Translate Final
Translate Final
Translate Final
Disadur Oleh:
Ayu Waica Pratiwi
102011101018
Pembimbing:
dr. H. Bambang Indra, Sp. THT
SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK
RSD DR. SOEBANDI-FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2015
Chair of Biology and Medical Parasitology, Medical Faculty, Medical University of Lodz,
Hallera sq. 1, 90-647 Lodz
2
Departement of Head and Neck Neoplasms Surgery, Faculty of Military Medicine, Medical
University of Lodz Paderwskiego 4, 93-509 Lodz; Poland
ABSTRAK. Radioterapi dan kemoterapi untuk tumor ganas, terutama daerah bagian kepala dan
leher, menghubungkan dengan besarnya resiko dari infeksi jamur yang disebabkan perubahan
sekunder didalam membrane mukosa. Penelitian ini mengarahkan kepada 3 bagian : 1.
Menentukan tanda dan gejala yang mana terjadi pada beberapa pasien yang mengalami
radioterapi; 2. Menentukan penyebab jamur yang umum didalam mulut dan tenggorokan pada
pasien sebelum, selama, dan sesudah radioterapi; 3. Untuk memeriksa sensitivitas dari golongan
obat jamur. Penelitian ini menggunakan 44 pasien (11 perempuan, 33 laki-laki) dengan kanker
kepala dan leher, memeriksa untuk mengetahui stadium sebelum radioterapi (44 pasiengelombang 1), 3 minggu setelah radioterapi (30 dari 44 pasien- gelombang 2), hari terakhir dari
terapi ( 28 dari gelombang 2 dan gelombang 3) dan 6 minggu setelah selesai radioterapi ( 10 dari
gelombang 3 dan gelombang 4). Pemeriksaan klinis dilakukan dan status mikologi diperkirakan
dari bilas mulut pada media yang dipilih. Jenis jamur yang sudah di isolasi dan sensitive terhadap
obat anti jamur sudah ditemukan. Gejala yang paling khas adalah gejala nyeri, disfagia, dan
disgeusia. Pemeriksaan fisik menunjukan tanda mukositis terutama diantara pasien dari
gelombang 2 dan gelombang 3. Presentase dari jamur didalam mulut dan tenggorokan sudah
dicacat dan lebih dari 2/3 (66,2%) pasien dari gelombang 1, dan 4/5 (80%) dari gelombang 2.
Jamur terdeteksi di lebih dari setengah (57,1%) dari pasien gelombang 3 dan juga pasien dari
gelombang 4. Dalam semua kasus, jamur dari berbagai jenis Candida diidentifikasi, 6 jenis dari
gelombang 1, 8 jenis dari gelombang 2, 6 jenis dari gelombang 3, dan 5 jenis dari gelombang 4.
Yang paling sering dideteksi adalah spesies C.albicans, merupakan 40-60%; spesies lain yang
dideteksi diketahui resisten terhadap obat anti mikobakterium. Jenis yang diisolasi paling
sensitive adalah nyistatin dan miconazole, dan yang terakhir adalah kotoconazole dan
fluconazole. Kesimpulan: 1. Pasien yang telah dilakukan radioterapi mengeluh nyeri, disfagi, dan
disgeusia; umumnya didagnosis mikositis. 2. Tingginya pravelemsi jamur di mulut dan
tenggorokan dari pasien yang diobati dengan radioterapi memperkuat kebutuhan pemeriksaan
mikologi dalam kelompok pasien untuk mendeteksi jamur, mengidentifikasi spesies dan
menentukan kepekaan terhadap obat untuk mencegah komplikasi. 3. Spesies yang paling banyak
ditemui setelah diisolasi dari pasien adalah C.albicans dan C.glabrata. Yang terakhir ditandai
dengan resistensi terhadap mayoritas obat antimikotik. 4. Yang paling sering diisolasi sensitive
terhadap jenis nyistatin dan miconazole (diterapkan secara local) dan itraconazole (terserap dari
saluran pencernaan).
Kata kunci: jamur, tumor kepala dan leher, radioterapi.
PENDAHULUAN
Yang terjadi beberapa tahun, kemajuan bagus terjadi pada pengobatan tumor dan fakta
dari komplikasi serius adalah yang terjadi pada hasil akhir pengobatan itu sendiri. Penelitian
menunjukan bahwa hasil dari angka kejadian jamur meningkat beberapa waktu ditengah-tengah
pasien dengan imunodefisiensi, terutama mereka yang sudah melakukan kemo dan radioterapi
dan dapat mempengaruhi pada pasien. Menghubungkan komplikasi dengan tumor yang
disebabkan oleh mikosis mungkin mengancam hidup, itu sangat penting dengan ditemukannya
jamur di dalam fase tertentu radioterapi untuk menentukan prognosis dari kasus dan pengobatan
pasien. Kemo dan radioterapi, terutama pasien tumor kepala dan leher, bisa meningkatkan
perkembangan dari keringnya daerah sekitar mukosa mulut dan mukosa faring, memfasilitasi
infeksi yang disebabkan oleh berbagai pathogenesis [3]. Variasi spesies dari jamur terlihat dari
rongga mulut dan faring, seperti Aspergillus, Candida, Geotrichum, Mucor atau Penicillium,
dapat menyebabkan mikosis sistemik sebagai akibat dari fungemia, yang pravelensi selama 10
tahun telah meningkat lima kali lipat dan di Eropa, mempengaruhi antara 0,17 dan 20,0 dari 1000
yang masuk rumah sakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Menentukan tanda dan gejala yang
terjadi diantara pasien yang mengalami radioterapi. 2. Menetukan angka kejadian jamur di mulut
dan tenggorokan pasien sebelum, selama, dan sesudah radioterapi. 3. Untuk menguji sensitivitas
dari jenis obat antimikotik.
METODE
Penelitian ini terdiri dari beberapa pasien (11 perempuan, 33 laki-laki) 45-83 tahun (ratarata 63,1 9,46) yang pernah menjalani radioterapi untuk tumor kepala dan leher. Total, 44
orang yang dinilai awal terapi (gelombang 1), 30 yang dinilai pada 3 minggu terapi (gelombang
2), 28 yang dinilai pada hari terakhir (gelombang 3) dan 10 yang dinilai pada minggu ke-6
setelah terapi selesai (gelombang 4). Kanker pada laring (39,5%) paling sering menjadi alasan
dan syarat pasien untuk disinar, sedangkan kanker lidah atau oropharynx jarang dijumpai
(11,6%). Penjelasan data bisa dilihat di Tabel 1.
Lokasi
Laring
18
39,5
Lidah
11,6
Oropharynx
11,6
Tonsil
9,3
Laryngopharynx
7,0
Nasopharynx
4,7
Limfa nodi
4,7
Bibir
2,3
Gigi/mulut bawah
2,3
2,3
Kelenjar saliva
2,3
Kulit
2,3
Total
44
100,0
sesuai dengan produsen, berdasarkan ukuran zona inhibisi (Biomaxima SA). Pasien dengan
mikosis yang disembuhkan dengan obat sesuai dengan hasil microgram.
HASIL
Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri, disfagia, dan disgeusia. Ditemukan bahwa
sementara nyeri dilaporkan oleh 3 pasien (6,98%) pada gelombang 1 yang telah memuali terapi,
dilaporkan oleh 18 orang dan 21orang pasien pada gelombang 2 (58,1% dan 82,1%) masingmasing ditemukan pada gelombang 2 dan gelombang 3; perbedaan statistic yang signifikan
antara hasil dijumpai pada gelombang 1 dan gelombang 2, gelombang 1 dan gelombang 3,
gelombang 3 dan gelombang 4 (p<0.05). sedangkan 2 pasien gelombang 1 (4,65%) mengeluhkan
disfagia, 7 dan 9 (22,6% dan 33,3%) dilaporkan pada pasien masing-masing gelombang 2 dan
gelombang 3. Namun, kenaikan ini tidak signifikan (p> 0,05). Itu kurang umum untuk
melaporkan gangguan rasa, dengan satu pasien melaporkan ini dalam gelombang 1 (2,33%), 3
dan 9 (9,86% dan 32,1%) dalam gelombang 2 dan gelombang 3 (p>0,05. Informasi selanjutnya
bisa dilihat pada presentasi Diagram 1.
penggunaan masing-masing obat sesuai dengan perbedaan gelombang signifikan secara statistik
(p <0,001). Hasilnya ditampilkan secara grafis dalam Gambar 2.
Gambar 2. Antibiotik, obat anti jamur dan steroid yang digunakan oleh pasien dari
gelombang yang berbeda
Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda mukositis dalam satu pasien dari gelombang 1, 24
dari gelombang 2, 27 dari gelombang 3 dan 7 dari gelombang 4; Hasil median dalam gelombang
2 dan 3 yang jauh lebih tinggi (Me = 1) dibandingkan gelombang 1 dan 4 (Me = 0). Hasil ini
diperoleh untuk gelombang yang tertentu berbeda secara signifikan (p <0,001). Informasi lebih
rinci hadir dalam Gambar 1.
Kehadiran jamur di mulut dan tenggorokan tercatat di lebih dari 2/3 (66,2%) dari pasien
dari gelombang 1, dan di 4/5 (80%) dari pasien di gelombang 2. Jamur yang kemudian
ditemukan di lebih dari setengah (57,1%) pasien dari gelombang 3 juga terdeteksi pada pasien
dari gelombang 4.
Dalam semua kasus, jamur dari berbagai jenis Candida diidentifikasi; 6 spesies dalam
gelombang 1, 8 di gelombang 2, 6 di gelombang 3 dan 5 di gelombang 4. paling sering spesies
yang dapat ditemukan adalah C. albicans, sekitar 40-60%; spesies lain yang terdeteksi diketahui
resisten terhadap obat antimikotik. Di samping itu, tidak ada perbedaan statistik yang signifikan
(p>0,05) ditemukan dalam kejadian antara pasien dari gelombang apapun, terlepas dari spesies
jamur. Rincian untuk hasil pengobatan ditunjukkan pada Tabel 2.
Spesies
Gelombang
1
C.albicans
60.0
50.0
56.3
40.0
C.krusei
6.7
4.2
C.glabrata
10.0
12.5
12.5
20.0
C.humicola
3.3
4.2
C.tropicalis
16.7
4.2
12.5
C.kefyr
3.3
4.2
10.0
C.lusitaniae
4.2
6.3
10.0
C.guilliermondii
8.3
20.0
C.pelliculosa
6.3
C.albicans+C.tropicali
s
6.3
Dalam penelitian ini berkaitan dengan gejala yang dirasakan pasien antara 3 dari 21
pasien yang diperiksa adalah rasa nyeri, antra 2 dari 9 pasien melaporkan disfagia, dan antar 1
dari 9 mengatakan disgeusia, tergantung pada gelombang. Diwaktu yang sama gejala mukositis
ditemukan diantara 1 dari 27 pasien.
Perbandingan, 16 dari 25 pasien yang di periksa Borysewicz-Lewicka et al.[6] mengeluh
mulutnya terasa kering dan terdapat beberapa jenis dari jamur Candida yang terdeteksi di 19
kasus setelah di radioterapi. Meskipun, sebelum radioterapi hanya 6 pasien yang mengeluh dari
mulut kering dan deteksi Candida hanya 9 orang. Dengan cara yang sama, Stryjski [7]
memperlihatkan setelah di radioterapi, gejala pasien lebih sering dilaporkan seperti terbakar
(sebelum 24%, sesudah terapi 66%), xerosthomia (masing-masing 36% dan 76%), disgeusia
(22% dan 62%), gangguan sensorik (20% dan 54%), nyeri spontan (18% dan 58%). Setelah
radioterapi meningkat, peningkatan juga dicatat pada kejadian mukosa berwarna merah
(meningkat dari 70% ke 100%), pembengkakan dari membrane mukosa (24% ke 70%), kejadian
luka (2% ke 24%) dan pengendapan (18% ke 62%). Belazi et al. [8] mendiagnosa mukositis
hanya 9 dari 39 pasien, dan mengingat mukositis mengawali kandidiasis pseudomembran, yang
mana terlihat setelah kurang lebih 2 minggu setelah dimulainya pengobatan radioterapi dan
bertahan selama 6 bulan setelah pengobatan selesai.
Penelitian ini lebih dari dua-tiga (68,2%) pasien yang ditemukan mempunyai jamur di
dalam mulutnya atau tenggorokan sebelum radioterapi (gelombang 1), ditemukan 4/5 (80%)
pasien setelah terapi (gelombang 2). Jamur ditemukan lebih dari (57,1%) pada terapi terakhir
(gelombang 3), dan semua ditemukan pada pasien dari gelombang 4.
Wisnewski et al. [9] melakukan penelitian pada 30 pasien dengan kanker mulut. Jamur
ditemukan di 17 pasien dengan pemeriksaan dasar mikologi dan histopatologi pada pewarnaan
Grocott; 12 pewarnaan hematosilin dan eosin dan 14 dari pewarnaan PAS. Meskipun Cankovice
et al. [10] mengidentifikasi candida sebanyak 30% dari pasien dengan kanker rongga mulut, 55%
identifikasi keberadaan jenis Candida spesies lain dari C.albicans, Candida hanya ditemukan
pada 6,7% pasien dengan tumor jinak rongga mulut.
Karjewska-Kulak et al. [11] menunjukan di cavitas rongga mulut di 24,4% di penderita
sehat, 55,9% pasein dengan kanker, dan 70% pasien dengan penyakit saluran cerna; akut atau
kronis gastritis, peptic ulcer. Yang paling dominan di identifikasi adalah spesies Candida
albicans. Sebagaimana, Nucci et al. [12] menemukan c.glabrataakan lebih sering diisolasi
selama terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher luar dari C.albicans.
Lalla et.al [13] memperlihatkan infeksi jamur oral yang diobservasi sebelum terapi dalam
7,5% pasien setelah radio dan kemoterapi disebabkan oleh karena kanker kepala dan leher, dalam
39,1% selama pengobatan, 32,6% setelah pengobatan. Dalam perbedaan, Ramirez-Amador et al
[14] masing-masing jamur yang diketahui 43% ,62% dan 75% (dalam mikosis 16%).
REFRENSI
[1] Karthaus M., Rosenthal C., Danser A. 1999. Prophylaxis and treatment of chemo- and radiotherapy-induced oral
mucositis are there new strategies? Bone Marrow Transplantation 24: 1095-1108.
[2] Pfaller A.M., Diekema D.J. 2010. Epidemiology of invasive mycoses in North America. Critical Reviews in
Microbiology 36:1-53.
[3] Cassolato S.F., Turnbull R.S. 2003. Xerostomia: clinical aspects and treatment. Gerodontology 20: 64-77.
[4] Lass-Florl C. 2009. The changing face of epidemiologuy of invasive fungal disease in Europe. Mycoses 52: 197205.
[5] Kurnatowska A. 2006. Badania diagnostyczne. In: Mikologia medyczna. (Eds. A. Kurnatowska, P. Kurnatowski).
Promedi, od: 53-78.
[6] Borysewicz -Lewicka M., Stryj ski A. 2002. Przydat - no Vivacult N testu w oce nie Candida al bicans w
linie chorych z nowotworami gowy i szyi podda - nych radioterapii. Stomatologia Wspcze sna 9: 16-20.
[7] Stryj ski A., Adam ski Z., Bo ry se wicz -Le wic ka M.2002. Zagroenie zakaeniami grzybami drodopo-dobn
mi u chorych leczonych radioterapi z powodu nuwotw row gowy i szyi. Mikologia Lekarska 9:125-129.
[8] Belazi M., Velegraki A., Koussidou-Eremondi T.Andreadis D., Hini S., Arsenis G., Eliopoulou C.,Destouni E.,
Antoniades D. 2004. Oral Candida isolates in patients undergoing radiotherapy for head and neck cancer:
prevalence, azole susceptibility profiles and response to antifungal treatment. Oral Microbiology and Immunology
19: 347-351.
[9] Winiewski W., Le wan dow ski L. P, Adam ski Z. 1999.Za ka e nia dro da ko we w owrzo dze niach no wo
two - ro wych bo ny lu zo wej ja my ust nej. Cza so pi smo Sto - ma to lo gicz ne 52: 823-827.
[10] Cankovi M., Bokor-Brati M. 2010. Candida albicans infection in patients with oral squamous cell carcinoma.
Vojnosanitetski pregled. Military-medical and Pharmaceutical Review 67: 766-770.
[11] Krajew ska -Ku ak E., Ni czy po ruk W., u ka szuk C., So ba niec H., Woj tu kie wicz M., Kraw czuk -Ry bak
M., Szczu rzew ski M. 2000. Bio ty py en zy ma tycz ne a wra - li wo na le ki prze ciw grzy bi cze szcze pow
Can di da al bi cans izo lo wa nych z on to ce no zy ja my ust nej pa - cjen tow ze scho rze nia mi no wo two ro wy
mi. Mi ko lo gia Le kar ska 7: 27-34.
[12] Nucci M., Marr K.A. 2005. Emerging fungal diseases. Clinical Infectious Diseases 41: 1058-1063.
[13] Lalla R.V., Latortue M.C., Hong C.H., Ariyawardana A., DAmato-Palumbo S., Fischer D.J., Martof A.,
Nicolatou-Galitis O., Patton L.L., Elting L.S., Spijkervet F.K.L., Brennan M.T. 2010. A systematic review of oral
fungal infections in patients receiving cancer therapy. Supportive Care in Cancer 18: 985-992.
[14] Ramirez-Amador V., Silverman S., Mayer P., Tyler M., Quivey J. 1997. Candidal colonization and oral
candidiasis in patients undergoing oral and pharyngeal radiation therapy. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral
Pathology, Oral Radiology, and Endodontology 84: 149-153.
[15] Dwornic ka K. 1999. Oce na sta nu ja my ust nej u cho -rych na ra ka cz ci twa rzo wej czasz ki i szyi w okre
-sie le cze nia on ko lo gicz ne go. Roz pra wa dok tor ska. l ska Aka de mia Me dycz na, Ka to wi ce (PhD The
sis).
[16] Pyt ko -Po lo czyk J., Ma cu ra AB. 2009. Grzy bi ca ja - my ust nej w prze bie gu ra dio te ra pii u cho rych na
ra kana rz dow go wy i szyi. Cz 1. Mi kro flo ra pa to lo - gicz na i zmia ny kli nicz ne na bo nie lu zo wej ja
my ust nej. Mi ko lo gia Le kar ska 16: 135-140.
[17] Pyt ko -Po lo czyk J., Ma cu ra A.B. 2009. Grzy bi ca ja - my ust nej w prze bie gu ra dio te ra pii u cho rych
na ra ka na rz dow go wy i szyi. Cz 2. Ana li za mi kro flo ry mi ko lo gicz nej w jamie ustnej. Mikologia
Lekarska 16: 141-144.
[18] Reading S.W., Bailey C.W., Lopez-Ribot J.L., Kirkpatrick W.R., Fothergill A.W., Rinaldi M.G., Patterson T.F.
Candida dubliniensis in radiationinduced oropharyngeal candidiasis. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology,
Oral Radiology, and Endodontology 91: 659-662.
[19] Reading S.W., Dahiya M.C., Kirkpatrick W.R., Coco B.J., Coco B.J, Patterson T.F., Fothergill A.W., Rinaldi
M.G., Thomas Jr C.R, 2004. Candida glabrata is an emerging cause of oropharyngeal candidiasis in patients
receiving radiation for head and neck cancer. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and
Endodontology 97:47-52.