Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENGERTIAN SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagiAkuntan Publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan
Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan hasil pengembangan
berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap
awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan.
Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu
lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Perubahan pesat yang terjadi di
lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian menuntut profesi akuntan
publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa atestasi, dan jasa
akuntansi dan review. Di samping itu, tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi
akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga
terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan
dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan
nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar
Profesional Akuntan Publik.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen Akuntan Publik sejak bulan Mei
2000. Standar Auditing Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan
historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Termasuk
dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi
resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan
dalam PSA. Standar Atestasi Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit
atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe
perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan
prosedur yang disepakati).
Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang terdapat
dalam standar atestasi. Termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi
(IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuanketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAT.
Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.Standar jasa akuntansi dan review
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk di
dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi Pernyataan Standar
Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR.
Standar Jasa Konsultansi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultansi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para
praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultansi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi
ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi
dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar Pengendalian Mutu Standar pengendalian mutu
memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas
jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik bertanggung jawab untuk
mematuhi berbagai standar relevan yang telah diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen
Akuntan Publik. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor akuntan publik wajib
mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa
kantor akuntan publik dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur
oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dan bahwa staf kantor akuntan publik
kompeten, profesional, dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama (due profesional care). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus
memiliki sistim pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian
perikatan profesionalnya dengan berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku.
Standar auditing merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis.
Didalamnya terdapat 10 standar yang secara rinci dalam bentuk pernyataan standar auditing
(PSA). PSA ini berisi tentang ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh
akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Audit atas laporan keuangan historis
merupakan jasa tradisional yang disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa didalam standar auditing ini terdapat 10
standar auditing yang terbagi menjadi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan.Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yang mana berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan suatu kriteria ukuran
mutu kinerja tindakan tersebut. Berikut akan dipaparkan tentang standar auditing yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
1. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senatiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggungjawab suatu
perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang pendidikan formal auditor
independen dan pengalaman profesioanl di dalam menentukan luasnya supervisi dan review
terhadap hasil kerja para asistennya.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen dimana
tidak mudah dipengaruhi oleh karena dalam melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Dengan begitu tidak ada istilahnya memihak kepada kepentingan pihak-pihak tertentu.
Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan
namun juga kepada kreditur dan pihak-pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan
auditor independen. Kepercayaan masyarakat umum dirasa sangat penting mengingat jika
kepercayaan masyarakat menurun maka ada indikasi pemikiran tentang ketidakindependensi
auditor tersebut. Untuk diakui oleh pihak lain sebagai orang yang indipenden maka ia harus
bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan
kliennya. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen maka penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham atau
komite audit.
Dalam melaksanaan aufit dan penyusunan laporannya, auditor wajib mengggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesioanl
dengan cemat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana
kesempurnaan pekerjaan tersebut. Seorang auditor harus memiliki tingkat ketrampilan yang
umumnya dimilik oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan ketrampilan tersebut
dengan kecermatan dan keseksamaan wajar. Hal ini menuntut auditor untuk melaksanakan
skeptisme profesional dimana sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secar kritis bukti audit.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya. Sebelum menerima perikatan auditor harus yakin apakah
kondisi dimana perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca dapat memungkinkan
auditor untuk melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat wajar tanpa
pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secar
memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian maka ia harus membahas
dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
tidak memberikan pendapat.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Pengendalian interen
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
yang terbagi menjadi keandalan pelaporan keuanagn, eektivitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit. Bukti audit sangat bervarisasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit
lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Audit
yang dilakukan oleh auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya. Auditor
independen lebih mengandalkan buktu yang bersifat mengarahkan daripada bukti yang bersifat
meyakinkan.
3. Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Istilah prisnsip akuntansi yang berlaku
umum adalah padanan kata dari frasa generally accepted accounting principle dimana suatu
istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Untuk
laporan keuangan yang didistribusikan kepada umum di Indonesia harus disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan perode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Tujuan standar
konsistensi adalah untuk memeberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan
diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi maka auditor
akan mengungkapakn perubahan tersebut dalam laporannya. Perubahan dalam prinsip akuntansi
yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam,
laporan auditor independen dengan cara menambahkan paragraf penjelas yang disajikan setelah
paragraf pendapat.
Pengungkapan infomatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam lapran auditor. Auditor harus memeprtimbangkan apakah masih terdapat
hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahui
pada saat audit. Bila majemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya
diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia termasuk catatan
atas laporan keuangan, auditor harus memberikan pendapat wajardengan pengecualian atau
pendapat tidakl wajar karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal
nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggungjawab
yang dipikul oleh auditor.
B. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan
Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia.
Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-unsur
norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian pengendalian
intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa
kemudian, laporan khusus dari berkas pemeriksaan. Pada Kongres IV Ikatan Akuntan Indonesia
tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan agar segera
dilakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan
melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma
tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan yang baru untuk periode kepengurusan 1982-1986, yang anggotanya berasal dari unsur-
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan
konsep Norma Pemeriksaan Akuntan yang disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada
tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh
Tim Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma
pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas
laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan
Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen
No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke
VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang
secara garis besar berisi:
Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
Pernyataan jasa akuntansi dan review.
Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994
dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik per 1
Januari 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar,
yaitu:
Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar
Auditing (IPSA).
Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar
Atestasi (IPSAT).
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Pengendalian Mutu (IPSM). Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi
oleh akuntan publik.
atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam
bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih
lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat,
standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang
dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
B. STANDAR UMUM
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
1)
2)
3)
1)
2)
1) Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang
bersangkutan
2) Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
3) Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan
penyajian asersi
4) Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang
disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus
berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang
menyepakati kriteria atau prosedur tersebut
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non-atestasi tidak
menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar
memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan,
sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat
akuntan.
Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
a. Kompilasi laporan keuangan penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan
manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan
b. Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang
menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak
terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut
sesuai denganprinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
c. Laporan keuangan komparatif penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua
periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom.
4. Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa
konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup
pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Jasa konsultansi dapat berupa:
a. Konsultasi (consultation) memberikan konsultasi atau saran profesional(profesional advise)
berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien.
Contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
b.
c.
d.
e.
f.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
D.
1.
a)
b)
c)
2.
3.
a)
b)
a)
b)
4.
a.
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis
maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta pihak
lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah kerja atau
memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang diperolehnya
sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan atau mengungkapkan
setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional atau
hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
(i) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan, selama tidak
dilarang oleh ketentuan hukum :
(i) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
(ii) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
(iii) Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan; atau
(iv) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau pemberi
kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika fakta atau
kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan profesional
harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus dilakukan; dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus memastikan tepat
tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau
melakukan tindakan :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung
bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.