TITRASI PENGENDAPAN
OLEH :
1. Ni Luh Candrawati
2. Made Wulan Kesumasari
3. Kadek Prandingga Sugama Putra
P07134014011
P07134014028
P07134014030
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PEMBAHASAN
2.1
Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar
yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Syarat-syarat titrasi pengendapan, sebagai berikut :
1) Reaksi zat yang dititrasi dengan pentiter berlangsung dengan cepat
2) Reaksi sempurna secara kuantitatif
3) Tidak ada reaksi tambahan yang mempengaruhi stokhiometri antara zat
yang dititrasi dengan larutan baku.
4) Titrasi akhirtitrasi jatuh berdekatan dengan titik ekivalen.
Indikator titrasi pengendapan Indikator untuk titrasi pengendapan yang
melibatkan perak Salah satu permasalahan titrasi pengendapan adalah menentukan
indikator yang cocok. Dalam titrasi-titrasi yang melibatkan garam-garam perak
ada 3 indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini. Metode Mohr
menggunakan ion kromat, CrO4 2- , untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat.
Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks yang
berwarna dengan ion tiosianat, SCN- . Dan metode Fajans menggunakan
indikator-indikator adsorpsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan,
diantaranya :
1)
Suhu.
2)
Sifat Pelarut.
3)
Ion Sejenis.
4)
Aktivitas Ion.
5)
pH.
6)
Hidrolisis.
7)
Hidroksida Logam.
8)
1)
2)
3)
AgCl. Ke
a)
b)
Menyempurnakan pengendapan.
Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan
endapan.
Jika kelebihan ion sejenis cukup besar, maka kelarutan endapan lebih
besar dari harga yang diperkirakan dari Ksp, oleh sebab itu penambahan ion
sejenis dibatasi hingga 10%.
4)
5)
Efek pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung kepada pH larutan. Contoh :
oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat, dan fosfat. Proton bereaksi dengan anion
membentuk asam lemah sehingga mempertinggi kelarutan garam.
6)
Efek hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan di dalam air maka akan terjadi
perubahan pH larutan.
MA
A- + H2O
M+ + AHA + OH-
Jika HA sangat lemah, MA tidak larut, maka Ka dan Ksp kecil. Jika [A -]
kecil, maka reaksi hidrolisis lebih sempurna. Dapat terjadi 2 ekstrim yang
bergantung pada besarnya harga Ksp, diantaranya :
a) Kelarutan sangat kecil di mana pH air tidak berubah karena terjadi hidrolisis.
b) Kelarutan cukup besar di mana ion OH- yang bersumber dari air dapat
diabaikan.
7)
M(OH)2
OH- + H2O
H3O+ + OH-
[M2+][OH-]2 = Ksp
[H3O+][OH-] = Kw
Charge balance : 2 [M2+] + [H3O+] = [OH-]
Dari 3 persamaan tersebut dapat dihitung kelarutan molar. Pada saat M(OH)2 larut
maka [OH-] naik, sehingga menggeser [OH-] pada kesetimbangan disosiasi air ke
kiri :
M(OH)2 (p)
2 H2O
M2+ + 2 OH-
H3O+ + OH-
8)
berupa anion atau molekul netral, baik sejenis maupun tidak sejenis dengan
endapan. Misalnya efek hidrolisis di mana OH- sebagai ion pengkompleks.
2.2
Klasifikasi Metode
dimana
(a-n) + y
ny
Maka jumlah AgCl yang mengendap (tanpa kesetimbangan) ialah n mmol. Boleh
dibayangkan, bahwa kemudian y mmol AgCl larut kembali untuk memenuhi
hukum kesetimbangan, dengan membentuk kembali y mmol Ag+ dan Cl-.Maka
dalam keadaan setimbang terdapat y mmol Ag+ dan (a-n)+y mmol Cl-, sehingga
Selama titrasi masih jauh dari titik ekuivalen, y akan lebih kecil dari pada (a-n)
dan untuk menyederhanakan perhitungan dapat diabaikan; tetepi semakin
mendekati titik ekuivalen nilai a-n semakin kecil sehingga akhirnya y tidak dapat
diabaikan lagi, dan persamaan harus dipecahkan sebagai persamaan kuadrat.
Untuk menggambar kurva titrasi argentometri maka perhatikan contoh berikut ini:
50 mL larutan NaCl 0,1 M dititrasi dengan 0,1 M larutan perak nitrat AgNO3,
maka hitunglah konsentrasi Cl- pada saat awal dan pada saat penambahan perak
nitrat sebanyak 10 mL, 49,9 mL, 50 mL, dan 60 mL dan diketahui Ksp AgCl
1,56.10-10
Pada saat awal titrasi belum terdapat AgNO3 yang ditambahkan sehingga
konsentrasi ion klorida adalah sebagai berikut:
[Cl-]
= 10-1 M
mula mula
1 mmol
5 mmol
reaksi
1 mmol
1 mmol
1 mmol
sisa
0 mmol
4 mmol
1 mmol
1:1.
= (500,1)-(100,1) / (50+10)
= 0,067 M
pCl
= -log [Cl-]
= -log 0,067
= 1,17
Saat penambahan 49,9 mL AgNO3 0,1 M (dengan mengabaikan y)
Reaksi yang terjadi adalah:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
mula mula
4,49 mmol
reaksi
4,49 mmol
4,49 mmol
4,49 mmol
0 mmol
0,01 mmol
4,49 mmol
sisa
[Cl-]
5 mmol
= (500,1)-(49,90,1)/(50+49,9)
= 1.10-4
pCl
= -log [Cl-]
= -log 1.10-4
=4
Saat penambahan 49,99 mL AgNO3 0,1 M (dengan tidak mengabaikan y)
Ag+ dalam 49,99 ml = 4,999 mmol; volume total
= 99,99 ml
= 100 ml
(a-n) = 0,001 mmol
Maka
(y) ( 0,001 + y )
= 0,618 x 10-3
Y
[Cl-]
pCl
= -log [Cl-]
4,79
Ksp
= [Ag+][Cl-]
Ksp
= s2
= Ksp1/2
= (1,56.10-10)1/2
= 1,25.10-5
pCl
= -log[Cl-]
= -log 1,25.10-5
= 4,9
mula mula
6 mmol 5 mmol
reaksi
sisa
pada saat ini maka terdapat kelebihan Ag+ sebanyak 10 mL sehingga sekarang
kita menghitung jumlah konsentrasi Ag+ yang berlebih
[Ag+] = 10x 0,1/(50+60)
= 9,1.10-3
pAg
= -log[Ag+]
= -log 9,1.10-3
= 2,04
pAg + pCl = 10 (dari harga Ksp)
pCl
= 10 2,04
pCl
= 7,96
[Cl-]
0,10
0,067
% yg diendapkan
0,0
20,0
pCl
1,00
1,17
20,0
30,0
40,0
49,0
49,9
49,99
50,0
50,1
51,0
60,0
0,043
0,025
0,011
0,0010
110-4
1,618 x 10-5
110-5
110-6
110-7
110-8
40,0
60,0
80,0
98,0
99,8
99,97
100
100
100
100
1,37
1,60
1,96
3,00
4,00
4,79
4,9
6,00
7,00
7,96
Pengaruh kurva nilai Ksp terhadap kurva titrasi dapat dilihat dari gambar
dibawah ini. Gambar dibawah ini menunjukkan kurva titrasi 25 mL larutan MX
(dengan X adalah Cl-, I-, dan Br-) dengan 0,05 M AgNO3. Dapat dilihat bahwa
semakin kecil harga Ksp untuk AgI maka kurvanya akan semakin curam
sedangkan semakin besar harga Ksp untuk AgCl maka kurvanya semakin landai.
Satu hal lagi manfaat dari kurva titrasi adalah selain dapat dipakai untuk mencari
titik ekuivalen maka kurva titrasi juga dapat dipakai untuk mencari konsentrasi
kation dan anion disetiap titik dimana titrasi berlangsung.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang
mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya ditirasi kembali
dengan menggunakan ammonium tiosianat menggunakan indikator besi(III)
ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara
titrasi
kembali
AgNO3
Sisa
berlebih
AgNO3
adalah
+
NH4SCN
sebagai
Cl-
---------->
---------->
berikut
:(2:147)
gCl(s)
AgSCN(s)
NO3-
+
+
NH4NO3
Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak
nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat
yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam
adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk
larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah
a.
b.
c.
d.
Koreksi titran
Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkali, bila terlalu asam
kepekaan indikator menurun, bila terlalu basa akan terbentuk AgOH atau
Ag2O sebelum terbentuk endapan AgCrO4
2.
Metode Volhard
2)
3)
4)
diklorofluoresein,
tetapi
harus
ditambahkan
sesaat
menjelang TE.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga
sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion
bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi.
Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali
sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. Ion indikator
harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion indikator harus tidak
teradsorbsi sebelum tercapai titik ekuivalen tetapi harus segera teradsorbsi kuat
setelah tercapai titik ekuivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi sangat kuat,
seperti misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator
teradsobsi lebih dulu sebelum titik ekuivalen tercapai.
Kesalahan titrasi metode Fajans :
- Penambahan amilum atau dekstrin untuk
mencegah
terjadinya
penggumpalan
-
Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkali (pH 7-10), diatur
dengan panambahan NaHCO3 atau borax bebas klorida atau amonium
asetat berlebih
Fluoroscein adalah indikator adsorbsi, oleh karena itu faktor pengocokan
harus diperhatikan
4.
Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator
akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojoan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang
stabil dan larut.
Cara Leibig hanya menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila
pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan.
Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan pada larutan amoni-akalis karena ion perak
akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan
menambahkan sedikit larutan kalium iodida.
Merkurimetri
Merkurimetri adalah titrasi pengendapan yang mengguanakan ion Hg2+
sebagai pentiter dan dapat dipakai untuk menentukan klorida.
Hg2+ + 2 Cl- --> HgCl2 (berlaku untuk halida lain)
Jika ion halida dititrasi dengan merkuri nitrat, pada TE tidak ada [Hg 2+]
karena selama titrasi terbentuk endapan HgCl2, namun setelah TE terjadi kenaikan
[Hg2+] yg segera bereaksi dengan indikator membentuk kompleks Hg-Indikator;
misalnya
indikator
nitroprusid
membentuk
endapan
putih,
indikator
Titrasi Kolthoff
Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dengan larutan baku KFerosianida TAT dapat ditentukan dengan indikator eksternal seperti uranil nitrat,
ammonium molibdat, FeCl3, dan lain-lain. Namun diperlukan keterampilan
khusus; sehingga lebih baik menggunakan indikator internal seperti difenilamin,
difenilbenzidin, difenilamin sulfonat, dan lain-lain. Reaksi redoks Fe 2+, Fe3+
mempunyai potensial reduksi (pada 30oC) sebagai berikut :
E = Eo + 0,060 log [Fe(CN)63-] / [Fe(CN)64-]
PENUTUP
Simpulan
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Syarat-syarat
titrasi pengendapan, yaitu reaksi zat yang dititrasi dengan pentiter berlangsung
dengan cepat, reaksi sempurna secara kuantitatif, tidak ada reaksi tambahan yang
mempengaruhi stokhiometri antara zat yang dititrasi dengan larutan baku, titrasi
akhirtitrasi jatuh berdekatan dengan titik ekivalen.
Faktor-faktor yang
Volhard,
Metode
Fajans)
dan
merkurumetri,
kompleksometri.
membentuk
endapan
putih,
indikator
difenilkarbazid
atau
Saran
Dalam praktikum titrasi pengendapan harus memperhatikan bahan yang
akan diendapkan, indikator dan hal-hal sebagainya. Hal tersebut dikarenakan pada
setiap metode memiliki prinsip kerja yang berbeda-beda sehingga tidak dapat
dicampur atau dijadikan satu. Pada saat melakukan titrasi harus memperhatikan
keadaan alat-alat dan bahan yang akan digunakan agar dalam keadaan yang baik
dan siap digunakan. Misalnya memeriksa keadaan buret, buret harus dalam
keadaan baik dan bersih serta dalam keadaan kering sebelum digunakan. Pada saat
praktikum harus dikerjakan secara teliti, perubahan warna yang terjadi jangan
sampai berlebihan karena akan sangat berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Titrasi Pengendapan. (online). Tersedia:
http://bisakimia.com/2014/09/06/titrasi-pengendapan/ (diakses 29
November 2014. 1845)
Anonim. 2009. Titrasi Pengendapan. (online). Tersedia:
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:LSaimxcjQE8J:stfitb2008.files.wordpress.com/2009/10/sd-04titrasi-pengendapan.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk (Diakses 30 November
2014. 15:30)
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia
Okta, Yayang. 2010. Titrasi Pengendapan. (online). Tersedia:
https://www.academia.edu/6701785/Titrasi_Pengendapan (diakses 29
November 2014. 18:44)
Sartini. 2012. Titrasi Pengendapan. (online). tersedia:
http://sartinichemistry.blogspot.com/2013/05/titrasi-pengendapan.html
(diakses 29 Novemver 2014. 18:30)