Anda di halaman 1dari 26

Daftar Isi

DAFTAR ISI

............................... 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

............................... 3

B. RUMUSAN MASALAH

............................... 3

D. TUJUAN MASALAH

............................... 3

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAM

............................... 4

B. MACAM-MACAM HAM

............................... 6

C. PERATURAN DAN PENEGAKKAN HAM

............................... 7

D. PELANGGARAN HAM OLEH NEGARA

............................... 14

E. CONTOH KASUS PELANGGARAN HAM

............................... 18

F. KONFLIK

............................... 19

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN DAN SARAN

............................... 24

DAFTAR PUSTAKA

HAK ASASI MANUSIA MAKALAH


Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh
TaniaYuzaPutri
1108152091
PELANGGARAN HAM YANG DILAKUKAN NEGARA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU-RIAU
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia lahir tanggal 10 12
1948. ketik PBB memproklamirkan Deklarasi Universal Hak hak Asasi Manusia,
yang didalamnya memuat 30 pasal dan sacara eksplisit menerangkan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah sesuatua yang melekat pada manusia sejak lahir yang tidak
dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya paparan diatas terdapat beberapa permasalahan , antara lain:
1. Apakah pengertian Hak Asasi Manusia ?
2. Ada beberapa macam Hak Asasi Manusia ?
3. Bagaimana Peraturan Perundang-Undangan dan Penegakkan Hak Asasi
Manusia di Indonesia ?
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yg dilakukan oleh negara ?
5. Contoh pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara ?
6. Apakah pengertian Konflik ?
7. Jenis-jenis Konflik ?
8. Bagaimana solusi dari konflik ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia
2. Untuk mengetahui macam-macam Hak Asasi Manusia
3. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia di Indonesia
4. Untuk mengetahui peraturan prundang-undangan serta penegakkan Hak Asasi
Manusia di Indonesia
5. Untuk mengetahui pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara
6. Untuk mengetahui pengertian serta penyelesaian dari konflik

PEMBAHASAN
HAK ASASI MANUSIA
I.

Pengertian Hak Asasi Manusia


Sacara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia lahir pada tanggal
10 Desember 1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM.
Yang didalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang
hak dan kewajiban umat manusia. Secara eksplisit, HAM adalah suatu yang
melekat pada manusia, yang tanpanya manusiamustahil dapat hidup sebagai
manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi Unuversal tentang HAM oleh
PBB adalah:
1) pengakuan atas martabat dan hak-hak y ang sama b agi
semua anggota keluarga, kemanusiaan dan keadilan didunia.
2) mengabaikan dan memandang rendah hak asai manusia
akan menimbulkan perbuatan yang tidak sesuai dengan hati
nurani umat manusia.
3) hak hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum
4) persahabatan antara Negara -negara perlu dianj urkan
5) memberikan hak-hak yang sama baik laki-laki maupun
perempuan
6) memberi penghargaan terhadap pelaksanaan hak-hak
manusia dan kebebasan asa umat manusia
7) melaksanakan hak-hak dan kebebasan secara tepat dan
benar.
Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli:
.Prof. Dr. Dardji darmodiharjo, sh
Ham adalh hak-hak dasar / pokok yang dibawa manusia sejak lahir
sebagi anugrhtuhan yang maha esa
Laboratorium pancasila IKIP Malang.
HAM adalah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan
ciptaan TuhanYang Maha Esa.
Prof. Mr. Kuntjono Purbo pranoto.
HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak
dipisahkanhakikatnya
J o h n L o c k e
HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Peenciptasebagai sesuatu yang bersifat kodrati.
Jack Donnely
4

hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata


karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan
semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Meriam Budiardjo
hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di dalam kehidupan
masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat
universal.
Mengenai perkembangan pemikiran hak asasi manusia, Ahli hukum
Perancis, Karel Vasak mengemukakan perjalanan hak asasi manusia
dengan mengklasifikasikan hak asasi manusia atas tiga generasi yang
terinspirasi oleh tiga tema Revolusi Perancis, yaitu : Generasi Pertama;
Hak Sipil dan Politik (Liberte); Generasi Kedua, Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (Egalite) dan Generasi Ketiga, Hak Solidaritas (Fraternite). Tiga
generasi ini perlu dipahami sebagai satu kesatuan, saling berkaitan dan
saling melengkapi. Vasak menggunakan istilah generasi untuk menunjuk
pada substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu
kurun
waktu
tertentu.
Ketiga generasi hak asasi manusia tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Hak asasi manusia generasi pertama, yang mencakup soal prinsip
integritas manusia, kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil
dan politik. Termasuk dalam generasi pertama ini adalah hak hidup, hak
kebebasan bergerak, perlindungan terhadap hak milik, kebebasan berpikir,
beragama dan berkeyakinan, kebebasan berkumpul dan menyatakan
pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-wenang,
hak bebas dari hukum yang berlaku surut dsb. Hak-hak generasi pertama
ini sering pula disebut sebagai hak-hak negatif karena negara tidak boleh
berperan aktif (positif) terhadapnya, karena akan mengakibatkan
pelanggaran
terhadap
hak-hak
dan
kebebasan
tersebut.
2. Pada perkembangan selanjutnya yang dapat disebut sebagai hak asasi
manusia Generasi Kedua, konsepsi hak asasi manusia mencakup pula
upaya menjamin pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan
ekonomi, sosial dan kebudayaan, termasuk hak atas pendidikan, hak untuk
menentukan status politik, hak untuk menikmati ragam penemuan
penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya. Puncak
perkembangan kedua ini tercapai dengan ditandatanganinya International
Couvenant on Economic, Social and Cultural Rights pada tahun 1966.
Termasuk dalam generasi kedua ini adalah hak atas pekerjaan dan upah
yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas pangan, hak atas perumahan, hak atas tanah, hak atas
lingkungan yang sehat dsb. Dalam pemenuhan hak-hak generasi kedua ini
negara dituntut bertindak lebih aktif (positif), sehingga hak-hak generasi
kedua
ini
disebut
juga
sebagai
hak-hak
positif.
3. Hak-hak generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas hak solidaritas
5

atau hak bersama. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-negara
berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.
Melalui tuntutan atas hak solidaritas itu, negara-negara berkembang
menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum internasional
yang kondusif bagi terjaminnya hak-hak berikut: (i) hak atas
pembangunan; (ii) hak atas perdamaian; (iii) hak atas sumber daya alam
sendiri; (iv) hak atas lingkungan hidup yang baik dan (v) dan hak atas
warisan
budaya
sendiri.
UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)
memuat prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik
bukan parsial sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa HAM merupakan hak
paling individu dan suatu pelaksanaan umum yang baku bagi semua
bangsa dan Negara dan merupakan seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa,
yang wajib dihormati , dijunjung tinggi yang dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
II.

Macam macam Hak Asasi Manusia


Menurut Deklarasi Universal Ham ( DUHAM ) terdapat 5 jenis hak
asai yang dimiliki setiap individu.
Hak personal ( Hak jaminan kebutuhan
pribadi)
Hak legal ( hak jaminan perlindungan
hukum)
H a k s i p i l d a n p o l i t i k
Hak subsistensi ( hak jaminan adanya sumber
daya unuk menunjang kehidupan )
Hak ekonomi , sosial dan budaya.
Menurut pasal 3-21 DUHAM : hak personal , hak legal ; hak sipil dan
politik meliputi:
a) Hak untuk hidup , kebebasan dan keamanan
pribadi
b) Hak bebas dari perbudakan dan penghambatan
c) Hak bebas d ari penyiksaan atau perlakuan maupun hukum
yang kejam, tak berprimanus iaan /merendahkan derajat
kemanusia
d) Hak untuk memp eroleh pengakuan hukum dimana saj a
secara pribadi.
e) Hak untuk pengampuan hukum secara efektif
f) Hak bebas dari pengakapan , pertahananatau pembuangan
yang sewenag-wenang
6

g) Hak untuk peradilan yang indipenden dan tidak memihak


h) Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah
i) Hak bebas dari campur tangan yang sewenang
wenang
j) Hak bebas dari serangan terhadap kehadap kehormatan dan nama baik
k) Hak atas p erlindungan hukum
l) Hak bergerak
m) Hak me mperoleh suaka
n) Hak atas satu kebangsaan
o) Hak untuk meni kah dan membentuk keluarga
p) Hak untuk mempunyai hak milih
q) Hak bebas berfikir
r) Hak me nyatakan pendapat
s) Hak berhimpun dan berse rikat
t) Hak menikmati pelayanan mas yarakat

III.

Adapun hak susistansi, hak ekonomi, sosial dan budaya meliputi:


Hak atas jaminan sosial
Hak untuk bekerja
Hak atas hasil kerja
Hak bergabung dan berserikat
Hak atas istirahat
Hak hidup dan kesehatan yang layak
H a k p e n d i d i k a n
Hak berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan

Peraturan Perundang-Undangan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia di


Indonesia
i.

Peraturan Perundang-Undangan HAM

1. HAM dalam Piagam PBB


Secara umum peraturan perundang-undangan HAM yang ada di dunia
mengacu kepada Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia. Dalam piagam ini
terdapat dokumen yang berisi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan
Perjanjian Hak Asasi Manusia yang disahkan 1948. Apabila kita mengkaji
UUD 1945 yang tentunya lahir sebelum dikeluarkannya Piagam PBB tentang
HAM, beberapa pasal-pasalnya telah memuat hak-hak asasi manusia (baca
kembali dokumen UUD 1945 pertama pasal 27-34).
2. HAM dalam Perundang-Undangan di Indonesia
Setiap orang mempunyai HAM. HAM adalah hak yang melekat pada
manusia karena kodratnya sebagai manusia. Hak-hak tersebut melekat pad a
diri manusia yang berarti bukan pemberian orang lain ataupun pemberian
negara, tetapi karena kelahirannya sebagai manusia. Dari sisi agama, hak itu
merupakan karunia Tuhan. Karena HAM merupakan hak yang diperoleh saat
kelahirannya sebagai manusia, maka HAM meliputi hak-hak yang apabila
dicabut atau dikurangi akan mengakibatkan berkurang derajat
kemanusiaannya.
7

Ukuran derajat kemanusiaan selalu berkembang sesuai dengan


peradaban masyarakatnya. Jelas bahwa hak dasar pertama adalah hak hidup
yang membawa konsekuensi adanya hak lain seperti hak mendapatkan
kehidupan dan pekerjaan yang layak, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mendapatkan kewarganegaraan dan hak mengeluarkan
pendapat, berserikat dan berkumpul. Pada perkembangan selanjutnya, derajat
kemanusiaan juga ditentukan oleh tingkat pendidikan dan kesehatannya
sehingga pendidikan dan kesehatan pun menjadi bagian dari HAM.
Untuk menjamin perlindungan, pemenuhan, dan pemajuannya, maka
HAM menjadi salah satu materi yang utama dalam konstitusi. Pemuatan HAM
dalam UUD 1945 merupakan suatu penegasan konstitusional sekaligus
memberikan kewajiban kepada penyelenggara negara untuk melakukan
perlindungan, pemenuhan, dan pemajuan HAM.
Beberapa landasan hukum pelaksnaan HAM di Indonesia di antaranya:
a) Pancasila
Dalam sila-sila Pancasila terdapat jelas perlindungan akan HAM. Dalam sila
pertama mislanya, Pancasila memberikan jaminan kebebasan bagi warga
negara untuk memeluk agama. Sila kedua menghendaki agar manusia
diperlukan secara pantas, sesuai dengan harkat, martabat dan derajatnya. Sila
ketiga memberikan pedoman kepada warga negara dalam melaksanakan hak
asasi agar mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Sila keempat
Pancasila menjamin hak warga negara untuk berkumpul, berpendapat, serta
ikut serta dalam pemerinatahan. Sedangkan sila kelima, Pancasila memberi
jaminan adanya perimbangan hak milik dengan fungsi sosial , Ini berarti, tiaptiap orang berhak hidup layak, dan memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendapatkan pekerjaan.
b) Pembukaan UUD 1945
Dalam pembukaan UUD 1945 jaminan HAM termuat secara jelas dalam
alinea ke-1 dan ke-4. Alina pertama terungkap bahwa setiap bangsa memiliki
hak merdeka dan penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusian dan
keadilan. Sedangkan dalam alinea ke-4 terungkap bahwa negara hendak
melindung segenap rakyat Indonesia; memajukan kesejahteraan umum,
mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut serta memilihara perdamaian
dunia. Empat hal yang sekaligus menjadi tujuan negara tersebut sangat jelas
mendndung makna perlindungan akan hak asasi manusia.
c) Pasal-pasal UUD 1945
Sebelum perubahan dilakukan terhadap UUD 1945, HAM dirumuskan secara
singkat dalam beberapa pasal, yaitu persamaan di dalam hukum dan
pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, kemerdekaan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, kemerdekaan memeluk
agama dan beribadat, hak atas pembelaan negara, dan hak at as pengajaran.
Melalui Perubahan Kedua UUD 1945, HAM dirumuskan secara mendetail dan
lengkap. Perubahan tersebut diletakkan pada Pasal28 yang kini menjadi
Pasal28, Pasal28A sampai dengan J
Dalam pasal-pasal UUD 1945; HAM diatur dalam 27 ayat (1), (2), (3); pasal
28 A-J; pasal 29 ayat (1); (2); pasal 30 ayat (1); pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal
32 ayat (1); pasal 33 ayat (1), (2) dan (3) dan pada pasal 34 ayat (1).

1) Pasal 27 UUD 1945, berbunyi:


(1) Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
2) Pasal 28 UUD 1945
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
3) Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
4) Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
5) Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
6) Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalm
pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
7) Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
8) Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
9) Pasal 28 G

(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
10) Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.
11) Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas
dasar apaun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
12) Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimabangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokrastis.
13) Pasal 29
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk berinadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.
14) Pasal 30 ayat (1)

10

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
15) Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
16) Pasal 32 ayat (1)
(1) Negara mamajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
17) Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
18) Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

d) Peraturan Perundang-undangan
Dalam peraturan perundangan selain dari UUD, HAM di Indonesia di
atur dalam:
Undang-Undang (UU) No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari 11
Bab dan 106 pasal.
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang terdiri dari 10 bab
dan 51 pasal.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi menentang
penyiksaan dan perlakun atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi
atau merendahkan martabat manusia.
Keppres Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasonal Anti Kekerasan
terhadap perempuan.
Keppres nomor 129 tentang rencana aksi nasional HAM Indonesia
Intruksi Presiden No. 26 Tahun 1988 tentang penghentian penggunaan istilah
pribumi dan non pribumu dalam semua program ataupun pelaksanaan kegiatan
penyelenggaraaan pemerintah.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2002 tentang tata cara
perlindungan korban dan sanki dalam pelaggaran HAM.
PP Nomor 3 tahun 1998 tentang kompensasi dan rehabilitasi terhadap korban
pelanggaran HAM.
ii.

Penegakkan HAM
Setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat senantiasa
menjunjung tinggi penghargaantehadap hak-hak dan kebebasa-kebebasan
melalui tindakan progresif baik secara nasional maupun internasional. Namun
manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi suatu kaum atau
bangsa dalam suatu Negara, status manusia individual akan menjadi stqatus
warga Negara. Pemberian hak sebagi warga Negara diatur dalam mekanisme

11

kenegaraan. Berikut ini langkah-langkah dalam upaya penegakan HAM di


Indonesia adalah:
1. Mengadakan langkah kongrit dan s istematik dal am
pengaturan hukum positif
2. Membuat
peraturan
perundang-undang
tentang ham
3. Peningkatan penghayatan dan pem budayaan ham
pada segenap element mas y arakat
4. Mengatur mekanisme perlindungan ham secara
terpadu
5. Memacu keberanian warga untuk melapor kan bila
ada pelanggan ham
6. Meningkatkan hubungan dengan lembag a yang
menangani ham
7. Membentuk pusat kajian ham
8. Meningkatkan peran aktif media massa
( Muladi ; orientasi pendalaman bidang tugas DPRD I dan DPRD II :
1997)Dalam penegakan HAM diindonesia perangkat ideology panca sila dan
UUD 1945 harusdijadikan acuan pokok, karena secara terpadu nilai-nilai dasar
ytang ada didalamnya merupakan The Indonesia Bill Of Human Right
iii.

Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Secara kelembagaan perlidungan HAN di Indonesia ditandai dengan


munculnya:
1. Komisi nasional Hak Asasi Manusia
2. Kejaksaan Rebuplik Indonesia.
3. Polisi Republik Indonesia
4. Lembaga Bantuan Hukum dan Lembaga perlidungan Hak Asasi
Manusia lainnya.
1) Komisi Nasional HAM
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau dikenal dengan istilah
KOMNASHAM dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 50 Tahun
1993 tanggal 7 Juni 1993 yang selanjutnya di atur dengan UU Nomor 39/1999
tentang Hak Asasi Manusia.
KOMNASHAM adalah lembaga yang kedudukannya setingkat
dengan lembaga negara lainnya. Anggota KOMNASHAM terdiri dari tokoh
masyarakat yang berdedikasi (pengabdian) berintegrasi tinggf (kejujuran), dan
menghayati cita-cita negara sebagi negara hukum yang berkesejahteraan dan
berintikan keadilan serta menggormati HAM sebagai kewajiban dasar
manusia.
12

Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang profesional,


berdedikasi dan berintegrasi tinggi menghayati cita-cita negara hukum dan
negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi
manusia dan kewajiban asasi manusia.
Tujuan KOMNASHAM adalah:
a) Mengembangkan kondisi yang kondusif (baik) bagi pelaksanaan HAM
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa
dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
b) Meningkatan perlindungan dan penegakkan HAM dan mengembangkan
pribadi manusia seutuhnyha serta menumbuhkan kemampuan berrpartsipasi
dalam berbagai bidang kehidupan
Adapun fungsi KOMNASHAM adalah mengkaji, meneliti, memberi
penyuluhan, mamantau dan melakukan meditiasi tentang HAM.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, tugas dan wewenang KOMNASHAM
adalah:
Mengamati pelaksanaan HAM kemudian menyusun menjadi sebuah laporan
Menyelidiki dan memeriksa peritiwsa yang timbul dalam masyarakat
berdasarkan sifat dan ruang lingkup yang diduga terdapat pelanggaran HAM
Memanggil pihak pengadu atau korban, juga pihak yang diadukan untuk
dimintai dan didengar keterangannya.
Memanggil saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya.
Meninjau tempat kejadian atau tempat yang dianggap perlu.
Memanggil pihak terkait untuk memberikan dan menyerahkan dokukmen
asli tertulis dengan persetujuan ketua pengadilan.
Melakukan pemeriksaan terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan tempat
lain dengan persetujua ketua pengadilan.
Memberikan pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap
perkara tertentu yang sedang dalam proses pengadilan

a)
b)
c)

a)
b)
c)
d)
e)

2) Polisi Republik Indonesia (POLRI)


POLRI adalah aparat sipil yang bertugas memberikan perlindungan
atas jiwa, harta benda dan hak asasi warga negara atau masyarakat Indonesia.
Tugas Pokok Polri menutut UU No 2 Tahun 2002 adalah :
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
Menegakkan hukum
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas penyaoman, polri berhak melakukan
tindakan preventif (pencegahan) dan represif (penanggulangan atau
penindakan)
Tugas dan wewenang Polri dalam hal penyelidikan menurut pasal 7
KUHAP adalah:
menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindakan
pidana
menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal
melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan, penyitaan, pengambilan
sidik jari, dan pemotretan terhadap seseorang.
Mengambil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
13

3) Pengadilan HAM
Pengadilan HAM diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM.
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan peradilan umum. Pengadilan HAM berkedudukan di daerh
kabupaten atau daerah kota yang daerah hukum pengadilan negaeri yang
bersangkutan.
Lingkup pengadilan HAM
1. berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM
yang berat
2. berwenang mmemeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM
yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara RI oleh WNI.
4) Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
LBH merupakan organisasi independen yang memberi bantuan dan pelayanan
hukum kepada masyarakat, membantu para korban kejahatan HAM atau
pihak-pihak lain yang tertindas oleh ketidakadilan.
Peranan LBH di antaranya:
Sebagai relawan yang membantu pihak-pihak yang membutuhkan bantuan
di bidang hukum
Sebagai pembela dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebagai pembela dalam menegakkan hak asasi manusia
Sebagai penyuluh dan penyebar informasi di bidang hukum dan HAM
5) Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia Lainnya
Selain lembaga-lembaga yang disebutkan di atas, di masyarakat terdapat pula
lembaga perlindungan hak asasi manusia lainnya, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan
(KONTRAS), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan lainnya.
Keberadaan lembaga tersebut salah satu tujuannya adalah memeperjuangan
hak-hak warga negara, seperti hak-hak dibidang pendidikan, hak-hak dibidang
ekonomi, hak-hak masyarakat yang tertindas, serta hak-hak lainnya.
IV.

Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Negara


Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1
angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Penggolongan Pelanggaran Hak Asasi Manusia :
a. Pembunuhan besar-besaran (genocide)
14

b. Rasialisme resmi
c. Terorisma resmi berskala besar
d. Pemerintah totaliter
e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia.
f. Perusakan kualitas lingkungan
g. Kejahatan-kejahatan perang/ Penggolongan pelanggaran HAM diatas
merupakan contoh pelanggaran HAM yang berat dikemukakan Richard Falk.
Tipologi dan Praktek Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pendekatan pembangunan yang mengutamakan security approach (pendekatan
keamanan) dapat menjadi penyebab terjadinya pelanggaran HAM oleh
pemerintah. Selama lebih kurang tiga puluh dua tahun Orde Baru berkuasa,
security approach ditempuh oleh pemerintah sebagai kunci untuk menjaga
stabilitas dalam rangka menjaga kelangsungan pembangunan demi
terwujudnya pertumbulan ekonomi nasional. Pola pendekatan semacam ini
sangat berpeluang menimbulkan pelanggaran HAM oleh pemerintah karena
stabilitas ditegakkan dengan cara-cara represif oleh pemegang kekuasaan.
Sentralisasi kekuasaan yang dilakukan pada masa Orde Baru, dengan
pemusatan kekuasaan pada pemerintah pusat notabene pada figur seorang
presiden, telah mengakibatkan hilangnya kedaulatan rakyat atas negara
sebagai akibat dari penguasaan para pemimpin negara terhadap rakyat.
Pembalikan teori kedaulatan rakyat ini juga mengakibatkan timbulnya peluang
pelanggaran HAM oleh negara dan pematian kreativitas warga negara serta
pengekangan hak politik warga negara selaku pemilik kedaulatan. Adanya
sentralisasi kekuasaan ini dilakukan pula dengan tujuan untuk melanggengkan
kedaulatan
sang
pemegang
kekuasaan
itu.
Kualitas pelayanan publik yang masih rendah, sebagai akibat belum
terwujudnya good governance yang ditandai dengan transparansi di berbagai
bidang, akuntabilitas, penegakan hukum yang berkeadilan, dan demokratisasi,
serta belum berubahnya paradigma aparat pemerintah yang masih
memposisikan dirinya sebagai birokrat, bukan sebagai pelayan masyarakat,
menghasilkan pelayanan publik yang buruk dan cenderung turut menimbulkan
pelanggaran
HAM.
Konflik horizontal dan konflik vertikal telah melahirkan berbagai tindak
kekerasan yang melanggar HAM baik oleh sesama kelompok masyarakat,
perorangan, maupun oleh aparat, seperti pembunuhan, penganiayaan,
penculikan, pemerkosaan, pengusiran, hilangnya mata pencaharian, dan
hilangnya
rasa
aman.
Pelanggaran terhadap hak asasi kaum perempuan dan anak pun masih sering
terjadi. Begitu pula pelanggaran HAM yang disebabkan oleh isu-isu suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA). Berbagai instrumen yang terdapat di
Indonesia belum mampu untuk melindungi warga negaranya dari pelanggaran
HAM meskipun PBB telah mendeklarasikan HAM yang pada intinya
menegaskan bahwa setiap orang dilahirkan dengan mempunyai hak atas
15

kebebasan dan martabat yang sama tanpa membedakan ras, warna kulit,
keyakinan
agama
dan
politik,
bahasa,
dan
jenis
kelamin.
Sebagai akibat dari belum terlaksananya supremasi hukum di Indonesia,
lumrah terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM dalam bentuk perbedaan
perlakuan di hadapan hukum, menjauhnya rasa keadilan, dan perbuatan main
hakim sendiri akibat ketidakpercayaan kepada perangkat hukum.
Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pendekatan keamanan yang terjadi di era Orde Baru dengan mengedepankan
upaya represif tidak boleh terulang kembali. Untuk itu, supremasi hukum dan
demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis
harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus
memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil
kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari
perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang
melawan
hukum
dalam
rangka
menegakkan
hukum.
Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini perlu dibatasi. Desentralisasi
melalui otonomi daerah dengan penyerahan berbagai kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah perlu dilanjutkan. Otonomi
daerah sebagai jawaban untuk mengatasi ketidakadilan tidak boleh berhenti,
melainkan harus ditindaklanjuti dan dilakukan pembenahan atas kekurangan
yang
selama
ini
masih
terjadi.
Reformasi aparat pemerintah dengan merubah paradigma penguasa menjadi
pelayan masyarakat dengan cara melakukan reformasi struktural, infromental,
dan kultural mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh
pemerintah. Kemudian, perlu juga dilakukan penyelesaian terhadap berbagai
konflik horizontal dan konflik vertikal di tanah air yang telah melahirkan
berbagai tindak kekerasan yang melanggar HAM dengan cara menyelesaikan
akar
permasalahan
secara
terencana,
adil,
dan
menyeluruh.
Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan
yang sama di semua bidang. Anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa
harus mendapatkan manfaat dari semua jaminan HAM yang tersedia bagi
orang dewasa. Anak-anak harus diperlakukan dengan cara yang memajukan
martabat dan harga dirinya, yang memudahkan mereka berinteraksi dalam
masyarakat. Anak-anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka
menumbuhkan suasana fisik dan psikologis yang memungkinkan mereka
berkembang secara normal dan baik. Untuk itu perlu dibuat aturan hukum
yang
memberikan
perlindungan
hak
asasi
anak.
Selain hal-hal tersebut, perlu adanya social control (pengawasan dari
masyarakat) dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik
terhadap setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
Diperlukan pula sikap proaktif DPR untuk turut serta dalam upaya
16

perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM sesuai yang


ditetapkan
dalam
Tap
MPR
No.
XVII/MPR/1998.
Dalam bidang penyebarluasan prinsip-prinsip dan nilai-nilai HAM, perlu
diintensifkan pemanfaatan jalur pendidikan dan pelatihan dengan, antara lain,
pemuatan HAM dalam kurikulum pendidikan umum, dalam pelatihan pegawai
dan aparat penegak hukum, dan pada pelatihan kalangan profesi hukum.
Mengingat bahwa dewasa ini bangsa Indonesia masih berada dalam masa
transisi dari rezim otoriter dan represif ke rezim demokratis, namun menyadari
masih lemahnya penguasaan masalah dan kesadaran bahwa penegakan HAM
merupakan kewajiban seluruh bangsa tanpa kecuali, perlu diterapkan keadilan
yang bersifat transisional, yang memungkinkan para korban pelanggaran
HAM di masa lalu dapat memperoleh keadilannya secara realistis.
Pelanggaran HAM tidak saja dapat dilakukan oleh negara (pemerintah), tetapi
juga oleh suatu kelompok, golongan, ataupun individu terhadap kelompok,
golongan, atau individu lainnya. Selama ini perhatian lebih banyak difokuskan
pada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara, sedangkan pelanggaran
HAM oleh warga sipil mungkin jauh lebih banyak, tetapi kurang mendapatkan
perhatian. Oleh sebab itu perlu ada kebijakan tegas yang mampu menjamin
dihormatinya
HAM
di
Indonesia.
Hal ini perlu dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan
negara
2. Menegakkan hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif.
3. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau
golongan dalam masyarakat agar mampu saling memahami dan
menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing.
4. Memperkuat dan melakukan konsolidasi demokrasi.
Katagori pelangaran HAM Berat/kejam, yaitu:
1. Kejahatan Genosida
Kejahatan genosida adalah perbuatan yang dilakuan dengan maksud untuk
memusnahkan seluruh atau sebagaian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama dengan cara:
a) membuhuh anggota kelompok
b) mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota kelompok
c) menciptakan kondisi kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh maupun sebagian
d) memaksa tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok.
e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.

17

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan


Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui
bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.
Serang tersebut dapat berupa:
a) Pembunuhan
b) Pemusnahan
c) Perbudakan
d) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e) Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan pisik lain secara
langsung sewenang-wenang yang melanggar ketentuan pokok hukum
internasional
f) Penyiksaan
g) Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara.
h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan
yang di dasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah dilakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional.
i) Penghilangan orang secara paksa
j) Kejahatan apartheid
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang
berumur dibawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM Mengapa pelanggaran
hak asasi manusia sering terjadi di Indonesia, meskipun seperti telah
dikemukakan di atas telah dijamin secara konstitusional dan telah dibentuknya
lembaga penegakan hak asasi manusia. Apa bila dicermati secara seksama
ternyata faktor penyebabnya kompleks.
Faktor - faktor penyebabnya antara lain:
a. masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi
manusia antara paham yang memandang HAM bersifat universal
(universalisme) dan paham yang memandang setiap bangsa memiliki paham
HAM tersendiri berbeda dengan bangsa yang lain terutama dalam
pelaksanaannya (partikularisme);
b. adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan
mengancam kepentingan umum (dikhotomi antara individualisme dan
kolektivisme);
c. kurang berfungsinva lembaga - lembaga penegak hukum (polisi,
jaksa dan pengadilan); dan d. pemahaman belum merata tentang HAM baik
dikalangan sipil maupun militer.
Contoh Kasus Pelanggaran HAM dan Upaya Penegakannya
Kasus pelanggaran HAM dapat terjadi di lingkungan apa saja,
termasuk di lingkungan sekolah. Sebagai tindakan pencegahan maka di
lingkungan sekolah antara lain perlu dikembangkan sikap dan perilaku jujur,
18

saling menghormati, persaudaraan dan menghindarkan dari berbagai kebiasaan


melakukan tindakan kekerasan atau perbuatan tercela yang lain. Misalnya,
dengan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal yang sangat mulia.
Sebagai contoh masyarakat Sulawesi Selatan menganut budaya "Siriq".
Budaya ini mengedepankan sikap sipakatau atau saling menghormati serta
malu berbuat tidak wajar di depan umum. Upaya penegakan terhadap kasus
pelanggaran HAM tergantung pada apakah pelanggaran HAM itu masuk
kategori berat atau bukan. Apabila berat. maka penyelesaiannya melalui
Peradilan HAM, namun apabila pelanggaran HAM bukan berat melalui
Peradilan Umum. Kita sebagai manusia dan sekaligus sebagai warga negara
yang baik, bila melihat atau mendengar terjadinva pelanggaran HAM sudah
seharusnya memiliki kepedulian
V.

Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.

Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut
ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
19

integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan


konflik.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri sendiri dan
tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di
dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya,
jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka
konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat
hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau
lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini,
pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang
diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku
komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun
perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart,
1993:341).

20

10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda beda (Devito,
1995:381)
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa
konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari.
Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk,
kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang orang, dan kegagalaan manajer
untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di
dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak
dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan
pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan
sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk
melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung
mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan
suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi
statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut
pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara
berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat,
kritis diri, dan kreatif.
1. Penyebab konflik

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang
merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

21

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadipribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang


berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh
masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani
menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan
kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga
harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di
masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang
politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau
antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan
pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan
yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha
mereka.

Perubahan-perubahan
masyarakat.

nilai

yang

cepat

dan

mendadak

dalam

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilainilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti
nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu
yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti
jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi
22

seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di


masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
2. Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara perananperanan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

Konflik antar atau tidak antar agama

Konflik antar politik.

3. Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

meningkatkan solidaritas sesama anggota


mengalami konflik dengan kelompok lain.

keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci,


saling curiga dll.

kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

kelompok

(ingroup)

yang

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak
lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan
percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan
percobaan untuk "memenangkan" konflik.
23

Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan
percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
menghindari konflik.

4. Contoh konflik

Konflik Vietnam berubah menjadi perang.

Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol,


sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan
Palestina.

Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik


bersejarah lainnya.

Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk
konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di
Kazakhstan.

24

Kesimpulan dan Saran

Setiap pelanggaran hak asasi manusia, baik itu berat ataupun tidak, senantiasa
menerbitkan kewajiban bagi negara untuk mengupayakan penyelesaiannya.
Penyelesaian tersebut bukan hanya penting bagi pemulihan hak- Indonesia merupakan
salahsatu wujud dari tanggung jawab negara dalam penegakan dan perlindungan hak
asasi manusia. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat banyak sekali
kekurangan dalam Pengadilan HAM, baik dari instrumen hukum, infrastruktur serta
sumber daya manusianya yang bermuara pada ketidakpastian hukum. Hal ini tentu
saja harus segera dibenahi selain untuk pengefektifan sistem hukum nasional
Indonesia, juga untuk meminimalkan adanya celah mekanisme Internasional untuk
mengintervensi penyelesaian pelanggaran HAM di Indonesia. Sehingga tidak
menutup kemungkinan dibentuknya Pengadilan HAM Internasional Ad hoc, jika
Pengadilan HAM Indonesia tidak terlaksana sesuai dengan standar internasional. Oleh
karena itu, perlu adanya political will dari pemerintah serta adanya dukungan yang
kuat dari masyarakat.hak korban, tetapi juga bagi tidak terulangnya pelanggaran
serupa di masa depan. Pendirian Pengadilan HAM
Hak asasi manusia adalah suatu hak atau kebebasan yang dimiliki oleh semua
orang, baik dalam berbuat seuatu,berperilaku/bertindak,memiliki sesuatu dll. Oleh
karena itu kita harus dapat menaati peraturan perundang-undangan untuk tidak
menggangu hak asasi orang lain, karena dengan tidak terganggunya suatu orang
dengan orang lain maka semua orang akan saling menghormati , kita harus mematuhi
perundang-undangan HAM(hak asasi manusia) karena HAM itu dibuat untuk
mensejahterakan rakyat. Dengan kita warga Indonesia mau menaati aturan tentang
tidak bolehnya menggangu hak asasi orang lain, semoga saja akan tercipta suatu
negara yaitu negara kita Indonesia menjadi negara yang sejahtera. Saran saya untuk
pembaca karya tulis ini adalah agar anda dapat memahami betul apa itu hak asasi
manusia bukan hanya pengertian dari suatu karya tulis ini akan tetapi dari berbagai
nara sumber untuk dapat mengetahui dan memahami betul perundang-undangan
tentang hak asasi manusia agar nantinya kedepan apa yang diharapkan ham akan
sesuai dengan kenyataan dan terwujud suatu negara, yaitu negara Indonesia sebagai
negara yang sejahtera, amin.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Mahsyur Effendi, 1994, Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia dalam
Hukum

Nasional dan Internasional, Jakarta : Ghalia Indonesia

2. Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi


Indonesia Undang- Undang Dasar 1945 sampai dengan Amandemen
UUD Pada Tahun 2002,
Jakarta: Prenada Media
3. Wikipedia.org (pengertian dan jenis-jenis konflik)
4. Membangun Kesadaran Hamdalam Praktek Masyarakat Modern,
dalam Jurnal DinamikaHAM, Vol.1, No. 01 Mei Oktober 1997.
5. Google.com ( HAM)
6.

26

Anda mungkin juga menyukai