Hak Asasi Manusia Makalah (KWN)
Hak Asasi Manusia Makalah (KWN)
DAFTAR ISI
............................... 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
............................... 3
B. RUMUSAN MASALAH
............................... 3
D. TUJUAN MASALAH
............................... 3
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAM
............................... 4
B. MACAM-MACAM HAM
............................... 6
............................... 7
............................... 14
............................... 18
F. KONFLIK
............................... 19
............................... 24
DAFTAR PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Secara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia lahir tanggal 10 12
1948. ketik PBB memproklamirkan Deklarasi Universal Hak hak Asasi Manusia,
yang didalamnya memuat 30 pasal dan sacara eksplisit menerangkan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah sesuatua yang melekat pada manusia sejak lahir yang tidak
dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya paparan diatas terdapat beberapa permasalahan , antara lain:
1. Apakah pengertian Hak Asasi Manusia ?
2. Ada beberapa macam Hak Asasi Manusia ?
3. Bagaimana Peraturan Perundang-Undangan dan Penegakkan Hak Asasi
Manusia di Indonesia ?
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yg dilakukan oleh negara ?
5. Contoh pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara ?
6. Apakah pengertian Konflik ?
7. Jenis-jenis Konflik ?
8. Bagaimana solusi dari konflik ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia
2. Untuk mengetahui macam-macam Hak Asasi Manusia
3. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia di Indonesia
4. Untuk mengetahui peraturan prundang-undangan serta penegakkan Hak Asasi
Manusia di Indonesia
5. Untuk mengetahui pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara
6. Untuk mengetahui pengertian serta penyelesaian dari konflik
PEMBAHASAN
HAK ASASI MANUSIA
I.
atau hak bersama. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-negara
berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.
Melalui tuntutan atas hak solidaritas itu, negara-negara berkembang
menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum internasional
yang kondusif bagi terjaminnya hak-hak berikut: (i) hak atas
pembangunan; (ii) hak atas perdamaian; (iii) hak atas sumber daya alam
sendiri; (iv) hak atas lingkungan hidup yang baik dan (v) dan hak atas
warisan
budaya
sendiri.
UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)
memuat prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik
bukan parsial sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa HAM merupakan hak
paling individu dan suatu pelaksanaan umum yang baku bagi semua
bangsa dan Negara dan merupakan seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa,
yang wajib dihormati , dijunjung tinggi yang dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
II.
III.
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
10) Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.
11) Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas
dasar apaun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
12) Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimabangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokrastis.
13) Pasal 29
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk berinadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.
14) Pasal 30 ayat (1)
10
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
15) Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
16) Pasal 32 ayat (1)
(1) Negara mamajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
17) Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
18) Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
d) Peraturan Perundang-undangan
Dalam peraturan perundangan selain dari UUD, HAM di Indonesia di
atur dalam:
Undang-Undang (UU) No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari 11
Bab dan 106 pasal.
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang terdiri dari 10 bab
dan 51 pasal.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi menentang
penyiksaan dan perlakun atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi
atau merendahkan martabat manusia.
Keppres Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasonal Anti Kekerasan
terhadap perempuan.
Keppres nomor 129 tentang rencana aksi nasional HAM Indonesia
Intruksi Presiden No. 26 Tahun 1988 tentang penghentian penggunaan istilah
pribumi dan non pribumu dalam semua program ataupun pelaksanaan kegiatan
penyelenggaraaan pemerintah.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2002 tentang tata cara
perlindungan korban dan sanki dalam pelaggaran HAM.
PP Nomor 3 tahun 1998 tentang kompensasi dan rehabilitasi terhadap korban
pelanggaran HAM.
ii.
Penegakkan HAM
Setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat senantiasa
menjunjung tinggi penghargaantehadap hak-hak dan kebebasa-kebebasan
melalui tindakan progresif baik secara nasional maupun internasional. Namun
manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi suatu kaum atau
bangsa dalam suatu Negara, status manusia individual akan menjadi stqatus
warga Negara. Pemberian hak sebagi warga Negara diatur dalam mekanisme
11
a)
b)
c)
a)
b)
c)
d)
e)
3) Pengadilan HAM
Pengadilan HAM diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM.
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan peradilan umum. Pengadilan HAM berkedudukan di daerh
kabupaten atau daerah kota yang daerah hukum pengadilan negaeri yang
bersangkutan.
Lingkup pengadilan HAM
1. berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM
yang berat
2. berwenang mmemeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM
yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara RI oleh WNI.
4) Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
LBH merupakan organisasi independen yang memberi bantuan dan pelayanan
hukum kepada masyarakat, membantu para korban kejahatan HAM atau
pihak-pihak lain yang tertindas oleh ketidakadilan.
Peranan LBH di antaranya:
Sebagai relawan yang membantu pihak-pihak yang membutuhkan bantuan
di bidang hukum
Sebagai pembela dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebagai pembela dalam menegakkan hak asasi manusia
Sebagai penyuluh dan penyebar informasi di bidang hukum dan HAM
5) Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia Lainnya
Selain lembaga-lembaga yang disebutkan di atas, di masyarakat terdapat pula
lembaga perlindungan hak asasi manusia lainnya, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan
(KONTRAS), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan lainnya.
Keberadaan lembaga tersebut salah satu tujuannya adalah memeperjuangan
hak-hak warga negara, seperti hak-hak dibidang pendidikan, hak-hak dibidang
ekonomi, hak-hak masyarakat yang tertindas, serta hak-hak lainnya.
IV.
b. Rasialisme resmi
c. Terorisma resmi berskala besar
d. Pemerintah totaliter
e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia.
f. Perusakan kualitas lingkungan
g. Kejahatan-kejahatan perang/ Penggolongan pelanggaran HAM diatas
merupakan contoh pelanggaran HAM yang berat dikemukakan Richard Falk.
Tipologi dan Praktek Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pendekatan pembangunan yang mengutamakan security approach (pendekatan
keamanan) dapat menjadi penyebab terjadinya pelanggaran HAM oleh
pemerintah. Selama lebih kurang tiga puluh dua tahun Orde Baru berkuasa,
security approach ditempuh oleh pemerintah sebagai kunci untuk menjaga
stabilitas dalam rangka menjaga kelangsungan pembangunan demi
terwujudnya pertumbulan ekonomi nasional. Pola pendekatan semacam ini
sangat berpeluang menimbulkan pelanggaran HAM oleh pemerintah karena
stabilitas ditegakkan dengan cara-cara represif oleh pemegang kekuasaan.
Sentralisasi kekuasaan yang dilakukan pada masa Orde Baru, dengan
pemusatan kekuasaan pada pemerintah pusat notabene pada figur seorang
presiden, telah mengakibatkan hilangnya kedaulatan rakyat atas negara
sebagai akibat dari penguasaan para pemimpin negara terhadap rakyat.
Pembalikan teori kedaulatan rakyat ini juga mengakibatkan timbulnya peluang
pelanggaran HAM oleh negara dan pematian kreativitas warga negara serta
pengekangan hak politik warga negara selaku pemilik kedaulatan. Adanya
sentralisasi kekuasaan ini dilakukan pula dengan tujuan untuk melanggengkan
kedaulatan
sang
pemegang
kekuasaan
itu.
Kualitas pelayanan publik yang masih rendah, sebagai akibat belum
terwujudnya good governance yang ditandai dengan transparansi di berbagai
bidang, akuntabilitas, penegakan hukum yang berkeadilan, dan demokratisasi,
serta belum berubahnya paradigma aparat pemerintah yang masih
memposisikan dirinya sebagai birokrat, bukan sebagai pelayan masyarakat,
menghasilkan pelayanan publik yang buruk dan cenderung turut menimbulkan
pelanggaran
HAM.
Konflik horizontal dan konflik vertikal telah melahirkan berbagai tindak
kekerasan yang melanggar HAM baik oleh sesama kelompok masyarakat,
perorangan, maupun oleh aparat, seperti pembunuhan, penganiayaan,
penculikan, pemerkosaan, pengusiran, hilangnya mata pencaharian, dan
hilangnya
rasa
aman.
Pelanggaran terhadap hak asasi kaum perempuan dan anak pun masih sering
terjadi. Begitu pula pelanggaran HAM yang disebabkan oleh isu-isu suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA). Berbagai instrumen yang terdapat di
Indonesia belum mampu untuk melindungi warga negaranya dari pelanggaran
HAM meskipun PBB telah mendeklarasikan HAM yang pada intinya
menegaskan bahwa setiap orang dilahirkan dengan mempunyai hak atas
15
kebebasan dan martabat yang sama tanpa membedakan ras, warna kulit,
keyakinan
agama
dan
politik,
bahasa,
dan
jenis
kelamin.
Sebagai akibat dari belum terlaksananya supremasi hukum di Indonesia,
lumrah terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM dalam bentuk perbedaan
perlakuan di hadapan hukum, menjauhnya rasa keadilan, dan perbuatan main
hakim sendiri akibat ketidakpercayaan kepada perangkat hukum.
Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pendekatan keamanan yang terjadi di era Orde Baru dengan mengedepankan
upaya represif tidak boleh terulang kembali. Untuk itu, supremasi hukum dan
demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis
harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus
memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil
kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari
perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang
melawan
hukum
dalam
rangka
menegakkan
hukum.
Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini perlu dibatasi. Desentralisasi
melalui otonomi daerah dengan penyerahan berbagai kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah perlu dilanjutkan. Otonomi
daerah sebagai jawaban untuk mengatasi ketidakadilan tidak boleh berhenti,
melainkan harus ditindaklanjuti dan dilakukan pembenahan atas kekurangan
yang
selama
ini
masih
terjadi.
Reformasi aparat pemerintah dengan merubah paradigma penguasa menjadi
pelayan masyarakat dengan cara melakukan reformasi struktural, infromental,
dan kultural mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh
pemerintah. Kemudian, perlu juga dilakukan penyelesaian terhadap berbagai
konflik horizontal dan konflik vertikal di tanah air yang telah melahirkan
berbagai tindak kekerasan yang melanggar HAM dengan cara menyelesaikan
akar
permasalahan
secara
terencana,
adil,
dan
menyeluruh.
Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan
yang sama di semua bidang. Anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa
harus mendapatkan manfaat dari semua jaminan HAM yang tersedia bagi
orang dewasa. Anak-anak harus diperlakukan dengan cara yang memajukan
martabat dan harga dirinya, yang memudahkan mereka berinteraksi dalam
masyarakat. Anak-anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka
menumbuhkan suasana fisik dan psikologis yang memungkinkan mereka
berkembang secara normal dan baik. Untuk itu perlu dibuat aturan hukum
yang
memberikan
perlindungan
hak
asasi
anak.
Selain hal-hal tersebut, perlu adanya social control (pengawasan dari
masyarakat) dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik
terhadap setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
Diperlukan pula sikap proaktif DPR untuk turut serta dalam upaya
16
17
Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut
ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
19
20
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda beda (Devito,
1995:381)
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa
konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari.
Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk,
kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang orang, dan kegagalaan manajer
untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di
dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak
dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan
pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan
sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk
melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung
mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan
suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi
statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut
pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara
berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat,
kritis diri, dan kreatif.
1. Penyebab konflik
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang
merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
21
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perubahan-perubahan
masyarakat.
nilai
yang
cepat
dan
mendadak
dalam
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilainilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti
nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu
yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti
jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi
22
Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara perananperanan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
3. Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
kelompok
(ingroup)
yang
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak
lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan
percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan
percobaan untuk "memenangkan" konflik.
23
Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan
percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
menghindari konflik.
4. Contoh konflik
Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk
konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di
Kazakhstan.
24
Setiap pelanggaran hak asasi manusia, baik itu berat ataupun tidak, senantiasa
menerbitkan kewajiban bagi negara untuk mengupayakan penyelesaiannya.
Penyelesaian tersebut bukan hanya penting bagi pemulihan hak- Indonesia merupakan
salahsatu wujud dari tanggung jawab negara dalam penegakan dan perlindungan hak
asasi manusia. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat banyak sekali
kekurangan dalam Pengadilan HAM, baik dari instrumen hukum, infrastruktur serta
sumber daya manusianya yang bermuara pada ketidakpastian hukum. Hal ini tentu
saja harus segera dibenahi selain untuk pengefektifan sistem hukum nasional
Indonesia, juga untuk meminimalkan adanya celah mekanisme Internasional untuk
mengintervensi penyelesaian pelanggaran HAM di Indonesia. Sehingga tidak
menutup kemungkinan dibentuknya Pengadilan HAM Internasional Ad hoc, jika
Pengadilan HAM Indonesia tidak terlaksana sesuai dengan standar internasional. Oleh
karena itu, perlu adanya political will dari pemerintah serta adanya dukungan yang
kuat dari masyarakat.hak korban, tetapi juga bagi tidak terulangnya pelanggaran
serupa di masa depan. Pendirian Pengadilan HAM
Hak asasi manusia adalah suatu hak atau kebebasan yang dimiliki oleh semua
orang, baik dalam berbuat seuatu,berperilaku/bertindak,memiliki sesuatu dll. Oleh
karena itu kita harus dapat menaati peraturan perundang-undangan untuk tidak
menggangu hak asasi orang lain, karena dengan tidak terganggunya suatu orang
dengan orang lain maka semua orang akan saling menghormati , kita harus mematuhi
perundang-undangan HAM(hak asasi manusia) karena HAM itu dibuat untuk
mensejahterakan rakyat. Dengan kita warga Indonesia mau menaati aturan tentang
tidak bolehnya menggangu hak asasi orang lain, semoga saja akan tercipta suatu
negara yaitu negara kita Indonesia menjadi negara yang sejahtera. Saran saya untuk
pembaca karya tulis ini adalah agar anda dapat memahami betul apa itu hak asasi
manusia bukan hanya pengertian dari suatu karya tulis ini akan tetapi dari berbagai
nara sumber untuk dapat mengetahui dan memahami betul perundang-undangan
tentang hak asasi manusia agar nantinya kedepan apa yang diharapkan ham akan
sesuai dengan kenyataan dan terwujud suatu negara, yaitu negara Indonesia sebagai
negara yang sejahtera, amin.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Mahsyur Effendi, 1994, Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia dalam
Hukum
26