiatif.

2) Guru memberikan rangsangan dan dukungan dalam kontek yang tepat dan

tidak cepat memberikan kritik.


16

3) Gagasan-gagasan baru dari siswa harus diterima secara terbuka dan

berusaha untuk memahami.

4) Semua siswa harus disikapi dan diberi perilaku secara adil tidak memuji

siswa tertentu dan menolak siswa yang lain.

d. Guru dalam mengajar menggunakan metode atau setrategi belajar mengajar

yang bervariasi, sebab dengan variasi tersebut beberapa kemampuan anak

dapat terlayani.

Sebagai seorang pengajar sejati akan selalu berusaha untuk mengajar

sebaik mungkin demi keberhasilan tugas kadang-kadang pengajar harus berani

mengadakan perubahan-perubahan dalam cara kerjanya dan kreativitas mengajar

guru harus diperhatikan dan dikembangkan karena sangat penting dalam proses

belajar mengajar. Dengan mengajar kreatif mungkin siswa bisa memahami dan

mengerti pelajaran sosiologi. Pelajaran sosiologi merupakan pelajaran hafalan ini

dituntut kreativitas guru dalam mengajar supaya murid bisa tertarik dan tidak

bosan dengan cara mengajar yang monoton.

4. Perbedaaan Mengajar Biasa Dengan Mengajar Kreatif

a. Mengajar Biasa

1) Guru hanya menyuruh anak untuk menghafal.

Guru mengutamakan latihan dan menghafal fakta-fakta yang diharapkan

akan keluar pada ujian sehingga akan mengabaikan minat siswa serta akan

menimbulkan bahaya verbalisme, hafalan, fakta-fakta tanpa pemahaman.

2) Guru hanya menggunakan satu metode ketika mengajar


17

Guru hanya menggunakan metode ceramah ketika mengajar sehingga

siswa hanya mendengarkan paparan dari guru, siswa hanya bersifat pasif dan

hanya sebagai pihak pendengar.

3) Guru tidak Menggunakan Media Yang Ada.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 1995: 54). Padahal di sini media

memegang peranan yang sangat penting yaitu untuk meningkatkan persepsi

siswa, untuk meningkatkan pengalihan belajar dan untuk meningkatkan ingatan

siswa.

b. Mengajar Kreatif

1) Guru dalam mengajar tidak terpancang pada satu buku, guru mencari bahan

atau sumber yang lain dan penjelasan menggunakan pemikiran guru bisa

menggunakan contoh, gambar atau siswa bisa memahami, guru juga bisa

menggunakan kata-kata yang lucu dan bisa menciptakan suasana yang santai

agar siswa tidak tegang dan bosan.

Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual.

Aspek yang harus dipertimbangkan dalam tahap pengajaran adalah

Pengelompokan yang jelas dan bisa ditangkap oleh siswa. Sumber bahan

pelajaran adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar

mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara

keseluruhan (Sudjana, 2003: 76). Dengan demikian sumber belajar itu merupakan

bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal
18

baru bagi si pelajar sebab pada hakekatnya belajar adalah untuk mendapatkan

hal-hal baru.

Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana, di

sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan

sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu,

biaya serta kebijakan lainnya. Menurut Roestiyah (1989: 53) mengatakan bahwa

sumber-sumber belajar itu adalah:

(a) Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat)

(b) Buku atau perpustakaan

(c) Mass media (majalah, surat kabar, radio, televisi)

(d) Alat pelajaran (buku pelajaran, peta gambar, kaset, papan tulis kapur dan

spidol).

2) Guru bisa mengusahakan variasi dalam mengajar, untuk itu pengajar hanya

keberanian serta bakat untuk mengorganisir jam pelajaran selingan-selingan

yang kiranya bisa dilakukan antara lain: Sekali waktu menugaskan seorang

murid untuk menulis suatu tugas latihan, menugaskan untuk menjelaskan

sesuatu di papan tulis, menugaskan seorang murid untuk menjelaskan lagi hal

yang telah diajarkan kepada teman-temannya, atau menugaskan suatu

kelompok kecil untuk membahas suatu hal. Cara ini akan dapat memberi

warna lain dalam hal-hal yang rutin serta akan meningkatkan perhatian murid

(Rooijakkers, 1991: 55-56).

Tujuan mengadakan variasi adalah sebagai berikut:


19

(a) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses

belajar mengajar.

(b) Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.

(c) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

(d) Memberi kemungkinan dan fasilitas belajar individual.

(e) Mendorong anak didik untuk belajar.

Ketrampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan

meliputi dua aspek yaitu: 1. variasi dalam gaya mengajar, 2. variasi dalam

menggunakan media dan bahan pengajaran menurut Hasibuan (1985: 67-68).

1) Variasi Dalam Gaya Mengajar

Variasi ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota

badan dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Perilaku guru seperti itu

dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi

komunikasi antara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong

penerimaan bahan pelajaran. Variasi dalam gaya mengajar adalah sebagai

berikut:

(a) Variasi suara

Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume dan kecepatan.

(b) Penekanan

Guru dapat menggunakan penekanan secara verbal misalnya perhatikan baik-

baik, nah ini adalah bagian yang sukar, dengarkan baik-baik. Penekanan itu

biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat

menunjuk dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.


20

(c) Pemberian Waktu

Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang

bersuara menjadi sepi dari suatu kegiatan tanpa kegiatan.

(d) Kontak Pandang

Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, guru mengarahkan

pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap anak didik untuk dapat

membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.

(e) Gerakan Anggota Badan

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang

penting dalam komunikasi.

(2) Variasi Media Dan Bahan Ajaran

Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik

pendengaran maupun penglihatan.dengan variasi penggunaan kelemahan indra

yang dimiliki tiap anak didik misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara

lebih dulu, kemudian menulis di papan tulis dilanjutkan dengan melihat contoh

konkrit dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap indra anak

didik. Ada dua komponen dalam variasi penggunaan media yaitu media

pandangan dan media dengar. Guna memudahkan pemahaman mengenai media

pandangan, media dengar, dan media taktil ini dapat diikuti uraian berikut:

(a) Variasi Media Pandang

Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan

bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,

mading, film, televisi, radio, model, demonstrasi.


21

(b) Variasi Media Dengar

Variasi ini memerlukan sekali saling bergantian atau kombinasi dengan media

pandangan dan media taktil diantaranya adalah pembicaraan anak didik

rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara bahkan

rekaman ikan lumba-lumba dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.

Salah satu upaya untuk merangsang siswa aktif dan memahami

pelajaran adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan

variasi mengajar adalah sebagai berikut:

a) Dalam menggunakan ketrampilan variasi, semua jenis variasi digunakan,

selain juga harus ada penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi.

b) Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment

proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan

proses belajar tidak terganggu.

c) Penggunaaan komponen variasi benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh

guru, karena itu memerlukan penggunaan yang luwes.

3) Guru menggunakan metode yang serasi dan menggunakan dua metode atau

lebih ketika mengajar.

Pengertian metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam

mengajarkan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran

(Sudjana, 1987: 76).

Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk

menciptakan proses belajar dan mengajar, dengan metode ini diharapkan tumbuh

berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.


22

Guru yang kreatif berusaha untuk memilih metode yang serasi dan juga

sedapat mungkin diselingi yang baru sehingga murid merasakan adanya

kesegaran ketika menerima pelajaran di dalam kelas, terhindar dari rasa bosan

dan mengantuk, bahkan pelajaran akan dirasakan tidak sulit dan disenangi karena

adanya harmonisasi di dalam pemakaian metode.

Seorang guru yang baik dalam menyajikan suatu mata pelajaran dan apa

bila dia memang cukup paham dalam pembelajaran serta apabila dia yang cukup

kreatif maka dia tidak hanya membawakan satu macam metode saja dalam

pelaksanaan memberikan pelajaran di dalam kelas. Tetapi dalam satu jam

pelajaran dia dapat mempraktekkan 2, 3 atau lebih metode secara berselingan

misalnya pada satu jam pertama menggunakan metode ceramah, metode diskusi,

metode tanya jawab, dan pada pertemuan selanjutnya menggunakan metode

demonstrasi, metode tugas dan metode resitasi. Jadi guru tidak harus terpaku

dengan menggunakan satu metode tetapi guru sebaiknya menggunakan metode

yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan tetapi bisa menarik

perhatian anak didik.

4) Seorang guru bisa menggunakan media, misal menggunakan media gambar

untuk menjelaskan materi. Contoh materi pelapisan sosial guru bisa menggambar

piramida atau lapisan masyarakat dengan segitiga kemudian diwarnai sehingga

bisa merangsang atau menarik perhatian siswa. Dan sekali tempo guru bisa

mengajak siswa untuk menonton film pendidikan kemudian siswa mencatat,

misal tentang interaksi sosial dalam masyarakat.


23

Media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan

pengajaran (Arsyad, 2002: 4)

Menurut Hamalik tentang media pendidikan bahwa setiap guru harus:

(a) Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidkan,

pengetahuan itu meliputi:

(b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

(c) Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

(d) Memilih dan menggunakan media pendidikan

Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan kriteria-

kriteria tertentu:

(1) Tujuan mengajar

(2) Bahan pelajaran

(3) Metode mengajar

(4) Tersedianya alat yang dibutuhkan

(5) Penilaian hasil belajar

(6) Pribadi guru

(7) Minat dan kemampuan siswa

Ciri umum sebagai media pendidikan adalah sebagai berikut:

(a) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal

dari kata” raga” artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan

yang dapat diamati melalui panca indra kita.

(b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar.
24

(c) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dalam pengajaran

antara guru dan siswa.

(d) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik di luar

kelas maupun di dalam kelas.

Menurut Encyclopedia of education research manfaat media adalah

sebagai berikut:

(a) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu

megurangi “verbalisme”.

(b) Memperbesar perhatian para siswa.

(c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh

karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

(d) Memberi pengalaman yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di

kalangan siswa.

B. Konsep Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi

1. Tingkat Pemahaman Siswa

Pemahaman siswa adalah : domain atau kawasan satu lebih tinggi dari

kemampuan mengingat materi pelajaran sebagai tingkatan yang rendah arti

mencerna suatu pengertian. Pemahaman siswa didefinisikan sebagai kemampuan

siswa untuk menangkap arti suatu materi pelajaran, dapat berupa menjelaskan

pengertian, membedakan, menggeneralisasikan, menggambarkan.

Dalam proses pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan sosial

pada khususnya, maka ilmu sosiologi termasuk didalamnya dipengaruhi oleh

beberapa teori belajar seperti dengan diuraikan oleh Darsono (2000: 13) bahwa
25

teori belajar yang mempengaruhi adalah pertama, teori tradisional yang melihat

proses belajar sebagai pengembangan ingatan dan daya pikir melalui latihan-

latihan atau kognitif. Kedua, teori belajar tingkah laku atau behaviorisme yang

melihat proses belajar sebagai perubahan tingkah laku. Ketiga, teori struktur yang

menekankan pada pemahaman atau pengertian.

Dari ketiga teori tersebut di atas yang hendak dicapai melalui pengajaran

sosiologi terutama aspek kognitif tetapi tidak menuntup kemungkinan untuk

mencapai perubahan tingkah laku. Jenis jenjang pemahaman ini menuntut siswa

untuk memiliki pengertian yang cukup tentang materi sosiologi yang dipelajari,

kemudian mampu mengorganisir dan menyusun materi-materi yang telah

diketahui secara mantap dalam pemahaman ini siswa tidak hanya dituntut untuk

hafal konsep-konsep tersebut sehingga mampu menguraikan dengan kalimatnya

sendiri. Karakteristik soal-soal pemahaman hasilnya mengungkapkan tema, topik

atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan (Sudjana,

1996: 25). Siswa dikatakan paham adalah sebagai berikut: mengerti materi

sosiologi, mengerti konsep-konsep sosiologi, mampu mengaitkan antara ilmu

sosiologi dengan ilmu yang lain, mampu mengadakan generalisasi.

Karena pemahaman sebagai salah satu tipe hasil belajar, maka di sini akan

penulis kemukakan hal–hal yang berhubungan dengan belajar diantarannya ;

pengertian belajar, teori belajar, faktor–faktor yang mempengaruhi belajar dan

komponen pembelajaran.
26

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang terjadi dalam proses pendidikan terutama

yang berkaitan dengan apa yang dialami oleh subjek didik. Di dalam kehidupan

sehari–hari belajar biasanya diartikan sebagai menghafalkan bahan–bahan

pengajaran oleh guru di sekolah.

Pengertian belajar secara modern dikemukakan oleh beberapa tokoh

mengartikan belajar sebagai berikut: “belajar adalah suatu aktifitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan menghasilkan perubahan

dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap (W.S Winkel dalam

Max Darsono, 2000: 4)

Dari definisi atau pengertian-pengertian belajar yang telah dikemukakan

di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu usaha yang

dilakukakan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku inilah yang merupakan hasil kegiatan belajar.

b. Teori-teori belajar

1) Teori Koneksionisme

Pencetus teori ini adalah E.L.Thorndike, teori ini mempunyai doktik

pokok yakni hubungan antara stimulus dan respon, assosiasi-asosiasi dibuat antara

kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat (Hamalik, 2001:

44).

2) Teori Kondisioning Operan

Tokoh terkenal teori ini adalah B.F. Skinner. Proses belajar menurut

skinner adalah bahwa respon yang timbul dalam proses belajar disebutnya operan
27

response atau instrumen respon . Respon itu ada lebih dulu, baru kemudian diikuti

oleh stimulus tertentu (Darsono, 2000 : 13).

Dari ke tiga teori belajar di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mencakup 2 komponen yaitu respon dan stimulus yang mendorong seseorang

untuk berbuat.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal-

hal atau faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat

digolongkan menjadi dua golongan

(a) Faktor-faktor non sosial

Kelompok faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang jumlahnya

seperti misalnya: keadaan udara, suhu, cuaca, alat-alat yang digunakan untuk

belajar (buku, pensil, penggaris dll)

(b) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud faktor-faktor sosial adalah faktor manusia, baik manusia itu ada

(hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi

digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

(a) Faktor-faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini dapat dibedakan menjadi 2 macam :

(1) Keadaan jasmani pada umumnya.


28

Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar

belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain

pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar.

(2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi panca indera.

Panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung

dengan baik. Panca indera yang paling memegang peranan dalam

belajar adalah mata dan telinga.

(b) Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis di sini berkaitan dengan hal-hal yang mendorong

seseorang untuk belajar yaitu :

(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

(2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu

maju.

(3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru, baik kooperasi maupun dengan kompetisi.

d. Komponen Pembelajaran.

Komponen pembelajaran yang terkait dalam pembelajaran terdiri dari ; 1)

motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu ajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi

subjek yang belajar, ke lima komponen inilah yang bersifat dinamis, yang sering

berubah menguat atau melemah dan yang mempengaruhi proses belajar tersebut :

1) Motivasi siswa
29

Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi sesuatu perbuatan

atau tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar.

2) Bahan belajar

Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat

perhatian oleh guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat mempelajari hal-hal yang

diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar.

3) Alat bantu belajar

Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk

membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi

lebih efektif dan efisien. Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih

menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga dan hasil

belajar lebih bermakna.

4) Suasana belajar

Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar, suasana yang

menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang

kacau, ramai tak tenang dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang

kegiatan belajar yang efektif.

5) Kondisi subjek belajar

Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan

belajar. Siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Apabila berbadan sehat,

memiliki bakat khusus, memiliki intelegensi yang memadai serta minat untuk

belajar (Hamalik, 2001: 52).


30

2. Pengertian Sosiologi

Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua penegertian dasar yaitu sosiologi

sebagai ilmu dan sosiologi seabagai metode

Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

masyarakat yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis.

Sebagai metode, sosiologi adalah sebuah cara berpikir untuk

mengungkapkan realita sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan

teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

a. Fungsi dan Tujuan Sosiologi

1) Fungsi

Pengajaran sosiologi di sekolah menengah umum berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku dan berinteraksi dalam

keragaman realitas sosial budaya berdasarkan etika.

2) Tujuan

Tujuan pengajaran sosiologi di sekolah menengah umum pada dasarnya

mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan bersifat praktis.

Secara kognitif pengajaran sosiologi dimaksudkan untuk memberikan

pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara

rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai

suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan untuk

mengembangkan ketrampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis

dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta

berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.


31

b. Kompetensi mata pelajaran sosiologi

Kompetensi standar yang hendak diwujudkan melalui mata pelajaran

sosiologi adalah sebagai berikut:

Mampu menganalisa konflik dan integrasi sosial dalam masyarakat yang

ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

1) Mampu menganalisis bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat

2) Mampu menganalisis konsekuensi perubahan struktur sosial dalam masyarakat

3) Bisa menganalisis dinamika kebudayaan seperti unsur-unsur kebudayaann yang

ada dalam masyarakat satu hubungan antara unsur-unsur kebudayaan yang

terdapat di masyarakat

4) Mengembangkan sikap dalam masyarakat multikultural yaitu mengungkapkan

alternatif pemecahan masalah yang ditimbulkan oleh keanekaragaman dan

perubahan kebudayaan berdasarkan potensi lokal dan nasional.

c. Materi Pokok

Pengajaran sosiologi di sekolah menengah umum kelas XI IS mencakup

1) Konflik dan integrasi sosial

2) Menganalisis bentuk-bentuk struktur sosial

3) Menganalisis konsekuensi perubahan struktur sosial

4) Menganalisis dinamika kebudayaan

5) Mengembangkan sikap dalam masyarakat multikultural

Sumber: (Tim Sosiologi, 2003: 1)


32

d. Pendekatan dan Organisasi Pengajian

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sosiologi adalah

pendekatan pembelajaran aktif yang memfungsikan guru, siswa dan sarana

belajar.

Pendekatan pembelajaran ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1) Keseimbangan antara kognisi, ketrampilan efektif dan keseimbangan antara

deduksi dan induksi

2) Penyajian materi perlu menggunakan ilustrasi (contoh, deskripsi, gambar) dan

pemberian tugas secara aktif

3) Proses pembelajaran dilakukan dengan upaya memfasilitasi tumbuhnya

dinamika kelompok di dalam kelas, sehingga terwujud siswa yang mandiri

dalam belajar. Agar pembelajaran sosiologi menjadi lebih bermakna, maka

organisasi penyajian materi sosiologi dimulai dari memahami

keanekaragaman realitas sosial dalam aspek struktur sosial maupun dinamika

sosial, dan memahami pengetahuan dasar sosiologi untuk memberikan

alternatif pemecahan masalah sosial, sehingga mampu mengambil sikap

dalam situasi sosial yang dihadapi.

C. Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Terhadap tingkat Pemahaman

Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi

Kreativitas mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa ternyata

ada pengaruh yang positif dan kreatif juga sangat menunjang keberhasilan siswa

demikian juga guru yang mengajarkan sosiologi sangat dituntut untuk melakukan
33

kreativitas dalam melakukan kegiatan belajar mengajar karena penyajian materi

pelajaran sosiologi sangat didominasi hafalan-hafalan dan uraian-uraian yang

berupa pengertian dari tokoh penting dalam sosiologi hal tersebut selalu berjalan

berulang-ulang dan bersifat monoton tentu akan berakibat pada siswa timbulnya

rasa bosan kurang tertarik dan ada kalanya siswa mengantuk di kelas dan

akhirnya siswa tidak bisa memahami apa yang dijelaskan oleh guru.

Pada zaman sekarang ini guru yang kreatif sangat dibutuhkan agar

proses pembelajaran dan tujuan yang telah dirumuskan sesuai dengan ketentuan

GBPP akan terwujud dan peran guru kreatif sangat menunjang keberhasilan

dalam proses belajar siswa. Demikian juga guru yang mengajar sosiologi sangat

dituntut untuk melakukan kreativitas dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar.

Dengan konsep-konsep dasar yang dipahami oleh guru yang memiliki

kreativitas akan menghindarkan dari segi teoritis, kegiatan statis dan verbalisme

dikalangan siswa. Sebagai guru sosiologi dalam mengajarkan dan

membelajarkannya agar belajar sosiologi itu sebagai kegiatan dinamis yang jauh

dari menjemukan, bahkan sebaliknya justru merupakan hal yang sangat menarik

minat dan berkesinambungan.

Jadi peran guru kreatif dalam kegiatan belajar mengajar sangat

berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa.


34

D. Kerangka Befikir dan Hipotesis.

1. Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) materi sosiologi yang

disampaikan oleh guru kelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat

abstrak, untuk itu diperlukan kreativitas seorang guru dalam penyampaian pesan.

Guru dalam penyampaian pesan bisa menggunakan pembelajaran yang kreatif

contohnya dengan menggunakan variasi gaya mengajar, metode dan media yang

bervariasi yang dapat menjabarkan konsep yang bersifat abstrak tersebut menjadi

sesuatu yang lebih nyata atau konkrit. Hal ini dilakukan guru agar materi sosiologi

yang diterima siswa tidak bersifat verbalisme semata tetapi siswa betul-betul

memahami materi sosiologi yang diajarkan oleh guru dan timbul pemahaman

siswa yang baik terhadap pelajaran sosiologi. Dengan kata lain bahwa kreativitas

mengajar guru akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi

sosilogi.

Kerangka berfikir dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dalam

belajar mengajar dari guru yang kreatif diperoleh pemahaman materi yang

maksimal oleh siswa. Dengan kata lain bahwa kreativitas mengajar guru akan

berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi sosiologi.

Apabila kerangka berfikir tersebut dibuat gambar sebagai berikut :

Penggunaan pembelajaran Pemahaman sosiologi pada


yang kreatif
88888888 pelajaran sosiologi
(X) (Y)
35

2. Hipotesis
Sehubungan dengan hal di atas maka penulis mengajukan rumusan

hipotesis kerja (Ha) sebagai berikut :

a. Penggunaan pembelajaran yang kreatif menunjukan kriteria tinggi,

berdasarkan data yang diperoleh bahwa:

Skor Total = 2408 (lihat lampiran 14 hal 114)

Skor Maksimal = 3400 (25 x 34 x 4 = 3400)

skortotal
DP = x 100%
skormaksimal

2408
= x100%
3400

= 70,82%

Keterangan:

DP = diskriptif prosentase

R = skor total angket jawaban siswa

N = skor maksimum angket

(Purwanto, 1994: 112)

Hasil perhitungan mengenai kreativitas mengajar guru diperoleh sebagai

berikut:

Interval Skor Interval Skor Kriteria

3400 – 2.762,5 81 % < Skor ≤ 100 % Sangat tinggi


2.762,5 – 2.125 63 % < Skor ≤ 81 % Tinggi
2.125 – 1.487,5 44% < Skor ≤ 63 % Rendah
1.487,5 – 850 25 % ≤ Skor ≤ 44% Sangat rendah
36

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut

Menentukan interval

Jumlah skor maksimal : 25 x 34 x 4 = 3400

Jumlah skor minimal : 25 x 34 x 1 = 850

Range : 3400 – 850 = 2550

range
Panjang kelas interval =
banyakkelas

2550
=
4
= 637.5
Dari perhitungan di atas dikonsultasikan dengan kriteria persentase yang

sudah ditetapkan, maka kreativitas mengajar guru tergolong kriteri tinggi, sebab

nilai 70.82 % masuk dalam urutan ke-2 yaitu 63 % - 81 %.

b. Dengan mengajar yang kreatif siswa akan memiliki pemahaman yang

optimal terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Tingkat pemahaman siswa

terhadap mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS SMA Negeri 9 Semarang tahun

pelajaran 2005/2006 dalam kategori lebih dari cukup adapun perhitungannya

adalah sebagai berikut:

Kls (k) = 1+3,3 log n

= 1+ 3.3 log 34
=6
Interval

Nilaimaksimal − Nilai min imal


I=
1 + 3,3 log n

100 − 50
=
1 + 3,3 log 34
37

= 8,6
=9
Tabel. Tingkat Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiolgi
Interval nilai Kriteria f %
< 60 Kurang 0 0.0
60-69 Cukup 8 23.5
70-79 Lebih dari cukup 15 44,1
80-89 Baik 10 29,4
90-99 Amat baik 1 2,9
100 Istimewa 0 0,0
Total 34 100
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 44,1% siswa memperoleh nilai

antara 70-79 dalam kategori lebih dari cukup, 29,4% memperoleh nilai antara 80-

89 dalam kategori baik, 23,5% dengan nilai 60-69% dalam kategori cukup dan

hanya 2,9% dalam kategori amat baik.

c Pengaruh penggunaan kreativitas guru terhadap tingkat pemahaman

siswa dalam mata pelajaran sosiologi sebesar 30,5%. Adapun perhitungannya

adalah sebagai berikut:

b( NΣxy − Σx.Σy )
r2 =
NΣy 2 − (Σy ) 2

0,474(34.181122 − 2408.2541)
=
34(191705) − (2541) 2

= 0,305.

r2 x100%

0,305x 100%

30,5%.

Jadi besarnya Pengaruh Kreativitas mengajar guru terhadap tingkat

pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi adalah 30,5%.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Metode ini bertujuan untuk mengungkap masalah-masalah dengan

mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa serta

menginterpertasikan data berupa angka atau skor.

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yang perlu diperhatikan yakni

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau variabel yang tidak

tergantung dapat diubah atau direkayasa oleh peneliti, sedang variabel terikat atau

variabel yang tergantung tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel bebas adalah kreativitas mengajar guru, sedang

variabel terikatnya adalah tingkat pemahaman yang diperoleh siswa setelah

diterapkan kreativitas mengajar guru sosioogi. Penelitian tersebut dilakukan pada

siswa kelas XI IS Semeter 1 SMA Negari 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/

2006.

Pada pembahasan berikut akan dibahas tentang populasi dan sampel

dilakukan dalam penelitian ini :

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IS

Semester I SMA Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006.

38
39

No Kelas Jumlah
1 XI IS1 46
2 XI IS2 46
3 XI IS 3 48
Jumlah total 140

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk mewakili

populasi (Suharsimi Arikunto, 1991: 104). Teknik yang digunakan dalm

penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu dari jumlah populasi

ditentukan jumlah sampel sebagai subjek penelitian. Pengambilan sampel

dilakukan secara merata ke setiap kelas, sehingga setiap responden mempunyai

kesempatan yang sama sebagai sampel penelitian. Untuk mengetahui jumlah

sampel yang akan diambil dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin (Umar,

1998 : 78).

N
n=
1 + N .e 2

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih ditaksir atau digunakan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan jumlah subyek penelitian sebesar

15% dengan alasan:


40

a. Kemampuan di lihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang

resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Dalam penelitian ini diambil15 % pada masing-masing kelas XI IS yaitu dengan

alasan:

1) kelas XI menerapkan kurikulum berbasis kompetensi

2) siswa kelas XI memiliki karakter yang sama.

Oleh karena itu diambil 15 % yang didasarkan pada Arikunto (1997: 112).

N
n=
1 + N .e 2

140
=
1 + 140(0,15) 2

140
=
1 + 140.0,0225

140
= = 33,73
4,15

= 34

Dibulatkan menjadi 34, dengan demikian maka sampel yang diteliti

sebanyak 34 siswa dari ukuran sampel yang telah diketahui, selanjutnya akan

ditentukan perwakilan dari tiap kelas, di mana populasi yang dijadikan subjek

penelitian tersebar dalam tiga kelas.


41

Tabel. 2. Perhitungan proporsi sampel dari perwakilan tiap kelas

No Kelas Jumlah populasi Proporsi sampel Jumlah


1 XI IS1 46 46 11
x 100% = 32,8%
140
32,8%x34=11,1
dibulatkan menjadi 11
2 XI IS2 46 46 11
x 100% = 32,8%
140
32,8%x34=11,1
dibulatkan menjadi 11
3 XI IS3 48 48 12
x 100% = 34,2%
140
34,2%x34=11,6
dibulatkan menjadi 12
Jumlah 140 34

3. Variabel Penelitian

Variabel yaitu objek yang menjadi pusat penelitian (Suharsimi

Arikunto, 1996: 91). Penelitian yang dilakukan dalam hal ini terdapat variabel

bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kreativitas mengajar guru.

Yang dimaksud kreativitas mengajar guru adalah kemampuan guru yang

senantiasa mengembangkan bahan atau materi pelajaran dan mampu menciptakan

suasana yang menaik dan tenang dan bisa memodifikasi pelajaran. Yang dijadikan

indikator dalam penelitian ini ada 6, yaitu:

1) Teknik penggunaan media belajar


42

2) Persiapan guru dalam kegiatan belajar mengajar

3) Perilaku guru dalam layanan pembelajaran

4) Metode dan teknik pembelajaran kreatif

5) Variasi gaya mengajar guru

6) Penyampaian materi pelajaran

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman siswa

dalam mata pelajaran Sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA Negeri 9

Semarang tahun pelajaran 2005/2006 pada pokok bahasan stratifikasi sosial. Pada

variabel terikat peneliti tidak meneliti indikator tingkat pemahaman dari siswa

mengerti materi sosiologi, memahami konsep-konsep yang ada dalam sosiologi,

mampu mengadakan generalisasi, mampu menguasai pokok bahasan pada

semester I SMA kelas XI IS, mampu memahami nilai yang terkandung dalam

pelajaran sosiologi, memahami keterkaitan ilmu Sosiologi dengan ilmu yang lain,

tetapi peneliti hanya ingin mengetahui tingkat pemahaman siswa sebagai akibat

adanya variabel bebas. Sebagai indikator dari variabel ini adalah nilai hasil postest

setelah siswa memperoleh perlakuan.

4. Instrumen Penelitian

a. Identifikasi variabel

Variabel yang dikaitkan secara langsung dalam penelitian ini adalah

kreativitas mengajar guru sebagai variabel bebas dan tingkat pemahaman siswa

dalam mata pelajaran sosiologi yang menjadi variabel terikat.

b. Penyusunan instrumen
43

1) Instrumen untuk mengukur pendapat siswa terhadap kreativitas mengajar guru

dalam mata pelajaran sosiologi.

Untuk mendapatkan data tentang pendapat siswa terhadap kreativitas

mengajar guru mata pelajaran sosiologi digunakan instrumen berupa angket.

Angket disusun berdasarkan pada indikator yang telah penulis kembangkan dalam

menjaring data tentang pendapat siswa terhadap kreativitas mengajar guru pada

mata pelajaran sosiologi. Indikator-indikator tersebut dijabarkan lebih rinci dalam

bentuk pertanyaan dengan 4 jawaban pilihan, ke-4 jawaban tersebut diberi skor.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunaan angket sebagai berikut:

(a) Penyusunan spesifikasi data

(b) Penbuatan kisi-kisi angket

(c) Penyusunan item soal angket

(d) Perbaikan angket

(e) Uji coba dan variasi angket

(f) Uji Validitas butir angket

(g) Uji reliabilitas butir angket

2) Instrumen Untuk Mengukur Tingkat Pemahaman Siswa

Dalam rangka mengetahui belajar siswa digunakan alat baru berupa

tes yang penulis sesuaikan dengan kemampuan siswa yang dijadikan sampel

dalam penelitian. Pemberian skor untuk jenis tes tersebut adalah 1,2,3,4,5,.......,10.

pemberian skor tersebut dimaksudkan agar dapat dengan mudah diketahui berupa

hasil atau pemahaman yang diperoleh siswa dan akan dibuat kisi-kisi soal.
44

Tabel. 3. Kriteria Hasil Nilai Pemahaman yang Dicapai

Nilai Prestasi Kategori

10 100% Istimewa

9,0 – 9,9 90 - 99% Amat baik

8,0 - 8,9 80 - 89% Baik

7,0 – 7,9 70 - 79% Lebih dari cukup

6,0 - 6,9 60 - 69% Cukup

5,0 – 5,9 50 - 59% Tidak cukup

4,0 - 4,9 40 - 49% Kurang

3,0 – 3,9 30 - 39% Amat kurang

2,0 - 2,9 20 - 29% Buruk

1,0 – 1,9 10 - 19% Amat buruk

3) Uji Coba Instrumen

Data dalam penelitian merupakan gambaran dari variabel yang sedang

diteliti sehingga berfungsi untuk mengetahui dan menjawab hipotesa yang

diajukan dalam suatu penelitian. Oleh sebab itu berkualitas atau tidaknya suatu

penelitian dijalankan, dan benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya

instrumen yang dibuat sedangkan instrumen yang baik harus valid dan reliabel.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis melakukan uji coba

instrumen berupa soal yang penulis cobakan pada 25 siswa di luar sampel.

(a) Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto,2002:144).


45

(1) Angket

Setelah angket dipersiapkan sebagai instrumen penelitian, selanjutnya

dibagikan kepada responden untuk diuji cobakan. Uji coba instrumen

dilaksanakan pada 25 siswa kelas XI IS semester I SMA Negeri 9 Semarang

tahun pelajaran 2005/2006. dari hasil perhitungan validitas diperoleh hasil

instrumen yang valid sebanyak 25 butir soal dengan taraf signifikan 5% dengan

rxy = 0.522 sesuai dengan hasil tiap butur soal, kemudian dikonsultasikan pada r

tabel = 0.396 sehingga r hitung > r tabel. Adapun soal yang tidak valid yaitu nomor 1,

4, 19, 20, 21, untuk perhitungan reliabilitas dengan belah dua diperoleh hasil r11 =

0,879 kemudian dengan N = 25 dan taraf signifikan 5% dikonsultasikan pada r

tabel = 0,396 sehingga r hitung >r tabel. Jadi dapat dikatakan bahwa instrumen yang

diujicobakan sudah reliabel secara signifikan soal yang dikatakan valid dapat

digunakan untuk penelitian karena 0,879 > 0,396.

(2) Tes

Setelah tes dipersiapkan sebagai instrumen penelitian, selanjutnya

dibagikan kepada responden untuk diujicobakan. Uji coba instrumen dilakukan

pada 25 siswa kelas XI IS semester I SMA Negeri 9 Semarang tahun pelajaran

2005/2006. Dari perhitungan validitas diperoleh hasil instrumen yang valid 35

butir soal dengan taraf signifikan 5% dengan rxy = 0,483 sesuai hasil tiap butir

soal, kemudian dikonsultasikan pada rtabel = 0,396 sehingga r hitung > r tabel. Adapun

untuk soala yang tidak valid dan dibuang yaitu nomor 8, 22, 24, 35, dan 40. untuk

perhitungan reliabilitas diperoleh hasil r11 = 0,900 dengan N = 25 dan taraf

signifikan 5% dikonsultasikan rtabel = 0,396 sehingga r hitung > r tabel artinya 0,900
46

> 0,396. Jadi dapat dikatakan bahwa instrumen yang diujicobakan reliabel secara

signifikan, sehingga hasil uji coba instrumen yang terdiri dari 40 butir soal

dinyatakan valid dapat digunakan untuk penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis butir tersebut

dengan menskor angket yang kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam rumus

korelasi product moment yang dikemukakan oleh person dengan rumus

N .ΣXY − (ΣX )(ΣY )


rxy =
{N .ΣX 2 − (ΣX ) 2 }{NΣ.Y 2 − (ΣY ) 2 }

Keterangan:

rxy = anak indeks korelasi

N = banyaknya subjek

Σ xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

Σ x = jumlah skor x

Σ y = jumlah skor y

Σ x2 = jumlah skor x kuadrat

Σ y2 = jumlah skor y kuadrat (Arikunto, 2002: 146).

Untuk mengetahui apakah angket yang digunakan valid atau tidak

maka r yang telah diperoleh (r hitung) dikonsultasikan dengan r tabel product moment

dengan taraf signifikan 5%. Apabila r hitung > r tabel maka instrumen dikatakan valid

dan apabila r hitung < r tabel maka instrumen dikatakan tidak valid.

(b) Uji Reliabilitas Instrumen


47

Reliabilitas menunjukan suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 254).

Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendesius mengarahkan

kepada responden untuk memilih jawaban tertentu. Untuk menguji tingkat

reliabilitas menggunakan rumus :

⎛ k ⎞⎛ Σσb ⎞
2
r11 = ⎜ ⎟⎜⎜1 − ⎟⎟
⎝ k − 1 ⎠⎝ σi 2 ⎠

Ket :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan / banyaknya soal

Σσb 2 = Jumlah varian butir

σi 2 = Varian total

(Arikunto, 2002: 171)

Untuk menentukan reliabel tidaknya suatu instrumen suatu faktor

adalah dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi pada taraf

signifikan 5% karena yang diujicobakan penelitian adalah 25 maka N = 25

kemudian dilihat pada tabel taraf signifikan 5% diperoleh r tabel = 0,396 setelah

diketemukan nilai reliabilitas dari masing-masing butir soal maka langkah

selanjutnya adalah menetukan apakah soal tersebut reliabel atau tidak.soal yang

dikatakan reliabel jika r11 > r tabel dalam penelitian ini didapatkan bahwa r11 =

0,900, jadi 0,900 > 0,396 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angket yang

diujicobakan reliabel dan contoh perhitungannya dapat dilihat dilampiran.


48

5. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Dokumentasi

Untuk mengetahui siswa kelas XI IS semester I SMA Negeri 9

Semarang Tahun Pelajaran 2005/ 2006 yang dijadikan populasi dalam penelitian

ini dilakukan pengambilan data secara dokumenter. Data ini diambil dari daftar

nama siswa kelas XI IS Semester I SMA Negeri Semarang Tahun Pelajaran

2005/2006. Dalam pengambilan sampel menggunakan proporsional random

sampling yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai objek

penelitin. Pengambilan sampel dilakukan secara merata disetiap kelas, sehingga

setiap responden mempunyai kesempatan sebagai sampel penelitian.

b. Metode Angket atau Kuesioner

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada

responden (guru) untuk dijawab, biasanya dalam bentuk daftar pertanyaan atau

pernyataan.

Metode angket atau metode kuesioner digunakan untuk

mengungkapkan variabel bebas. Dalam penelitian ini soal angket disusun

sebanyak 25 butir dengan 4 alternatif jawaban dengan nilai tertinggi 4 dan nilai

terendah 1. Dari 25 butir tersebut sudah mewakili masing-masing indikator sub

variabel. Setelah diketahui jumlah populasinya yang terdiri dari 140 siswa, maka

soal angket disebarkan kepada 25 siswa di luar sampel penelitian.

c. Metode Tes

Metode tes adalah pengumpulan data dengan jalan memberikan

serentetan pertanyaan/latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur


49

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu/kelompok. (Arikunto, 1997: 139)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tes prestasi untuk

mengukur kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Sosiologi pada

siswa kelas XI IS semester I SMA Negeri 9 Semarang yang termasuk dalam

sampel. Tes disusun sebanyak 35 butir dengan 4 alternatif jawaban kemudian

disebarkan kepada 25 siswa untuk dilakukan penelitian.

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil penelitian perlu segera diadakan

penganalisaan terhadap data tersebut. Setelah data terkumpul kemudian diproses

dan dianalisis sehingga dapt menunjukan benar atau tidaknya hipotesis yang telah

dirumuskan.

Metode analisis data adalah suatu cara untuk memecahkan masalah

dari hasil penelitian. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan analisis

deskriptif persentase dan statistik.

Sebelum data dianalisis maka dilakukan penelitian. Data tentang

kreativitas mengajar guru berwujud kulitatif oleh karena itu diubah menjadi data

kuantitatif dengan cara penilian sebagai berikut :

a) Alternatif jawaban A diberi skor 4

b) Alternatif jawaban B diberi skor 3

c) Alternatif jawaban C diberi skor 2

d) Alternatif jawaban D diberi skor 1


50

Setelah diberi skor atau mean, maka diketahui tingkat kreativitas

mengajar guru dihitung dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

R
S= x 100%
N

Keterangan :

S : Nilai persen

R : Skor butir angket jawaban siswa

N : Skor maksimum angket

( Purwanto, 1994: 112 )

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:

Skor angket jawaban siswa : 2408

Skor maksimum : 3400

R
DP = x 100%
N

2408
= x 100%
3400

=70,82%

Maka dari perhitungan di atas dihasilkan bahwa kreativitas mengajar

guru sebesar 70,82% termasuk dalam kategori tinggi.

Setelah ini persentase butir angket diperoleh, kemudian dibuat

penafsiran dari persentasi tersebut. Kriteria penafsiran dibuat 4 ketentuan sebagai

berikut :

81% < 100% : Sangat tinggi

63% < 81% : Tinggi


51

44% < 63% : Rendah

25% < 44% : Sangat rendah

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode analisis regresi linear

sederhana. Metode analisis regresi linear dengan langkah-langakah sebagai

berikut:

1) Mencari korelasi antara variabel (x ) dengan variabel (y )

Untuk mencari kekuatan hubungan antara variabel (x) dengan variabel

(y) menggunakan rumus korelasi product moment

N .ΣXY − (ΣX )(ΣY )


rxy =
{N .ΣX − (ΣX ) 2 }{NΣ.Y 2 − (ΣY ) 2 }
2

Keterangan:

rxy = anak indek korelasi product moment

N = Banyaknya subjek

Σ xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

Σx = jumlah skor x

Σy = jumlah skor x kuadrat

Σ x2 = jumlah skor x kudrat

Σ y2 = jumlah skor y kudrat

(Arikunto, 1996: 254)

Harga koefisien korelasi ( rxy) yang diperoleh dari perhitungan rumus

di atas kemudian dengan r tabel product moment untuk N = 25 dan taraf


52

signifikan 5% kemudian yang terjadi adalah jika harga r hitung > r tabel, berarti r hitung

signifikan sehingga ada hubungan antara variabel (x) dengan variabel (y)

2) Membuat persamaan regresi linear

Y= a + bx di mana a dan b dicari dari:

(Σy )(Σx 2 ) − (Σx)(Σy )


a.=
nΣx 2 − (Σx) 2

n(Σxy ) − (Σx)(Σxy )
b=
nΣx 2 − (Σx) 2

3) Uji kelinearan dan keberartian regresi linear sederhana

Uji ini digunakan analisis regresi liner sederhana dengan rumus :

S 2 reg
Freg =
S 2 reg

Untuk memudahkan perhitungan bilangan Freg maka dibuat tabel

ringkasan sebagai berikut:

Tabel 4. Analisis varian yaitu keberartian dan linearitas regresi

Sumber varian Dk Jk Kt F
Total N Σ y2 Σ y2 _
Regresi a 1 ( Σ y2) / n ( Σ y2) / n

Regresi (b/a) 1 Jk reg = Jk(b/a) s2 reg=Jk (b/a) s 2 reg


s 2 reg
Residu n-2 Jk res= Σ ( yi-yi)2 Σ( yi − yi) 2
s2 reg =
n−2

Jumlah N Σ y2 _ _

(Sudjana, 1996 : 315-328)


Keterangan:
53

Dk = Derajat kebebasan

Jk = Jumlah kuadrat

Kt = Kuadrat tengah

S2 = varian sampel

F = nilai uji, F

Setelah diketahui F hitungnya kemudian diuji dengan K tabel. Untuk

mengetahui ada tidak adanya pengaruh variabel x terhadap variabel y, adapun

kaidah keputusannya adalah jika harga F sigifikan dengan demikian ada pengaruh

yang signifikan dari kreativitas mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa

dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS semester 1 SMA Negeri 9

Semarang Tahun Pelajaran 2005 / 2006.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kreativitas Mengajar Guru

Yang dimaksud kreativitas mengajar guru adalah kemampuan guru

yang senantiasa mengembangkan bahan atau materi pelajaran dan mampu

menciptakan suasana yang menarik dan tenang serta bisa memodifikasi

pelajaran. Yang menunjukkan kreativitas guru dalam dalam mengajar

meliputi:

a. Persiapan guru dalam kegiatan belajar mengajar

b. Metode dan teknik pembelajaran kretif

c. Variasi gaya mengajar guru

d. Penyampaian materi pelajaran

e. Teknik penggunaan media belajar

f. Perilaku guru dalam layanan pembelajaran

Tingkat kreativitas mengajar guru pada siswa kelas XI IS semester I

SMA Negeri 9 Semarang yang menjadi objek penelitian. Menurut angket dari

siswa adalah:

Skor total 2408 (lihat lampiran 14 hal 112)

Skor maksimal 3400 (25 x 34 x 4)

R
DP = x 100%
N

Skortotal
= x 100%
skormaksimal

54
55

2408
= x 100%
3400

= 70,82% (lihat lampiran 17 hal 118)

Keterangan:

DP = diskriptif prosentase

R = skor butur angket jawaban siswa

N = skor maksimal

(Purwanto, 1994: 112)

Tingkat kreativitas mengajar guru termasuk dalam kategori tinggi

berdasarkan kriteria distribusi frekuensi siswa yang menjawab angket, seperti

di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Frekuensi siswa yang menjawab angket tentang


Kreativitas Mengajar Guru
Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 -100,0 Sangat tinggi 3 8.8%
62,51 – 81,25 Tinggi 27 79.4%
43,76 – 62,50 Rendah 4 11.8%
25,00 – 43.75 Sangat rendah 0 0.0%
Total 34 100%
Sumber: Data penelitian tahun 2005

Tabel di atas menunjukkan dari 34 siswa yang menjadi sampel

penelitian, 27 siswa (79,4%) menyatakan bahwa kreativitas mengajar guru

termasuk dalam kategori tinggi, selebihnya 3 siswa (8,8%) dalam kategori

sangat tinggi dan hanya 4 siswa (11,8%) yang menyatakan rendah..

Walaupun sebagian besar siswa menyatakan bahwa kreativitas

mengajar guru sosiologi dalam kategori tinggi karena ada 4 (empat) indikator

(persiapan guru dalam kegiatan belajar mengajar, metode dan teknik

pembelajaran kreatif, variasi gaya mengajar guru, penyampaian materi


56

pelajaran) yang dinyatakan tinggi, namun ada indikator yang masuk dalam

kategori rendah yaitu ada 2 (dua) indikator (teknik penggunaan media belajar

dan perilaku guru dalam layanan pembelajaran) yang dinyatakan rendah.

Secara rinci maka kreativitas mengajar guru dapat dilihat rinciannya sebagai

berikut:

a. Persiapan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Persiapan yang matang sebelum guru melaksanakan pembelajaran

menjadi faktor yang dapat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran.

Dengan persiapan yang optimal, maka proses pembelajaran akan dapat

berjalan sesuai dengan rencana.

Berdasarkan data yang diperoleh ternyata sebagian besar kurang

mempunyai persiapan yang tinggi dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Persiapan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar


Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 –100 Sangat tinggi 3 8.8%
62,51 – 81,25 Tinggi 17 50.0%
43.76 – 62.50 Rendah 13 38.2%
25.00 – 43.75 Sangat rendah 1 2.9%
Total 34 100%

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh terkait dengan

persiapan guru dalam kegiatan belajar mengajar di atas menunjukkan bahwa

jawaban 17 orang siswa (50,0%) menyatakan dalam kategori tinggi, terbukti

dengan nilai rata-rata 2,71 atau skor 68,75% (lihat lampiran 18 hal 119). Hal

ini ditunjukkan dari 34 siswa yang menjadi sampel penelitian, 17

siswa(50,0%) menyatakan bahwa persisapan guru dalam kegiatan belajar


57

mengajar dalam kategori tinggi, selebihnya 13 siswa (38,2%) menyatakan

dalam kategori rendah.

Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa guru dalam

mempersiapkan pembelajaran, dari 34 siswa terdapat 9 siswa yang

menyatakan bahwa ketika mengajar guru selalu membawa alat peraga lebih

dari 10 kali, 14 siswa yang menyatakan bahwa guru dalam membawa alat

peraga antara 8–10 kali, 10 siswa menyatakan bahwa guru dalam membawa

alat peraga antara 5–7 kali dan 1 siswa menyatakan bahwa guru membawa alat

peraga kurang dari 5 kali (Data primer angket no. 6). Terkait dengan

penguasaan dalam penyusunan evaluasi ternyata sebagian besar siswa (50%)

menyatakan guru kurang mempersiapkan materi pembelajaran. Hal ini terlihat

dari seringnya guru melihat buku ada 10 siswa yang menyatakan bahwa guru

sering melihat buku lebih dari 10 kali, 16 siswa menyatakan bahwa guru

melihat buku antara 8–10 kali dan 8 siswa menyatakan bahwa guru dalam

melihat buku antara 5–7 kali dan seringnya membawa catatan ke kelas ada 4

siswa yang menyatakan bahwa guru selalu membawa catatan ke kelas lebih

dari 10 kali, 13 siswa menyatakan antara 8-10 kali, 12 siswa menyatakan 5-7

kali dan 5 siswa menyatakan kurang dari 5 kali (Data Primer Angket no 8).

b. Metode dan Teknik Pembelajaran Kreatif

Metode dan teknik pembelajaran merupakan salah satu kunci

keberhasilan pembelajaran. Dengan metode yang disesuaikan dengan materi

dan kondisi siswa akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berhubungan dengan penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang


58

digunakan guru menurut pendapat siswa sudah termasuk dalam kategori

tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7

Tabel 7. Metode dan Teknik Pembelajaran Kreatif


Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 –100 Sangat tinggi 9 26.5%
62,51 - 81,25 Tinggi 23 67.6%
43.76 – 62.50 Rendah 2 5.9%
25.00 – 43.75 Sangat rendah 0 0.0%
Total 34 100%

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh terkait dengan

metode dan teknik pembelajaran kreatif menunjukkan bahwa 23 orang siswa

(67,6%) menyatakan dalam kategori tinggi terbukti dengan nilai rata-rata

sebesar 3,09 atau skor 76,76% (lihat lampiran 19 hal 120). Hal ini ditunjukkan

dari 34 siswa yang menjadi sampel penelitian, 23 siswa (67,6%) menyatakan

bahwa metode dan teknik pembelajaran kreatif termasuk dalam kategori tinggi

dan 9 siswa (26,5%) menyatakan dalam kategori sangat tinggi serta tidak ada

siswa yang menyatakan sangat rendah.

Metode penugasan dalam pembelajaran sosiologi dapat dilakukan,

sebab dengan dengan metode penugasan siswa akan memperoleh pengalaman-

pengalaman secara langsung. Dengan penugasan-penugasan yang diberikan

akan dapat diketahui sejauh mana kesulitan yang dialami oleh siswa, sehingga

dapat digunakan sebagai acuan perbaikan pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 34 siswa, 15 siswa menyatakan bahwa

guru sosiologi dalam memberikan tugas-tugas rumah lebih dari 10 kali, 14

siswa (41,2%) menyatakan antara 8-10 kali, 5 siswa (14,7%) menyatakan

antara 5–7 kali (data primer Angket no 13). Penarikan kesimpulan dalam
59

setiap akhir materi merupakan langkah kegiatan guru yang perlu dilaksanakan.

Dengan penyimpulan tersebut maka persepsi siswa terhadap materi yang

disampaikan dapat disatukan. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan

penyimpulan oleh guru masih jarang dilakukan. Hal ini terlihat dari 34 siswa,

12 siswa (35,3%) menyatakan bahwa pada akhir pelajaran guru membuat

kesimpulan berupa materi lebih dari 10 kali, 11 siswa (32,4%) menyatakan

antara 8–10 kali, 9 siswa (26,5%) menyatakan antara 5-7 kali, 2 siswa (5,9%)

menyatakan kurang dari 5 kali (data primer Angket no 14). Penggunaan

metode yang bervariasi perlu juga dilakukan guru, sebab dengan metode yang

bervariasi tingkat kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat

diminimalkan. Kenyataan menunjukkan bahwa guru belum sepenuhnya

menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran, terbukti dari 34

siswa, 2 siswa (5,9%) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar

guru dalam menggunakan metode yang bervariasi lebih dari 10 kali, 12 siswa

(35,3%) menyatakan antara 8–10 kali, 16 siswa (47,1%) menyatakan antara 5–

7 kali, 3 siswa (8,8%) menyatakan kurang dari 5 kali (data primer Angket no

15).

Metode yang digunakan oleh guru yang mampu memperjelas materi

yang dipelajari. Hal ini terlihat dari 34 siswa, 15 siswa (44,1%) menyatakan

sangat memperjelas, 17 siswa (50,0%) menyatakan memperjelas, 2 siswa

(5,9%) menyatakan kurang memperjelas materi yang diajarkan (data primer

Angket no16). Metode yang sering digunakan berdasarkan pendapat siswa

adalah metode diskusi ini terbukti dari 34 siswa, 19 siswa (55,9%)


60

menyatakan bahwa guru sosiologi dalam menggunakan metode diskusi lebih

dari 10 kali, 11 siswa (32,4%) menyatakan antara 8-10 kali, 4 siswa (11,8%)

menyatakan antara 5–7 kali (data primer angket no 17).

c. Variasi Gaya Mengajar Guru

Variasi gaya mengajar yang digunakan guru diharapkan mampu

menumbuhkan siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang ada

(discovery) dan ada hubungan timbal balik antara siswa dan guru. Secara

umum gaya mengajar yang digunakan guru dalam kategori tinggi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Variasi Gaya Mengajar Guru


Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 –100 Sangat tinggi 3 8.8%
62,51 - 81,25 Tinggi 27 79.4%
43.76 – 62.50 Rendah 4 11.8%
25.00 – 43.75 Sangat rendah 0 0.0%
Total 34 100%

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh yang terkait dengan

variasi gaya mengajar guru menunjukkan bahwa jawaban 27 orang siswa

(79.4%) menyatakan dalam kategori tinggi, terbukti dengan nilai rata-rata

jawaban sebesar 2,91 skor 74,26% (lihat lampiran 20 hal 121). Hal ini

ditunjukkan bahwa dari 34 siswa yang menjadi sampel penelitian, 27 siswa

(79,4%) menyatakan bahwa variasi gaya mengajar guru dalam kategori tinggi,

selebihnya 3 siswa (8,8%) menyatakan sangat tinggi dan 4 siswa (11,8%)

menyatakan dalam kategori rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sebagian besar siswa

menyatakan bahwa guru lebih sering menggunakan gaya mengajar discovery


61

ini terbukti dari 34 siswa, 14 siswa (41,2%) menyatakan bahwa guru sosiologi

menggunakan gaya discovery lebih dari 10 kali, 9 siswa (26,5%) menyatakan

antara 8–10 kali, 10 siswa (29,4%) menyatakan antara 5–7 kali (data primer

no 18). Namun demikian, harapan para sebagian besar siswa lebih menyukai

menggunakan gaya praktis ini terbukti dari 34 siswa, 16 siswa (47,1%)

menginginkan gaya praktis atau guru mengevaluasi perorang, 9 siswa (26,5

%) siswa menginginkan gaya timbal balik atau siswa saling mengoreksi, 3

siswa (8,8%) menginginkan gaya discovery atau lebih mirip dengan CBSA

(data primer: angket no 19). Pada saat menggunakan variasi gaya mengajar,

sebagian besar siswa menyatakan sangat membantu dalam belajar siswa ini

terbukti 34 siswa, diantaranya ada 12 (35,3%) siswa merasa sangat terbantu,

12 siswa (35,3%) merasa terbantu, namun masih ada sebagian siswa yang

merasa cukup terbantu belajarnya, sebanyak 10 siswa (29,4%). (data primer

Angket no 20). Gaya mengajar yang digunakan guru menurut pandangan

siswa masih belum bervariasi. Hal ini terbukti dari 34 siswa, sebanyak 21

siswa (61,8%) guru hanya mendikte catatan, 10 siswa (29,4%) menyatakan

bahwa guru hanya menggunakan ceramah murni ketika mengajar (data primer

Angket no 21).

Meskipun demikian tindakan siswa tetap mendengarkan walaupun

tidak menyukainya sebanyak 21 siswa (61,8%), sebanyak 10 siswa (29,4%)

siswa bercerita dengan teman sebangku, 2 siswa (5,9%) siswa tidur di kelas

sebanyak, 1 siswa (2,9%) yang membolos pelajaran (data primer angket no

22).
62

d. Penyampaian Materi Pelajaran

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa penyampaian materi

pelajaran yang digunakan sudah tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 9.

Tabel 9. Penyampaian Materi Pelajaran


Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 -100 Sangat tinggi 7 20.6%
62,51 - 81,25 Tinggi 22 64.7%
43.76 – 62.50 Rendah 5 14.7%
25.00 – 43.75 Sangat rendah 0 0.0%
Total 34 100%

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh terkait dengan

penyampaian materi pelajaran menunjukkan bahwa jawaban 22 orang siswa

(64,7%) menyatakan dalam kategori tinggi, terbukti dengan nilai rata-rata 2,85

skor 71,56% (lihat lampiran 21 hal 122). Hal ini ditunjukkan bahwa dari 34

siswa yang menjadi sampel penelitian, 22 siswa (64,7%) menyatakan bahwa

penyampaian materi pelajaran oleh guru sosiologi dalam kategori tinggi, 7

siswa (20,6%) menyatakan dalam kategori sangat tinggi dan selebihnya 5

siswa (14,7%) menyatakan dalam kategori rendah, tidak ada siswa yang

menyatakan bahwa penyampaian materi pelajaran dalam kategori sangat

rendah

Berdasarkan pendapat 21 siswa (61,8%), materi pelajaran sosiologi

yang disampaikan oleh guru mudah dipahami meskipun masih ada 11 siswa

(32,4%) merasa agak sukar dengan materi yang disampaikan guru (data primer

angket no 23). Metode tanya jawab sebanyak 10 siswa (29,4%) menyatakan

bahwa tanya jawab yang dilakukan oleh guru lebih dari 10 kali, 16 siswa
63

(47,1%) siswa menyatakan antara 8–10 kali, 8 siswa (23,5%) menyatakan

antara 5–7 kali (data primer angket no. 24).

Persiapan guru seperti mempelajari buku terlebih dahulu menjadi

prasyarat keberhasilan guru dalam pembelajaran. Dengan mempelajari terlebih

dahulu maka akan guru akan siap dalam memberikan pengajaran. Dari data

yang diperoleh ternyata masih ada sebanyak 11 siswa (32,4%) menyatakan

guru sering membuka buku lebih dari 10 kali, 9 siswa (26,5%) menyatakan

antara 8-10 kali, sebanyak 12 siswa (35,3%) antara 5–7 kali, sebanyak 2 siswa

(5,9%) menyatakan kurang dari 5 kali (data primer angket no 25).

e. Teknik Penggunaan Media

Media pembelajaran sangat diperlukan guru dalam pembelajaran.

Media merupakan alat yang dapat menyampaikan atau mengantarkan pesan-

pesan pelajaran (Arsyad, 2002: 4). Manfaat media pembelajaran antara lain: 1)

penyampian materi dapat diseragamkan; 2) proses pembelajaran menjadi lebih

jelas dan menarik; 3) proses pembelajaran menjadi leih interaktif; 4) efisiensi

dalam waktu dan tenaga; 5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; 6)

memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja; 7)

menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar dan 8)

merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Betapa

pentingnya media pembelajaran tersebut, maka dalam kurikulum 2004, guru

dan sekolah diharapkan mampu mempersiapkan alat dan bahan atau media

pembelajaran.
64

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik penggunaan

media oleh guru Sosiologi di SMA Negeri 9 Semarang masih termasuk rendah

menurut persepsi siswa, seperti tercantum pada tabel 10.

Tabel 10. Teknik Penggunaan Media


Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 –100 Sangat tinggi 5 14.7%
62,51 - 81,25 Tinggi 11 32.4%
43.76 – 62.50 Rendah 16 47.1%
25.00 – 43.75 Sangat rendah 2 5.9%
Total 34 100%

Berdasarkan hasi penelitian yang diperoleh terkait dengan teknik

penggunaan media oleh guru menunjukkan bahwa jawaban 16 orang siswa

(47.1%) menyatakan dalam kategori rendah, terbukti dengan nilai rata-rata

2,68 skor 49,08% (lihat lampiran 22 hal 123). Hal ini ditunjukkan bahwa dari

34 siswa yang menjadi sampel penelitian, 16 siswa (47.1%) menyatakan

bahwa teknik penggunaan media oleh guru sosiologi masih dalam kategori

rendah, 2 siswa (5.9%) dalam kategori sangat rendah, 11 siswa (32,4%)

menyatakan tinggi dan selebihnya 5 siswa (14,7%) menyatakan sangat tinggi.

Teknik penggunaan media pada guru sosiologi di SMA Negeri 9

Semarang kelas XI IS antara lain penggunaan media gambar guru sosiologi

setiap mengajar dari 34 siswa terdapat 5 siswa yang menyatakan bahwa guru

sosiologi lebih dari 10 kali menggunakan media gambar ketika mengajar, 10

siswa menyatakan bahwa guru sosiologi menggunakan media antara 8–10

kali, 15 siswa yang menyatakan bahwa guru sosiologi menggunakan media

antara 5-7 kali (data primer: angket no 2). Dalam hal yang menggunakan

media yang bervariasi, ada 4 siswa yang menyatakan bahwa guru


65

menggunakan lebih dari 10 kali media yang bervariasi, 12 siswa menyatakan

antara 8–10 kali, 16 siswa menyatakan bahwa guru sosiologi menggunakan

media bervariasi antara 5-7 kali dan 3 siswa menyatakan kurang dari 5 kali

(data primer angket no 3). Terkait dengan penggunaan media pengajaran

dalam proses belajar mengajar hasil penelitian menunjukkan dari 34 siswa, 17

siswa menyatakan bahwa penggunaan media sangat membantu pemahaman

siswa dalam pelajaran sosiologi, 17 siswa menyatakan bahwa penggunan

media cukup membantu pemahaman siswa dalam pelajaran sosiologi (data

primer angket no 1).

f. Perilaku Guru dalam Layanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran untuk siswa sangat diperlukan dalam proses

pembelajaran, sebab dengan adanya layanan, maka kesulitan-kesulitan yang

dialami oleh siswa akan segera diatasi. Berkaitan dengan kegiatan ini, ternyata

guru masih tergolong rendah dalam melakukan layanan ini. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Perilaku Guru dalam Layanan Pembelajaran


Persentase skor Kriteria Frekuensi %
81,26 –100 Sangat tinggi 4 11.8%
62,51 – 81,25 Tinggi 12 35.3%
43.76 – 62.50 Rendah 16 47.1%
25.00 – 43.75 Sangat rendah 2 5.9%
Total 34 100%

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh terkait dengan

perilaku guru dalam layanan pembelajaran di atas menunjukan bahwa jawaban

16 orang siswa (47,1%) menyatakan dalam kategori rendah, terbukti dengan

nilai rata-rata 1,74 skor (62,32%) (lihat lampiran 23 hal 124). Hal ini
66

ditunjukkan bahwa dari 34 siswa yang menjadi sampel penelitian, 16 siswa

(47,1%) menyatakan bahwa perilaku guru dalam layanan pembelajaran

termasuk dalam kategori rendah, selebihnya 12 siswa (35,3%) menyatakan

tinggi dan 4 siswa (11,8%) menyatakan sangat tinggi.

Perilaku guru dalam layanan pembelajaran dapat dilihat dari frekuensi

dalam memberikan bantuan dan bimbingan khusus pada siswa yang kurang

cepat dalam belajar. Dari 34 siswa, 3 siswa menyatakan bahwa guru dalam

memberikan bimbingan dan bantuan belajar lebih dari 10 kali, 18 siswa

menyatakan antara 8-10 kali, 11 siswa menyatakan antara 5-7 kali, 2 siswa

menyatakan kurang dari 5 kali guru dalam memberikan bantuan dan

bimbingan khusus dalam belajar (Data primer Angket no.9). Data lain

menunjukkan bahwa dari 34 siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

sosiologi tidak semuanya berkonsultasi ini terbukti dari 5 siswa yang berani

berkonsultasi 9 siswa menyatakan antara 8-10 kali, 19 siswa menyatakan

antara 5-7 kali dan hanya 1 siswa yang jarang sekali berkonsultasi yaitu

kurang dari 5 kali (data prtimer angket no.10). Rendahnya tingkat aktivitas

siswa dalam belajar ini menandakan bahwa layanan yang diberikan juga masih

kurang. Guru dalam memberikan rangsangan dan dukungan untuk siswa

termasuk dalam kategori rendah, terbukti dari 34 siswa, 6 siswa (17,6%)

menyatakan bahwa guru dalam memberikan dukungan lebih dari 10 kali, 11

siswa (32,4%) menyatakan bahwa guru dalam memberikan dukungan antara 8

– 10 kali, 15 siswa (44,1%) siswa menyatakan antara 5 - 7 kali dan 2 siswa

(11,76 %) menyatakan guru dalam memberikan dukungan kurang dari 5 kali


67

(data primer no 11). Tapi dalam menerima gagasan baru secara terbuka dalam

kategori tinggi terbukti dari 34 siswa 6 siswa (17,6%) menyatakan bahwa guru

menerima gagasan baru secara terbuka lebih dari10 kali, 15 siswa (44,1%)

menyatakan antara 8–10 kali, 10 siswa (29,4%) menyatakan antara 5-7 kali, 3

siswa (8,8%) menyatakan bahwa guru menerima gagasan baru secara terbuka

kurang dari 5 kali (data primer no 12).

2. Tingkat Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiologi.

Yang dimaksud tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran

pelajaran sosiologi adalah suatunkemampuan di mana siswa bisa mengerti dan

paham tentang sosiologi.Yang menunjukkan tingkat pemahaman meliputi:

Siswa mengerti materi sosiologi, Siswa memahami konsep-konsep yang ada

dalam sosiologi, Siswa mampu mengadakan generalisasi, Siswa mampu

menguasai pokok bahasan pada semester I SMA kelas XI IS, Siswa mampu

memahami nilai yang terkandung dalam pelajaran sosiologi, Siswa

memahami keterkaitan nilai yang terkandung dalam pelajaran sosiologi.

Tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi pada siswa

kelas XI IS semester I SMA Negeri 9 Semarang yang menjadi objek

penelitian. Menurut hasil jawaban soal tes dari siswa termasuk kategori lebih

dari cukup. Ini terbukti nilai rata-rata 25,46 skor nilai 75.hal ini ditunjukkan

bahwa dari 34 siswa yang menjawab soal tes. Berdasarkan hasil penelitian

yang masuk dalam kategori amat baik 1 siswa (2,9%), yang masuk dalam

kategori baik 10 siswa (29,4%), yang masuk dalam kategori lebih dari cukup

15 siswa (44,1%) dan yang masuk dalam kategori cukup 8 siswa (23,5%).
68

Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel 8 dengan rumus perhitungannya adalah

sebagai berikut :

Kls (K) = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 34 = 6

Interval

nilaimaksimal − nilai min imal


I=
1 + 3.3 log n

100 − 50
=
1 + 3.3 log 34
= 8.6
=9
Tabel 12. Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Mata Peljaran Sosiologi
Interval nilai Kriteria F %
< 60 Kurang 0 0.0
60 – 69 Cukup 8 23.5
70 – 79 Lebih dari cukup 15 44.1
80 – 89 Baik 10 29.4
90 – 99 Amat baik 1 2.9
100 Isitimewa 0 0.0
Total 34 100

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh terkait dengan tingkat

pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi di atas menunjukkan bahwa

jawaban 15 orang siswa (44,1%) memperoleh nilai antara 70-79 dalam

kategori lebih dari cukup, 10 orang siswa (29,4%) memperoleh nilai antara 80-

89 dalam kategori baik, 8 orang siswa (23,5%) dengan nilai 60-69 dalam

kategori cukup dan hanya 1 orang siswa (2,9%) dalam kategori amat baik.

3. Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru terhadap Tingkat Pemahaman

Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiologi


69

Kreativitas mengajar guru terhadap tingkat pemahaman siswa ternyata

ada pengaruh yang positif sebesar 0.552 dan kreatif juga sangat menunjang

keberhasilan siswa demikian juga guru sosiologi dituntut untuk melakukan

kreativitas dalam melakukan kegiatan belajar mengajar karena penyajian

materi pelajaran sosiologi sangat didominasi hafalan-hafalan dan uraian-uraian

yang berupa dari tokoh penting dalam sosiologi. Hal tersebut selalu berjalan

berulang-ulang ini akan berakibat pada siswa timbulnya rasa bosan, siswa

kurang tertarik dan ada kalanya siswa mengantuk di kelas, sehingga siswa

tidak memahami apa yang diajarkan oleh guru.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kreativitas guru dalam

mengajar terhadap tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi.

b( NΣxy − Σx.Σy
r2 =
NΣy 2 − (Σy ) 2

0.474(34.181122 − 2408.2541
=
34(191705) − (2541) 2

= 0.305

r2 x100%

0.305 x 100%

30.5% (lihat lampiran 16 hal 117 ).

Sehinggga besarnya pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap

tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi adalah 30.5%.

Untuk memperjelas ada tidaknya pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap

tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi dapat dilihat dari

tabel berikut.
70

Tabel 13. Tabulasi Silang antara Kreativitas Mengajar Guru dengan


Tingkat Pemahaman Siswa Mata Pelajaran Sosiologi

Pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sosiologi


Kreativitas Lebih dari Amat
Cukup Baik Total
Mengajar guru cukup baik
f % f % f % f % f %
Rendah 2 50 1 25 1 25 0 0 4 100
Tinggi 6 22 12 44 9 33 0 0 27 100
Sangat tinggi 0 0 2 67 0 0 1 33 3 100
Total 8 24 15 44 10 29 1 3 34 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 4 siswa yang menyatakan

bahwa kreativitas mengajar guru dalam kategori rendah, 50% di antaranya

mempunyai pemahaman yang cukup, 25% lebih dari cukup dan 25%

mempunyai pemahaman baik dalam mata pelajaran sosiologi. Dari 27 siswa

yang menyatakan bahwa kreativitas guru dalam kategori tinggi, 44% siswa

mempunyai pemahaman lebih dari cukup, 33% dengan pemahaman yang baik,

dan hanya 22% yang mempunyai pemahaman cukup terhadap mata pelajaran

sosologi. Dari 3 siswa yang menyatakan bahwa kreativitas mengajar guru

dalam kategori tinggi, 67% mempunyai tingkat pemahaman yang lebih dari

cukup dan 33% mempunyai tingkat pemahaman amat baik. Hasil analisis di

atas menunjukkan bahwa semakin tinggi kreativitas guru dalam mengajar akan

diikuti tingginya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Lebih lanjut untuk mengetahui kebermaknaan pengaruh kreativitas

guru dalam mengajar terhadap pemahaman siswa terhadap mata pelajaran

sosiologi dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang sebelumnya diuji

terlebih dahulu uji kenormalan datanya.


71

Gambar 1. Diagram Pencar Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru


terhadap Pemahaman Siswa terhadap Mata Pelajaran
Sosiologi

P em ah am an S isw a terh ad ap M ata


100
90
P elajaran S o sio lo g i
80 y = 0.474x + 41.178
70 R2 = 0.305
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kreativitas Mengajar Guru

Model tersebut diuji kebermaknaan dan kelinierannya menggunakan

uji F seperti tercantum pada tabel 14.

Sumber Variasi dk JK RK F F tabel


Total 34 191705.000
Regresi (a) 1 189902.382 189902.382
Reresi (b|a) 1 549.353 549.353 14.027 4.149*
Residu (S) 32 1253.264 39.165
Tuna Cocok (TC) 19 742.264 39.067 0.994 2.471**
Galat (E) 13 511.000 39.308

Keterangan:
*) Signifikan, karena F hitung > Ftabel
**) linear, karena F hitung < Ftabel

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F hitung untuk uji

kebermaknaan model regresi sebesar 14,027 > Ftabel (4,06) pada taraf

kesalahan 5% dengan dk = 1 dan dk = 32, sehingga Ho ditolak, yang berarti

ada pengaruh yang signifikan antara kreativitas mengajar guru terhadap


72

pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi diterima. Berdasarkan hasil

uji kelinieran diperoleh nilai F hitung sebesar 0994 < Ftabel (2,471 pada taraf

signifikansi 5% dengan dk =19 dan dk = 13, yang berarti model hubungan

yang diperoleh bersifat linier, artinya setiap terjadi kreativitas mengajar guru

menurut pendangan siswa akan diikuti tingginya tingkat pemahaman siswa .

Besarnya kontribusi kreativitas guru dalam mengajar terhadap tingkat

pemahaman siswa pada mata pelajaran sosiologi dapat dilihat dari koefisien

determinasi (R2) yaitu sebesar 0,305, yang berarti perubahan pemahaman

siswa yang dicapai akibat adanya kreativitas guru sebesar 30,5%, selebihnya

dipengaruhi oleh faktor lain di luar kajian penelitian ini.

2. Pembahasan

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa kreativitas

guru sosiologi dalam mengajar di SMA Negeri 9 Semarang menurut

pandangan siswanya dalam kategoti tinggi, berarti bahwa kreativitas guru

dalam mengajar yang meliputi 1) teknik penggunaan media; 2) persiapan guru

dalam kegiatan belajar mengajar; 3) perilaku guru dalam layanan

pembelajaran; 4) metode dan teknik pembelajaran; 5) variasi gaya mengajar

guru dan 6) penyampaian materi pelajaran sudah termasuk baik menurut

persepsi siswa. Kreativitas mengajar yang tinggi ini menunjukkan tingginya

tanggung jawab guru dalam rangka membelajarkan peserta didik secara

optimal. Seperti terungkap dalam tujuan pendidikan yang hakekatnya

mengusahakan suatu hubungan di mana setiap anak didik diberi kesempatan

untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia


73

dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai baik dengan

kebutuhannya maupun dengan kebutuhan masyarakat (Munandar, 1988: 23).

Untuk menunjang tujuan tersebut dibutuhkan pribadi guru yang kreatif. Lebih

lanjut menjelaskan bahwa sebagai guru yang kreatif ketika mengajar bisa

menggunakan alat dan media pengajaran. Media adalah alat yang

menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pelajaran (Arsyad, 2002: 4).

Berkaitan dengan penggunaan alat peraga menurut persepsi siswa masih

termasuk rendah, terbukti 47,1% siswa menyatakan rendah. Di sisi lain

penggunaan media yang baik akan membantu siswa dalam pembelajaran.

Penggunaan media dan alat-alat pelajaran dapat membantu siswa–siswa yang

mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Anak yang kemampuan berfikir

abstraknya kurang dapat dibantu dengan alat peraga yang konkrit, anak yang

pendengarannya kurang dapat dibantu dengan penglihatan. Pengaturan tempat

duduk dapat diatur secara fleksibel untuk keperluan diskusi, kelompok,

menjadikan ruang kelas sebagai ruang sumber yang mengundang para siswa

untuk membaca, menjajaki dan meneliti, misal dipasang gambar-gambar, alat-

alat peraga yang sesuai. Penciptaan ruang kelas yang santai, tenang dan

menyenangkan merupakan bukti kreativitas guru dalam penyiapan media

pembelajaran.

Kreativitas lain yang perlu dikembangkan adalah persiapan guru

dalam kegiatan pembelajaran, seperti: menyusun Satpel; mempersiapkan

media atau peraga yang dibutuhkan; menguasai materi pembelajaran yang

akan disajikan kepada siswa; menyusun dan mempersiapkan evaluasi


74

pengajaran. Berkaitan dengan kegiatan ini ternyata sebagian besar guru sudah

mempunyai kreativitas yang tinggi, meskipun masih ada beberapa yang masih

perlu ditingkatkan karena belum menunjukkan kreativitas secara optimal,

seperti persiapan dalam pembuatan satpel, evaluasi yang kadang-kadang

kurang disiapkan dengan baik.

Kreativitas lainnya yang perlu dikembangkan adalah pemberian

bantuan dan bimbingan khusus kepada anak-anak yang kurang cepat atau

lambat dalam belajar. Bantuan atau bimbingan dapat diberikan pada jam

pelajaran atau di luar jam pelajaran (Ibrahim, 2003: 25). Perilaku guru dalam

layanan pembelajaran meliputi: 1) Guru berperan sebagai fasilitator yaitu guru

mempunyai tugas untuk mengembangkan ide atau inisiatif. 2) Guru

memberikan rangsangan dan dukungan dalam kontek yang tepat dan tidak

cepat memberikan kritik. 3) Gagasan-gagasan baru dari siswa harus diterima

secara terbuka dan berusaha untuk memahami. 4) Semua siswa harus disikapi

dan diberi perilaku secara adil tidak memuji siswa tertentu dan menolak siswa

yang lain. Berkaitan dengan layanan ini, ternyata menurut pendeapat 47,1%

siswa guru belum melaksanakan layanan pembelajaran secara baik.

Faktor penting lainnya yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran

adalah menggunakan metode atau setrategi belajar mengajar yang bervariasi,

sebab dengan variasi tersebut beberapa kemampuan anak dapat terlayani.

Berkaitan dengan hal ini ternyata guru sudah memiliki kreativitas yang tinggi.

Kondisi ini berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap mata

pelaaran sosiologi. Hal terbukti dari hasil analisis regresi dengan diperoleh
75

Fhitung = 14,027 > Ftabel (4,149) yang berarti secara nyata ada pengaruh yang

signifikan kreativitas mengajar guru terhadap pemahaman siswa dalam mata

pelajaran sosiologi. Berdasarkan data yang diperoleh dari 27 siswa yang

mempunyai persepsi bahwa kreativititas mengajar guru dalam kategori tinggi,

ternyata 33% siswanya mempunyai pemahaman yang baik, 44% lebih dari

cukup. Ini membuktikan bahwa kreativitas guru yang tinggi akan diikuti

kenaikan pemahaman siswa yang tinggi pula. Dalam kegiatan belajar

mengajar materi sosiologi yang disampaikan oleh guru kelas merupakan

konsep-konsep yang masih bersifat abstrak, untuk itu diperlukan kreativitas

seorang guru dalam penyampaian pesan. Guru dalam penyampaian pesan bisa

menggunakan pembelajaran yang kreatif contohnya dengan menggunakan

variasi gaya mengajar, metode dan media yang bervariasi yang dapat

menjabarkan konsep yang bersifat abstrak tersebut menjadi sesuatu yang lebih

nyata atau konkrit. Hal ini dilakukan guru agar materi sosiologi yang diterima

siswa tidak bersifat verbalisme semata tetapi siswa betul-betul memahami

materi sosiologi yang diajarkan oleh guru dan timbul pemahaman siswa yang

baik terhadap pelajaran sosiologi. Dengan kata lain bahwa kreativitas

mengajar guru akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa pada

materi sosilogi.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan antara

lain:

1. Kreativitas guru dalam mengajar siswa di kelas XI IS Semester I SMA

Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 menurut pendapat siswa

termasuk dalam kategori tinggi, yang berarti bahwa kreativitas guru dalam

mengajar yang meliputi 1) teknik penggunaan media; 2) persiapan guru

dalam kegiatan belajar mengajar; 3) perilaku guru dalam layanan

pembelajaran; 4) metode dan teknik pembelajaran; 5) variasi gaya

mengajar guru dan 6) penyampaian materi pelajaran sudah termasuk tinggi

menurut persepsi siswa sebesar 70,82%.

2. Tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sosiologi di kelas XI

IS Semerter I SMA Negeri 9 Semarang Tahun pelajaran 2005/2006 dalam

kategori lebih dari cukup. Sebanyak 44,1% siswa mempunyai pemahaman

lebih dari cukup, 29,4% dengan pemahaman yang baik dan 23,5% dalam

kategori cukup.

3. Ada pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap tingkat pemahaman

siswa dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XI IS Semester I SMA

Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 yaitu sebesar 30,5%.

54
55

B. Saran

1. Hendaknya guru lebih meningkatkan kreativitas mengajar terutama

berkaitan dengan penggunaan media dan persiapan pengajarannya dan

model pembelajaran yang digunakan. Pada saat pembelajaran hendaknya

dapat memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran dengan

model pembelajaran discovery sehingga keaktifan siswa dapat lebih

ditingkatkan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan mampu

meningkatkan pemahaman siswa tentang mata pelajaran sosiologi.

2. Pengelola sekolah hendaknya mampu menyediakan media pembelajaran

seperti audio visual, VCD pembelajaran yang berkaitan dengan mata

pelajaran sosiologi. Hal ini perlu dilakukan sebab media tersebut belum

tersedia di SMA Negeri 9 Semarang.

3. Pemerintah harus lebih meningkatkan kualitas guru agar negara kita bisa

bersaing dengan negara maju karena bangsa kita mempunyai generasi

penerus yang bisa diandalkan.

Anda mungkin juga menyukai