2010
adalah :
1.
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2.
Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3.
4.
5.
6.
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7.
Malaria
Malaria adalah penyakit yang mempunyai gejala demam, menggigil, dan sakit
kepala. Pemeriksaan sediaan darah terdapat parasit malaria (plasmodium).
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Malaria Konfirmasi adalah Demam > 37,5C disertai mengigil, berkeringat,
sakit kepala dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif dan atau
pemeriksaan Mikroskopis positif.
Jika ada kasus suspek malaria, catat dan kirim ke dinkes kabupaten/kota,
kemudia Ambil Spesimen (RDT atau Mikroskopis) sesuai SOP.
Jika hasil positif, lakukan Respon KLB.
Respons Tatalaksanan Kasus :
Lakukan pengobatan menggunakan ACT (Artemicin Combination Theraphy)
Pengobatan simptomatik
Rujuk ke RS apabila diperlukan pengobatan lebih lanjut.
Respons Pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan penunjang/lab
Rabies
Rabies mempunyai gejala patognomik takut air (hydrophobia), takut sinar
matahari (photophobia), takut suara, dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut
disertai dengan air mata berlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan
(hipersalivasi), timbul kejang bila ada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat
tanda bekas gigitan hewan penular Rabies.
Respons Pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan penunjang/lab
Respons Kesehatan Masyarakat:
Penyelidikan Epidemiologi
Koordinasi dengan Dinas Peternakan
KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi)
Penyuluhan pentingnya vaksinasi hewan peliharaan.
Memberikan vaksinasi pada hewan peliharaan.
Mengkandangkan hewan peliharaan
Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk beruntun biasanya pada
malam hari dengan suara khas yang pada akhir batuk menarik nafas panjang dan
terdengar suara hup (whoop). Pemeriksaan laboratorium pada apusan lendir
tenggorok ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis).
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Tersangka Pertusis adalah batuk lebih dari dua minggu disertai dengan batuk yang
khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dengan bunyi whoop dan kadang
muntah setelah batuk.
Lakukan rujukan pemeriksaan apusan lendir tenggorok. Jika hasil positif, lakukan
Respon KLB.
Respons Tatalaksanan Kasus:
Lakukan pengobatan spesifik dengan antibiotic eritromicin terhadap
penderita dan kontak dekat selama 5-14 hari
Respons Pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan penunjang/lab
Respons Kesehatan Masyarakat:
Penyelidikan epidemiologi (format PE Umum) dan mencari kontak
Lakukan karantina terhadap kontak yang tidak mendapatkan imunisasi
DPT selama 21 hari dengan usia < 12 bulan.
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi DPT
Polio
Polio mempunyai gejala demam disertai lumpuh layuh mendadak dan pada
pemeriksaan tinja ditemukan virus polio.
Difteri
Difteri mempunyai gejala demam disertai adanya selaput tipis (pseudomembran)
putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas,
tetapi mudah berdarah. Pada pemeriksaan usap tenggorok atau hidung terdapat
kuman difteri.
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Tersangka Difteri adalah panas >38C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi
(stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di
tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher. Apabila ditemukan penderita dengan
gejala ini, catat dan kirim ke Dinkes Kab./Kota.
Lakukan rujukan pemeriksaan usap nasofarings. Jika hasil positif, lakukan Respon
KLB.
Respons Tatalaksanan Kasus:
Pengobatan kasus
Memutus rantai penularan
Respons Pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan penunjang/lab
Respons Kesehatan Masyarakat:
Penyelidikan epidemiologi
Penatalaksanaan Kontak untuk Pengambilan usap nasofarings dan
profilaksis
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) ke masyarakat
Upaya peningkatan cakupan imunisasi (<7 tahun DT dan >7 tahun dT)
melalui sweeping
Meningkatkan imunisasi DPT rutin.
Tes Serologi
Jika hasil positif, Lakukan Respon KLB
Respons Tatalaksanan Kasus:
Rujuk ke Rumah Sakit bila panas tidak turun dalam 2 hari atau keadaan
tambah memburuk.
Respons Pelaporan:
W1
Campak
Campak mempunyai gejala panas tinggi dengan bercak kemerahan (rash) di kulit
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (conjunctivitis).
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Tersangka Campak adalah Demam >38C selama 3 hari atau lebih disertai bercak
kemerahan berbentuk makulopapular, batuk, pilek atau mata merah
(konjungivitis). Apabila ditemukan penderita dengan gejala ini, catat dan kirim ke
Dinkes Kab./Kota
Ambil Spesimen serum darah sesuai SOP dan kirim ke laboratorium rujukan
(Litbangkes Jakarta, BLK Surabaya, Biofarma Bandung, BLK Yogyakarta)
Jika hasil positif, Lakukan Respon KLB
Respons Tatalaksanan Kasus:
Respons Pelaporan:
W1
C1 KLB
Hasil pemeriksaan penunjang/laboratorium
Respons Kesehatan Masyarakat:
Lakukan Penyelidikan Epidemiologi
Lakukan Surveilans Intensif
Lakukan pemberian vaksinasi pada anak-anak beresiko tinggi (Belum
Vaksinasi campak) di lokasi sekitar KLB
Lakukan surveilans intensif.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dan GIZI pada bayi
Pemberian makanan tambahan
Kolera
Kolera merupakan kejadian diare yang ditandai dengan buang air besar yang
mengucur seperti cairan beras dan berbau khas sehingga dalam waktu singkat
tubuh kehilangan cairan (dehidrasi). Pada pemeriksaan spesimen tinja ditemukan
kuman kolera (Vibrio cholerae) dan atau dalam darah ditemukan zat antinya.
Tersangka Kolera adalah Diare dengan konsistensi seperti air cucian beras dan
berbau amis. Apabila ditemukan Tersangka Kolera, catat dan kirim ke dinkes
kabupaten/kota.
Kemungkinan Etiologi: Vibrio Kolera.
Jika ada tanda peringatan KLB, ambil specimen dengan media Carry-Blair. Jika
hasil positif, Lakukan respons KLB.
Respons Tatalaksanan Kasus:
Respons Pelaporan:
Register
Kirim laporan W1 ke Dinkes Kab/Kota.
Laporan langsung ke DinKes Kab/Kota dan koordinasi dengan Dinkes
Propinsi.
Respons Kesehatan Masyarakat:
Lakukan Penyelidikan Epidemiologi.
Surveilans Intensif
Menjamin tersedianya sumber air bersih
Penyuluhan masyarakat tentang PHBS meliputi: Cuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah makan; Membersihkan bahan makanan
sebelum dimasak; Memasak makanan dan minuman sampai matang
Memberikan desinfektan (Kaporisasi) pada sumber air diduga tercemar
Hanya makan makanan yang segar