Anda di halaman 1dari 7

PUSKESMAS PLAJU

No. Dokumen
Revisi
Mulai Berlaku

PROSEDUR KERJA
PELAYANAN KUSTA

Diberikan Kepada
Unit
Tanggal Pemberian

Disiapkan oleh

Diperiksa oleh,

Disahkan oleh,

Dr.Sutrisni

Dr.Yetti Armagustini, MKM

Dr.Hj.Rita Agustia, M.Kes

No. Dokumen

PROSEDUR KERJA
PELAYANAN KUSTA

Revisi
Mulai Berlaku
Halaman

2 dari 7

1. TUJUAN
Memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien penyakit Kusta di Puskesmas Plaju
2. APLIKASI KLAUSUL
Klausul 5.2 Fokus pada pelanggan
Klausul 7.2 Proses berhubungan dengan pelanggan
Klausul 8.2.1 Monitoring dan pengukuran kepuasan pelanggan
3. RUANG LINGKUP
Prosedur Kerja ini digunakan petugas di Poli umum Puskesmas Plaju
4. DEFINISI
Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae yang
terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan syaraf pusat.
5. PENANGGUNGJAWAB
Koordinator poli umum Puskesmas Plaju
6. KRITERIA PENCAPAIAN
Semua penanganan terhadap penyakit Kusta dilakukan sesuai prosedur kerja
7. ALUR PROSES
7.1

Petugas memberi salam dan memanggil pasien dengan ramah dan senyum sesuai urutan

7.2

Petugas menanyakan kepada pasien, apakah ada bercak pada kulit yang mati rasa, rasa
kesemutan atau nyeri pada anggota badan, adanya cacat (Deformitas), luka yang tidak sakit.
Kemudian dicatat pada kartu rekam medis

7.3

Petugas melakukan pemeriksaan fisik :


7.3.1

Periksa rasa raba pada kelainan kulit untuk mengetahui hilangnya rasa (dengan
menggunakan kapas yang diruncingkan ujungnya)

7.3.2 Pemeriksaan saraf tepi


Pemeriksaan dilakukan pada saraf Ulnaris pada siku, Peroneus Lateralis di belakang
lutut dan Tibialis Posterior di bawah mata kaki bagian dalam.
7.3.2.1

Perabaan (Palpasi) Saraf, perhatikan:


A. Apakah ada penebalan/pembesaran
B. Apakah saraf kiri dan kanan sama besarnya
2

C. Apakah ada nyeri pada saraf yang diraba


7.3.2.2

Pemeriksaan Fungsi Saraf


Fungsi Motorik Saraf Facialis
pasien diminta memejamkan mata
Dilihat dari depan/samping apakah mata tertutup dengan sempurna
atau ada celah
Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu
dicatat.
Fungsi Sensorik Saraf Ulnaris dan Medianus
Posisi pasien: tangan yang akan diperiksa bertumpu pada tangan kiri
pemeriksa, sehingga semua ujung jari tersangga
pasien diminta menutup mata atau menoleh kearah berlawanan dari
tangan yang diperiksa
Pemeriksa menyentuhkan ujung bolpen pada telapak tangan pasien
pasien diminta menunjuk tempat yang dirasa disentuh
Fungsi Sensorik Saraf Tibialis Posterior
Kaki kanan pasien diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki
menghadap ke atas
Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki pasien
Cara pemeriksaan sama seperti pada pemeriksaan fungsi sensorik
saraf Ulnaris dan Medianus
Fungsi Kekuatan Otot (Saraf Ulnaris, Medianus dan Radialis)
Jari Kelingking (Saraf Ulnaris)
Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2,3 dan 4 tangan
kanan pasien dengan telapak tangan pasien menghadap ke atas
dan posisi ekstensi
Minta pasien mendekatkan dan menjauhkan kelingking dari jarijari lainnya. Bila pasien dapat melakukannya,
minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh dari jari
lainnya, dan kemudian ibu jari pemeriksa mendorong pada bagian
pangkal kelingking
Penilaian:

Bila jari kelingking pasien tidak dapat mendekat atau menjauh


dari jari lainnya berarti sudah lumpuh

Bila jari kelingking pasien tidak dapat menahan dorongan


pemeriksa berarti lemah

Bila jari kelingking pasien dapat menahan dorongan


pemeriksa berarti masih kuat
3

Minta pasien menjepit sehelai kertas yang diletakkan diantara jari


manis dan kelingking,lalu pemeriksa menarik kertas tersebut
sambil menilai ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas
tersebut
Penilaian:

Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot lemah

Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih kuat

Ibu Jari (Saraf Medialis)


Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai
kelingking tangan kanan pasien agar telapak tangan pasien
menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi
Ibu jari pasien ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap
telapak tangan pasien, dan pasien diminta untuk mempertahankan
posisi tersebut
Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari pasien yaitu
dari bagian batas antara punggung dan telapak tangan mendekati
telapak tangan
Penilaian

Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat

Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sudah lemah

Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh

Pergelangan Tangan (Saraf Radialis)


Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan
kanan pasien
pasien diminta menggerakkan pergelangn tangan kanan yang
terkepal ke atas (ekstensi)
pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lalu dengan
tangan kanan pemeriksa menekan tangan pasien ke bawah kea rah
fleksi
Penilaian:

Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat

Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah

Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh

Fungsi Motorik Saraf Peroneus


Dalam keadaan duduk penderia diminta mengangkat ujung kaki
dengan tumit tetap terletak di lantai/ekstensi maksimal

pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu


pemeriksa dengan kedua tangan menekan punggung kaki pasien
ke bawah/lantai
Penilaiaan:

Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kuat

Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah

Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki tidak bisa
ditegakkan ke atas)

7.4

Petugas mencatat semua hasil pemeriksaan fisik pada kartu pasien

7.5

Petugas membuat Diagnosa Kusta dan Klasifikasinya


Klasifikasi Penyakit Kusta menurut WHO :
Tanda Utama
Bercak kusta

PB
Jumlah 1 s/d 5

MB
Jumlah > 5

Penebalan saraf tepi yang disertai dengan

Hanya satu

Lebih dari satu

gangguan fungsi

saraf

saraf

Sediaan apusan

BTA negatif

BTA positif

7.6

Petugas mencatat diagnosa dan klasifikasi pada kartu pasien

7.7

Petugas memberikan terapi Kusta dengan Regimen MDT


Tipe PB

< 10 tahun 10.14 ahun


Berdasarkan 450 mg/bulan

>15 tahun
600

Keterangan
Minum di depan petugas

berat badan
50 mg

mg/bulan
100 mg

Minum di depan petugas

50 mg/hari

100 mg/hari

Minum di rumah

DDS
Tipe MB

< 10 tahun

Rifampicin Berdasarkan
berat badan

DDS

100
Clofazimin mg/bulan
(Lampren) 50 mg,
2xseminggu

10.14 ahun

>15

450

tahun
600

Minum di

mg/bulan
50 mg/bulan

mg/bulan
100

depan petugas
Minum di

50 mg/hari

mg/bulan

depan petugas

100

Minum di

mg/hari
300

rumah
Minum di

50 mg,

mg/bulan
50 mg

depan petugas
Minum di

Setiap 2 hari

tiap hari

rumah

150 mg

Dosis MDT bagi anak < 10 tahun:

7.8

Keterangan

Rifampicin

: 10-15 mg/kgBB

DDS

: 1-2 mg/kgBB

Clofazimin

: 1 mg/kgBB

Petugas mencatat terapi yang diberikan di rekam medis


5

7.9

Petugas mengucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh

8. DIAGRAM ALIR
Petugas memberi
salam pasien dengan
ramah dan senyum

MULA
I

Petugas mencocokkan
identitas pasien

rekam
medis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
(Cardinal Sign)
1. kulit bercak putih/kemerahan dan mati rasa
2. penebalan dan kelainan fungsi syaraf tepi : mati
rasa dan kelemahan otot tangan, kaki dan mata

Ada

rekam
medis

Ragu

KUSTA

Tidak Ada

Tersangka
Bukan Kusta

Jumlah bercak
Penebalan saraf & gg fungsi
BTA

Bercak <= 5
Syaraf 1
BTA (-)

BTA

Observasi 3-6 bln


Selesai

Cardin
al Sign

Bercak > 5
Syaraf >1
BTA (+)

PB

Ada

MB

Ragu
Tidak Ada

Beri Obat
MDT

Kasir

Rekam medis
Register poli umum
Form Kusta

Unit Apotek

SELESA
I

9. REFERENSI
9.1

Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2006


6

Rujuk

rekam
medis
Buku
Rujukan

10. DOKUMEN TERKAIT


10.1 Rekam medis
10.2 Form resep
10.2 Register poli umum
10.3 Form Kusta
11. UNIT TERKAIT
11.1 Unit Pendaftaran
11.2 Unit Apotek
11.3 Unit Laboratorium
12. PERUBAHAN HISTORIS
ISI PERUBAHAN
NO

DAHULU

TANGGAL
SEKARANG

MULAI
BERLAKU

Anda mungkin juga menyukai